Anda di halaman 1dari 44

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 1

KATA PENGANTAR
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis ucapkan
puji dan syukur kehadirat-Nya, karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan semua kewajiban berupa tugas Praktek dan penyusunan laporan sebagai
pertanggung jawaban dari kegiatan yang dilaksanakan pada saat Praktek FMS 1 (Flexible
Manufacturing System 1) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Penyusunan laporan ini
diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah FMS 1 (Flexible Manufacturing System 1).
Laporan ini disusun oleh penulis setelah melaksanakan Praktek di Laboratorium FMS
selama 5 hari terhitung dari tanggal 14 Maret 2016 sampai dengan 18 Maret 2016.

Semoga

segala bantuan yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan yang lebih baik dari
Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian dan pembahasan masalah dalam laporan ini
masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis
miliki. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mohon maaf yang sebesarbesarnya. Dengan adanya hal tersebut penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan laporan ini sehingga akan jauh lebih baik pada masa yang
akan datang.
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah dan rahmat-Nya
kepada kita semua. Amin.

Bandung, 21 Maret 2016


Hormat saya,

PENULIS

POLMAN Bandung

PRAKTIKUM FMS
Hal. 2

FMS-1

Catatan Mingguan Praktik AE


Program : FMS-1

Hari / Tanggal

Kegiatan
Apel Pagi
Penjelasan praktikum
Istirahat
Senin, 14 Maret
Mempelajari hardware plant & pencatatan I/O sensor
2016
Istirahat
Pembuatan diagram langkah & program processing
Apel Sore
Apel Pagi
Pembuatan program processing
Istirahat
Selasa, 15 Maret
Uji coba program ke dalam plant handling
2016
Istirahat
Analisa program processing
Apel Sore
Rabu, 16 Maret Apel Pagi
2016
Pembuatan program revisi processing
Istirahat
Uji coba program revisi processing
Istirahat
Analisa program revisi processing
Apel Sore
Kamis, 17 Maret Apel Pagi

Waktu
06.55 07.00
07.00 09.00
09.00 09.20
09.20 11.40
11.40 12.40
12.40 15.10
15.10 15.20
06.55 07.00
07.00 09.00
09.00 09.20
09.20 11.40
11.40 12.40
12.40 15.10
15.10 15.20
06.55 07.00
07.00 09.00
09.00 09.20
09.20 11.40
11.40 12.40
12.40 15.10
15.10 15.20
06.55 07.00

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Jumat, 18 Maret
2016

Sabtu, 19 Maret
2016

Test Gelombang 1
Istirahat
Test Gelombang 1
Istirahat
Test Gelombang 1
Apel Sore
Apel Pagi
Test Gelombang 2
Istirahat
Test Gelombang 2
Istirahat
UKM
Apel Sore
Libur

Hal. 3

07.00 09.00
09.00 09.20
09.20 11.40
11.40 12.40
12.40 15.10
15.10 15.20
06.55 07.00
07.00 09.00
09.00 09.20
09.20 10.30
11.00 13.20
13.20 15.00
15.00 15.10

BAB I
PENDAHULUAN
Hingga akhir tahun 1970, sistem otomasi mesin dikendalikan oleh relai elektromagnet.
Dengan semakin meningkatnya perkembangan teknologi, tugas-tugas pengendalian dibuat
dalam bentuk pengendalian terprogram yang dapat dilakukan antara lain menggunakan PLC
(Programmable Logic Controller). PLC (Programmable Logic Control) adalah sebuah alat
yang digunakan untuk menggantikan rangkaian sederetan relai yang dijumpai pada sistem
kontrol proses konvensional. PLC bekerja dengan cara mengamati masukan (melalui sensorsensor yang terkait), kemudian melakukan proses dan melakukan tindakan sesuai yang
dibutuhkan, yang berupa menghidupkan atau mematikan keluarannya (logik, 0 atau 1, hidup
atau mati). Program yang dibuat umumnya dinamakan ladder diagram yang kemudian harus
dijalankan oleh PLC yang bersangkutan. Dengan kata lain, PLC menentukan aksi apa yang
harus dilakukan pada instrumen keluaran berkaitan dengan status suatu ukuran atau besaran
yang diamati.
Dengan PLC, sinyal dari berbagai peralatan luar diinterfis sehingga fleksibel dalam
mewujudkan sistem kendali. Disamping itu, kemampuannya dalam komunikasi jaringan

