Gambar 1. Contoh Ortetik: korset torakolumbal untuk orang yang cedera kompresi
bagian tersebut, collar pada kasus trauma klavikula dan tongkat untuk pasien stroke
B. PROSTHETIK
Pada dasarnya bahan pembuatan prosthetic di Indonesia ada 3 macam bahan,
yaitu:
1. Aluminium
Aluminium merupakan bahan yang paling lama digunakan dan sekarang ini
sudah tidak digunakan karena dirasa kurang efektif dan efisien, disamping itu dari
segi kosmetik bahan ini juga kurang baik. Cara pembuatan atau produksinya juga
sangat tidak efisien dari segi waktu maupun tenaga.
2. Fiber Glass
Bahan ini sebenarnya bahan yang cukup baik untuk pembuatan prosthetik.
Bahan ini mempunyai kelebihan dibandingkan dengan bahan aluminium. Hasil
produksi dengan bahan ini lebih halus dan kuat. Tapi kelemahan dari bahan ini
yaitu dalam penggunaan jangka panjang fiber glass akan mengalami retak-retak
kecil, jadi akan mempengaruhi kosmetik dari prostetik tersebut.
3. Poly propylene
Bahan ini merupakan bahan terbaru yang dipakai untuk pembuatan prostetik
di Indonesia. Bahan ini masih jarang dipergunakan. Di Indonesia baru di beberapa
kota yang menggunakannya diantaranya Surabaya, Palembang, Medan dan
Makassar.
Bahan ini mempunyai kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh kedua
bahan diatas. Dari segi ketahanan bahan ini mempunyai daya tahan yang sangat
tinggi. Bahan ini tahan terhadap berbagai macam cuaca, cara memproduksi lebih
efektif dan efisien serta hasil kosmetik yang lebih baik.
Gambar 2. Contoh Prostetik: Tangan dan kaki palsu pada kasus amputasi
CARA PEMBUATAN PROTHESA
Dalam tata cara pembuatan prothesa terdiri dari beberapa tahap:
1. Pengukuran
Pasien yang datang dengan kondisi post-amputasi dilakukan pengukuran setelah
2-4 bulan amputasi atau sudah tidak ada luka dan tidak ada bengkak. Pengukuran
dilakukan pada aderah stump meliputi panjang, lingkar atau diameter, dan
panjang kaki yang sehat.
2. Pembuatan negative gips
Setelah pengukuran selesai, kemudian dilakukan negative gips dengan cara
membalutkan gips circular yang sudah dibasahi air keseluruh permukaan stump
sampai merata. Setelah gips kering kemudian gips dilepas dari stump dalam
bentuk cetakan.
3. Pembuatan positif gips
Setelah gips dilepas dari stump kemudian cetakan tadi diisi dengan adonan yang
terbuat dari gips bubuk yang dicampur air sampai penuh. Setelah kering negative
gips, sehingga tersisa positif gips saja. Kemudian positif gips dihaluskan dengan
parut sesuai dengan ukuran yang telah dicatat tadi.
4. Pembuatan socket
Socket dibuat dari bahan spon yang halus. Positif gips yang sudah halus dijadikan
untuk cetakan pembuatan socket. Caranya: spon dimasukkan ke dalam oven
sampai lembek. Setelah lembek diangkat dan dipasang di positif gips kemudian
dihisap dengan compressor sehingga spon akan mengikuti bentuk positif gips tadi.
5. Pembuatan polypropylene lapis I
Polypropylene dimasukkan ke dalam oven dengan tingkat panas 180-250oC
sampai lembek, setelah itu diangkat dan dicetak ke positif gips, lalu dihisap
dengan compressor sehingga polypropylene akan mengikuti bentuk positif gips.
6. Pencobaan/fitting
Setelah polypropylene selesai dicetak kemudian dihaluskan lalu dipasangi dengan
komponen pengganti tulang dan telapak kakinya. Setelah itu prothesa siap
dicobakan ke pasien sampai pasien merasa nyaman menggunakannya.
