Anda di halaman 1dari 12

1.

Sebutkan

dan

jelaskan

karakter

utama

komponen

siklus

hidrologi (P,Q)
Komponen utama siklus hidrologi adalah curah hujan (P) dan
debit sungai (Q) dimana kedua hal tersebut memiliki variable acak,
yaitu suatu kejadian yang besarannya tidak menentu dalam proses
ruang dan waktu. Ketidakpastian komponen utama hidrologi (P,Q)
terukur melalui pengamatan pada pos hujan atau pos duga air),
sehingga para ahli meneliti perilaku debit air historical untuk dapat
mengetahui ambang batas besaran kejadian debit air masa depan
(stokastik). (Arwin,2009)
Variabel acak adalah suatu kejadian yang besarannya tidak

menentu dalam proses ruang dan waktu


Variabel stokastik adalah terjadinya suatu peristiwa terdahulu yang
akan diikuti oleh peristiwa berikutnya sehingga kejadian hujan hari

ini dapat ditentukan berdasarkan kejadian hujan di masa lalu.


Proses deterministik, yaitu jika perubahan variable selama proses
mengikuti hukum kepastian (law of certainty) dan proses tersebut
tidak tergantung pada peluang (chance), misal laju aliran tanah
sebanding dengan gradient hidrolik.

2. Batas morfologi air permukaan adalah DAS dapat dibagi DAS


hulu dan DAS hilir. Dapat Anda menjelaskan perbedaan DAS
hulu dan hilir
Pembagian fungsi ruang hidrologi menjadi 2 kawasan utama
yaitu kawasan konservasi (DAS hulu) dan kawasan kerja (DAS hilir),
dalam upaya menjamin kelangsungan sumber sumber air serta
mengendalikan limpasan air permukaan terhadap ancaman banjir &
kekeringan

dikawasan

hilir.

Berdasarkan

karakteristik

hidrologis

kawasan konservasi air merupakan suplai sumber air utama untuk


daerah dibawahnya, dicirikan : curah hujan relative tinggi, batuan
relative muda, morfologi bergelombang kasar, rentan terhadap erosi
dan longsor sehingga ditetapkan sebagai kawasan konservasi air dan
tanah. (Arwin, 2009)

3. Sebutkan dan jelaskan konsep debit rencana banjir untuk


mengendalikan

air

diperkotaan

untuk

infrastruktur

air

perkotaan (Banjir dan Air minum)


Komponen siklus hidrologi berkarakter acak, yakni suatu kejadian
dimana besarannya tidak menentu dalam proses ruang danwaktu.
Ketidakpastian komponen utama hidrologi (P,Q) terukur melalui
pengamatan (pos hujan dan pos duga air), hal ini membuat para ahli
meneliti perilaku debit air historical untuk dapat mengetahui ambang
batas besaran kejadian debit air masa depan.
Pengendalian banjir dan kekeringan di masa depan, ditempuh
dengan langkah adaptasi, yakni pendekatan konsep debit rencana.
Hubungan keandalan keberhasilan dan periode ulang diekspresikan,
sebagai berikut (1-P)=1/R,

dimana: P= keandalan /keberhasilan

komponen hidrologi (%) dan R= periode ulang kejadian. Misalnya:


suplai sumber air untuk memenuhi sektor irigasi : keandalan/
keberhasilan P= 80% maka ekivalen dengan periode ulang (R= 100/20
=5 thn), berarti dalam selang 100 tahun terjadi 20 kali dan setiap 5
tahun, terjadi satu kali nilai ambang batas dilampaui. Pengendalian
banjir dan kekeringan (Arwin,2009):
Drainase pemukiman
: QR = 2 -15 tahun
Drainase sungai
: QR = 20 50 tahun
Drainase rel kereta api / jalan TOL
: QR = 50 tahun
Drainase bandara udara
: QR = 50 100 tahun
Spill way waduk
: QR = 50 100 tahun
Intake air baku untuk irigasi
: QR = 5 tahun
Intake air baku sektor DMI (Domestic, Municipality, Industry) : QR =
10 20 tahun
4. Dari pencatatan Rezim Hidrologi (1906 sd 2006) menggunakan
instrument

statistik,

diperoleh

tendesi

koefisien

limpasan

menaik dan base flow (aliran dasar) menurun, dapat Anda


menjelaskan terjadinya fenomena tersebut.