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 4

memungkinkan penerapan yang luas dalam berbagai operasi pengendalian sistem. Dalam
sistem otomasi, PLC merupakan jantung sistem kendali. Dengan program yang disimpan
dalam memori PLC, dalam eksekusinya, PLC dapat memonitor keadaan sistem melalui
sinyal dari peralatan input, kemudian didasarkan atas logika program menentukan rangkaian
aksi pengendalian peralatan output luar. PLC dapat digunakan untuk mengendalikan tugastugas sederhana yang berulang-ulang, atau di-interkoneksi dengan yang lain menggunakan
komputer melalui sejenis jaringan komunikasi untuk mengintegrasikan pengendalian proses
yang kompleks. Cara kerja sistem kendali PLC dapat dipahami dengan diagram blok seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.1

Gambar 1.1 Blok Diagram PLC


Dari gambar terlihat bahwa komponen sistem kendali PLC terdiri atas PLC, peralatan input,
peralatan output, peralatan penunjang, dan catu daya. Penjelasan masing-masing komponen
sebagai berikut :
1. PLC
PLC terdiri atas CPU (Central Processing Unit), memori, modul interface input dan
output program kendali disimpan dalam memori program. Program mengendalikan PLC
sehingga saat sinyal iput dari peralatan input on timbul respon yang sesuai. Respon ini
umumnya mengonkan sinyal output pada peralatan output. CPU adalah mikroprosesor
yang mengkordinasikan kerja sistem PLC. ia mengeksekusi program, memproses sinyal
input/ output, dan mengkomunikasikan dengan peralatan luar. Memori adalah daerah yang

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 5

menyimpan sistem operasi dan data pemakai. Sistem operasi sesungguhnya software
sistem yang mengkordinasikan PLC. Program kendali disimpan dalam memori pemakai.
Ada dua jenis memori yaitu : ROM (Read Only Memory) dan RAM (Rando Access
Memory). ROM adalah memori yang hanya dapat diprogram sekali. Penyimpanan
program dalam ROM bersifat permanen, maka ia digunakan untuk menyimpan sistem
operasi. Ada sejenis ROM, yaitu EPROM (Erasable Programmable Read Only Memory)
yang isinya dapat dihapus dengan cara menyinari menggunakan sinar ultraviolet dan
kemudian diisi program ulang menggunakan PROM Writer.

2. Peralatan Input
Peralatan input adalah yang memberikan sinyal kepada PLC dan selanjutnya PLC
memproses sinyal tersebut untuk mengendalikan peralatan output. Peralatan input itu
antara lain:
Berbagai jenis saklar, misalnya tombol, saklar toggle, saklar batas, saklar level, saklar
tekan, saklar proximity.
Berbagai jenis sensor, misalnya sensor cahaya, sensor suhu, sensor level,
Rotary encoder
3. Peralatan Output
Sistem otomasi tidak lengkap tanpa ada peralatan output yang dikendalikan.
Peralatan output itu misalnya:

Kontaktor
Motor listrik
Lampu
Buzer

4. Peralatan Penunjang
Peralatan penunjang adalah peralatan yang digunakan dalam sistem kendali PLC,
tetapi bukan merupakan bagian dari sistem secara nyata. Maksudnya, peralatan ini
digunakan untuk keperlua tertentu yang tidak berkait dengan aktifitas pegendalian.
Peralatan penunjang itu, antara lain:

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 6

Berbagai jenis alat pemrogram, yaitu komputer, software ladder, konsol pemrogram,
programmable terminal, dan sebagainya.
Berbagai software ladder, yaitu : SSS, LSS, Syswin, Step 7 dan CX Programmer, GX
Developer.
Berbagai jenis memori luar, yaitu : disket, CD ROM, flash disk.
Berbagai alat pencetak dalam sistem komputer, misalnya printer, plotter.