7. Proses finishing/ polypropylene lapis I
Setelah pasien mencoba prothesa dan merasa nyaman, proses selanjutnya adalah
finishing yaitu proses membentuk model betis atau kaki penderita. Disini
diperlukan jiwa seni dari pembuat prothesa karena pada proses ini akan
mempengaruhi kualitas dan segi kosmetik prothesa ini.
titanat yang memiliki potensi piezeloelectric yakni potensi untuk memproduksi arus
listrik bila dilakukan penekanan pada kristal. Terapi ultrasound biasanya dilakukan
pada rentang frekuensi 0.8 sampai dengan 3 megahertz (800 sampai dengan 3,000
kilohertz). Frekuensi yang lebih rendah dapat menimbulkan penetrasi yang lebih
dalam (sampai dengan 5 sentimeter). Frekuensi yang umumnya dipakai adalah 1000
kilohertz yang memiliki sasaran pemanasan pada kedalaman 3 sampai 5 cm dibawah
kulit. Pada frekuensi yang lebih tinggi misalkan 3000 kilohertz energi diserap pada
kedalaman yang lebih dangkal yakni sekitar 1 sampai 2 cm. Gelombang suara dapat
mengakibatkan molekul-molekul pada jaringan bergetar sehingga menimbulkan
energi mekanis dan panas. Keadaan ini menimbulkan panas pada lapisan dalam tubuh
seperti otot, tendo, ligamen, persendian dan tulang. Penetrasi energi ultrasound
bergantung pada jenis dan ketebalan jaringan.
Jaringan dengan kadar air yang tinggi menerap lebih banyak energi sehingga suhu
yang terjadi lebih tinggi. Pada jaringan lokasi yang paling berpotensi untuk terjadi
peningkatan suhu yang paling tinggi adalah antara tulang dan jaringan lunak yang
melekat padanya.
Terapi ultrasound berbeda dengan diagnostic ultrasound yang menggunakan
gelombang suara intensitas rendah yang digunakan untuk menghasilkan gambar
struktur internal tubuh. Terapi ultrasound dengan intensitas tinggi yang terfokus dapat
digunakan untuk menghancurkan jaringan yang tidak diinginkan seperti batu ginjal,
batu empedu, hyperplasia prostat dan beberapa jenis tumor fibroid.
Gambar 3. US therapy
Efek Fisiologis Ultrasound Therapy
Efek thermal terapi ultrasound ditemukan sangat bermanfaat dalam terapi
gangguan musculoskeletal, menghancurkan jaringan parut dan membantu mengulur
tendon. Penggunaan ultrasound dalam terapi panas dapat dikombinasikan dengan
stimulasi elektrik pada otot. Kombinasi ini dapat meningkatkan kemampuan
pembersihan sisa metabolisme, mengurangi spasme otot serta perlengketan jaringan.
Ultrasound terapeutik juga memiliki efek anti peradangan yang dapat mengurangi
nyeri dan kekakuan sendi. Terapi ini dapat digunakan untuk memperbaiki
impingement (jepitan) akar syaraf dan beberapa jenis neuritis (peradangan saraf) dan
juga bermanfaat untuk penyembuhan paska cedera.
Indikasi Ultrasound Therapy
Pada dasarnya terapi ultrasound dapat digunakan pada keadaan akut sampai
dengan kronis. Pada keadaan akut diperlukan terapi dengan frekuensi yang sering dan
durasi yang singkat, sedangkan pada keadaan kronis diperluakan terapi dengan
frekuensi yang lebih jarang akan tetapi dengan durasi terapi yang lebih lama.
