Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

BLOK 5
WORKLOAD

Disusun oleh :
Nama : Mafazi Nataza Putra
NIM : 702015034

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan yang Maha Esa
karena

atas

berkat

rahmat

yang

diberikan-Nya

kami

dapat

menyelesaikan Laporan Pratikum Cardiovascular Workload ini dengan


baik.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu dalam pembuatan laporan ini, serta berbagai sumber yang telah kami
gunakan sebagai data dan fakta pada laporan ini. Kami juga berterima kasih
kepada drg. Nursiah Nasution, M.Kes yang telah memberikan pedoman dalam
melakukan pratikum dan membuat laporan hasil pratikum.
Kami menyadari akan kekurangan dalam penulisan laporan ini. Maka dari
itu, kritik dan saran sangat diharapkan untuk memperbaiki dan mengembangkan
isi dari laporan ini. Kami juga mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, serta
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan penulisan dalam laporan ini. Akhir
kata, apabila ada kesalahan kata-kata, kami meminta maaf dan diharapkan laporan
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Palembang, Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................1
Daftar Isi...........................................................................................................2
Daftar Lampiran................................................................................................3
Bab I : Pendahuluan..........................................................................................4
Bab II : Tinjauan Pustaka..................................................................................5
Bab III : Metode Pengambilan Data.................................................................9
Bab IV : Hasil dan Pembahasan.......................................................................12
Bab V : Kesimpulan dan Saran.........................................................................24
Lampiran...........................................................................................................26
Daftar Pustaka...................................................................................................31

DAFTAR LAMPIRAN
Tabel Hasil Praktikum Kelompok 1..................................................................26
Tabel Hasil Praktikum Kelompok 2..................................................................27
Tabel Hasil Praktikum Kelompok 3..................................................................28
Tabel Hasil Praktikum Kelompok 4..................................................................29
Tabel Hasil Praktikum Kelompok 5..................................................................30

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia kedokteran, denyut nadi atau denyut jantung memiliki peranan
penting sebagai indikator untuk menilai keadaan sistem kardiovaskular seseorang.
Denyut jantung berhubungan dengan denyut nadi adalah tanda penting dalam
bidang medis untuk mengetahui dengan cepat kesehatan dan kebugaran seseorang
secara umum.
Denyut jantung normal setiap individu berbeda-beda tergantung waktu saat
mengukur detak jantung tersebut (saat istirahat atau setelah berolahraga dan
sebagainya). Variasi detak jantung terjadi akibat variasi jumlah kebutuhan oksigen
tubuh.
Pada orang dewasa yang sehat, saat sedang istirahat denyut nadi yang normal
yaitu 60-100 denyut/menit . Denyut jantung yang rendah saat istirahat (masih
batas normal) pada umumnya memiliki fungsi jantung yang lebih efisien dan
kesehatan pada sistem kardiovaskularnya lebih baik.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi denyut jantung seseorang, yaitu
aktivitas fisik atau tingkat kebugaran seseorang , suhu udara disekitar, posisi
tubuh (berdiri atau berbaring), tingkat emosi, ukuran tubuh, serta obat yang
sedang dikonsumsi. Olahraga dan aktivitas fisik dapat meningkatkan denyut nadi
seseorang.
Waktu yang tepat untuk mengecek denyut nadi adalah ketika bangun pagi dan
sebelum melakukan aktivitas apapun. Pada saat itu, kita masih rileks dan tubuh
pun masih terbebas dari zat-zat pengganggu seperti nikotin dan kafein.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Adiputra (1998), secara umum beban kerja dibedakan menjadi dua
kelompok besar yaitu:
1) External load atau stressor adalah beban kerja yang berasal dari pekerjaan
yang sedang dilakukan, yang mempunyai ciri khusus yang berlaku untuk
semua orang. Yang termasuk dalam external load ini adalah task,
organisasi dan lingkungan;
2) Internal load atau functional load / strain adalah reaksi tubuh seseorang
terhadap suatu external load yang diberikan. Untuk mengetahui pengaruh
external load, dapat diukur melalui denyut nadi/jantung.
Menurut Rodahl (1989) beban kerja fisik yang terpapar pada tenaga kerja dapat
diukur secara objektif dengan cara:
a) Pengukuran secara langsung kebutuhan energi yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan tersebut. Misalnya, dengan mengukur jumlah
konsumsi oksigen yang diperlukan selama bekerja dengan analisis
ekspirasi;
b) Secara tidak langsung dengan merekam denyut nadi selama kerja. Denyut
nadi merupakan respon fisiologis yang dapat dihitung secara praktis pada
saat ingin mengetahui beban kerja seseorang, karena untuk mengetahui
jumlah denyut nadi

per menit cukup dilakukan dengan meraba pada

radialis dengan teknik palpasi atau dengan alat pulsemonitor.


Data denyut nadi yang perlu diketahui terkait dengan beban kerja adalah:
1) Denyut nadi istirahat atau denyut nadi pada waktu tidak bekerja. Disebut
sebagai denyut nadi istirahat, karena pengukuran dilakukan pada subjek
dalam keadaan istirahat. Pada orang dewasa normal, denyut nadi saat istirahat
berkisar antara 60 - 80 denyut setiap menit. Dalam suatu penelitian yang
memakai denyut nadi sebagai salah satu indikator beban kerja, maka denyut
nadi istirahat dianggap sebagai kondisi yang menggambarkan kondisi awal
subjek (Adiputra, 2002).

