Orthopaedi
(Fraktur Oblique
Os.Humerus 1/3 Distal
Sinistra)
Dipresentasikan oleh :
Hana Ranu Herjuna
01.209.5916
Pembimbing :
Letkol CKM dr. Basuki W,
Sp.OT
Identitas Pasien
Nama pasien
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Alamat
Status perkawinan
Agama
Tanggal masuk RS
Tanggal pemeriksaan
Bangsal
: Sdr. M. Munif S
: 13 tahun
: Laki-laki
: Pelajar
: Magelang Utara
: Belum Menikah
: Islam
: 09 Maret 2014
: 10 Maret 2014
: Edelweis
Anamnesis
Anamnesis didapatkan secara autoanamnesis
dan alloanamnesis pada tanggal 10 Maret 2014,
pukul 06.45 WIB di bangsal Edelweis.
Keluhan Utama :
Tangan Kiri terasa sakit , setelah terjatuh
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum: tampak sakit sedang
Kesadaran
: kompos mentis
GCS : E4M6V5
Vital sign
Tekanandarah
Nadi
Respirasi
Suhu
:110/80 mmHg
: 84x/menit, isi cukup,
reguler
: 22 x/menit
: 36,6oC
Pemeriksaan Fisik
Kepala
: konjungtiva anemis (-/-),
sklera
ikterik (-/-), pupil
Isokor 3mm/3mm
Leher
: pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi
trakea (-)
Thoraks : jejas (-)
Paru
Inspeksi
: simetris, ketinggalan gerak (-),
retraksi dada (-/-)
Palpasi
: pengembangan paru yang
tertinggal
(-), fremitus raba (normal/normal)
Perkusi
: sonor
Auskultasi : SDV (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
: iktus cordis tampak
Palpasi
: iktus cordis kuat angkat
Perkusi
:tidak ada pelebaran batas
jantung
Auskultasi :bunyi jantung I-II reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi
: jejas (-), simetris,massa (-), sikatrik (Auskultasi : peristaltik (normal) Perkusi : timpani
Palpasi
: supel, nyeri tekan (-), hepar, lien,dan
ginjal tidak teraba
Ekstremitas
Status Lokalis
Regio Brachii Sinistra
Look : Tampak regio Brachii sinistra
bengkok, bone expose (-), swelling (-),
hematom (+), false movement (+), deformitas
(+). Tidak ada luka lecet dan tampak bersih.
Feel
: nyeri tekan (+), krepitasi (+), pulsasi
A.Radialis (+) A. Ulnaris (+) A. Brachialis (+) ,
akral hangat (+), sensasi (+), capp refill (< 2)
Move : gerakan aktif dan pasif terhambat
Assesment
Fraktur 0s. Humerus 1/3 Distal Sinistra
Planning Diagnosis
Laboratoriom Darah Lengkap,CT/BT
X-foto Rotgen Humerus AP-Lateral
Foto Rotgen
Diagnosis Klinis
Fraktur Oblique Os.Humerus 1/3 Distal
Sinistra
Planning Terapi
o InfusRL 20 tpm
o InjCefotaxim 1 gr 1x1
o Inj Ketorolac 2x 30 gr
o Pemasangan Spalk
o Rencana open reduksi dan pemasangan
fiksasi humerus
Laporan Operasi
Laporan Operasi (10 Maret 2014)
Pasien supine dengan GA
Desinfeksi
Posisi Humerus Poterior Approach, lapis demi
lapis hingga tampak fraktur fraktur os.