Penggunaan ultrasound terapi pada jam jam awal setelah cedera atau dalam waktu 48
jam setelah cedera meningkatkan kecepatan penyembuhan cedera. Kondisi akut
cedera pada umumnya memerlukan terapi satu sampai dua kali sehari selama 6
sampai 8 hari sampai nyeri dan pembengkakan berkurang. Pada kondisi cedera kronis
terapi dapat dilakukan dua hari sekali selama 10 sampai 12 kali. Secara khusus, terapi
ultrasound dapat dipergunakan pada keadaan keadaan berikut :
a. Spasme otot yang merupakan keadaan ketegangan dan kontraksi otot yang
berlangsung terus menerus sehingga timbul rasa nyeri. Kontraktur otot yang
diakibatkan oleh keteganagan otot dapat diatasi dengan ultrasound karena
ultrasound
memiliki
efek
meningkatkan
kelenturan
jaringan
sehingga
b. Kompresi akar saraf dan beberapa jenis neuritis (radang saraf) karena peningkatan
aliran darah dari jaringan yang dipanaskan dengan terapi ultrasound dapat
mempercepat penyembuhan jaringan.
c. Tendinitis (peradangan tendon)
d. Bursitis (peradangan bursa yang merupakan kantong berisi cairan yang berada
diantara tendon dan tulang)
e. Herniasi diskus yang merupakan keadaan bocornya cairan diskus intervertebral
sehingga dapat menjepit saraf spinal. Pada keadaan ini, terapi ultrasound ditujukan
pada spasme otot yang dipersarafi.
f. Sprain yang merupakan laserasi pada ligamen sendi.
g. Kontusi yang merupakan cedera pada jaringan dibawah kulit tanpa adanya
perlukaan kulit.
h. Whiplash yang merupakan cedera pada leher akibat gerakan yang mendadak.
i. Cedera rotator cuff yang merupakan cedera pada otot dan tendon yang
menghubungkan ihumerus dengan scapula. Tendon pada rotator cuff biasanya kuat
akan tetapi dapat mengalami robekan dan peradangan akibat penggunaan yang
berlebihan, proses penuaan ataupun trauma mekanis akibat benturan.
j. Frozen shoulder (bahu beku) dengan gejala nyeri bahu dan kekakuan yang
diakibatkan oleh cedera atau arthritis. Pada keadaan ini, terapi ultrasound dapat
mengurangi kekakuan dan meningkatkan jangkauan gerak sendi.
k. Arthritis yang merupakan peradangan sendi. Beberapa jenis arthritis
yang dapat diperbaiki dengan terapi ultrasound adalah :
o
kerusakan,
kekakuan
dan
perubahan
pada
persendian.
o
double
coil/diplode
penetrasinya
lebih
dalam
dari
single
coil
cutaneus. Membantu dalam mengontrol infeksi kronik oleh peningkatan sirkulasi. Ini
akan meningkatkan sel darah putih dan anti bodi untuk melawan organisme infeksi,
memperkuat mekanisme petahanan tubuh normal. Meningkatkan ekstensibilitas
jaringan fibrous, seperti tendon, kapsul sendi dan jaringan parut (scar) dengan waktu
5-10 menit yang dihasilkan oleh pengaruh peningkatan temperatur.
Indikasi short wave diathermy
Indikasi short wave diathermy yaitu: kondisi peradangan dan setelah trauma,
tahap subakut dan kronis, trauma pada system musculoskeletal, kondisi ketegangan,
pemendekan, perlengketan otot jaringan lunak dan gangguan pada sistem peredaran
darah.
Kontra indikasi short wave diathermy
Kontra indikasi short wave diathermy yaitu perdarahan, vena trombosis, penyakit
arteri, kehamilan, logam dalam jaringan, hilangnya sensasi kulit, tumor/keganasan
dan pengobatan dengan X-Ray.
Gambar 4. SWD
D. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) adalah penggunaan arus
listrik yang dihasilkan oleh perangkat untuk merangsang saraf untuk mengurangi rasa
sakit. Unit ini biasanya dilengkapi dengan elektroda untuk menyalurkan arus listrik
yang akan merangsang saraf pada daerah yang mengalami nyeri. Rasa geli sangat
11
terasa dibawah kulit dan otot yang diaplikasikan elektroda tersebut. Sinyal dari TENS
ini berfungsi untuk mengganggu sinyal nyeri yang mempengaruhi saraf-saraf dan
memutus sinyal nyeri tersebut sehingga pasien merasakan nyerinya berkurang.
Namun teori lain mengatakan bahwa stimulasi listrik saraf dapat membantu tubuh
untuk memproduksi obat penghilang rasa sakit alami yang disebut endorfin, yang
dapat menghalangi persepsi nyeri.
