Tang Pencabutan Pada Anak
Tang Pencabutan Pada Anak
Anak-anak memiliki Rongga mulut kecil sehingga menyulitkan kita dalam melakukan
ekstraksi karena pandangan kita kurang karena rongga mulut yang kecil tersebut.
b) Dalam melakukan ekstraksi gigi anak kita harus hati-hati karena adanya benih gigi
c)
a) Jika gigi mengalami karies yang tidak dapat direstorasi; jika karies telah mencapai
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
pulpa atau jaringan periapikal, kondisi sistemik pasien juga sama pentingnya dengan kondisi
local gigi. Jika kita tidak menghilangkan infeksi pada gigi dan daerah sekitarnya, prosedur
konservatif akan berbahaya pada pasien dengan demam reumatik dan penyakit yang
mengikutinya, seperti rheumatic heart disease. Prosedur konservatif juga merupakan
kontraindikasi pada penyakit jantung congenital, pada gagguan ginjal, dan pada kasus-kasus
yang dicurigai terdapat fokal infeksi. Fokal infeksi primer dan penanganannya dapat
menyebabkan terjadinya bakterimia singkat yang dapat diikuti dengan endokarditis bakteri
subakut pada pasien dengan rheumatic disease dan penyakit jantung congenital serta dapat
menyebabkan flare-up pada organ lain.
Ekstraksi relatif dapat menghilangkan bahaya dengan penggunaan antibiotic secara
bijak sebelum dan sesudah operasi.
Pemakaian orthodonti dan gigi supernumerary adalah indikasi dari ekstraksi gigi sulung
Kontraindikasi untuk ekstraksi gigi anak pada dasarnya sama dengan kontraindikasi
untuk gigi dewasa.
1. Infeksi akut stomatitis, infeksi Vincents angina, atau herpetic stomatitis, serta lesi lain
yang hampir sama dengan lesi-lesi tersebut harus dihilangkan sebelum ekstraksi
dilakukan. Pengecualian pada abses dentoalveolar dengan selulitis, yang membutuhkan
untuk diesktraksi segera.
2. Blood dyscrasias atau kelainan darah, kondisi ini mengakibatkan terjadinya perdarahan
dan infeksi setelah pencabutan. Pencabutan dilakukan setelah konsultasi dengan
hematologist.
3. Pada penderita penyakit akut atau kronik rheumatic heart disease, congetial heart
disease, dan penyakit ginjal yang memerlukan antibiotic profilaksis.
4. Perisementitis akut, abses dentoalveolar dan selulitis harus diobati terlebih dahulu, dan
jika diindikasikan, harus dengan terapi preoperative dan postoperative.
5. Infeksi akut sistemik karena resistensi tubuh yang rendah dan dapat menyebabkan
kemungkinan infeksi sekunder.
6. Keganasan. Trauma pada ekstraksi cenderung mengakibatkan peningkatan pertumbuhan
dan penyebaran tumor.
7. Gigi dengan tulang yang menjalani perawatan radiasi. Pada banyak kasus, tulang dengan
infeksi diikuti dengan ekstraksi setelah terapi antibiotik, karena avaskularitas akibat
radiasi. Infeksi tulang ini akan diikuti oleh osteomyelitis yang sangat menyakitkan dan
tidak dapat dikontrol kecuali oleh reseksi yang luas pada tulang yang diradiasi.
8. Diabetes mellitus. Konsultasi dengan dokter yang merawat pasien sangat diperlukan
karena pada pasien ini penyembuhan lukanya agak sukar.
2.3 Persiapan Sebelum Pencabutan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan pra-ekstraksi ini ada 4, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Pada poin 1-4 sebelumnya sudah dibahas pada pertemuan pertama Persiapan
Prabedah. Disini akan dibahas tentang poin 5 yaitu persiapan anestesi. Anestesi dilakukan
agar rasa sakit pada pasien hilang saat pencabutan gigi. Ada dua jenis anestesi yang
dilakukan pada pencabutan gigi sulung ini :
1. Anestesi umum
Anestesi umum ini menggunakan Nitrous Oxide atau inhalasi. Pemberian anestesi ini
biasanya dilakukan terhadap pasien Handicaped Children.