Humerus 1/3 distal long spiral,
Dilakukan open reduksi dan memasang
fiksasi , nomor plate 7 dan nomer skrup 4,5
Jahit lapis demi lapis
Tutup Luka
Operasi Selesai
Dokumentasi Operasi
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
Foto Rotgen
Nama Pemeriksaan : X Foto Humerus Sinistra
posisi AP
Interpretasi Ro : terdapat diskontinuitas tulang
(fraktur) os humerus sinistra 1/3 distal oblique
dengan garis fraktur kominutif aposisi dan
alignment cukup baik, terfiksasi plate dan 5
buah screw, posisi baik, displacement ke
medial atau lateral (-), dislokasi art.humero
ulnaris (-) dislokasi art.humero radialis (-)
A : Alignment dan Aposisi (baik)
B : Bone (terdapat fraktur os humerus sinistra
1/3 distal oblique dengan garis fraktur
kominutif )
C : Cartilago (cartilago intraartikuler) baik
S : Soft tissue (kerusakan moderat dari soft
tissue)
Fraktur oblique os humerus 1/3 distal sinistra
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI
Os. Humerus
1. Epiphysis Proximal
CAPUT HUMERI bersendi dg CAVITAS GLENOIDALIS
scapula ART. HUMERI
Caput humeri ke lateral menyempit COLLUM
ANATOMICUM
COLLUM CHIRURGICUM (sering terjadi fraktur)
Terdpt 2 tonjolan :
TUBERCULUM MAJUS (DI LATERAL) insersio dari
M. Supraspinatus, M. infraspinatus, M. Teres minor
TUBERCULUM MINUS (DI MEDIAL) dilekati M.
subscapularis
Antara 2 tonjolan tsb terdpt SULCUS
INTERTUBERCULARIS (SULCUS MUSCULUS
BICAPITIS) dilalui o/ tendo m. biceps brachii caput
longum & cab. a. circumflexa humeri anterior
Tuberculum majus ke distal melanjut sebagai CRISTA
TUBERCULI MAJOR (insersio M. Pectoralis major)
Tuberculum Minus ke distal melanjut sbg CRISTA
TUBERCULI MINOR (dilekati M. Latissimus dorsi & M.
teres major)
2. Diaphysis
disebut jg corpus humeri
3 Facies :
Facies anteromedial
Facies anterolateral
Facies posterior
3 Margo :
Margo medial
Margo lateral
Margo anterior
Terdpt tonjolan kasar dsbut TUBEROSITAS
DELTOIDEA (dilekati M. Deltoideus)
Terdpt SULCUS NERVI RADIALIS/SULCUS
SPIRALIS HUMERI dilewati oleh N. Radialis
& vasa profunda brachii
3. Epiphysis Distal
# Punya 2 dataran sendi (condylus):
Capitulum Humeri (BERSENDI DG FOVEA CAPITULI
RADII ART. HUMERORADIALIS)
Trochlea Humeri (BERSENDI DG INCISURA
TROCHLEARIS ART. HUMEROULNARIS)
Pada facies ventralis terdapat :
Fossa radialis (MENAMPUNG SEGI DEPAN CAPUT
RADII SAAT FLEXI MAKSIMAL LENGAN BAWAH)
Fossa coronoidea (MENAMPUNG PROC.
CORONOIDEUS SAAT FLEKSI MAKSIMAL LENGAN
BAWAH)
# pada bagian dorsal
Fossa Olecrani (MENAMPUNG OLECRANON SAAT
EKSTENSI MAKSIMAL LENGAN BAWAH)
Epicondilus lateral (LANJUTAN DR MARGO
LATERALIS) dan Epicondylus medial (LANJUTAN DR
MARGO MEDIALIS)
Sulcus nervi ulnaris (DILALUI N. ULNARIS)
Otot-otot
Loge Ekstensor
1. M.Triceps Brachii : dibagien belakang
lengan atas dalam loge ekstensor. Punya 3
caput : longum berorigo di tuberculum
infragleinoidal scapulae, medial dan lateral
berorigo di facies posterior humeri
Insertio : olecranon
Fungsi : (otot biartikuler) a.) art.cubiti :
ekstensi lengan bawah, b.) art. Humeri :
membantu retroflexi, membantu adduksi.