BAB II
DASAR TEORI
2.1 Plant Processing (Processing Station)
Processing adalah sebuah ketentuan umum dalam langkah-langkah produksi seperti forming,
form change, machining, dan joining. Menurut VDI 2860, Forming is the creation of
geometrically determined bodies made of formless substances. Form changeis the changing
of geometrical shapes and/or the dimensions of bodies. Machining is the changing of
material characteristics and/or surface finish of bodies. Joining is the permanent joining of
several bodies.
Adapun fungsi dari plant processing (processing station) yaitu;
a) Untuk mengecek karakteristik dari sebuah benda kerja (misalnya: apakah sebuah
lubang sudah benar letaknya?)
b) Untuk proses pemesinan dari sebuah benda kerja
c) Untuk memberikan sebuah benda kerja ke proses selanjutnya atau sekuen berikutnya
atau stasion selanjutnya
Pada sebuah plant processing (processing station) terdapat beberapa komponen yaitu;
a) Rotary Indexing Table Module
Rotary indexing table module dapat berputar karena adanya sistem DC gear-motor.
Setiap plate yang terdapat pada rotary table ini dilengkapi dengan lubang yang
nantinya dapat diintegrasikan dengan sebuah sensor.

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 7

Gambar 2.1 Rotary Indexing Table Module


b) Testing Module
Testing module digunakan untuk mengecek posisi dari sebuah benda kerja, apakah
benda tersebut terbalik atau tidak. Bila posisi benar maka silinder akan menonjok
hingga posisi maksimalnya. Alat ini juga dilengkapi dengan sensor proximity induktif
yang terletak pada atas silinder.

Gambar 2.2 Testing Module


c) Drilling Module
Drilling module digunakan untuk proses simulasi dari internal grinding/polishing.
Alat ini dilengkapi dengan 2 limit switches pada posisi maksimum dan minimum dari
pergerakan naik-turun drilling module ini.

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 8

Gambar 2.3 Drilling Module


d) Clamping Module
Clamping module digunakan untuk proses pencekaman sebagai syarat bahwa proses
drilling bisa berlanjut.

Gambar 2.4 Clamping Module


e) Sorting Gate Module, Electrical
f) Profile Plate
g) Trolley
h) Control Console
i) PLC Board

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 9

Gambar 2.5 Gambar Plant Processing (Processing Station)


2.2 Tutorial GX Developer
2.2.1 Apa itu GX Developer?
GX Developer adalah sebuah perangkat lunak/software keluaran MELSOFT Mitsubishi yang
dapat digunakan untuk membuat sebuah program PLC(baik itu berupa ladder diagram
maupun grafcet/SFC) dimana PLC yang dapat diprogram adalah PLC keluaran Mitsubishi
baik itu FX series, maupun Q series.

Gambar 2.6 Software GX Developer

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 10

2.2.2 Langkah-langkah membuat project baru di GX Developer


a) Pertama pastikan pada komputer telah terpasang software GX Developer, kemudian
buka GX Developer, tampilannya sebagai berikut;

Gambar 2.7 Tampilan utama GX Developer


b) Pada kiri atas, klik >Project, kemudian pilih >New project, seperti yang terlihat pada
gambar di bawah ini;

Gambar 2.8 Tampilan Box Project


c) Setelah itu akan muncul box seperti pada gambar di bawah ini, pilih >PLC series
untuk memilih PLC series yang akan digunakan, pilih >PLC type untuk memilih

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 11

tipe PLC yang akan digunakan, pilih option >Program type untuk memilih tipe
program yang akan digunakan, bila sudah kemudian klik >OK.

Gambar 2.9 Tampilan Box New project


d) Setelah itu akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini, selanjutnya:
A. Klik salah satu device, misalnya kita memilih kontak NO, tekan ikon pada
toolbar atau tekan F5.
B. Isi alamat device tersebut, untuk input gunakan simbol X kemudian angka di
belakang X merupakan alamat device tersebut.
C. Lalu tekan OK atau tekan Enter pada keyboard.

PRAKTIKUM FMS
FMS-1

Hal. 12

e) Setelah itu akan muncul tampilan seperti gambar di bawah ini.

f) Untuk device output, dalam penulisan terdapat perbedaan yaitu menggunakan ikon
coil atau tekan F7 kemudian simbol yang digunakan yaitu Y dan di belakang Y
adalah alamat dari device output tersebut.

g) Setelah itu tampilan akan berubah menjadi seperti gambar di bawah ini.

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 13

h) Langkah selanjutnya yaitu meng-convert program yang telah dibuat dengan cara klik
>Convert pada toolbar dan kemudian klik >Convert pada subtoolbar atau tekan F4
untuk cara pintasnya.

i) Setelah itu tampilan pada program akan berubah seperti gambar di bawah ini, yang
tadinya program diblok dengan warna abu-abu kemudian warna abu-abu akan
menghilang tanda bahwa program telah di-convert.

2.2.3 Langkah-langkah mengecek koneksi GX Developer dengan PLC


a) Pertama pastikan kabel USB-to-PLC (Prolific) sudah terpasang.
b) Kemudian cek COM port pada device manager.

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 14

c) Setelah itu pilih >Online pada toolbar, kemudian pilih >Transfer setup pada
subtoolbar.

d) Kemudian akan muncul box Transfer setup seperti gambar di bawah ini.

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 15

e) Setelah itu sesuaikan COM port yang digunakan pada device manager dengan cara
double klik pada Serial.

f) Setelah itu akan muncul pilihan seperti gambar berikut ini, pilih COM yang
digunakan, kemudian klik >OK.

PRAKTIKUM FMS
FMS-1

Hal. 16

g) Kemudian klik >Connection test, dikatakan berhasil jika muncul dialog box yang
menyatakan Succesfully connected to ...

h) Terakhir pilih >OK untuk mengakhirinya.

2.2.4 Langkah-langkah menuliskan(write) program ke PLC


a) Pertama pilih >Online pada toolbar kemudian pilih >Write to PLC pada subtoolbar.

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 17

b) Kemudian akan muncul box seperti gambar di bawah ini, pilih checkbox MAIN dan
PARAMETER, kemudian klik >Execute.
c) Setelah selesai klik> Close untuk menutup box.
d) Program pun dapat dijalankan pada PLC dengan cara mengubah switch RUN pada
PLC.
e) Kita juga dapat mengawasi sekaligus meng-edit program yang sedang berjalan
dengan cara memilih >Online pada toolbar kemudian pilih >Monitor dan kemudian
pilih >Monitor(Write mode) seperti gambar di bawah ini.

BAB III
PRAKTIKUM PROCESSING STATION

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 18

3.1 Tujuan
a) Mahasiswa dapat membuat program PLC menggunakan software GX Developer
baik itu menggunakan metode ladder diagram ataupun metode grafcet.
b) Mahasiswa dapat memahami proses sekuensial pada processing station.
c) Mahasiswa dapat membuat program PLC untuk menggerakkan proses pada
processing station baik itu secara manual maupun otomatis.
3.2 Alat dan bahan
a)

Laptop yang dilengkapi dengan software GX Developer

b) Kabel Prolific (USB-to-Serial)


c)

Processing station (PLC:Mitsubishi FX2N(C))

3.3 Deskripsi
Prinsip kerja
a. Otomatis
Sensor benda kerja setelah mendeteksi benda kerja dan push button START ditekan
maka rotary table akan berputar sekali, yaitu akan memindahkan benda kerja ke
proses checking. Sampai di stasiun checking, sensor akan mendeteksi benda kerja dan
kemudian silinder checking akan turun dan kemudian naik kembali tanda benda telah
dicek. Kemudian rotary table akan berputar sekali lagi, sehingga benda kerja akan
masuk ke stasiun drilling. Setelah sensor pada stasiun drilling mendeteksi benda kerja
maka silinder cekam maju untuk mencekam benda kerja setelah itu bor akan menyala
dan turun serta naik kembali untuk proses drilling. Setelah itu rotary table akan
berputar sekali lagi, sehingga benda kerja akan masuk stasiun sortir untuk disortir.
Demikian seterusnya hingga proses dihentikan dengan push button STOP atau push
button RESET yang mengembalikan proses ke posisi awal.
b. Manual
Pada proses manual, proses yang terjadi sama namun yang membedakan yaitu
untuk setiap prosesnya operator harus menekan push button START.
3.4 Fungsi Tombol
a. X010 (Start)