2. Anestesi lokal
Anestesi lokal ini dilakukan agar sakit hilang dan pasien tetap sadar.
Adapun perbedaan anestesi dengan orang dewasa, dimana pada anak ukuran rahang lebih
kecil dan foramen mandibula lebih ke bawah daripada dataran oklusal.
Persarafan pada rahang bawah
N. Buksinatorius
Mempersarafi mukosa pipi, jaringan lunak bagian bukan dari gigi molar sampai dengan
kaninus
N. Alveolaris Interior
Mempersarafi gigi rahang bawah sampai garis median
N. Lingualis
Mempersarafi 2/3 bagian anterior lidah dan bagian lingual gigi sampai median.
Persarafan pada rahang atas
N. Nasopalatinus
Mempersarafi palatum, daerah gigi kaninus dan gigi insisif
N. Palatinus Anterior
Mempersarafi palatum durum, daerah gigi molar.
N. Alveolaris superior anterior
Mempersarafi gigi kaninus dan gigi insisif dan bagian bukal gigi tersebut.
N. Alveolaris superior
Mempersarafi akar mesiobukal gigi molar sulung
2.4 Persiapan anestesi
a. Dalam persiapan anestesi lakukan premedikasi sampai 1 jam sebelum ke dokter gigi,
premedikas dengan menggunakan Phenobarbital sesuai dosis.
b. Sebelum melakukan anestesi, hendaknya lakukan sterilisasi pada tangan operator dan
mukosa sekitar dearah jarum suntik.
c. Alat anestesi yang digunakan haruslah jarum yang tajam, disposable atau siap pakai, dan
ukuran harus sesuai (pada anak-anak < dewasa).
4
4. Anastesi topikal harus dipertahankan pada membran mukosa minimal 2 menit, agar obat
bekerja efektif. Salah satu kesalahan yang dibuat pada pemakaian anastesi topikal adalah
kegagalan operator untuk memberikan waktu yang cukup bagi bahan anastesi topikal
untuk menghasilkan efek yang maksimum.
Gambar 5. Gunakan cotton bud untuk mengoleskan topikal anastesi pada area yang akan disuntik
Anestesi topical yang disarankan untuk digunakan yaitu benzocaine yang memiliki
rasa yang nyaman bagi anak-anak jumlah yang berlebihan dihindari pada pemberian anestesi
topical.
laku
Gambar: Instrumen dapat diperlihatkan pada anak (kiri). Penyuntikan dilakukan menggunakan kaca agar anak
dapat melihat prosedur penyuntikan (kanan)menggunakan kaca agar anak dapat melihat prosedur penyuntikan
1. Instrumen yang akan dipakai, sebaiknya jangan diletakkan di atas meja. Letakkan pada
tempat yang tidak terlihat oleh anak dan diambil saat akan digunakan. Jangan mengisi
jarum suntik di depan pasien, dapat menyebabkan rasa takut dan cemas.
2. Sebaiknya dikatakan kepada anak yang sebenarnya bahwa akan ditusuk dengan jarum
(disuntik) dan terasa sakit sedikit, tidak boleh dibohongi. Instrumen dapat diperlihatkan
pada anak (kiri). Penyuntikan dilakukanmenggunakan kaca agar anak dapat melihat
prosedur penyuntikan (kanan) Selama penyuntikan, asisten memegang tangan anak, agar
anak tidak bergerak
3. Rasa sakit ketika penyuntikan sedapat mungkin dihindarkan dengan cara sebagai berikut:
a. Memakai jarum yang kecil dan tajam
b. Pada daerah masuknya jarum dapat dilakukan anastesi topikal lebih dahulu. Misalnya
dengan 5 % xylocaine (lidocaine oitmen)
c. Jaringan lunak yang bergerak dapat ditegangkan sebelum penusukan jarum
7
d. Deposit anastetikum perlahan, deposit yang cepat cenderung menambah rasa sakit.