Dan stabilisasi art.humeri
DEFINISI
Adalah diskontinuitas atau hilangnya
struktur dari tulang humerus yang terbagi
atas :
Fraktur proksimal humerus
Fraktur Shaft Humerus ( 1/3 tengah )
3. Fraktur Distal Humerus ( Kondilus
Humeri )
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, fraktur diafisis humerus
terjadi sebanyak 1,2% kasus dari seluruh
kejadian fraktur, dan fraktur proksimal humerus
terjadi sebanyak 5,7% kasus dari seluruh fraktur.
Sedangkan kejadian fraktur distal humerus
terjadi sebanyak 0,0057% kasus dari seluruh
fraktur.
Walaupun berdasarkan data tersebut fraktur
distal humerus merupakan yang paling jarang
terjadi, tetapi telah terjadi peningkatan jumlah
kasus, terutama pada wanitu tua dengan
osteoporosis
Etiologi
Kebanyakan fraktur dapat saja terjadi karena
kegagalan tulang humerus menahan tekanan
terutama tekanan membengkok, memutar, dan
tarikan.
Trauma dapat bersifat :
1. Langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan
langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada
daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat
kominutif dan
jaringan
lunak
ikut mengalami kerusakan.
2. Tidak langsung
Trauma tidak langsung terjadi apabila trauma dihantarkan ke
daerah yanglebih jauh dari daerah fraktur.Tekanan pada tulang
dapat berupa
I. Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat
oblik atau spiral.
II. Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur
transversal.
III. Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan
fraktur impaksi,dislokasi, atau fraktur dislokasi.
IV. Kompresi vertikal yang dapat menyebabkan
fraktur kominutif atau memecah
V. Trauma oleh karena remuk
VI. Trauma karena tarikan pada ligament atau tendon akan
menarik sebagian tulang
Klasifikasi
1. Fraktur
I.
II.
III.
IV.
V.
VI.
proksimal humerus
One part fractures (minimally displaced)
Two part fractures
A. Fraktur tuberositas minor
B. Fraktur tuberositas mayor
C. Surgical neck fracture
Three part fractures (caput humeri, shaft
humeri dan salah satu dari tuberositas)
Four part fractures
Fraktur dislokasi
Head splitting and articular impression
fractures
OTA Classification
3 Main Types
OTA Classification
Humerus, distal segment (13)
Types
Extra-articular fracture (13-A)
Partial articular fracture (13-B)
Complete articular fracture (13-C)
OTA Classification
Humerus, distal segment (13)
Types
Extra-articular fracture (13-A)
Partial articular fracture (13-B)
Complete articular fracture (13-C)
OTA Classification
Humerus, distal segment (13)
Types
Extra-articular fracture (13-A)
Partial articular fracture (13-B)
Complete articular fracture (13-C)
1. Suprakondiler Fraktur.
Menurut Gartland , suprakondiler
klasifikasikan :
Tipe I : tidak ada pergeseran
Tipe II : ada pergeseran dengan korteks pos
terior intak, dapat disertai angulasi atau
rotasi
Tipe III : pergeseran komplit; posteromedial
atau posterolateral
2. Transkondiler Fraktur
Biasanya terjadi pada pasien usia tua dengan
tulang osteopenik
3. Interkondiler Fraktur
Pada dewasa, jenis fraktur ini adalah tipe paling
sering diantara tipe fraktur humerus distal yang
lain. Klasifikasi menurut RiseboroughandRadin:
Tipe I : fraktur tanpa adanya pergeseran dan hanya ada
berupa garis fraktur
Tipe II : terjadi sedikit pergeseran dengan tidak ada
rotasi antara fragmenkondilus
Tipe III : pergeseran dengan rotasi Tipe
Tipe IV : fraktur komunitif berat dari permukaan artikular
4. Kondiler Fraktur
Dapat dibagi menjadi fraktur kondilus medial dan
fraktur kondilus lateral. Klasifikasi menurut Milch
untukyglateral
A. Tipe I : penonjolan lateral troklea utuh ,tidak
terjadi dislokasi radius dan ulna
B. Tipe II : terjadi dislokasi radius ulna, kerusakan
kapsuloligamen
Medial
Klasifikasi menurut kilfoyle:
I. Stage I : tidak ada pergeseran, permukaan artikula
r intak
II. Stage II : garis fraktur komplit dengan pergeseran y
ang minimal
III. Stage III : pergeseran komplit dengan
rotasi fragmen dari penarikan otot fleksor
Gejala Klinis
Cidera N.Radialis
Cidera nervus radialis adalah kerusakan dari nervus
yang menyebabkan suatu kelainan fungsional dan
struktural pada nervus radialis, kelainan dihubungkan
dengan adanya bukti klinis, elektrografis dan atau
morfologis yang menunjukkan terkenanya saraf tersebut
atau jaringan penunjangnya
Etiologi
Pada umumnya rupture nervus radialis disebabkan oleh
trauma, baik karena trauma atau penekanan langsung
pada sarafnya atau dapat juga akibat dislokasi atau
fraktur
yang
mengenai
lengan
atas
.
Gangguan dalam fungsi motorik akibat parese nervus
radialis lebih menimbulkan kecacatan dari pada parese
nervus medianus atau nervus ulnaris
Anatomi
Nervus radialis adalah cabang
dari pleksus
brakhialis. Mulai pada tepi bawah muskulus
pektorialis minor sbg lanjutan dari trunkus posterior
pleksus brakhialis. Berasal dari radiks spinalis
servikalis V sampai VIII. Sesudah meninggalkan
aksila, saraf ini melilit pada lekukan spiral
(musculospiral groove) pada humerus dan menempel
erat pada tulang bersama cabang profunda dari artei
brakhialis. Setelah mencapai septum intermuskularis
lateralis sedikit dibawah insersio muskulus deltoideus,
pada tempat ini dengan landasan tulang humerus,
saraf ini dapat diraba. Pada fossa antekubiti, pada
bagian depan bawah lengan atas setinggi
Gejala Klinis
Tennis Elbow
Pada pemeriksaan, terdapat nyeri tekan
diatas epikondil lateral humerus atau tepat
didistal kepala radial dimana saraf menuju
otot supinator.
Penambahan nyeri yang khas terjadi bila
ekstensi jari tengah ditahan. Manuver ini
akan menegangkan origo otot ekstensor
karpi radialis brevis dan selanjutnya
menekan saraf.
Diagnosis
Autoanamnesis
Dicatat tanggal saat melakukan anamnesis dari
dan oleh siapa. Ditanyakanpersoalan: mengapa
datang, untuk apa dan kapan dikeluhkan; penderita
bercerita tentang keluhan sejak awal dan apa yang
dirasakan sebagai ketidakberesan; bagian apa dari
anggotanya/lokalisasi perlu dipertegas sebab ada
pengertian yang berbeda misalnya sakit di
tangan ., yang dimaksud tangan oleh orang
awam adalah anggota gerak atas dan karenanya
tanyakan bagian mana yang dimaksud, mungkin
saja lengan bawahnya .Kemudian ditanyakan
gejala suatu penyakit atau beberapa penyakit atau
beberapa
penyakit
yang
serupa
sebagai
pembanding.
2. Kelainan bentuk/pembengkokan
I. Angulasi/rotasi/ discrepancy
(pemendekan/selisih panjang)
II. Benjolan atau karena ada pembengkakan
3. Kekakuan/kelemahanKekakuan
I. Pada umumnya mengenai persendian.
Apakah hanya kaku, atau disertainyeri,
sehingga pergerakan terganggu?
II. Kelemahan:Apakah yang dimaksud instability
atau kekakuan
ototmenurun/melemah/kelumpuhan
Pemeriksaan Fisik
Gambaran umum:
I. Perlu menyebutkan:
A. Keadaan Umum (K.U): baik/buruk, yang
dicatat adalah tanda-tanda vital yaitu:
B. Kesadaran penderita; apatis, sopor, koma,
gelisah
C. Kesakitan
D. Tanda vital seperti tekanan darah, nadi,
pernapasan, dan suhu
II. Kemudian secara sistematik diperiksa dari
kepala, leher, dada (toraks),perut (abdomen:
hepar, lien) kelenjar getah bening, serta
kelamin
III.Ekstremitas atas dan bawah serta punggung
(tulang belakang)
Status Lokalis
A.Look
I. (inspeksi)
II. Bandingkan dengan bagian yang sehat
III. Perhatikan posisi anggota gerak
IV. Apakah terdapat luka pada kulit dan
jaringan lunak untuk membedakan fraktur
tertutup atau terbuka
V. Ekstravasasi darah subkutan dalam
beberapa jam samapai beberapahari
VI. Perhatikan adanya deformitas berupa
angulasi, rotasi dan kependekan
B.Feel
I. Temperatur setempat yang meningkat
II. Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat
superfisial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam
akibat fraktur pada tulang
III. Krepitasi
IV. Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal
trauma berupa palpasi arteri radialis,
arteri ulnaris, arteri brachialis
V. Refilling(pengisian) arteri pada
kuku,warna kulit pada bagian distal
daerah trauma, temperatur kulit
C. Move
I. Ekstensi ibu jari, ekstensi jari lainnya
terhadap sendi metacharpophalangea,
gerak lengan atas dan lengan bawah
TERAPI
.
Frakturyanghanyabergesersedikit ; tidak
memerlukan terapi selain mengistirahatkan lengan
untuk sementara waktu dalam kain gendongan
hingga nyeri mereda, dan kemudian dilakukan
gerakan pasif perlahan-lahan pada bahu. Saat
fraktur telah menyatu (biasanya 6 minggu) latihan
aktif mulai dianjurkan
TERAPI
Frakturduabagian; biasanya dapat direduksi secara
TERAPI
.
Frakturtigabagian; biasanya disertai pergeseran
collum chirurgicum dan tuberositas mayor. Sulit
direduksi secara tertutup. Pada individu aktif cedera
ini terbaik ditangani dengan reduksi terbuka dan
fiksasi internal. Metode alternatifnya adalah fiksasi
luar, mempertahankan caput humerus dengan dua
pen berulir dan batang humerus dengan tiga pen.
TERAPI
Frakturempatbagian; yakni dengan pergeseran
collum chirurgicum dan kedua tuberositas. Adalah
IndikasiOperasi
Fraktur terbuka
Pemeriksaan Penunjang
Fraktur dengan
gangguan vaskular
Kontraindikasi
Operasi
KOMPLIKASI
.
1. Sindromkompartmen
2. Dislokasibahu
2. Malunion
3. Neurovascular injury
4. Post traumatic arthritis
5. Growth abnormalities
Mortalitas
Pada
. umumnya rendah
Follow-Up .
Setelah 16 minggu dilakukan
foto X Ray kontrol dengan
posisi AP, Lateral dan 2 oblik
untuk menilai fraktur sudah
union
...
FRAKTUR HEALING
fraktur
1. FASE INFLAMASI
Waktu terjadinya proses ini dimulai saat fraktur terjadi
sampai 2 3 minggu
2. FASE PROLIFERASI
Pada fase ini dimulai pada minggu ke 2 3 setelah terjadinya
fraktur dan berakhir pada minggu ke 4 8
2. FASE KONSOLIDASI
2. FASE REMODELLING
KOMPLIKASI
1. Sindromkompartmen
pain
parestesia
Pucat
pulse
pressure
2. Dislokasibahu
3. Malunion