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 19

Tombol ini berfungsi untuk memulai proses prosesing dengan syarat prosesing
station harus berada dalam kondisi ready position.
b. X011 (Stop)
Tombol ini berfungsi untuk menghentikan proses prosesing tepat pada saat
ketika tombol sehingga prosesing tidak akan melanjutkan proses
c. X012 (Auto / Manual)
X012 merupakan selector untuk memilih kondisi Auto / Manual. Apabila Auto
aktif, maka proses akan berlangsung terus menerus hanya dengan sekali
menekan tombol start. Apabila sensor mendetect benda kerja, maka proses akan
kembali mengulang dari awal tanpa harus menekan tombol start terlebih dahulu.
Keadaan Manual meruapakan keadaan dimana harus menekan tombol start
(X010) dalam setiap prosesnya.
d. X013 (Reset)
Tombol ini berfungsi mengembalikan silinder dan gripper pada ready position
setelah tombol stop ditekan yang menyebabkan proses prosesing berhenti.
3.5 Allocation I/O, Memory, Timer
3.5.1

Input

3.5.2

Output

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

3.5.3

Memory

Hal. 20

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

3.5.4

Timer

Hal. 21

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

3.6 State Diagram

3.7 Electrical dan PLC Wiring


3.7.1

Electrical Wiring

Hal. 22

PRAKTIKUM FMS
FMS-1

Hal. 23

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

3.7.2

PLC Wiring

Hal. 24

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 25

3.8 Ladder diagram dan Analisa


3.8.1

Deklarasi Input Sensor

Input sensor dari stasion terlebih dahulu di deklarasikan pada memori untuk
memudahkan pemanggilan input pada pemrograman. Misalkan jika ingin memanggil
Input 1B2 yang sebagai limit switch level bawah maka hanya perlu memanggil
memori 5 (M5). Pendeklarasian input pada memori ini merupakan standarisasi
pemrograman ladder Jepang.

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

3.8.2

Hal. 26

Skema Pemrograman Mode

Program ladder diatas menunjukan pemilihan mode pada pengoperasian


stasion processing. Terdapat dua mode pengoperasian yaitu mode manual dan mode
auto. Pada mode auto memori M7 sebagai pentrigger awal pengoperasian. M7 akan
aktif jika selektor switch auto/manual X012 pada kondisi open contact / NO,
kemudian push button start X010 ditekan dan kontak NO dari M7 melakukan self
holding sehingga mempertahankan kondisi M7 agar tetap aktif. Sedangkan pada
mode manual M8 sebagai pentrigger awalnya. Berbeda dengan mode auto, mode
manual aktif jika selektor switch auto/manual pada kondisi close contact, kemudian
push button ditekan dan kontak NO dari M8 akan melakukan self holding untuk
mempertahankan kondisi M8 agar tetap aktif. Kedua mode tidak akan bisa aktif
secara bersamaan karena terdapan kontak NC yang berlawanan sebagai pemutus dari
kedua mode tersebut. M7 akan nonaktif jika M8 aktif karena terdapat kontak NC dari
M8 pada line menuju coil M7. Dan juga sebaliknya M8 akan nonaktif jika M7 aktif,
karena terdapat kontak NC dari M7 pada line menuju coil M8. Masing-masing mode
memiliki indikator lampu sebagai informasi bagi operator. Mode auto mempunyai
indikator Q4 dengan alamat output Y014 dan mode manual mempunyai indikator Q5
dengan alamat output Y015.
3.8.3

Skema Pemrograman Tombol

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 27

PROGRAM UTAMA

Pada program ladder diatas menunjukan skema untuk mengaktifkan suatu


fungsi MCR. MCR adalah suatu fungsi pengaktif system dan penonaktif system.
Sistem yang dimaksud berupa runtutan program ladder yang mengandung suatu
proses kerja, mencakup awal pemrograman hingga akhir pemrograman proses kerja.
Dalam hal ini MCR digunakan sebagai RESET. Kondisi awal MCR akan aktif karena
terdapat kontak NO dar PB stop. Perlu diketahui push button stop memiliki kondisi
awal NC sehingga jika diberi kontak NO maka dia akan mengalir. Dan ketika push
button start X010 ditekan maka M41 akan aktif dan mempertahankan kondisinya
karena kontak NO M41 melakukan self holding. Dan kontak NO yang lain
mengaktifkan MCR sehingga sistem proses kerja akan berjalan. Kondisi akan berubah
jika push button stop X011 ditekan, maka M41 akan nonaktif sehingga sistem proses
kerja akan nonaktif. Dan untuk mengaktifkan kembali sistem dibutuhkan push button
reset X013.