Denyut nadi istirahat dihitung berdasarkan denyut nadi radialis di


pergelangan tangan kiri dengan metode sepuluh denyut. Metode pengukuran
dilakukan tiga kali berturut-turut dengan tujuan untuk mendapatkan hasil
yang lebih konstan.
Subjek yang akan diukur diusahakan dalam keadaan tenang. Pada saat
dilakukan palpasi, posisi subjek boleh duduk, berdiri atau dalam posisi
terlentang (Andersen,1978; Adiputra, 2002).
2) Denyut nadi kerja (nadi saat kerja fisik) yaitu denyut nadi yang diukur pada
saat subjek sedang melaksanakan pekerjaan. Kecepatan denyut nadi yang
terjadi saat bekerja adalah sebagai akibat dari kecepatan dari metabolisme
dalam tubuh (Grandjean, 1988; Adiputra, 2002).
Penghitungan denyut nadi kerja dilaksanakan selama kerja, apabila alat
pengukur memungkinkan, jika tidak, maka penghitungan dapat dilakukan
setiap lima menit, tiga puluh menit atau bahkan setiap satu jam sejak mulai
kerja sampai akhir kerja, tergantung dari jenispekerjaan yang dilakukan.
Pengukuran dengan menggunakan metode sepuluh denyut (ten pulses
method) (stopwatch ditekan start saat denyutan satu dan ditekan stop pada
denyutan ke sebelas) dapat dilakukan selama bekerja atau pada akhir bekerja
selama 30 detik dan hasilnya dikalikan dua dan metode ini lazim dipakai
untuk menggambarkan denyut nadi kerja. (Astrand and Rodahl,1986;
Adiputra, 2002).
3) Denyut nadi pemulihan atau recovery heart rate yaitu denyut nadi yang
dialami saat pekerja selesai melaksanakan pekerjaannya. Beban kerja yang
diterima pekerja saat bekerja dapat pula diketahui dengan mengukur denyut
nadi pemulihan. Ketika mulai berhenti bekerja, maka saat itu denyut nadi
akan mulai mengalami penurunan denyut nadinya sampai kembali ke kondisi
awal (sebelum bekerja) kondisi denyut nadi tersebut disebut nadi pemulihan
(Grandjean, 1988; Adiputra,2002).
Denyut nadi pemulihan biasanya diukur satu menit setelah pekerjaan
dihentikan, kemudian dilanjutkan lagi pada menit kedua, ketiga, keempat dan
kelima,

masing-masing

dihitung

berdasarkan

denyut

nadi

radialis

dipergelangan tangan kiri dalam 30 detik dan hasilnya dikalikan dua yang
dilakukan setelah selesai bekerja. Denyut nadi pemulihan memberikan fakta

tentang perubahan metabolisme tubuh dari keadaan aktif ke kondisi istirahat


(Kilbom, 1990; Adiputra, 2002)
Cara lain untuk mengetahui external load adalah dengan metode Brouha
(Kilbom, 1990; Intaranont dan Vanwonterghem, 1993) yang dilaksanakan dengan
cara mengukur denyut nadi istirahat dan denyut nadi pemulihan yang diukur
sesaat setelah selesai bekerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peranan yang sangat penting di dalam
peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja maksimum. Ada tiga jenis
denyut nadi untuk mengestimasi indeks beban kerja fisik, yaitu: denyut nadi
istirahat, denyut nadi kerja, dan selisih antara denyut nadi istirahat dengan denyut
nadi kerja (Widodo, 2008).
1. Beban Kardiovaskuler (cardiovascular load = %CVL)
Denyut nadi merupakan salah satu variabel fisiologis tubuh yang
menggambarkan tubuh dalam keadaan statis atau dinamis. Oleh karena itu denyut
nadi dipakai sebagai salah satu indicator yang dipakai untuk mengetahui berat
ringanya beban kerja seseorang. Semakin berat beban kerja, maka akan semakin
pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan
fisiologis lainya (Azizah, 2005).
Beban Kardiovaskuler (cardiovascular load = %CVL) adalah perbandingan
antara peningkatan denyut nadi kerja dengan denyut nadi maksimum, yang
dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Grandjean dalam Tarwaka (2010), mendefinisikan beberapa jenis denyut


nadi yaitu sebagai berikut:
1. Denyut Nadi Istirahat: adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan
dimulai
2. Denyut Nadi Kerja: adalah rerata denyut nadi selama bekerja

3. Nadi Kerja: adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi
kerja.
Dimana untuk menentukan %CVL diketahui bahwa denyut nadi maksimum
adalah 220/menit (-umur) untuk laki-laki dan 200- umur/menit untuk wanita. Dari
hasil perhitungan %CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang
telah ditetapkan sebagai berikut:

BAB III
METODE PENGAMBILAN DATA
Dalam mengukur denyut nadi beberapa hal yang harus diingat:
a. Gunakan jari paling sensitif agar denyutnya terasa jelas, yaitu jari telunjuk
dan jari tengah.
b. Lakukan pengukuran dengan mempalpasi arteri radialis dengan telapan
tangan yang mempalpasi berada di belakang pergelangan tangan, usahakan
jangan memberi beban pada pembuluh darah.
c. Posisikan lengan setinggi jantung.
d. Jangan menekan terlalu keras agar pembuluh darahnya tidak tertekan
sepenuhnya.
Berikut beberapa pengukuran yang dilakukan

1. Pengukuran denyut nadi istirahat


Pengukuran dilakukan melalui arteri radialis sebanyak 4 kali dengan
berbagai periode waktu. Arteri radialis bisa diukur pada pergelangan
tangan sejajar jari telunjuk. Pengukuran pertama dilakukan dalam rentang
waktu 1 menit, selanjutnya 30 detik, 15 detik dan 10 detik. Hasil
pengukuran adalah rata-rata dari keempatnya.
2. Pengukuran denyut nadi kerja
Pengukuran dilakukan melalui arteri karotis di leher. Arteri karotis dapat
diukur tepat di bawah angulus mandibulae. Kerja yang dilakukan adalah
jalan ditempat selama 10 menit mengikuti tempo dari alat metronome.
Pengukuran pertama dilakukan di 5 menitt pertama, sedangkan yang kedua
dilakukan sebelum mengakhiri kerja. Hasil yang diambil adalah angka
tertinggi dari kedua pengukuran tersebut.
3. Menentukan denyut nadi maksimum
Denyut nadi maksimum didapatkan dengan mengurangi umur dari 220.
Max= 220-umur (Astrand and Rodall, 1997).
4. Menentukan % CVL
Didapatkan dengan menggunakan rumus:

Dari penghitungan % CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi


sebagai berikut:
x 30 %
30 < x 60 %
60 < x 80 %
80 < x 100 %
x > 100 %

= tidak terjadi kelelahan


= diperlukan perbaikan
= kerja dalam waktu singkat
= diperlukan tindakan segera
= tidak diperbolehkan beraktifitas

