Skenario
PERTUMBUHAN BADAN TERLAMBAT DAN PERUT MEMBUNCIT
Seorang anak laki-laki berusia 5 tahun dibawa orangtuanya ke dokter praktek
umum dengan keluhan pertumbuhan badan terlambat bila dibandingkan dengan teman
sebayanya. Keluhan tersebut baru disadari orang tuamya sejak 2 bulan yang lalu.
Keluhan disertai dengan perut membuncit, lekas lelah dan sesak nafas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal. TB = 98
cm, BB = 13 kg, konjungtiva pucat, sclera ikterik, , splenomegali Schufner II.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil :
Pemeriksaan
Hemoglobin (Hb)
Hematokrit (Ht)
Eritrosit
MCV
MCH
MCHC
Leukosit
Trombosit
Retikulosit
Sediaan darah apus tepi
Kadar
9 g/dL
35 %
5 x 106/ l
65 fL
13 pg
19 %
8000/ l
260.000/ l
Nilai normal
11, 5 -15, 5 g/dL
34 - 40 %
3,9 5,3 x 106/ l
75 87 fl
24 30 pg
32 36 %
5000 14.500/ l
250.000 450.00/ l
2%
0,5 1,5 %
Eritrosit mikrositik hipokrom, anisopoikilositosis, sel
target (+), polikromasi , fragmentosit (+), eritrosit
berinti (+)
Kata Sulit
1. Anisopoikilositosis
: Kelainan bentuk dan jumlah eritrosit
2. Sclera ikterik
: Perubahan warna di daerah mata,
selaput lender dan sclera karena peningkatan bilirubin di
dalam darah
3. Fragmentosit
: Kelainan bentuk eritrosit seperti
fragmen
4. Polikromasi
: Banyaknya eritrosit polikrom yaitu eritrosit
berwarna biru dan lebih besar daripada eritrosit yang normal
5. Splenomegali
: Pembesaran pada organ lien
6. Schufner
: Garis khayal yang dibuat dari lien ke sias
melewati umbilicus
Pertanyaan
1. Mengapa anak perutnya membuncit dan mengalami
splenomegaly?
2. Mengapa eritrosit Normal tapi retikulosit meningkat?
3. Mengapa pertumbuhan anka tersebut melambat?
4. Mengapa pasien sesak nafas
5. Mengapa terjadi polikromasi, fragmentosit dan aniso
poikilositosis?
1
II.3. Epidemiologi
II.4. Patofisiologi
II.5. Manifestasi klinis
II.6.Diagnosis dan diagnosis banding
II.7. Penatalaksanaan dan Pencegahan
II.8. Prognosis
II.9. Komplikasi
LANGKAH 2
Belajar mandiri
LANGKAH 3
1. Memahami dan menjelaskan Globin
1.1. Definisi
Globin adalah protein yang dipecah menjadi asam amino.
Globin adalah protein penyusun hemoglobin.
1.2. Mekanisme transkripsi
Globin adalah rantai polipeptida yang terdiri dari asam amino dengan
urutan tertentu yang sintesisnya diatur oleh gen globin yang terletak pada
kromosom 11 dan 16.
Semua gen globin mempunyai tiga ekson (region yang mengkode) dan dua
intron (region yang tidak mengkode). rNA awal disalin dari intron dan ekson, dan dari
salinan ini, RNA yang berasal dari intron dibuang melalui proses yang dikenal sebagai
penggabungan (splicing). Intron selalu dimulai dengan dinukleotida G-T dan diakhiri
dengan dinukleotida A-G. mekanisme penggabungan mengenali sekuens-sekuens ini
dan juga sekuens-sekuens tetangganya yang dipertahankan. RNA dalam inti juga di
tutup dengan penambahan suatu struktur pada ujung 5 yang mengandung suatu
gugus tujuh metil-guanosin. Struktur tutup mungkin penting untuk perlekatan mRNA
pada ribosom. mRNA yang baru terbentuk juga mengalami poliadenilasi pada ujung
3. Proses ini menstabilkan mRNA. Talasemia dapat terjadi akibat mutasi atau delesi
4
salah satu sekuens tersebut. Sejumlah sekuens lain yang dipertahankan penting dalam
sintesis globin, dan mutasi pada tempat-tempat ini dapat juga menyebabkan talasemia.
Sekuens-sekuens ini memengaruhi transkripsi gen, memastikan kendalanya,
menentukan tempat untuk mengawali dan mengakhiri translasi dan memastikan
stabilitas mRNA yang baru disintesis. Promotor ditemukan pada posisi 5 pada gen,
apakah dekat dengan tempat inisiasi atau lebih distal. Ini adalah tempat RNA
polymerase berikatan dengan mengkatalisis transkripsi gen. penguat (enhancer)
ditemukan pada posisi 5 atau 3 terhadap gen. penguat penting dalam regulasi
ekspresi gen globin yang spesifik jaringan dan dalam regulasi sintesis berbagai rantai
globin selama kehidupan janin dan pasca kelahiran. Regio pengendali lokus (locus
control region/LCR) adalah unsur regulasi genetic, yang terletak jauh di hulu
kelompok globin , yang mengendalikan aktivitas genetic masing-masing domain,
kemungkinan dengan berinteraksi secara fisik dengan region promontory dan
membuka kromatin untuk memungkinkan factor transkripsi untuk berikatan.
Kelompok gen globin juga mengandung region mirip LCR yang disebut HS-40.
Factor-faktor transkripsi GATA-1, FOG dan NF-E2, yang terutama diekspresikan
pada precursor eritroid, penting dalam menentukan ekspresi gen globin dalam sel
eritroid.
2. Memahami dan menjelaskan Thalassemia
2.1.
Definisi
Kelompok heterogen anemia hemolitik herediter yang secara umum terdapat
penurunan kecepatan sintesis pada satu atau lebih rantai polipeptida hemoglobin
dan diklasifikasikan menurut rantai yang terkena (, , ), dua katagori utamanya
adalah thalassemia dan .
Klasifikasi
1 Thalassemia (melibatkan rantai alfa) minimal membawa 1 gen)
BENTUK
GENOTIP
FENOTIP
Thalassemia-2- trait
(- / )
Asimtomatik
Thalassemia-1- trait
menyerupai thalassemia- minor
(- / -)
Thalassemia-2a-
homozigot
( / --)
Thalassemia-1a-
heterozigot
Hemoglobin H disease
(-- / -)
thalassemia intermedia
Hydrops fetalis dengan Hb Barts
(-- / --)
Hydrops fetalis meninggal in
utero
Pada kasus thalassemia , akan terjadi mutasi pada kromosom 16 yang
menyebabkan produksi rantai globin (memiliki 4 lokus genetik) menurun, yang
menyebabkan adanya kelebihan rantai globin pada orang dewasa dan kelebihan
rantai pada newborn. Derajat thalassemia berhubungan dengan jumlah lokus yang
termutasi (semakin banyak lokus yang termutasi, derajat thalassemia semakin tinggi).
Thalassemia dibedakan menjadi :
a Silent Carrier Thalassemia (Thalassemia -2- Trait)
Delesi satu gen (/o). Tiga loki globin cukup memungkinkan produksi Hb
normal. Secara hematologis sehat, kadang-kadang indeks RBC (Red Blood Cell)
rendah. Tidak ada anemia dan hypochromia pada orang ini. Diagnosis tidak dapat
ditentukan dengan elektroforesis. Biasanya pada etnis populasi African American.
CBC (Complete Blood Count) salah satu orangtua menunjukkan Hypochromia dan
microcytosis
Thalassemia -1- Trait
Delesi pada 2 gen , dapat berbentuk thalassemia-1a- homozigot (/oo) atau
thalassemia-2a- heterozigot (o/o). Dua loki globin memungkinkan
erythropoiesis hampir normal, tetapi ada anemia hypochromic microcytic ringan
dan indeks RBC rendah.
Thalassemia Intermedia (Hb H disease)
Delesi 3 gen globin (o/oo). Dua hemoglobin yang tidak stabil ada dalam
darah, yaitu HbH (tetramer rantai ) & Hb Barts (tetramer rantai ). Kedua Hb
yang tidak stabil ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap O2 daripada Hb
normal, sehingga pengiriman O2 ke jaringan rendah (hipoksia). Ada anemia
hypochromic microcytic dengan sel-sel target dan heinz bodies (badan inklusi)
pada preparat hapus darah tepi, juga ditemukan splenomegaly. Kelainan ini
tamapak pada masa anak-anak atau pada awal kehidupan dewasa ketika anemia
dan splenomegaly terlihat.
Thalassemia Major (Thalassemia Homozigot)
Delesi sempurna 4 gen (oo/oo). Fetus tidak dapat hidup segera sesudah keluar
dari uterus dan kehamilan mungkin tidak bertahan lama. Sebagian besar bayi
ditemukan meninggal pada saat lahir dengan hydrops fetalis dan bayi yang lahir
hidup akan segera meninggal setelah lahir, kecuali transfusi darah intrauterine
diberikan. Bayi-bayi tersebut edema dan mempunyai sedikit Hb yang
bersirkulasi, Hb yang ada semuanya tetramer rantai (Hb Barts) yang memiliki
afinitas yang tinggi.
sama sekali )
Bentuk thalassemia-
Thalassemia-0 (-zerothalassemia)
Thalassemia-+ (-plusthalassemia)
Thalassemia-0 dan
Thalassemia-+
Genotip
Fenotip
Thalassemia homozigot
Bervariasi (ringan s/d berat)
0 0
( )
Mutasi gen bervariasi
Bervariasi (ringan s/d berat)
heterozigot
Heterozigot ganda:
a. 2 0 berbeda atau 2
+ berbeda
b. Atau 0 +
Beta thalassemia juga sering disebut Cooleys anemia. Thalassemia terjadi
karena mutasi pada rantai globin pada kromosom 11. Thalassemia ini diturunkan
secara autosom resesif. Derajat penyakit tergantung pada sifat dasar mutasi. Mutasi
diklasifikasikan sebagai (o) jika mereka mencegah pembetukan rantai dan (+) jika
mereka memungkinkan formasi beberapa rantai terjadi. Produksi rantai menurun
atau tidak diproduksi sama sekali, sehingga rantai relatif berlebihan, tetapi tidak
membentuk tetramer. Kumpulan rantai yang berlebihan tersebut akan berikatan
6
dengan membrane sel darah merah, mengendap, dan menyebabkan kerusakan membran. Pada
konsentrasi tinggi, kumpulan rantai tersebut akan membentuk agregattoksik.
Thalassemia diklasifikasikan sebagai berikut :
a Thalassemia- Mayor
Merupakan thalassemia bentuk homozigot dari thalassemia beta yang disertai
anemia berat, bentuk homozigot yang tergantung pada transfusi darah.
Gambaran kliniknya yaitu:
1 Yang mendapat tranfusi yang baik (well transfused) sebagai akibat pemberian
hipertransfusi maka produksi HbF dan hiperplasia menurun sehingga anak
tumbuh normal sampai dekade 4-5. Setelah itu timbul gejala iron overload
dan penderita meninggal karena diabetes melitus atau sirosis hati
2 Yang tidak mendapat transfusi baik, maka timbuk gejala khas Cooleys
anemia :
Gejala mulai timbul saat bayi berumur 3-6 bulan, pucat, anemia, kurus,
hepatosplenomegali, dan ikterus ringan
Gangguan pada tulang : thalassemia face
Rontgen tulang tengkorak: hair on end appearance
Gangguan pertumbuhan
Gejala iron overload (pigmentasi kuliat, diabetes melitus, sirosis hati, atau
gonadal failure)
b
Thalassemia- intermedia
Thassemia- adalah penderita thalassemia yang dapat mempertahankan
hemoglobin minimun 7 g% atau lebih tanpa mendapat transfusi. Ketidak
seimbangan antara sintesis rantai dan berada di antara thalassemia minor dan
mayor, sehingga fenotip klinik menyerupai gambaran di antara fenotip
thalassemia mayor yang sangat bergantung transfusi darah dan thalassemia minor
yang asimtomatik
Thalassemia- minor/trait
Adanya satu gen normal pada individu heterozigot memungkinkan sintesis
rantai -globin yang memadai, sehingga penderita biasanya asimtomatik. Bentuk
ini lebih umum terjadi daripada thalassemia mayor dan mengenai kelompok etnik
yang sama. Apus darah tepi biasanya memperlihatkan beberapa abnormalitas
minor, termasuk hipokromia, mikrositosis, basophilic stippling, dan sel target.
Tanda khas pada elektroforesis hemoglobin adalah peningkatan HbA 2, yang dapat
merupakan 4-8% dari hemoglobin total. Pengenalan ciri -thalassemia penting
untuk konseling genetik dan karena dapat menyerupai anemia mikrositik
hipokromik akibat defisiensi besi. Gejalanya dapat berupa tidak ada nafsu makan,
sukar tidur, lesu, dan infeksi berulang.
Genetika
Tatanama Klinis
Genotipe
Penyakit
Molekular
Talasemia
Talasemia mayor
Talasemia
homozigot
(0 /0);
Thalasemia Intermedia
Talasemia
homozigot
(+ /+)
Talasemia minor
0 /
+ /
0 Parah,
memerlukan
transfusi
darah
secara berkala
+
Asimtomatik
dengan
anemia
ringan atau tanpa
anemia; ditemukan
kelainan RBC
2.2.
Etiologi
Mutasi gen globin- terjadi dalam regio promotor dan tempat cap, dalam
ekson-intron, dan di taut penyambungan yang terdapat di batas ekson-intron. Mutasi
juga ditemukan di tempat poloadenilasi dan delesi besar pernah dijumpai di region 5
dan 3 pada gen.
1
Alpha-thalassemia
Empat gen terlibat dalam pembuatan rantai alpha hemoglobin dengan
masing-masing orang tua menyumbang dua gen.
Terjadinya thalassemia akan berkaitan dengan beberapa kemungkinan
di bawah ini:
Satu gen yang bermutasi, seseorang tidak akan mengalami tanda atau
gejala thalassemia. Hanya saja, orang tersebut akan menjadi
pembawa dan bisa mewariskannya kepada anak-anak mereka.
Dua gen bermutasi akan menimbulkan tanda dan gejala thalassemia
ringan. Kondisi ini disebut alpha-thalassemia minor.
Tiga gen bermutasi akan memicu tanda dan gejala sedang sampai
parah. Kondisi ini juga disebut penyakit hemoglobin H.
Empat gen bermutasi, kondisi ini disebut alpha-thalassemia mayor
atau hydrops fetalis. Hal ini biasanya menyebabkan janin mati
sebelum dilahirkan atau kematian segera bayi yang baru lahir.
2
Beta-thalassemia
Dua gen terlibat dalam pembentukan rantai hemoglobin beta, dengan
masing-masing orang tua menyumbang satu gen.
Terjadinya thalassemia akan berkaitan dengan beberapa kemungkinan di
bawah ini:
Satu gen yang bermutasi, penderita akan mengalami tanda dan gejala
ringan. Kondisi ini disebut beta-thalassemia minor.
Dua gen bermutasi akan memicu tanda dan gejala sedang sampai
parah. Kondisi ini disebut beta-thalassemia mayor atau anemia
Cooley.
Mekanisme penurunan :
Apabila
kedua
orang
tua
menderita
Thalassemia trait/bawaan, maka anak-anak
mereka mungkin akan menderita thalassemia
trait/bawaan atau mungkin juga memiliki darah
yang normal, atau mereka mungkin menderita
Thalassemia mayor.
Dari skema diatas dapat dilihat bahwa kemungkinan anak dari pasangan
pembawa sifat thalassemia beta adalah 25% normal, 50% pembawa sifat
thalassemia beta, dan 25% thalassemia beta mayor (anemia berat).Thalassemia
terjadi akibat adanya perubahan pada gen globin pada kromosom manusia.
Gen globin adalah bagian dari sekelompok gen yang terletak pada kromosom
11. Kelainan genetik dalam hal kurangnya satu atau lebih/tidak terbentuknya
rantai globin ( atau ) dari hemoglobin.
2.3.
Epidemiologi
Thalassemia ternyata tidak saja terdapat di sekitar Laut Tengah, tetapi
juga di Asia Tenggara yang sering disebut sebagai sabuk thalassemia (WHO,
1983) sebelum pertama sekali ditemui pada tahun 1925. Di Indonesia banyak
dijumpai kasus thalassemia, hal ini disebabkan oleh karena migrasi penduduk
dan percampuran penduduk.
1 Thalasemia
Dilihat dari distribusi geografiknya maka thalasemia banyak dijumpai di
Mediterania, Timur Tengah, India, Pakistan, Asia Tenggara, Rusia
Selatan,Cina. Jarang di Afrika kecuali Liberia dan beberapa Afrika Utara
sporadik pada semua ras. Di Siprus lebih banyak dijumpai varian + di Asia
Tenggara lebih banyak 0. Jika dilukiskan di peta dunia terlihat seperti sabuk
talasemia dimana Indonesia termasuk didalamnya.
2 Thalasemia
Terbentang dari Afrika ke Mediterania, Timur Tengah, Asia Timur,
danTenggara Hb Barts sindrom dan HbH disease terbatas di populasi
AsiaTenggara dan Mediterania.
2.4.
Patofisiologi
Patofisiologi Thalassemia-:
Rantai alfa yang berlebihan, yang tidak dapat berikatan dengan rantai globin
lainnya, akan berpresipitasi pada prekrusor sel darah merah dalam sumsum
tulang dan dalam sel progenitor darah tepi. Presipitasi ini akan menimbulkan
gangguan pematangan prekusor eritrosit dan menyebabkan eritropoiesis tidak
efektif (inefektif), sehingga umur eritrosit menjadi pendek. Akibatnya akan
timbul anemia. Anemia ini lebih lanjut lagi akan menjadi pendorong
proliferasi eritroid yang terus menerus dalam sumsum tulang yang inefektif,
sehingga terjadi ekspansi sumsum tulang. Hal ini kemudian akan
10
2.5.
Manifestasi klinik
Semua thalassemia memiliki gejala yang mirip, tetapi beratnya
bervariasi. Sebagian besar penderita mengalami anemia yang ringan, khusunya
anemia hemolitik. Pada bentuk yang lebih berat, khususnya thalassemia mayor, bisa
terjadi sakit kuning (jaundice), luka terbuka di kulit (ulkus/ borok), batu empedu, serta
pembesaran hati dan limpa. Sumsum tulang yang terlalu aktif bisa menyebabkan
penebalan dan pembesaran tulang, terutama tulang kepala dan wajah. Tulang-tulang
panjang menjadi lemah dan mudah patah. Anak-anak yang menderita thalassemia
akan tumbuh lebih lambat dan mencapai masa pubertas lebih lambat dibandingkan
anak lainnya yang normal. Karena penyerapan zat besi meningkat dan seringnya
menjalani transfusi, maka kelebihan zat besi bisa terkumpul dan mengendap dalam
otot jantung, yang pada akhirnya bisa menyebabkan gagal jantung. (Tamam, 2009)
1. Thalassemia-
Thalassemia dibagi menjadi tiga sindrom klinik, yakni :
- Thalassemia minor (trait)/heterozigot : anemia hemolitik mikrositik
hipokrom.
- Thalassemia mayor/homozigot : anemia berat yang bergantung pada
transfusi darah.
- Thalassemia intermedia : gejala diantara thalassemia mayor dan minor.
a. Thalasemia mayor (Thalasemia homozigot)
Anemia berat menjadi nyata pada umur 3 6 bulan setelah lahir dan tidak dapat hidup
tanpa ditransfusi.
- Pembesaran hati dan limpa terjadi karena penghancuran sel darah merah
berlebihan, haemopoesis ekstra modular, dan kelebihan beban besi.
12
Perubahan pada tulang karena hiperaktivitas sumsum merah berupa deformitas dan
fraktur spontan, terutama kasus yang tidak atau kurang mendapat transfusi darah.
Deformitas tulang, disamping mengakibatkan muka mongoloid, dapat
menyebabkan pertumbuhan berlebihan tulang prontal dan zigomatin serta maksila.
Pertumbuhan gigi biasanya buruk. Facies cooley adalah ciri khas thalasemia
mayor, yakni batang hidung masuk ke dalam dan tulang pipi menonjol akibat
sumsum tulang yang bekerja terlalu keras untuk mengatasi kekurangan
hemoglobin.
- Gejala lain yang tampak ialah : anak lemah, pucat, perkembangan fisik tidak sesuai
umur, berat badan kurang, perut membuncit. Jika pasien tidak sering mendapat
transfusi darah kulit menjadi kelabu serupa dengan besi akibat penimbunan besi
dalam jaringan kulit.
b. Thalasemia intermedia
Keadaan klinisnya lebih baik dan gejala lebih ringan dari pada Thalasemia mayor,
anemia sedang (hemoglobin 7 10,0 g/dl). Gejala deformitas tulang, hepatomegali
dan splenomegali, eritropoesis ekstra medular dan gambaran kelebihan beban besi
nampak pada masa dewasa.
c. Thalasemia minor atau trait ( pembawa sifat)
Umumnya tidak dijumpai gejala klinis yang khas, ditandai oleh anemia mikrositik,
bentuk heterozigot tetapi tanpa anemia atau anemia ringan.
a.
b.
c.
d.
2. Thalassemia-
Hydrops Fetalis dengan Hb Barts
Hydrops fetalis dengan edema permagna, hepatosplenomegali, asites, serta
kardiomegali. Kadar Hb 6-8 gr/dL, eritrosit hipokromik dan berinti. Sering
disertai toksemia gravidarum, perdarahan postpartum, hipertrofi plasenta yang
dapat membahayakan sang ibu.
Hb H disease
Gejalanya adalah anemia hemolitik ringan-sedang, Hb 7-10 gr%,
splenomegali, sumsum tulang hiperplasia eritroid, retardasi mental dapat
terjadi bila lokus yang dekat dengan cluster gen- pada kromosom 16
bermutasi/ co-delesi dengan cluster gen-. Krisis hemolitik juga dapat terjadi
bila penderita mengalami infeksi, hamil, atau terpapar dengan obat-obatan
oksidatif.
Thalassemia Trait/ Minor
Anemia ringan dengan penambahan jumlah eritrosit yang mikrositik
hipokrom.
Sindrom Silent Carrier Thalassemia
Normal, tidak ditemukan kelainan hematologis, harus dilakukan studi DNA/
gen.
13
2.6.
a. Anamnesis
o Ditanyakan keluhan utama dan riwayat perkembangan penyakit
pasien.
o Ditanyakan riwayat keluarga dan keturunan.
o Ditanyakan tentang masalah kesehatan lain yang dialami.
o Ditanyakan tentang test darah yang pernah diambil sebelumnya.
o Ditanyakan apakah nafsu makan berkurang
b. Pemeriksaan fisik
o Pada pemeriksaan fisik pasien tampak pucat, lemas dan lemah.
o Pemeriksaan tanda vital heart rate
o Pada palpasi biasanya ditemu kan hepatosplenomegali pada pasien
c. Pemeriksaan Laboratorium
a) Darah tepi
Diagnosis banding :
An.defisiensi
besi
MCV
MCH
Besi serum
TIBC
Menurun
Menurun
Menurun
Meningkat
An.akibat
penyakit
kronik
Menurun/N
Menurun/N
Menurun
Menurun
Thalassemia
An.sideroblastik
Menurun
Menurun
Normal
Normal/meningka
t
Menurun/N
Menurun/N
Normal
Normal/meningkat
15
Saturasi
Transferin
Besi sum2
tlng
Protoporfiri
n
Feritin
Serum
Elektrofoesis
Hb
Menurun
<15%
Negative
Menurun/N
10-20%
Positif
Meningkat
>20%
Positif kuat
Meningkat
Meningkat
Normal
Meningkat
>20%
Positif dgn ring
sideroblast
Normal
Menurun
<20mikro
g/dl
Normal
20-200
mikro g/dl
Meningkat
>50mikro g/dl
Meningkat
>50 mikro g/dl
Hb A2
meningkat
2.7.
Prognosis
Tanpa terapi penderita akan meninggal pada dekade pertama kehidupan, pada
umur, 2-6 tahun, dan selama hidupnya mengalami kondisi kesehatan buruk. Dengan
tranfusi saja penderita dapat mencapai dekade ke dua, sekitar 17 tahun, tetapi akan
meninggal karena hemosiderosis, sedangkan dengan tranfusi dan iron chelating agent
penderita dapat mencapai usia dewasa meskipun kematangan fungsi reproduksi tetap
terlambat.
Pasien yang tidak memperoleh transfusi darah adekuat, akan sangat buruk.
Tanpa transfusi sama sekali mereka akan meninggal pada usia 2 tahun, bila
dipertahankan pada Hb rendah selama masih kecil. Mereka bisa meninggal dengan
infeksi berulang-ulang bila berhasil mencapai pubertas mereka akan mengalami
komplikasi akibat penimbunan besi, sama dengan pasien yang cukup mendapat
transfusi tapi kurang mendapat terapi khelasi.
2.9.
Komplikasi
Jantung dan Liver Disease
18
Infeksi
Osteoporosis
19
Daftar Pustaka
Bakta, I Made. 2007. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.
Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi. (2007). Farmakologi dan Terapi ed 5. Jakarta :
FKUI
Hoffbrand, A., Pettit, J., & Moss, P. (2011). Kapita Selekta Hematologi (6 ed.).
Jakarta: EGC.
Mithcell, R. N. (2008). Buku Saku Dasar Patologis Penyakit. Jakarta: EGC.
Permono, Bambang. 2010. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak.Cetakan Ketiga.
Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Sudoyo, Aru W. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta:
InternaPublishing.
Waterbury,L. (1998). Buku saku hematologi. Jakarta : EGC.
20