3.8.4

Lamp Start and Reset Blinking

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 28

Program ladder diatas menunjukan proses blinking yang terjadi pada LED
yang terdapat pada push button start dan reset. Reset Blinking Y011 akan aktif jika
push button stop ditekan sehingga mengaktifkan memori M42 dan kontak NO nya
melakukan self holding untuk mempertahankan kondisinya. Kontak NO M41 yang
lainnya sebagai trigger awal dari Y011, kemudian proses blinking diatur dengan
fungsi M8013 yang akan selalu memberi pulsa setiap 0,5 detik sehingga Y011 akan
aktif secara blinking. Begitu pula dengan start blinking Y010 yang akan aktif jika M0
sensor proximity B3 rotary table aktif, M1 sensor proximity PART_AV aktif dan
fungsi memori blinking M8013.

3.8.5

Deklarasi Kondisi Bersamaan

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 29

Program ladder diatas menunjukan pendeklarasian suatu kondisi yang harus


digunakan secara bersamaan. Kondisi ready M9 digunakan jika M0 dan M1 aktif.
Kemudian kondisi detect stamp M10 digunakan jika M0 dan M2 aktif. Dan kondisi
detect drill M11 digunakan jika M0 dan M4 aktif sehingga M11 akan aktif.

3.8.6

Mode Auto

Mula-mula proses auto berjalan ketika mode auto aktif M7 dan M9 aktif yang
artinya PART_AV dan proximity rotary table aktif maka perotasian pertama akan berjalan.

PRAKTIKUM FMS
FMS-1

Hal. 30

Kemudian rotasi akan berhenti ketika M10 aktif dan mengaktifkan koil M13.
Sehingga kontak NC M13 menjadi pemutus line menuju rotasi 1 sehingga rotasi 1 nonaktif
dan menyatakan proses rotasi pertama selesai.

Pada proses stamp dibutuhkan syarat proses sebelumnya yaitu M13 tetapi akan
lebih baik digunakan delay untuk gerakan yang lebih halus. Sehingga syarat yang dipakai
yaitu T0 delay to stamp kemudian syarat selanjutnya yaitu M10 harus aktif. Jika syarat-syarat
tersebut terpenuhi maka M14 akan aktif sehingga kontak NO nya melakukan self holding
untuk mempertahankan kondisinya dan kontak NC nya memutus aliran pada koil M13. Timer
T8 akan mendelay waktu stamping selama 30 detik.

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 31

Untuk menghentikan proses stamp dibutuhkan syarat M3 yaitu sensor


proximity B4 dan juga proses sebelumnya T8. Memori stop stamp M15 akan aktif
dan dipertahankan kondisinya oleh kontak NO nya yang melakukan self holding dan
kontak NC dari M15 akan memutus aliran pada koil M14.

Kemudian dilanjutkan pada perotasian yang kedua yaitu hanya dengan


syarat proses sebelumnya M15. Maka M16 akan aktif melakukan rotasi 2 yang kontak
NO nya melakukan self holding untuk mempertahankan kondisi dan kontak NC nya
memutus aliran koil M15.

Untuk menghentikan rotasi dibutuhkan syarat dari proses sebelumnya M16


dan sensing pada detect drill M11. Memori stop rotasi 2 akan aktif yang kontak NO

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 32

nya melakukan self holding untuk mempertahankan kondisi dan kontak NC nya
memutus aliran koil M16.

Pada proses clamp dibutuhkan syarat M11 dan proses sebelumnya M17
tetapi akan lebih baik digunakan delay untuk gerakan yang lebih halus. Sehingga
syarat yang dibutukan yaitu T1 dan M11. M18 akan aktif yang kontak NO nya
melakukan self holding untuk mempertahankan kondisi dan kontak NC nya memutus
aliran koil M17.

Pada proses drill dibutuhkan syarat dari proses sebelumnya yaitu M18 tetapi
akan lebih baik digunakan delay untuk memperhalus gerakan. Sehingga syarat yang
dibutuhkan hanya T2. M19 akan aktif dan kontak NO nya melakukan self holding
untuk mempertahankan kondisinya.

PRAKTIKUM FMS
FMS-1

Hal. 33

Pada proses turunnya spindle dibutuhkan syarat sebelumnya yaitu M19.


Kemudian M20 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding untuk
mempertahankan kondisi. Juga Timer T3 akan aktif selama 3 detik untuk menghitung
lamanya proses. Ketika waktu 3 detik telah tercapai maka kontak NO nya menjadi
syarat agar spindle kembali ke atas pada posisi semula. Juga syarat yang dibutuhkan
spindle untuk naik yaitu M5 limit switch bawah. M21 akan aktif yang kontak NO nya
melakukan self holding dan kontak NC nya memutus aliran koil M21. Dengan
demikian spindle kembali pada posisi semula.

Proses selanjutnya yaitu stop holding yang membutuhkan syarat M6 limit


switch level atas dan proses sebelumnya M21. M22 akan aktif yang kontak NO nya

PRAKTIKUM FMS
FMS-1

Hal. 34

melakukan self holding dan kontak NC nya memutus aliran koil M21, M19, dan M18
untuk menghentikan proses spindle naik, drill, dan clamp secara bersamaan.

Kemudian dilanjutkan pada proses rotasi yang ketiga dimana dibutuhkan


syarat proses sebelumnya M22. M23 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self
holding dan kontak NC nya memutus aliran koil M22. Untuk menghentikan rotasi
dibutuhkan proses sebelumnya yaitu M23 dan M0 sensing pada rotary table. M24
akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding dan kontak NC nya memutus
aliran koil M23 sehingga rotasi berhenti.

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 35

Selanjutnya pada proses yang terakhir pada mode auto yaitu move. Proses
ini membutuhkan syarat proses sebelumnya T4 dan sensing rotary table M0. M25
akan aktif dan kontak NO nya melakukan self holding dan kontak NC nya memutus
aliran koil M24. Ketika M25 aktif timer T5 akan menghitung selama 1 detik dan jika
waktu tersebut tercapai maka kontak NC T5 akan memutus proses terakhir move M25
sehingga proses selesai.
3.8.7

Mode Manual

Mula-mula proses manual berjalan ketika mode manual aktif M8 dan ketika M9
aktif yang artinya PART_AV dan proximity rotary table aktif maka perotasian pertama akan
berjalan. Rotasi akan berhenti ketika M10 aktif detect stamp yang menyebabkan M27 aktif
kemudian kontak NC nya memutus aliran koil rotasi 1.

PRAKTIKUM FMS
FMS-1

Hal. 36

Kemudian proses selanjutnya yaitu stamping. Proses ini membutuhkan


syarat proses sebelumnya dan tentunya push button start X010. M28 akan aktif yang
kontak NO nya melakukan self holding dan kontak NC nya memutus aliran proses
sebelumnya M27. Ketika M28 aktif secara bersamaan timer T6 juga aktif untuk
mendelay lamanya proses stamping. Dan proses stamp akan berhenti ketika sensor
proximity B4 aktif dengan alamat M3 dan kontak NO dari Timer T6. Sehingga M29
aktif yang kontak NC nya memutus aliran koil M28 dan kontak NO nya melakukan
self holding. Ini menunjukan proses stamp telah selesai.

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 37

Dan selanjutnya proses rotasi kedua. Proses ini membutuhkan syarat proses
sebelumnya M29 dan juga push button start X010. M30 aktif yang kontak NO nya
melakukan self holding dan kontak NC nya memutus proses sebelumnya M29. Untuk
menghentikan rotasi dibutuhkan syarat M30 dan detect drill M11. M31 akan aktif
yang kontak NO nya melakukan self holding dan kontak NC nya memutus aliran koil
M30.

Pada proses clamp dibutuhkan syarat push button start X010, M11, dan
proses sebelumnya M31. M32 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self
holding dan kontak NC nya memutus proses sebelumnya.

PRAKTIKUM FMS
FMS-1

Hal. 38

Pada proses drill membutuhkan syarat push button start X010 dan proses
sebelumnya M32. M33 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding.