5. Menentukan energy expenditure


Oxygen

Energy

Heart rate during

Work load

consumption
expenditure
work
(liter/min)
(cal/min)
(beats/min)
Light
0,5 1,0
2,5 5,0
60 100
Moderate
1,0 1,5
5,0 7,5
100 125
Heavy
1,5 2,0
7,5 10,0
125 150
Very heavy
2,0 2,5
10,0 12,5
150 - 175
Berdasarkan table tersebut dapat ditentukan kategori work load seseorang
kemudian menghitung energy expenditure dengan rumus berikut:

6. Menentukan oxygen consumption


Dengan mengacu pada table nomor 5 menentukan oxygen consumption dilakukan
menggunakan rumus:

7. Menentukan Rest Heart Rate


RHR didapatkan dari selisih antara denyut nadi maksimal dan denyut nadi
istirahat.
8. Menentukan Lower Limit
Lower limit didapatkan dengan menjumlahkan 60 % dari RHR dengan
denyut nadi istirahat.
9. Menentukan Upper limit
Upper limit didapatkan dengan menjumlahkan 80 % dari RHR dengan
denyut nadi istirahat.
10. Target Heart Rate
Didapatkan dari penjumlahan Lower Limit dan Upper Limit, kemudian
hasilnya dibagi dua.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Hasil Pengumpulan Data Kelompok 1
Berdasarkan hasil yang ada kelompok 1 yang beranggotakan 15 orang
memiliki tingkat cardiovascular load di bawah 30 % dengan rata-rata 25,6%.
Artinya, kelompok 1 tidak mengalami kelelahan setelah melakukan kegiatan,
yaitu berjalan selama 10 menit. Tingkat cardiovascular load sangat dipengaruhi
oleh denyut nadi kerja. Semakin tinggi denyut nadi kerja atau working heart rate,
semakin tinggi cardiovascular load. Selain, itu umur bersama denyut nadi
istirahat atau resting heart rate memiliki peranan penting.
Pada kelompok 1 ada dua orang yang memiliki cardiovascular load melebihi
30%, yang artinya mereka telah mengalami kelelahan setelah melakukan kegiatan
yang dibebankan pada tubuh mereka, sehingga tubuh perlu diistirahatkan untuk
menghindari kelelahan yag lebih parah. Diperlukan pembiasaan atas kegiatan
yang dilakukan mereka, sehingga tubuh tidak dengan mudah mengalami kelelahan
(kelebihan beban).
Perbedaan cardiovascular load juga dipengaruhi oleh jenis kelamin. Wanita
pada kelompok 1 memiliki rata-rata 25,35%, sedangkan laki-laki memiliki ratarata 26.57%. Artinya, pada kelompok 1, laki-lakinya lebih cepat mengalami
kelelahan disbanding yang perempuan saat menerima beban kerja.
Selain itu, tingkat penggunaan energy dan konsumsi oksigen yang berbedabeda. Tingat energy dan oksigen dipengaruhi oleh denyut nadi kerja. Denyut nadi
kerja yang telah dibagi menjadi beberapa tingkatan memiliki arti tingkat beban
kerja terhadap tubuh. Semakin tinggi denyut nadi kerja maka semakin tinggi
penggunaan oksigen dan energy, namun beban yang diberikan berarti semakin
tinggi. Pada salah satu anggota kelompok 1, beban kerja dianggap sangat berat
(very heavy) oleh tubuhnya, karena working heart rate yang mencapai 165 kali
per menit, sedangkan sebagian anggota lain menggolongkan pekerjaan yang
dilakukan merupakan pekerjaan ringan (light) dengan denyut nadi kerja yang
tidak mencapai 100 kali per menit)

Kelompok 1 memiliki rata-rata energy expenditure sebesar 5,465 calories per


minute dengan wanita dengan rata-rata 5,19 cal/minute dan pria 6,53 cal/minute.
Oxygen consumption kelompok 1 memiliki rata-rata 1,62 liters per minute dengan
rata-rata wanita 1,43 lit/minute dan pria 2,40 lit/minute. Dari hasil rata-rata
tersebut didapatkan pria memiliki konsums oksigen dan penggunaan energy yang
lebih besar daripada wanita, dimana tingkat penggunaan energy dan konsumsi
oksigen berbanding lurus.
Selain itu, target heart rate dari kelompok satu juga bervariasi. Hal ini
menunjukkan setiap orang memiliki batas berbeda-beda dalam melakukan suatu
kegiatan, apakah ia sudah cukup berolahraga (menerima beban yang cukup) atau
tubuhnya telah kelelahan (menerima beban berlebihan). Target heart rate dibentuk
dari lower limit dan upper limit heart rate. Berdasarkan hal tersebut di dapatkan
rata-rata sebesar 166. Terjadi pembesaran target heart rate pada orang yang
resting heart rate nya tinggi, karena dalam penghitungan reserved heart rate
(untuk menghitung lower dan upper limit) resting heart rate mempengaruhi
besarnya.
Pada kelompok 1 target heart rate perempuan lebih rendah dibanding lakilaki, laki-laki memiliki rata-rata target heart rate sebesar 169, sedangkan
perempuan 165.
2. Hasil Praktikum Cardiovascular Kelompok 2
Pada kelompok 2, rentang hasil pengukuran denyut nadi istirahat normal, yaitu
antara 60-100 denyut/menit. Denyut nadi maksimal dari tiap anggota berkisar
antara 201 hingga 204 dikarenakan rentang usia setiap anggota antara 16 19
tahun, sedangkan denyut nadi kerja setiap anggota berada di antara denyut nadi
istirahat dan denyut nadi maksimal, kecuali satu anggota yaitu naracoba 1 dengan
denyut nadi kerja 80 yang tidak berada di antara denyut nadi istirahat dan denyut
nadi maksimal. Melalui denyut nadi istirahat, denyut nadi kerja, dan denyut nadi
maksimal, ditemukan persentase cardiovascular load. Persentase cardiovascular
load terbagi atas 3 kategori, antara 5 kategori, antara lain tidak terjadi kelelahan,
diperlukan perbaikan, kerja dalam waktu singkat, diperlukan tindakan segera, dan

tidak

diperbolehkan

beraktivitas.

Pengukuran

cardiovascular

biasanya

dilaksanakan untuk mengukur kemampuan berkerja seseorang secara fisik.


Selain itu, melalui pengukuran denyut nadi kerja dapat ditentukan kategori
workload antara lain light, moderate, heavy, dan very heavy. Berdasarkan
perhitungan perbandingan akan ditemukan energy expenditure dan oxygen
consumption. Melalui denyut nadi maksimal dan denyut nadi istirahat akan
didapatkan reserve heart rate, upper heart rate, lower heart rate, dan target heart
rate.
Kelompok 2 terdiri atas 3 orang laki-laki dan 12 orang perempuan. Usia pada
data kelompok 2 beragam, terdiri atas 1 orang berusia 16 tahun, 2 orang berusia
17 tahun, dan 10 orang berusia 18 tahun, dan 2 orang berusia 19 tahun. Denyut
nadi istirahat pada data kelompok 2 beragam dengan denyut nadi istirahat
terendah adalah 71,75 denyut/menit pada naracoba perempuan berusia 18 tahun
(naracoba 15), dan denyut nadi istirahat tertinggi adalah 96 denyut/menit pada
salah satu naracoba laki-laki berusia 18 tahun (naracoba 11), sehingga dapat
disimpulkan denyut nadi istirahat pada rentang usia yang rendah tidak begitu
berpengaruh tetapi jenis kelamin tampak begitu berpengaruh. Keseluruhan denyut
nadi istirahat pada naracoba dinyatakan normal karena berkisar antara 60 hingga
100. Denyut nadi istirahat rata-rata data kelompok 2 adalah 83 denyut/menit.
Pada data hasil percobaan kelompok 2, denyut nadi kerja lebih tinggi
dibandingkan denyut nadi istirahat, kecuali satu naracoba yaitu naracoba
perempuan berusia 18 tahun (naracoba 1) yang memiliki denyut nadi kerja lebih
rendah dibandingkan dengan denyut nadi istirahatnya. Denyut nadi kerja terendah
adalah 80 denyut/menit pada salah satu naracoba perempuan berusia 18 tahun
(naracoba 1), sedangkan denyut nadi tertinggi adalah 140 denyut/menit pada
naracoba perempuan berusia 18 tahun yang lainnya (naracoba 4). Denyut nadi
kerja rata-rata data kelompok 2 adalah 104.5 denyut/menit.
Melalui perhitungan dari denyut nadi kerja, denyut nadi istirahat, dan denyut
nadi maksimal didapatkan persentase cardiovascular load. Dari persentase
cardiovascular load pada data didapatkan 1 naracoba yang dikategorikan
Diperlukan perbaikan karena persentase hasil berada diantara 30% dan 60%,

sedangkan 14

naracoba lainnya dikategorikan tidak terjadi kelelahan karena

persentase CVL berada dibawah 30%.


Berdasarkan perhitungan perbandingan denyut nadi kerja pada kategori yang
ditentukan, didapatkan 9 naracoba berada dalam kategori light dan 6 naracoba
dalam kategori moderate. 1,3,6,7,8,12,13,14, dan 15 tergolong dalam kategori
light, dengan denyut nadi kerja 78 hingga 102 denyut/menit, kemudian energy
expenditure 3,3 hingga 7,4 kal/menit, serta oxygen consumption sebesar 0,8
hingga 1,5 liter/menit. Sedangkan, naracoba 2,4,5,9,10 dan 11 tergolong kategori
moderate dengan rentang denyut nadi kerja 82 hingga 110 denyut/menit, energy
expenditure 5,8 hingga 9 kal/menit, serta oxygen consumption 1,2 hingga 1,8
liter/menit. Tidak terdapat naracoba yang dikategorikan heavy. Naracoba yang
tergolong dalam kategori heavy termasuk dalam kategori diperlukan perbaikan
pada persentase cardiovascular load. Hal tersebut berarti, naracoba tersebut tidak
cukup mampu melaksanakan kerja yang diberikan. Sedangkan, naracoba yang
tergolong light dan moderate merupakan naracoba dengan kategori tidak terjadi
kelelahan pada persentase cardiovascular sehingga mampu melaksanakan kerja
dan masih dapat diberi penambahan pada kerjanya.
Perhitungan reserve heart rate (RHR) pada data memiliki hasil yang beragam.
Pada data, RHR paling rendah adalah 106 denyut/menit pada naracoba 11,
sedangkan RHR paling tinggi adalah 131 denyut/menit pada naracoba 15. Dari
perhitungan RHR dan denyut nadi istirahat dapat ditemukan upper heart rate dan
lower heart rate yang kemudian akan didapatkan target heart rate. Semakin tinggi
target heart rate menyatakan semakin tinggi kemampuan kerja naracoba. Pada
data kelompok 2, naracoba 4 memiliki target heart rate tertinggi, yaitu 199,
sedangkan naracoba dengan target heart rate terendah adalah naracoba 5 dengan
nilai 144.
3. Hasil Praktikum Cardiovascular Kelompok 3
Pada kelompok 3, rentang hasil pengukuran denyut nadi istirahat normal, yaitu
antara 60-100 denyut/menit. Denyut nadi maksimal dari tiap anggota berkisar
antara 201 hingga 203 dikarenakan faktor usia, sedangkan denyut nadi kerja
berada di antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi maksimal. Melalui denyut
nadi istirahat, denyut nadi kerja, dan denyut nadi maksimal, ditemukan persentase

cardiovascular load. Persentase cardiovascular load

terbagi atas 5 kategori,

antara lain tidak terjadi kelelahan, diperlukan perbaikan, kerja dalam waktu
singkat, diperlukan tindakan segera, dan tidak diperbolehkan beraktivitas.
Pengukuran cardiovascular biasanya dilaksanakan untuk mengukur kemampuan
berkerja seseorang secara fisik.
Selain itu, melalui pengukuran denyut nadi kerja dapat ditentukan kategori
workload antara lain light, moderate, heavy, dan very heavy. Berdasarkan
perhitungan perbandingan akan ditemukan energy expenditure dan oxygen
consumption. Melalui denyut nadi maksimal dan denyut nadi istirahat akan
didapatkan reserve heart rate, upper heart rate, lower heart rate, dan target heart
rate.
Kelompok 3 terdiri atas 4 orang berjenis kelamin laki-laki dan 10 orang
berjenis kelamin perempuan. Usia pada data kelompok 3 beragam, terdiri atas 2
orang berusia 19 tahun, 5 orang berusia 18 tahun, 6 orang berusia 17 tahun, dan 1
orang berusia 16 tahun. Denyut nadi istirahat pada data kelompok 4 beragam
dengan denyut nadi istirahat terendah 73 denyut/menit pada naracoba perempuan
berusia 17 tahun (naracoba 5), dan denyut nadi istirahat tertinggi 91 denyut/menit
pada naracoba laki-laki berusia 17 tahun (naracoba 4), sehingga dapat
disimpulkan denyut nadi istirahat pada rentang usia yang rendah tidak begitu
berpengaruh. Keseluruhan denyut nadi istirahat pada naracoba dinyatakan normal
karena berkisar antara 60-100 denyut/menit. Denyut nadi rata-rata data kelompok
3 adalah 81 denyut/menit.
Denyut nadi kerja pada data lebih tinggi dibandingkan denyut nadi istirahat.
Pada data hasil, denyut nadi kerja terendah yaitu 86 denyut/menit pada naracoba
13 (perempuan, 18 tahun), sedangkan denyut nadi kerja tertinggi yaitu 140
denyut/menit pada naracoba 14 (perempuan, 18 tahun). Denyut nadi kerja ratarata data kelompok 3 adalah 110 denyut/menit.
Melalui perhitungan dari denyut nadi kerja, denyut nadi istirahat, dan denyut
nadi

maksimal

didapatkan

persentase

cardiovascular

load.

Persentase

cardiovascular load pada data menyatakan ada 3 naracoba yang dikategorikan


diperlukan perbaikan karena persentase hasil berada diantara 30% dan 60%

(naracoba 6, 11, dan 14), sedangkan 11 naracoba lainnya dikategorikan tidak


terjadi kelelahan karena persentase hasil berada dibawah 30%.
Berdasarkan perhitungan perbandingan denyut nadi kerja pada kategori yang
ditentukan, didapatkan 5 naracoba dengan kategori light (naracoba 3, 5, 9, 10, dan
13) , 8 naracoba dengan kategori moderate (naracoba 1, 2, 4, 6, 7, 8, 11, dan 13)
,dan 1 naracoba dengan kategori heavy (naracoba 14). Naracoba yang tergolong
dalam kategori heavy juga termasuk dalam kategori diperlukan perbaikan pada
persentase cardiovascular load. Hal tersebut berarti, naracoba tersebut tidak
cukup mampu melaksanakan kerja yang diberikan. Sedangkan, naracoba yang
tergolong light dan moderate merupakan naracoba dengan kategori tidak terjadi
kelelahan pada persentase cardiovascular sehingga mampu melaksanakan kerja
dan masih dapat diberi penambahan pada kerjanya.
Perhitungan reserve heart rate (RHR) pada data memiliki hasil yang beragam.
Pada data, RHR paling rendah adalah 112 denyut/menit pada naracoba 4 (lakilaki, 17 tahun), sedangkan RHR paling tinggi adalah 135 denyut/menit pada
naracoba 5 (perempuan, 17 tahun). Dari perhitungan RHR dan denyut nadi
istirahat dapat ditemukan upper heart rate dan lower heart rate yang kemudian
akan didapatkan target heart rate. Semakin tinggi target heart rate menyatakan
semakin tinggi kemampuan kerja naracoba. Pada data kelompok 3, naracoba 4
(laki-laki, 17 tahun) memiliki target heart rate tertinggi, yaitu 170 denyut/menit,
sedangkan naracoba dengan target heart rate terendah adalah naracoba 5
(perempuan, 17 tahun) dan naracoba 10 (perempuan, 19 tahun) sebesar 163
denyut/menit.
4. Hasil Praktikum Cardiovascular Kelompok 4
Pada kelompok 4, rentang hasil pengukuran denyut nadi istirahat normal, yaitu
antara 60-100 denyut/menit. Denyut nadi maksimal dari tiap anggota berkisar
antara 201 hingga 203 dikarenakan faktor usia, sedangkan denyut nadi kerja
berada di antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi maksimal. Melalui denyut
nadi istirahat, denyut nadi kerja, dan denyut nadi maksimal, ditemukan persentase
cardiovascular load. Persentase cardiovascular load

terbagi atas 3 kategori,

antara 5 kategori, antara lain tidak terjadi kelelahan, diperlukan perbaikan, kerja

dalam waktu singkat, diperlukan tindakan segera, dan tidak diperbolehkan


beraktivitas. Pengukuran cardiovascular biasanya dilaksanakan untuk mengukur
kemampuan berkerja seseorang secara fisik.
Selain itu, melalui pengukuran denyut nadi kerja dapat ditentukan kategori
workload antara lain light, moderate, heavy, dan very heavy. Berdasarkan
perhitungan perbandingan akan ditemukan energy expenditure dan oxygen
consumption. Melalui denyut nadi maksimal dan denyut nadi istirahat akan
didapatkan reserve heart rate, upper heart rate, lower heart rate, dan target heart
rate.
Kelompok 4 terdiri atas 5 orang berjenis kelamin laki-laki dan 11 orang
berjenis kelamin perempuan. Usia pada data kelompok 4 beragam, terdiri atas 3
orang berusia 19 tahun, 2 orang berusia 17 tahun, dan 11 orang berusia 18 tahun.
Denyut nadi istirahat pada data kelompok 4 beragam dengan denyut nadi istirahat
terendah 65 pada naracoba perempuan berusia 18 tahun (naracoba 4), dan denyut
nadi istirahat tertinggi pada naracoba perempuan berusia 18 tahun yang lainnya
(naracoba 10), sehingga dapat disimpulkan denyut nadi istirahat pada rentang usia
yang rendah tidak begitu berpengaruh. Keseluruhan denyut nadi istirahat pada
naracoba dinyatakan normal karena berkisar antara 60 hingga 100. Denyut nadi
rata-rata data kelompok 4 adalah 91 denyut/menit.
Denyut nadi kerja pada data lebih tinggi dibandingkan denyut nadi istirahat.
Pada data hasil, denyut nadi kerja terendah yaitu 80 pada naracoba 4, sedangkan
denyut nadi tertinggi pada naracoba 8 (perempuan, 18 tahun), yaitu 136. Denyut
nadi kerja rata-rata data kelompok 4 adalah 115 denyut/menit.
Melalui perhitungan dari denyut nadi kerja, denyut nadi istirahat, dan denyut
nadi

maksimal

didapatkan

persentase

cardiovascular

load.

Persentase

cardiovascular load pada data menyatakan ada 3 naracoba yang dikategorikan


diperlukan perbaikan karena persentase hasil berada diantara 30% dan 60%,
sedangkan 13 naracoba lainnya dikategorikan tidak terjadi kelelahan karena
persentase hasil berada dibawah 30%.
Berdasarkan perhitungan perbandingan denyut nadi kerja pada kategori yang
ditentukan, didapatkan 2 naracoba dengan kategori light, 9 naracoba dengan
kategori moderate ,dan 5 naracoba dengan kategori heavy. Naracoba 4 dan 15

tergolong dalam kategori light, dengan denyut nadi kerja 70 dan 82 denyut/menit,
energy expenditure 1,4 dan 3,12 cal/menit, serta oxygen consumption sebesar 0,5
dan 0,62 liter/menit. Sedangkan, naracoba 1, 3, 6, 8, dan 13 tergolong kategori
heavy dengan rentang denyut nadi kerja 125 hingga 150 denyut/menit, energy
expenditure 7,5 hingga 10,0 cal/menit, serta oxygen consumption 1,5 hingga 2,0
liter/menit. Naracoba lainnya (2, 5, 7, 9, 10, 11, 12, 14) tergolong dalam
moderate. Naracoba yang tergolong dalam kategori heavy juga termasuk dalam
kategori diperlukan perbaikan pada persentase cardiovascular load. Hal tersebut
berarti, naracoba tersebut tidak cukup mampu melaksanakan kerja yang diberikan.
Sedangkan, naracoba yang tergolong light dan moderate merupakan naracoba
dengan kategori tidak terjadi kelelahan pada persentase cardiovascular sehingga
mampu melaksanakan kerja dan masih dapat diberi penambahan pada kerjanya.
Perhitungan reserve heart rate (RHR) pada data memiliki hasil yang beragam.
Pada data, RHR paling rendah adalah 99 pada naracoba 10, sedangkan RHR
paling tinggi adalah 138 pada naracoba 4. Dari perhitungan RHR dan denyut nadi
istirahat dapat ditemukan upper heart rate dan lower heart rate yang kemudian
akan didapatkan target heart rate. Semakin tinggi target heart rate menyatakan
semakin tinggi kemampuan kerja naracoba. Pada data kelompok 4, naracoba 3 dan
10 memiliki target heart rate tertinggi, yaitu 173, sedangkan naracoba dengan
target heart rate terendah adalah naracoba 4 dengan nilai 161.
5. Hasil Praktikum Workload Kelompok 5
Pada kelompok 5, rentang hasil pengukuran denyut nadi istirahat normal, yaitu
antara 60-107denyut/menit. Denyut nadi maksimal dari tiap anggota berkisar
antara 201 hingga 203 dikarenakan faktor usia, sedangkan denyut nadi kerja
berada di antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi maksimal yaitu antara 100120. Melalui denyut nadi istirahat, denyut nadi kerja, dan denyut nadi maksimal,
ditemukan persentase cardiovascular load. Persentase cardiovascular load
terbagi atas 5 kategori, antara lain tidak terjadi kelelahan, diperlukan perbaikan,
kerja dalam waktu singkat, diperlukan tindakan segera, dan tidak diperbolehkan
beraktivitas. Pengukuran cardiovascular biasanya dilaksanakan untuk mengukur
kemampuan berkerja seseorang secara fisik.

Selain itu, melalui pengukuran denyut nadi kerja dapat ditentukan kategori
workload antara lain light, moderate, heavy, dan very heavy. Berdasarkan
perhitungan perbandingan akan ditemukan energy expenditure dan oxygen
consumption. Melalui denyut nadi maksimal dan denyut nadi istirahat akan
didapatkan reserve heart rate, upper heart rate, lower heart rate, dan target heart
rate.
Kelompok 5 terdiri atas 4 orang berjenis kelamin laki-laki dan 12 orang
berjenis kelamin perempuan. Usia pada data kelompok 5 beragam, terdiri atas 5
orang berusia 19 tahun, 1 orang berusia 17 tahun, dan 10 orang berusia 18 tahun.
Denyut nadi istirahat pada data kelompok 5 beragam dengan denyut nadi istirahat
terendah 66 denyut/menit pada naracoba laki-laki berusia 18 tahun (naracoba 3),
dan denyut nadi istirahat tertinggi pada naracoba perempuan 107 denyut/menit
berusia 19 tahun yang lainnya (naracoba 11), sehingga dapat disimpulkan denyut
nadi istirahat pada rentang usia yang rendah tidak begitu berpengaruh.
Keseluruhan denyut nadi istirahat pada 15 naracoba dinyatakan normal karena
berkisar antara 60 hingga 100 dan 1 naracoba memiliki denyut nadi istirahat di
atas 100. Tinggi rendahnya denyut nadi seseorang dapat dipengaruhi beberapa
factor diantaranya aktivitas fisik, kebugaran tubuh, suhu udara disekitar, posisi
tubuh, tingkat emosi. Denyut nadi rata-rata data kelompok 5

adalah 88

denyut/menit.
Denyut nadi kerja pada data lebih tinggi dibandingkan denyut nadi istirahat.
Pada data hasil, denyut nadi kerja terendah yaitu 100 pada naracoba 1 dan 7
(perempuan), sedangkan denyut nadi tertinggi pada 4 naracoba (perempuan) yaitu
120. Denyut nadi kerja rata-rata data kelompok 5 adalah 111 denyut/menit.
Melalui perhitungan dari denyut nadi kerja, denyut nadi istirahat, dan denyut
nadi

maksimal

didapatkan

persentase

cardiovascular

load.

Persentase

cardiovascular load pada data menyatakan ada 2 naracoba yang dikategorikan


diperlukan perbaikan karena persentase hasil berada diantara 30% dan 60%,
sedangkan 14 naracoba lainnya dikategorikan tidak terjadi kelelahan karena
persentase hasil berada dibawah 30%.
Berdasarkan perhitungan perbandingan denyut nadi kerja pada kategori yang
ditentukan, didapatkan 2 naracoba dengan kategori light dan 14 naracoba dengan

kategori moderate. Naracoba 1 dan 7 tergolong dalam kategori light, dengan


denyut nadi kerja masing- masing 100 denyut/menit, energy expenditure 5
cal/menit, serta oxygen consumption sebesar 1 liter/menit, naracoba lainnya
tergolong dalam moderate. Naracoba yang tergolong light dan moderate
merupakan naracoba dengan kategori tidak terjadi kelelahan pada persentase
cardiovascular sehingga mampu melaksanakan kerja dan masih dapat diberi
penambahan pada kerjanya.
Perhitungan reserve heart rate (RHR) pada data memiliki hasil yang beragam.
Pada data, RHR paling rendah adalah 94 pada naracoba 11, sedangkan RHR
paling tinggi adalah 136 pada naracoba 3. Dari perhitungan RHR dan denyut nadi
istirahat dapat ditemukan upper heart rate dan lower heart rate yang kemudian
akan didapatkan target heart rate. Semakin tinggi target heart rate menyatakan
semakin tinggi kemampuan kerja naracoba. Pada data kelompok 5, naracoba 11
memiliki target heart rate tertinggi, yaitu 173 sedangkan naracoba dengan target
heart rate terendah adalah naracoba 3 dengan nilai 161.
6. Hasil Total Praktikum Kelas Beta
Pada praktikum yang telah dilakukan ini, dibicarakan tentang Cardio
Vascular Load, dimana kita dapat menentukan penilaian beban kerja berdasarkan
denyut nadi kerja dan dapat menentukan waktu standar dengan metode fisiologi.
Denyut nadi untuk mengestimasiindex beban kerja fisik terdiri dari beberapa jenis
yang didefinisikan oleh GrandJean (1963) :
a. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai
b. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja
c. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi
kerja.
Pada data yang dilampirkan, terlihat bahwa rentang hasil pengukuran
denyut nadi istirahat, yaitu antara 60-107 denyut/menit. Denyut nadi maksimum
dari masing-masing mahasiswa berkisar antara 201 hingga 203 dikarenakan faktor
usia, sedangkan denyut nadi kerja berada di antara denyut nadi istirahat dan
denyut nadi maksimum yaitu antara 100-168. Melalui denyut nadi istirahat,

denyut

nadi kerja, dan denyut

nadi maksimal,

cardiovascular load. Persentase cardiovascular load

ditemukan

persentase

terbagi atas 5 kategori,

antara lain tidak terjadi kelelahan, diperlukan perbaikan, kerja dalam waktu
singkat, diperlukan tindakan segera, dan tidak diperbolehkan beraktivitas.
Pengukuran cardiovascular biasanya dilaksanakan untuk mengukur kemampuan
berkerja seseorang secara fisik.
Selain itu, melalui pengukuran denyut nadi kerja dapat ditentukan
kategori workload antara lain light, moderate, heavy, dan very heavy. Berdasarkan
perhitungan perbandingan akan ditemukan energy expenditure dan oxygen
consumption. Melalui denyut nadi maksimal dan denyut nadi istirahat akan
didapatkan reserve heart rate, upper heart rate, lower heart rate, dan target heart
rate.
Kelas Beta terdiri atas 19 orang berjenis kelamin laki-laki dan 57 orang
berjenis kelamin perempuan. Usia anak kelas Beta beragam, terdiri atas 14 orang
berusia 19 tahun, 14 orang berusia 17 tahun, dan 3 orang berusia 16 tahun, 45 dan
orang berusia 18 tahun. Denyut nadi istirahat pada anak kelas beta beragam
dengan denyut nadi istirahat terendah 65 denyut/menit pada naracoba perempuan
berusia 18 tahun (naracoba 45), dan denyut nadi istirahat tertinggi pada naracoba
perempuan 107 denyut/menit berusia 19 tahun (naracoba 72), sehingga dapat
disimpulkan denyut nadi istirahat pada rentang usia yang rendah tidak begitu
berpengaruh. Keseluruhan denyut nadi istirahat pada anak kelas beta dengan 76
naracoba dinyatakan normal karena berkisar antara 60 hingga 100 dan 3 naracoba
memiliki denyut nadi istirahat di atas 100. Tinggi rendahnya denyut nadi
seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor diantaranya aktivitas fisik,
kebugaran tubuh, suhu udara disekitar, posisi tubuh, tingkat emosi.
Denyut nadi kerja pada data lebih tinggi dibandingkan denyut nadi
istirahat. Pada data hasil, denyut nadi kerja terendah yaitu 80 denyut/menit pada
naracoba 1,4,22 dan 45 (perempuan) dengan rata-rata berusia 18 tahun, sedangkan
denyut nadi tertinggi pada naracoba 14 (perempuan) yaitu 168 denyut/menit.
Melalui perhitungan dari denyut nadi kerja, denyut nadi istirahat, dan
denyut nadi maksimal didapatkan persentase cardiovascular load. Persentase
cardiovascular load pada data menyatakan ada 10 naracoba yang dikategorikan

diperlukan perbaikan karena persentase hasil berada diantara 30% dan 60%,
sedangkan