12
menghilangkan rasa sakit, seperti zat endorphin, yang dipicu. Selanjutnya, aliran
darah melalui zona tubuh ditingkatkan.
Terapi dengan TENS dilakukan dengan kontak langsung alat terhadap pasien
melalui sepasang elektroda. Demi memenuhi persyaratan standar keamanan alat
medis sebuah sistem keamanan harus dirancang sehingga cidera pada pasien dapat
dicegah. Sistem keamanan yang dirancang pada dasarnya adalah mencegah terjadinya
luka bakar pada kulit akibat kesalahan penempatan elektroda. Kesalahan penempatan
elektroda memungkinkan elektroda tidak melekat dengan baik pada kulit dan
sementara itu arus dialirkan, dapat menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.
dari
menggunakan
TENS
adalah
bahwa
tidak
seperti
menghilangkan rasa sakit oleh obat, karena tidak menimbulkan ketagihan, tidak
menyebabkan kantuk atau mual, dan dapat dilakukan kapan saja sesuai kebutuhan.
TENS mengubah persepsi tubuh mengenai rasa sakit. TENS juga diakui sebagai
alternatif akupunktur sebagai non-farmakologis untuk mengobati dismenorea. Pada
13
impuls rendah (2 Hz) produksi endorphin sebagai penghilang rasa sakit alami dipacu
untuk dikeluarkan. Oleh karena itu TENS telah digunakan untuk mengobati nyeri
yang akut seperti patah tulang, nyeri sendi, strain otot, pasca operasi dan menstruasi
yang menimbulkan rasa sakit. Efeknya berkurangnya rasa nyeri bisa lambat tapi dapat
mengurangi rasa nyeri yang berlangsung selama beberapa jam. Pada impuls tinggi
(90-150Hz) 'gerbang ' rasa sakit akan ditutup. Hal ini terjadi pada sakit kepala,
migrain, arthritis, neuralgia pasca-herpes, linu panggul, sakit pinggang, leher dan
punggung nyeri akan segera mereda, tapi efeknya tidak begitu lama.
Umumnya TENS diterapkan pada:
Frekuensi tinggi (> 50 Hz) dengan intensitas di bawah kontraksi motorik
(intensitas sensorik). Pada frekuensi tinggi, secara selektif merangsang syaraf
tertentu untuk mengirim sinyal ke otak yang menghalangi sinyal saraf lainnya
membawa pesan rasa sakit.
Frekuensi rendah (<10 Hz) dengan intensitas yang menghasilkan kontraksi
motor. Pada frekuensi rendah merangsang produksi endorfin, hormon
penghilang rasa sakit.
TENS digunakan untuk meringankan rasa sakit yang disebabkan oleh berbagai
kondisi kronis, termasuk:
radang sendi
persalinan
patah tulang
olahraga cedera
kram menstruasi
14
Epilepsi.
Mereka dengan alat pacu jantung dan beberapa jenis lain penyakit jantung.
E. SHOULDER WHEEL
15
17
Saraf fasialis atau saraf kranialis ketujuh mempunyai komponen motorik yang
mempersarafi semua otot ekspresi wajah pada salah satu sisi, komponen sensorik
kecil (nervus intermedius Wrisberg) yang menerima sensasi rasa dari 2/3 depan lidah,
dan komponen otonom yang merupakan cabang sekretomotor yang mempersarafi
glandula lakrimalis.
Saraf fasialis keluar dari otak di sudut serebello-pontin memasuki meatus
akustikus internus. Saraf selanjutnya berada di dalam kanalis fasialis memberikan
cabang untuk ganglion pterygopalatina sedangkan cabang kecilnya ke muskulus
stapedius dan bergabung dengan korda timpani. Pada bagian awal dari kanalis
fasialis, segmen labirin merupakan bagian yang tersempit yang dilewati saraf fasialis.
bisa merusak akar nevus facialis, inti nervus abducens dan fasikulus longitudinalis
medialis.
lumpuh
Terdapat defisit neurologis (motoric atau
19
20