Jika lebih dari satu gigi maksila yang akan dianastesi, operator dapat menyuntikkan
anastesi awal, kemudian merubah arah jarum menjadi posisi yang lebih horizontal,
bertahap memajukan jarum dan mendeposit anastetikum.
e. Penekanan dengan jari beberapa detik pada daerah injeksi dapat membantu
pengurangan rasa sakit.
f. Jaringan diregangkan jika longgar dan di masase jika padat (pada palatal). Gunanya
untuk membantu menghasilkan derajat anastesi yang maksimum dan mengurangi rasa
sakit ketika jarum ditusukan.
5. Aspirasi dilakukan untuk mencegah masuknya anastetikum dalam pembuluh darah, juga
mencegah reaksi toksis, alergi dan hipersensitifitas.
6. Waktu untuk menentukan anastesi berjalan 5 menit dan dijelaskan sebelumnya kepada
anak bahwa nantinya akan terasa gejala parastesi seperti mati rasa, bengkak, kebas,
kesemutan atau gatal. Dijelaskan agar anak tidak takut, tidak kaget, tidak bingung atau
merasa aneh. Pencabutan sebaiknya dilakukan setelah 5 menit. Jika tanda parastesi tidak
terjadi, anastesi kemungkinan gagal sehingga harus diulang kembali.
7. Vasokontristor sebaiknya digunakan dengan konsentrasi kecil, misalnya xylocaine 2 %
dan epinephrine 1 : 100.000.
bila ada alergi). Anastetikum tanpa adrenalin kurang efektif dibandingkan dengan adrenalin.
Epinephrin dapat menurunkan perdarahan pada regio injeksi.
Contoh bahan anastetikum :
1.
2.
3.
4.
2. Jarum pendek dapat digunakan untuk beberapa injeksi pada jaringan lunak yang tipis,
jarum panjang digunakan untuk injeksi yang lebih dalam.
3. Jarum cenderung tidak dipenetrasikan lebih dalam untuk mencegah patahnya jarum.
4. Jarum yang digunakan harus tajam dan lurus dengan bevel yang relative pendek,
dipasangkan pada syringe. Gunakan jarum sekali pakai (disposable) untuk menjamin
ketajaman dan sterilisasinya. Penggunaan jarum berulang dapat sebagai transfer penyakit.
5. Citojet dapat digunakan untuk injeksi intraligamen (Gambar 1).
3. Tarik mukosa
4. Untuk mengalihkan perhatian anak, drg dapat menekan bibir dengan tekanan ringan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk sehingga mukosa yang akan disuntik terlihat.
5. Masukkan jarum, jika menyentuh tulang tarik jarum keluar sedikit
6. Aspirasi
7. Suntikan bahan anastetikum 0,5 1,0 cc secara perlahan (15-30 detik)
Gambar 12. Teknik anastesi supraperiosteal. Injeksi dekat tulang alveolar menuju apeks gigi.
11
12
Gambar 15. Posisi jarum untuk anastesi gigi molar sulung atas
13
Pertama kali dimasukkan, larutan analgesik akan bekerja pada aspek distal rahang atas
jari penunjuk. Pasien sebaiknya diminta untuk mengoklusikan rahang pada stase ini. Hal ini
dilakukan untuk mencegah processus coronoideus pada rahang bawah memblok pergerakan
distal dari jari.
14
Blok molar rahang atas. Sebagian besar larutan lokal analgesik dimasukkan ke bawah mukosa di mukosa
distal sampai zygomatic buttress (A). Larutan analgesik kemudian bekerja sepanjang aspek distal rahang atas
sampai fossa infratemporalis (B) dan memblok bagian posterior superior dental nerves (PSDN)
15
Dilihat pada gambar diatas perbandingan tang untuk dewasa dan tang untuk anak anak.