65 naracoba lainnya dikategorikan tidak terjadi kelelahan karena

persentase hasil berada dibawah 30%. Ada juga 1 naracoba yang dikategorikan
kerja dalam waktu singkat karena persentase hasil berada diatas 60%.
Berdasarkan perhitungan perbandingan denyut nadi kerja pada kategori
yang ditentukan, didapatkan 26 naracoba dengan kategori light, 42 naracoba
dengan kategori moderate, 7 naracoba dengan kategori heavy, dan 1 naracoba
dengan kategori verry heavy. Naracoba yang tergolong light dan moderate
merupakan naracoba dengan kategori tidak terjadi kelelahan pada persentase
cardiovascular sehingga mampu melaksanakan kerja dan masih dapat diberi
penambahan pada kerjanya.
Perhitungan reserve heart rate (RHR) pada data memiliki hasil yang
beragam. Pada data, RHR paling rendah adalah 94 pada naracoba 72 (perempuan)
dengan usia 19 tahun, sedangkan RHR paling tinggi adalah 137 pada naracoba 45
(perempuan). Dari perhitungan RHR dan denyut nadi istirahat dapat ditemukan
upper heart rate dan lower heart rate yang kemudian akan didapatkan target
heart rate. Semakin tinggi target heart rate menyatakan semakin tinggi
kemampuan kerja naracoba. Pada data kelas Beta, naracoba 17 (perempuan)
memiliki target heart rate tertinggi, yaitu 199 sedangkan naracoba dengan target
heart rate terendah adalah naracoba 18 (perempuan) dengan nilai 144.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Setelah

melakukan

praktikum

mengenai

Fisiologi,

maka

dapat

disimpulkan sebagai berikut:


1. Jadi pengaruh yang ditimbulkan oleh pembebanan kerja terhadap tubuh
selama manusia melakukan aktivitas kerja yaitu kelelahan yang
menyebabkan denyut nadi meningkat.
2. Fisiologi kerja merupakan suatu studi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja dan kelelahan selama otot bekerja.
3. Berdasarkan hasil dari klasifikasi pada anak kelas beta dengan 76
naracoba dinyatakan normal karena berkisar antara 60 hingga 100 dan 3
naracoba memiliki denyut nadi istirahat di atas 100, maka melalui
perhitungan data tersebut didapatkan persentase cardiovascular load yang
menyatakan 86% dikatagori tidak terjadi kelelahan, 13% dikatagori
diperlukan perbaikan dan 1% dikatagori kerja dalam waktu singkat dengan
katagori workload light dan moderate yang masuk didalam kategori tidak
terjadi kelelahan pada persentase cardiovascular. Brdasarkan tabel dapat
disimpulkan semakin tinggi target heart rate menyatakan semakin tinggi
kemampuan kerja sehingga mampu melaksanakan kerja dan masih dapat
diberi penambahan pada kerjanya.
4. Salah satu faktor yang menyebabkan perlu adanya suatu perbaikan dan
diperlukan tindakan segera yaitu kondisi kebugaran badan yang sedang
menurun yang mungkin karena asupan makanan yang relatif sedikit, atau
aktivitas yang dilakukan sebelumnya cukup melelahkan sehingga tenaga
yang yang dikeluarkan merupakan sisa dari pekerjaan sebelumnya.
5. Tekanan suhu lingkungan pada saat itu tidak terlalu tinggi sehingga tidak
memberikan beban kerja yang cukup besar. Solusi untuk mengatasi yang
mendapatkan hasil diperlukan adanya suatu perbaikan, seperti dengan
dilakukan olahraga secara bertahap agar kerja jantung dapat lebih baik
Saran

1) Alat-alat maupun tempat pelaksanaan praktikum sebaiknya dilengkapi untuk


peningkatan kualitas praktikum fisiologis selanjutnya.
2) Pastikan praktikan dalam keadaan fit untuk melakukan praktikum.
3) Dalam pelaksanaan praktikum sebaiknya dilaksanakan lebih tertib dan tepat
waktu, dimulai dari mahasiswanya maupun dosen pembimbingnya.

LAMPIRAN

1. Tabel Hasil Praktikum Kelompok 1

*Hasil perhitungan dibulatkan sehingga angka dibelakang koma tidak ada, kecuali
pada energy expenditure, oxygen consumption, dan % CVL
Keterangan

: JK

= Jenis Kelamin

HR

=Heart Rate

= Laki-laki

CVL

=Cardiovaskular Load

= Perempuan

EE

=Energy Expenditure

RHR = Reserve Heart Rate

UL

=Upper Limit

LL

THR

=Target Heart Limit

= Lower Limit

2. Tabel Hasil Praktikum Kelompok 2


*Hasil perhitungan dibulatkan sehingga angka dibelakang koma tidak ada, kecuali

pada energy expenditure, oxygen consumption, dan % CVL


Keterangan

: JK

= Jenis Kelamin

HR

=Heart Rate

= Laki-laki

CVL

=Cardiovaskular Load

= Perempuan

EE

=Energy Expenditure

RHR = Reserve Heart Rate

UL

=Upper Limit

LL

THR

=Target Heart Limit

= Lower Limit

3. Tabel Hasil Praktikum Kelompok 3

*Hasil perhitungan dibulatkan sehingga angka dibelakang koma tidak ada, kecuali
pada energy expenditure dan oxygen consumption
Keterangan

: JK

= Jenis Kelamin

HR

=Heart Rate

= Laki-laki

CVL

=Cardiovaskular Load

= Perempuan

EE

=Energy Expenditure

RHR = Reserve Heart Rate

UL

=Upper Limit

LL

THR

=Target Heart Limit

= Lower Limit

4. Tabel Hasil Praktikum Kelompok 4

*Hasil perhitungan dibulatkan sehingga angka dibelakang koma tidak ada, kecuali
pada energy expenditure dan oxygen consumption
Keterangan

: JK

= Jenis Kelamin

L
= Laki-laki
P
= Perempuan
RHR = Reserve Heart Rate
LL
= Lower Limit

HR

=Heart Rate

CVL
EE
UL
THR

=Cardiovaskular Load
=Energy Expenditure
=Upper Limit
=Target Heart Limit

5. Tabel Hasil Praktikum Kelompok 5

*Hasil perhitungan dibulatkan sehingga angka dibelakang koma tidak ada, kecuali
pada energy expenditure dan oxygen consumption
Keterangan

: JK

= Jenis Kelamin

L
= Laki-laki
P
= Perempuan
RHR = Reserve Heart Rate
LL
= Lower Limit

HR

=Heart Rate

CVL
EE
UL
THR

=Cardiovaskular Load
=Energy Expenditure
=Upper Limit
=Target Heart Limit

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, N. 2002. Denyut Nadi dan Kegunaannya dalam Ergonomi.


Jurnal Ergonomi Indonesia 3: 22-26

Staf Fisiologi Kedokteran. 2015. Buku Penuntun Praktikum Fisiologi.


Palembang :Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai