Anda di halaman 1dari 5

Kaum Muslimin yang Dimuliakan Allah

Subhaanahu wataaala,
Salah satu keharusan kita sebagai muslim
adalah
memperhatikan,
merawat,
dan
membersihkan hatinya agar kita dapat mengenal
keagaungan kasih sayang Allah. Sebab orang
yang hatinya kotor, selalu saja diselimuti oleh
ketidak nyamanan dalam hidup ini. Orang yang
hatinya kotor tersebut senantiasa disaputi
perasaan resah, gelisah, was-was,cemas, takut,
bingung, kering, gersang dan letih.
Sebaliknya tidaklah demikian halnya bagi
orang yang hatinya bersih. Hidup ini senantiasa
terasa indah, nyaman, lapang, sejuk dan
tentram.
Pertanyaannya
kemudian
adalah
Tidakkah kita ingin mencapai kondisi semacam
ini?. Kuncinya adalah kita harus memiliki
kesanggupan untuk berani menyelidiki hati kita.
Kitapun harus mempunyai kesanggupan untuk
benar-benar jujur kepada diri sendiri.
Kaum Muslimin yang Dimuliakan Allah
Subhaanahu wataaala,
Beberapa diantara pengotor hati, selain
aneka pengotor lainnya, adalah perasaan kesal
atau mangkel terhadap hamba-hamba Allah
lainnya. Kalo kita sering dilanda kesal, mangkel,
marah, apalagi sudah dendam atau benci, maka
hamper dapat dipastikan bahwa hati kita dalam

keadaan keruh atau kotor. Dengan demikian, kita


harus
berupaya
sekuat-kuatnya
memiliki
keterampilan untuk bias mengalihkan suasana
hati ini dari tidak nyaman menjadi nyaman. Kita
tidak
boleh
membiasakan
memendam
kekeruhan, kekotoran, dan ketidak enakan dalam
hati. SEkali-kali tidak boleh ada! Sekali kita
membiarkan hati ini keruh, kesal, mangkel dan
dendam, maka tidak akan pernah hati ini mampu
mengingat Allah SWT.,kecuali yang diingat-ingat
hanya satu, yaitu memuaskan hawa nafsu.
Kaum Muslimin yang Dimuliakan Allah
Subhaanahu wataaala,
Kita memang bukan malaikat, kerap kali
kita juga akan mengalami lintasan-lintasan hati.
Yang enak, yang tidak enak, yang dapat diduga
maupun yang tidak terduga. Kita bergaul dengan
sesame manusia yang setiap saat bias berbuat
baik kepada kita, namun setiap saat juga
merekapun bias melukai hati kita. Kita bergaul
dengan mereka setiap saat, bias menyayangi
atau sebaliknya mencaci. Semua ini tidak boleh
membuat hati kita menjadi rusak!
Bagi yang telah ditakdirkan berkeluarga.,
setiap saat istri dan anak-anaknya bias
mendatangkan kegembiraan dan kebahagiaan,
atau
sebaliknya
malah
menyakiti
dan
mendatangkan perasaan duka. Demikian juga,

hidup bertetangga, aktif dalam suatu kelompok


atau organisasi, bekerja di kantor , dan
sebagainya.
Menghadapi berbagai kemungkinan ini,
hanya satu yang mesati senantiasa kita jaga,
yaitu bahwa kita harusa berupaya menjaga dan
mengendalikan hati kita supaya tidak menjadi
kotor karna sesuatu yang tidak sukai.
Marilah kita perhatikan Firman Allah dalam surat
: Al-Furqon (25:63)


()

Yang artinya :
Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha
Penyayang itu (ialah) orang-orang yang
berjalan di atas bumi dengan rendah hati
Menghadapi berbagai kemungkinan ini
hanya satu yang mesti senantiasa kita jaga
adalah bahwa kita harus berupaya menjaga
dan mengendalikan hati supaya tidak
menjadi kotor karena sesuatu yang tidak kita
sukai. Tidak ada pilihan lain!
Percayalah,
semakin
terampil
mengendalikan hati kita, kita alih-alihkan:
dari suasana yang tidak nyaman menjadi

nyaman, dari sesuatu yang membuat kita


terasa terhimpit menjadi lapang, dari
sesuatu yang tidak menyenangkan menjadi
sesuatu yang kita sukai, maka di sanalah
sebetulnya rahasia kelezatan dalam hidup
ini.
Kita tidak bias menginginkan segala
sesuatu agar selalu cocok dengan keinginan
kita karena pasti terjadi hal-hal yang tidak
cocok dengan keinginan dan apa yang
direncanangkan.
Kendatipun
demikian,
hendaknya semua itu tidak sampai membuat
hati kita menjadi kotor dan busuk.
Mudah-mudahan di antara kita ada
yang sudah tergolong orang yang sangat
bersih dan suci. Akan tetapi, sebagian besar
di antara kita mungkin sedang dalam proses
berjuang mengendalikan diri. Sutu hal yang
harus dicatat, bahwa kunci kekuatan yang
paling harus kita lakukan adalah, kalu hati
kita dilanda resah dan galau, maka, lekaslekaslah tanyai diri kita sendiri.
Pertama tama, tanyakan pada diri:
Apa untungnya dengan pikiran seperti ini?
Apa manfaatnya saya bermain-main dengan
perasaan semacam ini? Tanyakan hal ini
supaya kita tahu bahwa hal semacam ini
justru hanya akan merugikan diri sendiri.

Kalu kita enggan mempertanyakan untung


tidaknya, maka nanti akan kita kembangkan
terus pikiran kacau dan jelek tersebut dan
terus akan dibimbing oleh syetan terkutuk,
sehingga akhirnya membuahkan sesuatu
yang zhalim. Kita akan merencanakan suatu
kejelekan, berburuk sangka kepada Allah,
atau hendak lahir sikap putus asa. Semua itu
merupakan buah diri pikiran kotor yang kita
biarkan berkembang.
Kedua, tanyakan pula pada diri: benar
atau tidak perilaku seperti ini? Benar atau
tidak
sikap
saya,
sehingga
menjadi
menderita
begini?
Carilah
sebabmusabahnya. Kalu kita

Anda mungkin juga menyukai