16
Akar gigi :
17
Tang dengan kepala tang agak tertekuk dan kedua ujung tang saling bertemu.
Tang dengan kepala yang sedikit runcing penyerupai capit pada ujungnya.
18
Tang dengan kepala yang sedikit membulat dibanding tang anterior dan ujungnya terdapat takik.
Akar gigi :
Tang untuk akar ini menyerupai tang untuk gigi posterior namun tidak memiliki takik pada ujungnya,
dan kedua ujung tang ini saling bertemu.
Selain instrumen tang, dalam ekstraksi gigi untuk anak anak juga menggunakan alat bantu
seperti bend atau elevator, dan beberapa instrumen standar untuk pemeriksaan seperti :
-
Kaca mulut
Sonde
Pinset
Injektor
Ekskavator
Cotton roll
Betadine cane yg diisi betadin
Dan lain lain.
Gambar :
19
Beberapa alat yang harus dipersiapkan sebelum pencabutan gigi pada anak
Armamentarium ekstraksi dan posisi operator (Sumber: textbook of pedodontic Shoba Tandon, 2008)
20
berdekatan karena akan mudah sekali menjadi untuk menjadi goyang. Hal ini juga
menyebabkan dokter gigi dapat menggunakan gerakan rotasi dan sedikit gerakan ke arah
labial dan lingual dapat melepaskan gigi dari soketnya (Pinkham, 1999)
Gigi Molar sulung Maksilla :
Karena akar palatal melengkung, gerakan untuk pencabutan gigi diarahkan ke palatal
dengan tekanan ringan. Tekanan ringan diaplikasikan dengan tujuan agar tidak sampai
mematahkan akar palatal yang melengkung. Kemudian diteruskan dalam satu gaya ke
arah bukal, gigi menjadi longgar dan gerakan berlawanan arah jarum jam mengeluarkan
gigi dari soketnya. (Shoba Tandon, 2008)
Gigi molar maksilla berbeda dengan gigi permanen. Ketinggian konturnya lebih dekat ke
cementoenamel junction dan akarnya lebih divergen dan diameternya lebih kecil. Karena
struktur akar melemah saat erupsi gigi permanen, sering terjadi fraktur akar saat
pencabutan gigi maksilla. Hal lain yang harus diperhatikan adalah hubungan antara molar
sulung dengan mahkota premolar yang akan tumbuh. Apabila akar mengelilingi mahkota
premolar, bukan mustahil premolar ikut tercabut bersama molar sulung. (Pinkham, 1999)
Setelah perlekatan epithelial dipisahkan, elevator 301 lurus digunakan untuk luksasi gigi
dan ekstraksi diselesaikan dengan tang universal maksilla no 150S. (Pinkham, 1999)
Gigi Molar sulung Mandibula :
Potongan melintang dari akar gigi ini adalah datar dalam arah mesiodistal dan berbentuk
lonjong. Gerakan rotasi merupakan kontra indikasi. Gaya inisial pertama adalah tekanan
ringan ke arah lingual, semudian diteruskan dalam satu gaya ke bukal sampai gigi
melonggar dari soketnya. Setelah itu, gerakan rotasi
22
Contoh kasus-kasus bedah mulut minor pada anak yang harus dirujuk ke dokter spesialis
bedah mulut.
1. Mucocele
2. Ranula
3. Kista odontogenik
23
4. Kista non-odontogenik
5. Kista erupsi
6. Frenectomy
24
7. Gigi Impaksi
25
26
4.
5.
pencabutan.
Meminum obat analgesic jika terasa sakit.
Jika nyeri meningkat setelah 48 jam atau perdarahan abnormal terjadi segera hubungi
6.
dokter.
Untuk mencegah perdarahan dan pembengkakan, posisi kepala lebih ditinggikan saat
tidur.
27
7.
8.
9.
10.
