bervalensi tiga. Pada kondisi tertentu dimana kurang kontak dengan udara, besi berada
sebagai besi bervalensi dua.
Metode analisis besi yang sering digunakan adalah dengan spektrofotometri sinar
tampak, karena kemampuannya dapat mengukur konsentrasi besi yang rendah. Analisis
kuantitatif besi dengan spektrofotometri dikenal dua metode, yaitu metode orto-fenantrolin
dan metode tiosinat. Besi bervalensi dua maupun besi bervalensi tiga dapat membentuk
kompleks berwarna dengan suatu reagen pembentuk kompleks dimana intensitas warna yang
terbentuk dapat diukur dengan spektrofotometri sinar tampak. Karena orto fenantrolin
merupakan ligan organik yang dapat membentuk kompleks berwarna dengan besi(II) secara
selektif (Kartasasmita, et al. 2009).
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum
phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu
alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun
kualitatif dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi
dari konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas
yang panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam
kalorimetri perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat
disebut juga spektrofotometri adsorpsi atomic (Harjadi, 1990).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi.
Kelebihan spectrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih
dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau
celah optis. Pada fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin
diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek
panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang
benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.
Suatu
spektrofotometer
tersusun
dari
sumber
spektrum
tampak
yang
kontinyu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk
mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar,
2002).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan
tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang ada, konsentrasi
dan tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam
larutan, makin banyak sinar yang diserap (Anonim, 2011).
C. Alat dan Bahan
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. Spektronik 20D
2. Labu takar 100 ml 6 buah
3. Pipet ukur 10 ml
4. Pipet tetes
5. Gelas piala
6. Tabung reaksi
7. Filler
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:
1. O-fenantrolin 0,025% 50 ml
2. Natrium asetat
3. Hidrosilamin klorida 10 % 50 ml
4. Larutan baku Fe (II) 50 mg/L = 50 ppm 10 ml
D. Prosedur Kerja
Penentuan panjang gelombang ( ) maksimum
Ferri (II) klorida (FeCL3)
-
Ditambahkan 5 ml hidroksilamin
Ditambahkan 5 ml fenantrolin
Ditambahkan 5 ml hidroksilamin
Ditambahkan 5 ml fenantrolin
Ditambahkan FeCL3 1 ml
Hasil pengamatan?
Penentuan nilai absorbansi FeCL3
- Dimasukan 1 ml, 2 ml, 3 ml, 4 ml, dan 5 ml ke dalam 5 buah labu takar 25 ml
-
Ditambahkan fenantrolin 1 ml
Diencerkan hingga 25 ml
1. Tabel
Absorbansi Larutan Standar FeCl3
Konsentrasi FeCl3
1 ppm
495
-0,022
2 ppm
495
0,047
3 ppm
495
0,162
4 ppm
495
0,247
5 ppm
495
0,348
Sampel
Air sungai
495
-0,026
Air PAM
495
-0,042
Air selokan
495
0,584
2. Perhitungan
Dari kurva kalibrasi standar di dapatkan persamaan linear (y = 0,094x + 0,125)
Dimana (y) menyatakan nilai pengukuran absorbansi (x) menyatakan kadar Fe dalam sampel,
jadi:
Pada sampel air sungai
Dik :
y = -0,026
Peny :
y = 0,094x + 0,125
-0,026
= 0,094x + 0,125
0,094x
= -0,026 0,125
0,094x
= -0,151
x
= -1,606
Pada sampel air PAM
Dik :
y = -0,042
Peny :
y = 0,094x + 0,125
-0,042
= 0,094x + 0,125
0,094x
= -0,042 0,125
0,094x
= -0,167
x
= -1,776
Pada sampel air selokan
Dik :
y = 0,584
Peny :
y = 0,094x + 0,125
0,584
= 0,094x + 0,125
0,094x
= 0,584 0,125
0,094x
= 0,459
x
= 4,883
F. Pembahasan
Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor
fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual
dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel
diukur pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk
menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda
Pada percobaan kali ini, dilakukan analisis penentuan kadar besi Fe(II) dalam sampel
air dengan teknik spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometri yang digunakan tepatnya adalah
spektrofotometri cahaya tampak, karena logam besi mempunyai panjang gelombang lebih
dari 400nm, sehingga jika menggunakan spktrofotometri UV, logam besi dalam sampel tidak
terdeteksi. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Syarat analisis menggunakan visibel adalah
cuplikan yang dianalisis bersifat stabil membentuk kompleks dan larutan berwarna. Oleh
karena itu, dalam pennetuan kadar besi dalam air, perlu ditambahakan hidroksilamin-HCl 5%
untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Besi dalam keadaan Fe2+ akan lebih stabil dibandingkan
besi Fe3+. Dalam keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna sehingga perlu ditambhankan
larutan orto-fenantrolin agar membentuk kompleks larutan berwarna.