Dari arsip data historikal tercatat (1916 2006 ) komponen hujan


(P ) dan debit air (Q) sebagai input Watershed Model Statitical
Hydrology diperoleh output berupa koefisien limpasan (C) semakin
besar dengan berjalannya waktu , proses alih fungsi lahan dari
hutan,budidaya, pemukiman pedesaan dan urban di DAS Cikapundung
Hulu dimana sebelum Perang Dunia II Ik = 0,8-0,9 ( tutupan didominasi
lahan hutan ) setelah setengah abad kemudian ditemukan dari tahun
(1966 s/d 2006) ,koefisien C66 =0,25 meningkat menjadi C2006 = 0,3
( tutupan lahan terkonversi didominasi budidaya pertanian dan
permukiman). Seiring dengan itu , fungsi hidrologis lahan terdegradasi
dimana

resapan

air

semakin

kecil

(I)

sehingga

mempengaruhi

cadangan air tanah di mintakat Lembang (DAS Cikapundung Hulu)


,ditandai semakin menurunnya debit aliran dasar dan juga ditemukan
dampak alih fungsi lahan hujan wilayah dari 1916 s/d 2006 ditandai
dengan meningkat koefisen limpasan dan semakin kecil debit aliran
dasar. Hal ini berdampak pada massa air hujan (P) yang jatuh di DAS.
Degradasi lahan DAS Cikapundung di Mintakat Lembang menyebabkan
cadangan air tanah semakin menurun dari tahun ke tahun sehingga
debit aliran dasar (low flow) semakin kecil sebaliknya debit maksimum
semakin besar dari tahun ke tahun sehingga simpangan baku semakin
besar , dari analisa statistik diperoleh degradasi ambang batas debit
rencana air baku sungai Cikapundung Hulu. (Arwin, 2009)

5. Bila tutup lahan berubah dimana distribusi besaran hujan (P)


berubah menuju meningkatnya limpasan permukaan (R) &
semakin kecilnya infiltrasi air hujan, apa dampaknya terhadap

pengendalian banjir makro ruas hilir sungai dan sumber air


baku SPAM dago (misalnya Sungai Cikapundung)!
Sungai sebagai badan air penerima drainase

perkotaan,

mengalami degradasi sebagai drainase alamiah (makro). Tinjau


pengaliran air di sungai, tergantung dimensi sungai, kurva banjir di
hulu & hilir sungai atau pasang surut muka laut dan yang disebut juga
dengan kondisi batas hulu dan kondisi batas hilir. Degradasi lahan di
DAS hulu berdampak semakin ekstrimnya kurva banjir demikian pula
perpanjangan pesisir pantai menyebabkan semakin sulit air limpasan
membuang ke laut. Semakin berkembang perkotaan pesisir pantai
menuju kota jasa, selaras dengan itu laju permintaan air minum
meningkat dengan pesat. Sayang sekali laju pelayanan air minum tidak
dapat segera memenuhi permintaan sehingga terjadi eksploitasi air
tanah berlebihan, menyebabkan terjadinya penurunan muka tanah
sehingga secara keseluruhan perkotaan di pesisir pantai terancam
degradasi lahan di DAS menyebabkan terjadinya kenangan rob (musim
kemarau) dan banjir (musim penghujan). Kenaikan muka air sepanjang
sungai sebagai dampak degradasi lahan dari DAS dan pesisir pantai,
menyebabkan

semakin

sulit

air

limpasan

(drainase

perkotaan)

membuang ke badan air sungai atau laut. (Arwin, 2009)


6. Dalam rangka target capaian air minum 2019 Kementrian
Pekerjaan

Umum

dan

Perumahan

Rakyat

sebesar

100%,

sebagai displin PSDA khususnya Konsep Pengembangan SPAM


perkotaan,

sewajarnya

mempunyai

suatu

strategi

untuk

pencapaian sumber air baku untuk SPAM Perkotaan Nusantara.