Benih gigi yang berubah posisi dilakukan observasi atau kalau mungkin dilakukan
reposisi.
3. Dry Socket
Komplikasi ini jarang terjadi karena vaskularisasi pada anak cukup baik, bila terjadi di
bawah umur 10 tahun mungkin ada gangguan sistemik seperti pada penderita anemia,
defisiensi vitamin, gangguan nutrisi atau terdapat infeksi.
4. Perdarahan
Hal ini mungkin terjadi bila anak menderita penyakit darah atau kemungkinan ada sisa
akar atau tulang yang menyebabkan iritasi terhadap jaringan.
BAB III
HASIL DISKUSI
1. Tang regio kanan dan kiri itu beda atau tidak? Kalau untuk orang kidal bagaimana caranya?
Tang regio kanan dan kiri pada rahang atas berbeda, sesuai dengan letak takiknya. Apabila
untuk regio kanan berarti takiknya ada di sebelah kiri, begitu juga sebaliknya.
Untuk orang kidal maka tidak ada tang jenis khusus, maka dokter gigi kidal tersebut harus
menyesuaikan dengan alat yang ada, atau pun boleh juga memegang dengan tangan kirinya,
karena dalam pencabutan gigi, tangan terkuatlah yang memegang alat, sehingga proses
pencabutan bisa maksimal dan berhasil dengan baik.
29
2. Tanda kapan gigi harus dilakukan pulpotomi dan kapan harus diekstraksi?
Pertama kali harus dilakukan ronsen foto terlebih dahulu untuk melihat bagaimana benih gigi
permanennya, apakah sudah mendekati ke arah erupsi atau belum. Apabila kondisi tulang
alveolarnya masih baik untuk menyangga gigi susu tersebut dan benih gigi erupsinya masih
lama, maka hal itu merupakan indikasi pulpotomi, sekaligus juga sebagai penyedia ruang
untuk gigi permanennya nanti. Namun bila sudah mendekati waktu erupsi gigi permanen,
maka diindikasikan untuk dilakukan pencabutan.
3. Ekstraksi gigi pada anak-anak itu tidak harus memakai anastesi, indikasi kapan pakai
anastesinya itu seperti apa?
Apabila anak tersebut meminta untuk diberi anatesi walaupun menurut kita sebagai dokter tidak
perlu, maka hendaknya turuti keinginan dari anak tersebut untuk menghindarkan kecemasannya.
Anastesi diberikan apabila kondisi gigi masih kuat namun perlu untuk dilakukan pencabutan.
4. Pada gigi mix dentition pencabutan giginya apa yang harus diperhatikan?
Apakah anestesi umum khusus untuk anak handicapped children saja?
Pencabutan gigi pada anak-anak tentu saja pada periode mix dentition. Pertimbangannya
adalah umur anak dengan waktu erupsi gigi permanennya.
Anastesi umum biasanya pada anak handicapped children karen sulit untuk ditangani, akan
tetapi untuk anak bukan handicapped children namun kecemasan sangat berlebihan dan
menyebabkan dokter gigi mengalami kesulitan, maka dapat pula dilakukan anestesi umum.
Dan anestesi umum ini hanya boleh diberikan oleh dokter spesialis anestesi.
5. Pertimbangan anestesi pada anak?
Pada umumnya diberikan anastesi lokal, tetapi pada keadaan tertentu dilakukan anastesi umum
yang dilakukan oleh spesialis anastesi. Indikasi anastesi umum adalah : anastesi lokal merupakan
kontra indikasi, pencabutan sekaligus beberapa gigi, penambalan dan perawatan saluran akar pada
anak yang sangat sensitive, dan pada anak-anak cacat mental.
30
Namun apabila anak tersebut meminta untuk diberi anatesi walaupun menurut kita sebagai dokter
tidak perlu, maka hendaknya turuti keinginan dari anak tersebut untuk menghindarkan
kecemasannya.
6. Kontraindikasi dari pencabutan adalah anak yang memiliki penyakit jantung, padahal anak
yang sakit jantung itu sebelum dioperasi harus dilakukan pencabutan gigi, jadi bagaimana
penjelasannya?
Anak-anak dengan penyakit jantung yang tidak terkontrol memang merupakan kontraindikasi,
namun apabila selalu dikonsultasikan kepada dokternya, dan dinyatakan dalam kondisi baik
dan memungkinkan, maka boleh-boeh saja apabila akan dilakukan ekstraksi gigi.
Sedangkan pada anak-anak yang akan operasi jantung sebaiknya gigi yang bermasalah harus
dicabut, hal ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya infeksi.
7. Bagaimana cara kita menetukan apabila tidak ada pemeriksaan ronsen pada indikasi
pencabutan gigi anak?
Kita lihat dari umur anak tersebut dan mempertimbangkannya dengan waktu erupsi gigi
permanen yang akan menggantikan gigi susunya apabila diekstraksi. Dan juga dapat
menanyakannya ke keluarga apakah pada anak sebelumnya ada yang mengalami kelainan
dalam erupsi gigi permanennya.
Apabila kita merasa ragu-ragu untuk melakukan ekstraksi, lebih baik tidak perlu dilakukan.
Dan dapat memberikan rekomendasi untuk dilakukan ronsen foto.
8. Dry soket, bagaimana cara penanggulangannya?
Tujuan perawatan adalah menghilangkan rasa sakit dan mempercepat penyembuhan, soket
harus diirigasi dengan larutan salin normal yang hangat dan semua bekuan darah digenerasi
dibuang. Tulang yang tajam harum dieksisi dengan tang rongeur atau dihaluskan dengan stone
wheel, gulungan kasa yang mengandung ZnOE dimasukkan ke dalam soket. Gulungan kasa
tadi tidak boleh terlalu padat karena bisa mengeras dan sulit dikeluarkan. Tablet analgesik dan
obat kumur salin diresepkan, serta pasien dijanjikan untuk kembali 3 hari lagi. Kebanyakan
31
pasien yang dirawat dengan cara ini melaporkan hilangnya rasa sakit, tetapi beberapa pasien
memerlukan pemberian obat sedative lagi atau terkadang diperlukan kauterisasi kimia pada
tulang yang terbuka untuk mengurangi gejala.
Meskipun pemberian ZnOE mengurangi rasa sakit, adanya bahan tersebut menghambat
penyembuhan. Sedangkan satu pack yang teridri dari varnish white head (pigmentum
iodoform compositum B.P.C) pada sebuah pita kasa walaupun kurang efektif mengurangi rasa
sakit, dapat ditinggalkan dalam soket gigi selama 2 atau 3 minggu, dan sewaktu bahan
tersebut dikeluarkan tampak bahwa soket mengalami granulasi. Pita kasa adalah sepotong
gulungan kapas yang dilapisi oleh kasa, ujung bebasnya diikat dengan benang gigi dan
benang jahit. Bila dimasukkan dalam dry socket , bahan ini terkadang tidak begitu sakit
dibandingkan pask pita kasa. Jadi amatlah berguna untuk mempersiapkan bahan ini dalam
berbagai ukuran untuk pengunaan darurat.
9. Anastesi intraligamen sekarang banyak digunakan, bagaiman cara kerjanya?
Suntikan ini menjadi populer belakangan ini setelah adanya syringe khusus untuk tujuan
tersebut. Suntikan intraligamen dapat dilakukan dengan jarum dan syringe konvensional
tetapi lebih baik dengan syringe khusus karena lebih mudah memberikan tekanan yang
diperlukan untuk menyuntikan ke dalam periodontal ligamen. Suntikan intraligamen
dilakukan ke dalam periodontal ligamen.
Caranya :
1. Hilangkan semua kalkulus dari tempat penyuntikan, bersihkan sulkus gingiva dengan
rubber cup dan pasta profilaksis dan berikan desinfektan dengan menggunakan cotton
pellet kecil.
2. Masukkan jarum ke dalam sulkus gingiva pada bagian mesial distal gigi dengan bevel
jarum menjauhi gigi.
3. Tekan beberapa tetes larutan ke dalam sulkus gingiva untuk anastesi jaringan di depan
jarum
32
4. Gerakkan jarum ke apikal sampai tersendat diantara gigi dan crest alveolar biasanya kirakira 2 mm
5. Tekan perlahan-lahan. Jika jarum ditempatkan dengan benar harus ada hambatan pada
penyuntikan dan jaringan di sekitar jarum memutih. Jika tahanan tidak dirasakan, jarum
mungkin tidak benar posisinya dan larutan yang disuntikkan akan mengalir ke dalam
mulut.
6. Suntikan perlahan-lahan, banyaknya 0,2 ml.
7. Untuk gigi posterior, berikan suntikan di sekitar tiap akar.
8. Dapat pula diberikan penyuntikan di bagian mesial dan distal akar tetapi dianjurkan bahwa
tidak lebih dari 0,4 ml larutan disuntikan ke tiap akar.
9. Cartridge harus dibuang dan tidak boleh digunakan untuk pasien yang lain, walaupun
sedikit sekali larutan yang digunakan.
Keuntungan injeksi ligament periodontal baik sebagai anastesi utama atau anastesi tambahan
adalah sebagai berikut :
1. Dapat dilakukan pengontrolan rasa sakit secara cepat dan mudah
2. Pulpa dapat teranastesi selama 30-45 menit, sehingga waktu untuk perawatan satu gigi
cukup tanpa menambah waktu lagi.
3. Lebih nyaman bila disbanding dengan teknik anastesi local yang lain
4. Tidak menimbulkan rasa sakit bila digunakan sebagai tambahan
5. Membutuhkan anastetikum yang lebih sedikit
6. Tidak memerlukan aspirasi sebelum dideponir
7. Dapat digunakan tanpa menyingkirkan rubber dum
8. Dapat digunakan pada pasien dengan gangguan perdarahan yang merupakan kontraindikasi
bagi teknik yang lain
33
9. Dapat digunakan pada pasien anak atau cacat, karena adanya pertimbangan kemungkinan
terjadinya trauma setelah prosedur injeksi karena tergigitnya bibir atau lidah (akibat rasa
kebas).
BAB IV
KESIMPULAN
Pada anak-anak, pencabutan gigi akan dilakukan bila terjadi karies, untuk keperluan
ortodonti, adanya gigi supernumerari dan lain-lain. Dan dalam pencabutannya hampir sama
dengan pencabutan pada gigi orang dewasa, namun di sini alat yang digunakan ukurannya lebih
kecil. Selain itu, penanganan psikis terhadap anaknya sendiri harus lebih diperhatikan sehingga
anak dapat merasa tenang dan rileks saat dilakukan pencabutan.
Dokter gigi pun memerlukan anastesi untuk proses pencabutan ini, agar anak tidak merasa
sakit saat dicabut giginya. Ada teknik anestesi topikal, blok, dan teknik infiltrasi yang dapat
digunakan. Namun, untuk anak-anak bila kegoyangan giginya sudah besar, maka lebih baik
menggunakan anestesi topikal saja. Dan anastesi ini memang lebih sering digunakan karena
anak-anak cenderung merasa lebih nyaman, tanpa harus ditusukkan jarum suntik seperti pada
teknik anastesi lainnya.
Dalam pencabutan pun juga harus diperhatikan riwayat penyakit sistemik dan kepandaian
serta keterampilan dalam melakukannya. Hal ini dilakukan untuk menghindari komplikasi yang
34
aterjadi setelah pencabutan. Dan apabila terjadi komplikasi, hendaknya dokter gigi langsung
dengan segera dapat menangani secara efektif dan di tempat prakteknya menyediakan alat-alat
emergency kit.
35