Reaksi antara besi dengan orto-fenantrolin merupakan reaksi kesetimbangan dan
berlangsung pada pH 6 sampai 8. Karena alasan tersebut, pH larutan harus dijaga tetap
dengan cara menambahkan garam natrium asetat. Penambahan larutan natrium asetat
dilakukan sebelum penambahan orto-fenantrolin. Dalam penentuan kadar fe dalam sampel
menggunakan spektrofotometri visibel perlu dibuat larutan standar. Tujuannya adalah untuk
membuat kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk menghitung kadar besi dalam
sampel air.
Pada percobaan, mula-mula diukur absoransi larutan standar (FeCl3) dengan panjang
gelombang sebesar 495 nm. Larutan standar tersebut dimasukkan dalam lima tabung berbeda
dengan konsentrasi yang berbeda pula, yakni pada konsentrasi 1 ppm, 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm,
dan 5 ppm. Setelah absorbansi pada kelima larutan standar tersebut, dapat dilihat bahwa
semakin besar konsentrasi larutan standar, maka semakin besar pula absorbansinya.
Selanjutnya, dilakukan pengukuran absorbansi sampel air dengan panjang gelombang
sebesar 495 nm. Pada percobaan yang telah dilakukan, diambil tiga sampel air berbeda
dengan masing-masing sampel sebanyak 25ml, yakni air sungai, air PAM, dan air selokan.
Setelah dilakukan pengukuran, diperoleh data bahwa air sungai memiliki nilai absorbansi
sebesar -0,026, air PAM memiliki nilai absorbansi sebesar -0,042, sedangkan air selokan
memiliki nilai absorbansi sebesar 0,584. Dari data tersebut dibuat kurva kalibrasi yaitu plot
kedalam grafik hubungan antara konsentrasi dan transmitansi sehingga grafik yang dihasilkan
adalah sebagai berikut :
Dari grafik tersebut diperoleh nilai persamaan garis y = 0,094x + 0,125. Persamaan
garis tersebut digunakan untuk menghitung kadar besi dalam sample air sumur. Dari
persamaan agris tersebut y menyatakan absorbansi sampel, sedangkan x menyatakan kadar Fe
yang dikandungnya. Melalui perhitungan diperoleh data kandungan besi pada ketiga sampel
air yang telah diuji.
G. Kesimpulan
Melalui percobaan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa sampel air
sungai memiliki kadar besi sebesar -1,606. Sampel air PAM memiliki kadar besi sebesar
-0,776. Sedangkan sampel air selokan, memiliki kadar besi sebesar 4,883.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011. Penuntun Praktikum Kimia Analitik. Universitas Haluoleo. Kendari.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Kartasasmita, E., Tuslinah, L., Fawaz, M. 2009. Penentuan Kadar Besi(II) dalam Sediaan Tablet
Besi(II) Sulfat Menggunakan Metode Orto-Fenantrolin. Jurnal Kesehatan Vol (1) No.1.
Hal:69-78. Jurusan Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada.
Tasikmalaya.
Khopkar, S.M., 2003, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.
Trianjaya, Zunaidi. 2009. Penentuan Kadar Besi pada Soft Water secara Spektrofotometri di PT.
Cocacola Bottling di Indonesia. Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Utara. Medan.