Sebutkan dan jelaskan strategi air baku tersebut.
Menurut Arwin (2009), Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
perkotaan terbagi dalam 3 komponen ,yaitu berturut-turut komponen
sumber air , komponen pengolahan air dan komponen pelayanan air.
Pada tingkat komponen pelayanan air , kepuasaan konsumen harus
memenuhi standart : kualitas air , kuantitas air , kontinuitas air dan

harga jual air yang kompetitif. Keberhasilan pelayanan air bersih


sangat tergantung pada keandalan sumber air baku baik kualitas air
maupun kontinuitas sumber air .
PP No. 37 tahun 2010 pasal 72, pengelolaan bendungan beserta
wakduknya untuk pengelolaan sumber daya air ditujukan untuk
menjamin :
Kelestarian fungsi dan manfaat bendungan serta waduknya
Efektifitas dan efisiensi pemanfaatan air
Keamanan bendungan
UU No. 7 tahun 2004 pasal 22, pengawetan air bertujuan untuk
menyimpan

kelebihan

air

pada

saat

musimhujan

untuk

dapat

dimanfaatkan pada waktu diperlukan yang akan disimpan dalam


waduk, bangunan air beserta bangunan lain yang menunjang kegiatan
pengelolaan sumber daya air, baik langsung maupun tidak langsung.
Perlunya manajemen dalam pengelolaan sumber air baku
dikarenakan
Perubahan iklim
Konversi lahan
Perubahan alokasi penggunaan
Alasan keamanan (mencegah terjadinya bencana)
Menurut UU No. 7 tahun 2004 pasal 34 ,ayat (1): pengembangan
sumber daya air ditujukan untuk kemanfaatan sumber daya air
memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tangga (domestik),
pertanian (irigasi) ,industri dstnya dan untuk berbagai keperluan
lainnya. Pengembangan sumber air baku dari sungai, perlu dibangun
suatu kriteria disain air baku terutama untuk air baku domestik, irigasi
dan Industri. Sebagai pedoman dapat digunakan kriteria disain air baku
permukaan

yang

digunakan

pada

Metropolitan

Bandung

Urban

Development Program MBUDP, 2004. Dari data pengamatan debit air


sungai disusun debit minimum suksesif dengan durasi (1,2,7,15 dan
30) hari yang terjadi pada periode musim musim kering , masingmasing rangkaian data dengan durasi (1,2,7,15 dan 30) hari dilakukan
tes kecocokan distribusi teoritis dengan tes goodnessof-fit. Setelah
mengetahui distribusi teoris yang cocok ,dilakukan perhitungan debit

air rencana sesuai periode ulang 5,10,15 dan 20 tahun dan selanjutnya
dibuat kurva debit keandalan debit air pada musim-musim kemarau ,
menggunakan kriteria air baku Bandung Metropolitan Area (1994).
Kisaran debit rencana untuk sumber air baku domestik berkisar debit
air rencana kering periode ulang 20 tahun dengan durasi 1 hari sampai
debit air rencana kering periode ulang 10 tahun dengan durasi 7 hari .
Proses penentuan debit rencana air baku / keandalan sumber air
sungai untuk SPAM Perkotaan sebagai berikut:
1. Data
Data debit harian yang digunakan dalam penelitian adalah data
debit harian minimum dan memiliki panjang pengamatan minimal
10 tahun. Sedangkan untuk perhitungan volume waduk diperlukan
lebih 50 tahun, tetapi jika data debit tidak lengkap, maka dapat
dilengkapi dengan korelasi spartial variabel debit air dan curah
hujan.
2. Pengolahan awal data debit harian
Sebelum data debit harian diuji dengan uji goodness-of-fit, terlebih
dahulu dilakukan pengolahan data awal dengan langkah-langkah
berikut:
- Pengolahan data debit harian minimum untuk setiap pos
pengamatan debit yang dianalisis
- Pengurutan data debit harian minimum hasil pengelompokkan dari
yang terkecil sampai yang terbesar untuk setiap durasi.
- Penentuan berbagai parameter data sample
3. Penentuan distribusi terpilih Untuk masing-masing uji statistik,
dicari untuk distribusi normal, log-normal, gumbel dan log-pearson
III.
- Uji Kosmogorov Smirnov
- Uji 2
4. Penentuan Debit Andalan Debit andalan dihitung dengan durasi
5.

1,2,7,15,30 dan 60 hari dan Periode Ulang 5, 10, 20, 50 tahun.


Pembuatan Kurva Debit Andalan Mata Air
Jika kurva debit andalan sudah dibuat,maka dibandingkan dengan
kebutuhan air baku desain PDAM dan dilihat rentang debit andalan
untuk durasi dan periode ulang tertentu

7. Sebutkan dan jelaskan alokasi air baku permukaan untuk air


minum dan irigasi dan pendekatan berbagai air antara irigasi
dan air minum!
Pasal 69 PP No 42 tahun 2008 tentang pengelolaan sumber daya
air : mengutamakan penyediaan air untuk pemenuhan kebutuhan
pokok sehari-hari dan irigasi bagi pertanian rakyat pada sistem irigasi
yang sudah ada , menjaga kelangsungan penyediaan air untuk
pemakaian air lain yang sudah ada dan memperhatikan penyediaan air
untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari bagi penduduk yang
berdomisili di dekat sumber air dan/atau sekitar jaringan pembawa air.
Sumber air sungai terbatas sedangkan laju kebutuhan air irigasi dan
domestik seiring dengam permintaan dan kemajuan permukiman
perkotaan . Kebutuhan air baku untuk domestik dan irigasi merupakan
kebutuhan pokok sehingga sangat logis dan adil bila kebutuhan air
lebih dari satu ( domestik dan irigasi ) perlu berbagai sumber air yang
terbatas sehingga perlu dibuat pedoman alokasi air berdasarkan
ketentuan baku Dep. PU Dirjen SDA dan Dirjen Cipta Karya. (Arwin,
2009)

8. Menurut Anda, dalam pengembangan SPAM Perkotaan MDGs


2015 dengan capaian 80%, pada dasarnya tidak tercapai.
Sebutkan & jelaskan hambatan-hambatan / konflik interest
yang terjadi.
Arwin, 2009.

Laju

permintaan

air

bersih

akan

semakin

meningkat. Peningkatan tersebut seiring dengan laju pertumbuhan


penduduk dan aktivitas pembangunan. Sementara itu, DAS hulu
sebagai sumber air utama kawasan mengalami penurunan kualitas dan
kuantitas (degradasi). Degradasi telah berakumulasi karena berbagai
hal, antara lain:
Perubahan iklim (local, regional, global)
Konversi lahan
Pencemaran yang terus meningkat (limbah cair maupun sampah)
Abstraksi air tanah yang tidak terkendali
Sistem pengelolaan yang bersifat sektoral
Law enforcement yang lemah
Faktor faktor tersebut menyebabkan terjadinya perubahan
rezim hidrologi yangmengarah pada terjadinya ekstrimitas (hujan
maupun deibt) serta ketidakseimbangan antara supply dan demand.
Kondisi ini semakin parah dengan tingkat pencemaran sumber air yang
melebihi ambang batas self purification secara alamiah. Oleh karena
itu

diperlukan

usaha

untuk

mengembangkan

air

baku

dengan

memanfaatkan potensi waduk untuk memenuhi kebutuhan air bersih


dimasa yang akan dating dengan konsekuensi logis dari keputusan
tersebut adalah :
Perlunya pengaturan ruang
Pengendalian pencemaran di kawasan utama
Optimalisasi pengelolaan waduk
Dukungan kebijakan, baik terkait dalam pengaturan ruangmaupun
pengendalian pencemaran
Agar terpenuhi persyaratan waduk sebagai sumber air baku
maka perlu dilakukan pengelolaan dengan fokus :

Kawasan

konservasi,

proteksi

sebagai

memerlukan

kawasan

pengelolaan

resapan

air

dan

dengan

fokus

pengendalian

pencemaran
Kawasan kerja, memerlukan pengelolaan dengan fokus proteksi
sumber-sumber

air

dari

pencemaran

dan pemanfaatan yang

berlebihan
9. Pengendalian SDA (banjir/kekeringan) di morfologi landai,
dilakukan dengan tindakan preventif dan tindakan kuratif.
Sebutkan

dan

jelaskan

pendekatan

preventif

dan

kuratif

tersebut!
Arwin, 2009. Perubahan iklim/cuaca mempengaruhi variabel
siklus hidrologi di sektor bagian atas muka tanah: terutama curah
hujan (P). Setelah sampai di permukaan tanah, hujan terdistribusi,
fungsi tutupan lahan terinfiltrasi dalam tanah, setelah jenuh maka
terjadi limpasan air permukaan. Seiring dampak perubahan iklim
terhadap komponen siklus hidrologi dan keberlanjutan sumber air,
respon dilakukan dengan dua langkah utama, yaitu adaptasi dan
mitigasi.
Adaptasi didasarkan pada ketidakpastian besaran hujan & debit
air