Selanjutnya proses turunnya spindle yang membutuhkan syarat sebelumnya


yaitu M33 dan push button start X010 . Kemudian M340 akan aktif yang kontak NO
nya melakukan self holding untuk mempertahankan kondisi. Kemudian terdapat
memorri penampung sementara yang fungsinya untuk menahan laju spindle keatas
yaitu M40. M40 membutuhkan syarat proses sebelumnya M34 dan limit switch level
bawah M5. M40 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding

PRAKTIKUM FMS
FMS-1

Hal. 39

Untuk Menaikan posisi spindle dibutuhkan syarat push button start dan
M40. M35 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding dankontak NC nya
memutus M34, dan M40. Sehingga spindle berada pada posisi semula.

Pada proses ini bertujuan untuk menghentikan proses clamp. Dibutuhkan


syarat push button start M10 dan proses sebelumnya M35. M36 aktif yang kontak NO
nya melakukan self holding dan kontak NC nya memutus aliran koil M35, M33, dan
M32. Sehingga proses drill dan clamp berhenti bersamaan.

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 40

Selanjutnya proses rotasi ketiga yang membutuhkan syarat M36 dan push
button start X010. M37 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding dan
kontak NC memutus aliran koil M36. Rotasi ketiga berhenti ketika M37 dan M0
aktif. Maka M38 akan aktif yang kontak NO nya melakukan self holding dan kontak
NC nya memutus aliran koil M37.

Proses terakhir yaitu move. Proses ini membutuhkan syarat push button
start X010 dan proses sebelumnya

M38. M39 akan aktif yang kontak NO nya

melakukan self holding dan kontak NC nya memutus aliran koil M38. Proses ini
memerlukan delay timer T7 selama 1 detik. Ketika waktu tercapai maka kontak NC
T7 akan memutus aliran koil M39 sehingga proses selesai.
3.8.8

Output

PRAKTIKUM FMS
FMS-1

Hal. 41

PRAKTIKUM FMS
FMS-1

Hal. 42

Memori pada proses auto dan manual menjadi input bagi output sebenarnya.

PRAKTIKUM FMS

FMS-1

Hal. 43

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan Praktek di Laboratorium FMS (Flexible Manufacturing
System) selama 5 hari penyusun mendapatkan beberapa hal yang penting sebagai
tambahan wawasan baik ilmu pengetahuan. Dan pada uraian ini penyusun mengajak
rekan-rekan untuk meningkatkan lagi wawasannya diberbagai bidang khusunya dibidang
MEKATRONIKA. Sebelum mengakhiri penulisan laporan ini ada beberapa hal yang perlu
penyusun sampaikan diantaranya mengenai kesimpulan yaitu:
1. Mahasiswa dapat mengindentifikasi alamat I/O pada station handling dan
prosesing dengan bantuan control box atau I/O Sim
2. Sebelum mahasiswa membuat program PLC dengan metode ladder pada station
handling dan prosesing. Maka harus membuat diagram langkahnya supaya
memudahkan mahasiswa dalam melakukan pemograman dengan bantuan software
GX Developer.
3. Sebelum mentransfer program ke PLC, mahasiswa memastikan sambungan port
sudah sesuai antara laptop dengan PLC
4. Mahasiswa mengetahui prinsip kerja dari setiap station.
4.2 Kendala
Adapun beberapa kendala dan hambatan yang dialami penulis selama
melaksanakan praktikum FMS-1 ini, yaitu Operating system dari laptop yang digunakan
oleh penulis tidak mendukung daripada driver hardware yang digunakan dalam
praktikum khususnya USB-to-serial (Prolific), sehingga sering terjadi error pada laptop
penulis.
4.3 Saran

PRAKTIKUM FMS
FMS-1

Hal. 44

Adapun saran-saran serta masukkan dari penulis setelah melaksanakan parktikum


FMS-1, yaitu mungkin diperlukan pengantar awal dalam praktikum FMS, misalnya
software-software pendukung untuk melaksanakan praktikum FMS-1 serta penjelasan
mengenai driver hardware yang digunakan sehingga peserta praktikum dapat sebelumnya
menyiapkan instalasi driver yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai