Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB V
HASIL PENILAIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Indikator dan Tolak Ukur Keluaran Program
Program yang akan kami evaluasi adalah program Pemberantasan Penyakit
Menular (P2M). Alasan kami memilih program P2M adalah karena sejauh ini
penyakit menular masih menjadi masalah kesehatan di negara-negara tropis,
khususnya di Indonesia. Ruang lingkup program P2M di Indonesia terdiri dari
imunisasi, surveilence epidemiologi, TB, malaria, kusta, DBD, penanggulangan
KLBISPA/pneumonia,
filariasis,
AFP
(Acute
Flaccid
Paralysis),
diare,
Indikator
% Penemuan pasien baru TB BTA (+)
% Kesembuhan penderita TB BTA (+)
% Penderita HIV/AIDS yang mendapatkan penanganan
% Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati sesuai standar
% Penderita DBD yang ditangani
% Penemuan penderita diare yang ditangani
Tolak Ukur/
Target (%)
75
>80
100
100
100
100
45
Capaian
Masalah
Target (%)
75
>80
100
(%)
83,6
75
100
+
-
mendapatkan penanganan
% Infeksi Menular Seksual (IMS) yang
100
528,57
100
100
100
43
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Indikator
ditangani
Berdasarkan data diatas, ada dua indikator P2M yang tidak tercapai yaitu: %
kesembuhan penderita TB BTA (+) dan penemuan penderita diare yang ditangani.
5.3. Penentuan Prioritas Masalah
Tidak tercapainya indikator menyebabkan kurang optimalnya keberhasilan
program di UPTD Puskesmas Kecamatan Pontianak Utara tahun 2015. Untuk
mencapai hasil maksimal semua permasalahan seharusnya dicari alternatif
pemecahannya, namun karena beberapa keterbatasan yang ada maka harus dipilih
prioritas masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu.
Penentuan prioritas masalah dilakukan dengan teknik kriteria matriks
sederhana (criteria matrix technique). Pada teknik ini terdapat beberapa variabel,
yaitu:
1. Pentingnya masalah (Importancy) = I, yang diukur berdasarkan:
a. Besarnya masalah (Prevalence) = P
b. Akibat yang ditimbulkan masalah (Severity) = S
c. Kenaikan besarnya masalah (Rate of Increase) = RI
d. Keinginan masyarakat tidak terpenuhi (Degree of Unmeet Need) = DU
46
Indikator
DU SB
Daftar Masalah
RI
% Kesembuhan
Jumlah
PC
PB
(IxTxR)
405
288
penderita TB
2
BTA (+)
% Penemuan
penderita diare
yang ditangani
47
48
dengan
pendekatan
sistem,
ketidakberhasilan
pencapaian
Masalah
1. Pelaksana / SDM (petugas kesehatan, kader) terbatas
49
2. Pelatihan terhadap
petugas
mengenai
data
kesehatan
paru
1. Pendanaan kegiatan mengenai promosi kesehatan,
perekrutan kader dan Pengawas Menelan Obat (PMO)
Methode
terbatas
1. Promosi kesehatan oleh petugas kesehatan maupun
kader mengenai pentingnya pengobatan TB paru dan
akibat yang bisa terjadi apabila tidak patuh yang hanya
Material
Machine
jadwal
P1 (Perencanaan)
beserta
media
audiovisual
mengenai
pentingnya
pengobatan TB paru
1. Jadwal untuk kunjungan rumah pada pasien TB paru
dalam masa pengobatan hanya dilakukan apabila pasien
tidak datang mengambil obat
2. Tidak adanya
Masalah
1. Kurangnya peran aktif kader yang terlatih dalam
dan Penggerakan)
P3 (Pengawasan,
melakukan penyuluhan
1. Evaluasi kader dan PMO oleh petugas kesehatan
Penilaian, dan
Pengendalian)
50
ingkungan
1.
P2
P3
P1
Lingkungan
Machine
Methode
Material
Money
Man
Pasien TB BTA +
51
.
Gambar 5.1. Diagram fishbone
5.5. Prioritas Penyebab Masalah
Tabel 5.5. Teknik kriteria matriks pemilihan prioritas penyebab masalah
No
Daftar Masalah
JUM
52
Pelaksana / SDM
P
4
S
4
RI
3
DU SB
2
1
PB
1
PC
1
IxTxR
192
terbatas
Pelatihan terhadap
192
hanya 1 tahun 1x
Kurangnya peran 5
114
aktif kader
Pengetahuan
156
TB paru terbatas
PMO hanya berasal 2
189
penderita TB paru
Pendanaan kegiatan 3
228
terbatas
Promosi kesehatan 4
252
352
228
pelaksana / SDM
pelaksana / SDM
mengenai
data
kesehatan penderita
5
dari
hanya
keluarga
dilakukan
jadwal
pengambilan
9
obat
di posyandu
Kurangnya
penyebaran poster,
leaflet, dan belum
adanya media audio
visual
mengenai
pengobatan
paru
TB
53
10
Jadawal kunjungan 4
rumah
315
320
448
320
264
apabila
pasien
tidak
mengambil obat
Tidak ada jadwal 2
khusus
hanya
dilakukan
11
mengenai
pentingnya
pengobatan
12
paru
Evaluasi
TB
kader 4
dilaksanakan
Terputusnya kontak 4
petugas
kesehatan
dengan pasien TB
14
54
55
Penyelesaian
Masalah
dan
Penentuan
Penyelesaian Masalah
1. Log book
2. Pendaataan kader dan PMO
3. Pertemuan rutin kader dan PMO setiap 1 bulan 1x
4. Pembuatan, sosialisasi, dan pelaksaan tugas pokok dan fungsi kader
5. Perekrutan kader dan PMO dari mantan penderita TB paru
6. Penyediaan leaflet, poster, dan video mengenai pengobatan TB paru
Alternatif
56
7. Pengajuan dana proposal bagi pendanaan kegiatan yang dilakukan oleh para
kader kepada perusahaan-perusahaan di Kelurahan Siantan Hilir.
Prioritas penyebab masalah yang dipilih adalah pengetahuan, sikap, dan
perilaku masyarakat yang masih kurang mengenai PMO TB. Alternatif
pemecahan masalah yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
1. Pembentukan kader PMO dan penyuluhan yang berasal dari mantan
pengidap TB paru
a. Tujuan: Meningkatkan motivasi penderita TB paru mengenai kepatuhan
meminum obat karena motivasi yang diberikan berasal dari orang yang
pernah meminum obat tersebut serta adanya peningkatan penyuluhan di
masyarakat oleh mantan penderita TB paru yang diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan masyarakat.
b. Sasaran: mantan penderita TB paru
c. Bentuk kegiatan: perekrutan kader dan pelatihan oleh pemegang program
TB paru
d. Waktu kegiatan: perekrutan dan pembinaan memerlukan waktu kira-kira
6 bulan
e. Dana dan peralatan: Dana operasional puskesmas, bantuan pemerintah
daerah atau dinas kesehatan
2. Pembuatan video penyuluhan mengenai Penyakit TB Paru
a. Tujuan: membuat penyuluhan dimasyarakat lebih dimengerti dan lebih
efisien dan efektif
b. Sasaran: masyarakat umum, dan tenaga kesehatan
c. Bentuk kegiatan:
1) Perekrutan kader yang memiliki pengetahuan mengenai media social
dan teknologi
2) Pengonsepan dan pembuatan video kreatif mengenai TB paru untuk
diputar disetiap penyuluhan atau bekerja sama dengan media
informasi untuk disebarluaskan
d. Waktu kegiatan: Pembentukan
dan
pembinaan
diperkirakan
57
penyelesaian masalah yang paling tidak efektif sampai nilai 5 untuk yang
paling efektif. Untuk menentukan efektifitas ini digunakan kriteria tambahan
sebagai berikut:
a.
b.
c.
jumlah
Efektivitas
I
Efisiensi
Jumlah
(C)
4
(M x I x V/C)
6,75
58
khusus
program
penanggulangan
dan
pencegahan TB
Pembentukan
kader
PMO
penyuluhan
25
dan
yang
video
mengenai penyakit TB
paru
Untuk nilai efektivitas (M), angka 5 diberikan pada alternatif ketiga. Angka
ini diberikan atas pertimbangan bahwa alternatif kedua akan dapat menyelesaikan
masalah lebih baik daripada alternatif yang lain. Pembentukan dan pembinaan
kader yang bertugas sebagai KPMO dan peyuluhan yang berasal dari mantan
penderita TB paru akan mempermudah masyarakat untuk memahami PMO dan
lebih percaya karena kader pernah mengalaminya. Selain itu pada saat penyuluhan
diharapkan kader-kader ini lebih aktif karena mereka sendiri pernah menderita
penyakit tersebut dan mengerti stigma dan bahaya dari TB paru.
Untuk nilai efektivitas (I), angka 5 adalah diberikan pada alternatif ketiga.
Alternatif kedua mendapat angka 5 karena dengan pembentukan dan pembinaan
kader yang optimal, akan membangun pondasi yang kuat pada kaderisasi dan
pembentukan PMO dan pembentukan pengetahuan di masyarakat semakin kuat
sehingga masalah PMO terselesaikan dan diharapkan angka pelaporan oleh
masyarakat secara mandiri mengenai suspek TB paru meningkat.
59
Untuk nilai efektivitas (V), angka 4 diberikan pada alternatif ketiga. Hal ini
dikarenakan alternatif ketiga dirasa akan lebih efektif karena selain berasal dari
penderita TB paru itu sendiri biaya reward dan pembentukan kader PMO akan
lebih murah dibanding biaya penambahan petugas sehingga Cost yang ditanggung
tidak terlalu tinggi (pemberian skor mengenai Cost=3).
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa
pembentukan dan pembinaan kader yang bertugas sebagai KPMO dan penyuluhan
yang berasal dari Mantan Penderita TB paru merupakan prioritas penyelesaian
masalah yang diharapkan dapat meningkatkan persentase (%) kesembuhan
penderita TB BTA (+) di UPTD Pontianak Utara. Apabila solusi ini terwujud
maka dengan pelatihan dan motivasi yang cukup kader ini dapat berjalan dan
masalah TB paru dimasyarakat diharapkan dapat ditekan.