dalam

proses

waktu,

mengantar para ahli hidrolologi dan Manajemen sumber air untuk


melakukan proses penyesuaian dengan memperhatikan resiko ekonomi
fungsi infarstruktur sumber air berdasarkan pada pentingnya fungsi
utilitas kawasan terbangun, dengan membangun konsep debit rencana
banjir/kekeringan.
Mitigasi adalah upaya mempertahankan keberlanjutan sumber
air di daerah aliran sungai. Bentuk konkrit upaya mitigasi terhadap
pengendalian air (kuantitas / kualitas) secara undirect: penerbitan
peraturan / UU pengendalian limpasan / pencemaran air dan direct:
Insentif & dissentif. Upaya ini dapat dilakukan dengan perencanaan
tata

ruang:

seperti

Keppres

No.114

1999

(Kawasan Konservasi Bopuncur), UU Kehutanan No 41 tahun 1999,


pengendalian pencemaran air, sbb:
1. Undirect (tak langsung): penerbitan UU dan Peraturan terkait
pengendalian lingkungan air.
UUD pasal 33 ayat 3 : Air tanah dikuasai negara .... untuk

kepetingan orang banyak.


UU no 7 tahun 2004 tentang Sumber daya air.
UU Kehutanan No.41 Tahun 1999 Pasal 18 Ayat 2 yang
menyatakan bahwa: ..luas hutan suatu DAS minimal 30%

dengan sebaran yang proporsional.


PP No. 16 tahun 2005 tentang

Pengembangan

Sistem

Penyediaan Air Minum Pasal 8 ayat 2, Pemerintah (pusat &


daerah) menjamin Ketersediaan air baku (kuantitas & kualitas)

memenuhi baku mutu air.


Keppres No. 114 tahun 1999 mengenai kawasan konservasi air

dan tanah Bopuncur.


2. Direct (Langsung): Insentif dan Dissentif (pinalti, denda).
10.
Sungai-sungai melewati kota-kota metropolitan misalnya
S. Ciliwung-Jakarta, S. Cikapundung-Bandung dan S. GarangSemarang, untuk mengendalikan limpasan air hujan dengan
zero limpasan akibat konversi lahan terbangun di kawasan
konservasi

DAS

Hulu

(KBU

dan

Bopuncur)

dilakukan

pendekatan BCR, vegetatif & rekayasa engineering. Sebutkan


dan jelaskan ide zero limpasan dengan menggunakan formula
rational

Q=

C.I.A

pengendalian

limpasan

air

hujan

di

watershed terutama kawasan konservasi (KBU & Boponcur)


Untuk menghitung debit run-off (Q) maka formula yang dipakai
adalah sebagai berikut: Q = C.I.A
Dimana :
Q = Debit air masuk dari atap/lahan (run-of) (m3/s)
C = Koefisien aliran permukaan atap/lahan
I = Intensitas hujan (m/s)
A = Luas atap/lahan (m2)
- Nilai/angka C adalah merupakan angka koefisien limpasan (runof)
yang besarnya tergantung dari jenis material tanah atau areal yang

dilalui oleh aliran air tersebut. Pada penelitian ini, nilai C yang
digunakan adalah koefisien runoff untuk bahan atap, yaitu C = 0.95
-

(Sunjoto,1995)
Intensitas hujan didapat secara statistik, dalam hal ini intensitas
fungsi dari durasi hujan serta periode ulang yang direncanakan
Upaya rekayasa engineering, antara lain: sumur resapan, waduk

resapan dan drainase lingkungan. Ide paling sederhana dalam


konservasi di lahan terbangun disebut zero limpasan. Zero limpasan
adalah

suatu

upaya

konservasi

di

lahan

terbangun

dengan

mengendalikan limpasan air hujan dalam suatu persil atau kawasan


supaya tidak ada air hujan yang melimpas keluar. (Arwin, 2009)

TL 3203 PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR


TUGAS UJIAN TENGAH SEMESTER PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Prof. Dr. Ir. Arwin Sabar., MS


Dr. Suharyanto

Disusun Oleh :

Fetrian
15313003

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2016

Anda mungkin juga menyukai