Anda di halaman 1dari 6

BAB III

BAHAN DAN METODE EVALUASI


III.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan :
1. Data primer
Data primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data dikumpulkan
melalui wawancara langsung dengan koordinator Program Akses Pelayanan Antenatal
( Cakupan K1) di Puskesmas Menteng Palangka Raya.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang tidak langsung memberikan data kepala pengumpul data
dan sifatnya mendukung keperluan data primer. Data dikumpulkan dengan mempelajari
dokumentasi Puskesmas yaitu laporan program Akses Pelayanan Antenatal ( Cakupan
K1) di Puskesmas Menteng Palangka Raya periode Januari-Desember 2015.
Adapun tahapan yang dilakukan setelah seluruh data dikumpulkan yaitu:
1. Mencari tahu masalah yang ada berdasarkan keluaran (output) program Akses
Pelayanan Antenatal ( Cakupan K1) di bagian KIA/KB.
2. Menentukan prioritas masalah dengan menggunakan teknik kriteria matriks.
3. Menentukan penyebab masalah berdasarkan masukan (input), proses, lingkungan dan
4.
5.
6.
7.

umpan balik (feed back).


Menentukan prioritas penyebab masalah.
Mencari alternatif penyelesaian masalah yang paling mungkin bisa dilakukan.
Menentukan prioritas penyelesaian masalah.
Menyusun rencana kegiatan (Plan of Action) yang akan dilakukan untuk menyelesaikan
masalah.

III.2. Indikator dan Tolok Ukur Penilaian


Evaluasi dilakukan pada laporan Program Kunjungan Pertama (K1) di Puskesmas Menteng
Palangka Raya. Rujukan tolak ukur penilaian yang digunakan adalah :
1. Millenium Development Global/ MDGs 2000.
2. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWS-KIA)
Kementrian Kesehatan RI 2010
3. Buku Pedoman Kerja Puskesmas

Akses Pelayanan Antenatal (cakupan K1) termasuk salah satu dari 13


pemantauan program KIA yang dipakai untuk PWS KIA.
36

indikator

1. Akses Pelayanan Antenatal (cakupan K1)


Adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapat pelayanan antenatal oleh
tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Indikator akses ini
digunakan untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan program
dalam menggerakkan masyarakat.
Rumus yang dipakai untuk perhitungannya adalah :

Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun dapat diperoleh melalui proyeksi, dihitung
berdasarkan perkiraan jumlah ibu hamil dengan menggunakan rumus :
1,10 X angka kelahiran kasar (CBR) X jumlah penduduk
Angka kelahiran kasar (CBR) yang digunakan adalah angka terakhir CBR
kabupaten/kota yang diperoleh dari kantor perwakilan Badan Pusat Statistik (BPS) di
kabupaten/kota. Bila angka CBR kabupaten/kota tidak ada maka dapat digunakan angka
terakhir CBR propinsi. CBR propinsi dapat diperoleh juga dari buku Data Penduduk Sasaran
Program Pembangunan Kesehatan 2007 2011 (Pusat Data Kesehatan Depkes RI, tahun 2007).
III.3. Cara Analisis
III.3.1 Menetapkan masalah
Masalah dalam pendekatan sistem adalah kesenjangan antara tolok ukur dengan hasil
pencapaian pada unsur keluaran. Adanya masalah diidentifikasi dengan membandingkan
keluaran pada program dengan tolok ukur. Langkah awal untuk dapat menentukan adanya
masalah dari pencapaian hasil output adalah dengan mengetahui data menetapkan indikator
dan tolok ukur atau standar yang ingin dicapai. Nilai standar atau tolok ukur ini diperoleh dari
berbagai sumber, seperti buku pedoman kerja puskesmas dan stratifikasi puskesmas

III.3.2 Menetapkan prioritas masalah


Masalah-masalah pada komponen output tidak semuanya dapat diatasi secara
bersamaan mengingat keterbatasan kemampuan puskesmas. Selain itu adanya kemungkinan
37

masalah-masalah tersebut berkaitan satu dengan lainnya dimana bila diselesaikan satu
masalah yang paling penting, masalah lainnya dapat teratasi pula. Oleh sebab itu, ditetapkan
prioritas masalah yang akan dicari solusi untuk pemecahannya. Penetapan prioritas masalah
dilakukan dengan melakukan teknik kriterua matriks bila masalah lebih dari satu (criteria
matrix technique). Secara umum kriteria ini dibedakan atas tiga macam:
1. Pentingnya masalah (Importancy = I ) yang terdiri dari :
a. Besarnya masalah (Prevalence = P)
b. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (Severity = S)
c. Kenaikan besarnya masalah (Rate of Increase = RI)
d. Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (Degree of unmeet need = DU)
e. Keuntungan sosial karena selesainya masalah (Social Benefit = SB)
f. Rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (Public Concern = PO)
g. Suasana politik (Political Climate = PC)
2. Kelayakan teknologi (Technology = T)
Makin layak teknologi yang tersedia dan dapat dipakai untuk mengatasi masalah,
makin diprioritaskan masalah tersebut.
3. Sumber daya yang tersedia (Resources = R)
Terdiri dari tenaga (man), dana (money), dan sarana (material). Makin tersedia
sumberdaya yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah makin diprioritaskan
masalah tersebut. Beri nilai antara 1 (tidak penting) sampai dengan 5 (sangat penting)
pada tiap kotak dalam matriks sesuai dengan jenis masalah masing-masing. Masalah
yang dipilih sebagai prioritas adalah yang memiliki nilai I x T x R tertinggi.1
II.3.3 Penentuan Penyebab Masalah
Penentuan penyebab masalah dapat dilakukan dengan membandingkan tolak
ukur dengan standar- standar input, proses, dan lingkungan. Penentuan penyebab
masalah dilakukan melalui pengamatan terhadap tolak ukur standar input yang
meliputi tenaga, dana, sarana, dan metode. Standar proses yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pencatatan dan pelaporan, dan
pengawasan. Standar lingkungan dan umpan balik yang meliputi lingkungan dan
umpan balik.
III.3.3.1. Kerangka Konsep

38

Kerangka konsep dibuat untuk menentukan penyebab masalah yang telah


diprioritaskan. Hal ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor penyebab masalah yang
telah diprioritaskan tadi yang berasal dari komponen sistem yang lainnya, yaitu komponen
input, proses, lingkungan dan umpan balik. Dengan menggunakan kerangka konsep
diharapkan semua faktor penyebab masalah dapat diketahui dan diidentifikasi sehingga tidak
ada yang tertinggal.1
III.3.3.2 Identifikasi Penyebab Masalah
Selanjutnya berbagai penyebab masalah yang terdapat pada kerangka konsep
diidentifikasikan. Identifikasi dilakukan dengan mengelompokkan faktor-faktor dalam unsur
masukan, proses, umpan balik, dan lingkungan yang diperkirakan berpengaruh terhadap
prioritas masalah. Masing-masing faktor ditentukan indikator serta tolok ukur kemudian
membandingkannya. Suatu faktor ditetapkan menjadi penyebab masalah jika ada kesenjangan
antara pencapaian indikator dengan tolok ukur.
Penyebab masalah bisa lebih dari satu. Namun tidak semua penyebab dapat diselesaikan
karena mungkin ada masalah yang saling berkaitan dan adanya keterbatasan kemampuan
dalam menyelesaikan semua penyebab masalah.1
III.3.4. Alternatif Pemecahan Masalah dan Pemecahan Masalah Terpilih
III.3.4.1. Alternatif Pemecahan Masalah
Berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat, dipilih satu
cara pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Pemilihan
prioritas cara pemecahan masalah ini dengan memakai metode CARL.
Metode CARL merupakan metode yang cukup baru di kesehatan. Metode CARL
didasari pada serangkaian kriteria yang harus diberi skor 1-10. Kriteria CARL
tersebut mempunyai arti :
a. C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan).
b. A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak.
Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode/cara/teknoloi serta penunjang
pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
c. R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti
keahlian atau kemampuan dan motivasi.
d. L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan

masalah

yang

dibahas.

Setelah masalah atau alternatif pemecahan masalah diidentifikasi, kemudian dibuat


tabel kriteria CARL dan diisi skornya.

39

Rumus CARL adalah: C x A x R x L

III.3.4.2. Pemecahan Masalah Terpilih


Berbagai alternatif cara pemecahan masalah yang telah dibuat, dipilih satu cara
pemecahan masalah yang dianggap paling baik dan memungkinkan. Pemilihan prioritas cara
pemecahan masalah ini dengan memakai teknik kriteria matriks. Dua kriteria yang lazim
digunakan adalah efektivitas dan efisiensi jalan keluar.1
1. Efektivitas jalan keluar
Tetapkan nilai efektifitas untuk setiap alternatif jalan keluar dengan memberikan angka 1
(paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif). Prioritas jalan keluar adalah
yang nilai efektifitasnya paling tinggi. Untuk menentukan efektifitas jalan keluar
digunakan kriteria tambahan yand dapat dilihat di bawah ini.1
a. Besarnya masalah yang dapat diselesaikan (Magnitude)
Makin besar masalah yang dapat diatasi, makin tinggi prioritas jalan keluar tersebut.
b. Pentingnya jalan keluar (Importancy)
Pentingnya jalan keluar dikaitkan dengan kelanggengan masalah. Makin lama masa
bebas masalahnya, makin penting jalan keluar tersebut.
c. Sensitivitas jalan keluar (Vulnerability)
Sensitivitas dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah. Makin cepat
masalah teratasi, makin sensitif jalan keluar tersebut.
2. Efisiensi jalan keluar
Tetapkan nilai efisiensi untuk setiap alternatif jalan keluar. Nilai efisiensi ini biasanya
dikaitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan untuk melaksanakan jalan keluar. Makin
besar biaya yang diperlukan, makin tidak efisien jalan keluar tersebut. Berikan angka 1
(biaya paling sedikit) sampai dengan angka 5 (biaya paling besar).
Nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif jalan keluar ditentukan dengan membagi nilai
hasil perkalian M x I x V dengan C. Alternatif jalan keluar dengan nilai P tertinggi adalah
prioritas jalan keluar yang terpilih. Lebih jelas rumus untuk menghitung prioritas jalan
keluar dapat dilihat di bawah ini:
P = MxIxV
C
Keterangan :

P = Priority; M = Magnitude; I= Importancy; V= Vulnerability; C =

Cost
40

41

Anda mungkin juga menyukai