Anda di halaman 1dari 10

Steven

07120110055

RESUME : BAB V- NEGARA NASIONAL:


Identitas Nasional, Nasionalisme dan Kewarganegaraan

Latar belakang
Masalah dan isu kewargaanegaraan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dalam abad
milinium atau abad 20 sangatlah komplek perkembangannya.Dari sudut ilmu politik akan
menjadi tantangan para cendekiawannya untuk membuat tafsir dan makna baru bagi perubahan
perubahan yang secra langsung mengena subjek inti keilmuannya: negara dan warganegara
serta hubungan diantara keduanya.
Keberadaan , kedaulatan, dan otonomi Negara mendapat tantangan dari organisasi, lembaga,atau
gerakan-gerakan sub-negara maupun superanegara serta perubahan ekonomi, teknologi,
kebuadayaan , peperangan, bencana alam dan krisi sosial. Atau masalah kewarganegaraan,
identitas nasional dalam masyarakat multi kultural, sedang digrogoti dari atas oleh proses
globalisasi, dari bawah oleh kembali kebangkitan nasionalisme, meningkatnya gerakan gerakan
social baru
Posisi dan peran Negara sangat penting dalam pengaturan kehidupan dan kegiatan bersama yang
terjadi diwilayah yang dibawah otoritasnya. Negara yang mempunyai system pemerintahan yang
baik, adil, jujur, bersih dan penuh pelayanan akan mebawa kepercayaan dan kesejahteraan
rakyatnya. Namun pemerintahan yang buruk akan menyengsarakan warganegaranya.
Memasuki millennium kedua, keberadaan bangsa-bangsa mendapat tantangan serius, terjadi
perubahan politik berakibat pada krisis kebangsaan di wilayah eropah timur, yaitu perpecahan
sebuah Negara besar menjadi Negara kecil-kecil. Seperti tuntuhnya Negara Yugoclavia, dan Uni
Soviet menjadi negara Rusia dan pecahannya.
Ditingkat regional dan global, terjadi kegiatan-kegiatan untuk menyatukan dan menyeragamkan
kegiatan perekonomian dan pemerintahan demi effektifitas dan effisiensi, Dalam tulisan ini
penulis ingin melihat bagaimana teoritisi kewarganegaraan (dari tradisi-tradisi yang berbeda)
mengembangkan teori-teori kewarganegaraan dikaitkan dengan isu Negara nasional, identitas
nasional, dan nasionalisme. Selain itu penulis juga tertarik untuk mengangkat gagasan
kewarganegaraan dalam konteks global.
Pilihan 3 isu tersebut diatas didorong oleh beberapa factor penting seperti:
1. Poisisi dan peran sentral Negara nasional didalam kajian ilmu politik dan meningkatnya
tantangan terhadap peran sentral Negara nasional dalam kajian ilmu politik

2. Perlunya Negara melihat dan peran-peran yang baru sebagai upaya merespon tantangan
tantangan yang muncul dalam perpolitikan dalam dua puluh tahun terakir.
3. Fenomena sosio politik seperti proses demokratisasi, munculnya dan menguatnya
gerakan social baru, meningkatnya posisi dan peran masyarakat sipil, proses globalisasi
yang terus berlangsung memberikan pengaruh besar terhadap Negara dan warga Negara
dimanapun berada.
4. Ketiga isu tersebut diatas digunakan oleh para elit politik sebagai justifikasi dalam
membuat kebijaksanaan dalam bidang ekonomi-sosial- budaya politik-keamanan
khususnya oleh Pemerintah.
Negara Bangsa dan Identitas Nasional
Dewasa ini nasional state bukanlah sebuah entitas (kesatuan yang lahir ) yang alamiah. Pada
umumnya teoritisi nasionalisme melihat birokrasi Negara yang modern sebagai sumber dan
kerangka bagi nation dan nasionalisme (bangsa dan rasa kebangsaan ) dan kekuatan militer serta
institusi-institusi birokrasi Negara bertanggung jawab sebagai kemunculannya. Hal tersebut
terjadi karena adanya proses kolonialisasi dan perubahan sejarah modernisasi dan industrilisasi
didaratan eropah yang mempengaruhi pemebentukan nasinalitas di Asia, Afrika, dan Amerika
latin.
Jika kita menyebut bangsa maka asosiasi yang kita dapatkan adalah identitas seseorang
sekelompok orang yang dikaitkan dengan wilayah Negara darimana ia berasal. Misalnya seorang
yang berasal dari Negara Indonesia (pribumi ) dikatakan sebagai bangsa Indonesia.
Antony Giddens memberikan difinisi bangsa yang memberikan yang menunjukan asosiasi
tersebut. Menurutnya sebuah bangsa adalah:
Sebuah keberadaan kolektip dalam teritori dengan batas batas yang jelas, yang tunduk pada
sebuah administrasi yang sama. Dimonitor secara refleksi baik oleh apparatus (alat) internal
maupun Negara Negara lain.
Terdapat dua inti proses penting adalah sentralisasi negara dan ekpansi adiminstrasi Negara.
Kedua unsur tesebut menentukan pluralitas bangsa dengan kata lain keaneka ragaman bangsa
ditentukan oleh batas-batas wilayah yang diawasi oleh institusi-institusi Negara.
Nasionalisme adalah sebagai affiliasi individu individu terhadap symbol symbol dan
kepercayaan kepercayaan yang mekankan komunalitas diantara anggota sebuah tatanan
politik.Simbol tersebut oeh Negara Indonesia terdiri atas UUD45, Pancasila, Bhineka Tunggal
Ika dan hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Dengan affiliasi sedemikian diantara beraneka
suku bangsa yang berada diwilayah Negara kepulauan Indonesia maka diharapkan dapat
dibangun perasaan komunalitas diantara individu-individu anggota bangsa Indonesia atau
diantara warganegara Indonesia.
Ada dua macam bangsa yang dimaksud dalam konsep Gideon Yaitu;
Pertama, didalam wilayah territorial sebuah Negara- bangsa bisa terdapat beraneka ragam
bangsa. Contoh Kerajaan Inggris Raya terdapat bangsa-bangsa-Skotlandia, Irlandia,
Wales atau Negara Spanyol terdiri atas bangsa: Catalan dan Bask.

Kedua, Negara bangsa juga merupakan sebuah sumber yang memberikan satu identitas
kebangsaan yang sama pada semua bangsa-bangsa yang berada diwilayah territorial
Negara-bangsa tersebut; dan identitas kebangsaan yang sama, inilah yang menjadi dasar
status kewarganegaraan. Dengan demikian orang Skotlandia, Wales atau Ingris samasama warga negara Great Britanian/ Kerajaan Ingris Raya.

Salah satu ciri khas yang menonjol dari komunitas politik Negara-bangsa pada zaman modern
saat ini adalah sifat keanekaragaman ( heterogenitas ) dan pluralitas (kemajemukan ) yang ada
didalam masyarakatnya. Negara dengan wilayah yang dihuni oleh hanya satu macam komunitas
bangsa yang memiliki kebudayaan yang sama -tidak lagi banyak diantara lebih dari 190 negara
bangsa didunia saat ini.
Mengingat fakta ini maka menurut Anthony D Smith hanya segelintir Negara saja yang bisa
menyandang label Negara-bangsa atau a nasion state di dunia ini, diantaranya Eslandia, Jepang,
Portugal.Sebagian terbesar Negara adalah nations-state bukan a nation state.
Kebanyakan Negara sesungguhnya bersifat polyethnic (polietnis ) atau beretnis banyak.
Dinegara tersebut terbagi kedalam sejumlah minoritas etnis, misalnya; India dan sebagian lagi
terbagi kedalam kombinasi dua atau lebih etnis besar, misalnya: Indonesia, Malaysia, China,
Burma, Kanada, Swiss, Belanda.
Keanekaragaman dalam dalam komunitas politik dapat membentuk 3 macam pembelahan social
menurut David Miller. Ketiga pembelahan ini yaitu: (1 ) Perpecahan etnis, (2) nasionalitas yang
saling bersaing dan (3 ) nasionalitas yang berdampingan .Katagori Perpecahan etnis terdiri
atas dua atau lebih kelompok etnis. Anggotanya memiliki identitas yang sama , etnis tidak
digunakan sebagai identitas politik, adanya kerjasama, tidak ada pengklaiman batas
territorial.Contohnya di Amerika banyak warganegara keturunan Eropa, merika Latin, Indian dan
lain sebagainya.
Katagori nasionalitas yang saling bersaing terdapat didalam Negara dimana kelompok
kelompok memilik identitas nasional yang terpisah satu sama lain atau mutually exclusive dan
masing-masing berusaha mengontrol seluruh atau sebagian dari teritori Negara.Contohnya
pembelahan adalah Bosnia dimana terdapat etnis Serbia dan Krotsia bersaing dan mengklaim
atas Negara.
Katagori nasionalitas yang berdampingan dikenakan pada wilayah dimanaterdapat da atau
lebih kelompok yang berbasiskan teritori didalam satu kerangka kebangsaan yang sama.Didalam
komunitas demikian anggota masyarakat memiliki identitas ganda, sebagai bagian dari yang
kecil dan besar sekaligus. Memiliki kedua identitas secara bersamaan dipandang sebagai sesuatu
yang normal : Contoh : Belgia, Swiss, Jerman atau Italia. Orang orang Swiss merasa bahwa
mereka adalah orang Jerman.
Nasionalisme, Politik Identitas dan Kewarganegaran
Nasionalisme atau rasa kebanggaan ini menurut konsep politik dibedakan menurut tingkat
kebangsaan :
1. Nasionalisme Etnis, :dibangun berdasarkan bahasa, budaya dan darah keturunan
kelompok etnis tertentu; minoritas bangsa- misalnya Catalan. Wales, Aceh, Papua

2. Nasionalisme Sipil ; dibangun berdasarkan atas kewarganegaraan didalam sebuah


wilayah tertorial dan batas batas yang berlaku bagi Negara nasional: contoh: Negara
Indonesia, Belgia, Spanyol.
3. Nasionalisme Negara : Negara mengadopsi berbagai kiebijaksanan pembangunan bangsa
yang bertujuan untuk memberikan warganegara satu bahasa nasional, identitas dan
kebudayaan yang sama.
4. Nasionalisme Minoritas : bertujuan membuat Negara dan bangsa hadir secara bersamaan.
Dan bisa saling berkonflik satu sama lainnya.
Dengan mneggunakan model konsepsi diatas maka kita dapat mengkaji situasi perpolitikan
berbagai Negara-bangsa.
Nasionalisme di abad modern maka ada dua hal yang yang perlu diperhatikan: Pertama:
Pluralitas dan heterogenita merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat dihindarkan dalam
Negara dan bangsa manapun. Problema social, politik dan kemasyarakatan yang ditimbulkan
dari kondisi ini dan semakin kompleks dengan meningkatnya arus globalisasi ekonomi, teknologi
dunia maya/ cyber. Kedua : pada ummunya anggota bangsa-bangsa modern pada saat ini
memiliki secara bersamaan: etnis dan sipil. Hal ini merupakan konsekwensi sosiopolitis sejarah
pembentukan dan perkembangan Negara-bangsa modern yang multi nasional, multi etnis dan
heterogen dalam kebudayaan.
Membedakan nasionalisme Negara atau nasionalisme sipil dengan nasionalisme etnis
tidaklah sesederhana seperti membedakan hitam putih. Sejumlah teoritisi menyederhanakan
perbedaan diantara kedua nasionalisme ini dengan memberikan label/ cap liberal (bebas ) atau
illiberal (tidak liberal/ bebas ) pada kedua nasionalisme tersebut. Nasional Etnis dicap sebagai
nasionalisme yang illiberal dan nasionalisme sipil dicap sebagai nasional liberal.
Antony D Smith melihat kejadian yang dialami oleh Negara nasional sebagai bentuk krisis dan
sekaligus kritik atas kekuasaan dan keabsahan Negara-bangsa.Ia membedakan kedalam 2 type:
Pertama: dilihat dari sudut ekternal krisis dan kritik akan kekuatan militer dan ekonomi Negara
dalam dunia yang dipenuhi oleh perusahaan transnasional, blok blok militer dan asosiasi-asosiasi
tingkat benua yang dihubungkan oleh media komunikasi massa elektronik.Kedua : Internal
berupa tantangan terhadap kemampuan, keabsahannya serta kerepsentatifan Negara-nasional
dalam memenuhi kebutuhan dan kepentingan warganegaranya. Dengan membedakan kedua type
krisis dan kritik Smith memperlihatkan ketidakberdayaan dan tantangan yang dihadapi Negara
nasional di era globalisasi ini.Contohnya; penyerangan yang terjadi di Irak dan Yugoslavia,
Negara juga tidak ndapat mengontrol media internet , telepon genggam yang menyebarkan
media pornografi.
Dari sudut intrernal, teori Negara-bangsa secara umum dipandang sebagai sebuah bentuk
nasionalisme sipil. Keidealan dari gagasan tentang kedaulatan rakyat adalah visi yang jelas
tentang sifat dan batasan-batasan yang jelas tentang apa yang dimaksud dengan rakyat yang
membentuk warganegara sebuah Negara-bangsa.Lewat keanggotaan dalam yang disebut rakyat
maka individu diberikan hak hak dan kewajiban kewarganegaraan.Hanya anggota-anggota dari

rakyat yang bisa menjadi warganegara dan menerima keuntungan kemodernan yang hanya
bisa diberikan oleh sebuah Negara nasional.
David Miller yang melihat kewarganegaraan dalam kacamata Republiken, mempunyai
pandangan berbeda dengan Smith sebagai seorang nasionalis liberal. Keduanya melihat peranan
Negara sebagai yang paling dominan dalam memberikan pelayanan dan perlindungan kepada
rakyatnya pada saat ini dan pada masa yang akan datang. Miller secara terus terang menyatakan
bahwa ia membela bentuk Negara bangsa, sebagai lingkungan wilayah dimana praktek
kewarganegaraan paling mungkin untuk dapat dilaksanakan.Menurutnya bentuk bentuk
kearganegaraan lain selain yang diperaktekkan diwilayah terbatas seperti pada Negara-bangsa
adalah utopia/ khayalan.
Kewarganegaraan Kosmopolitan:
(Adalah ) Kewarganegaraan Lintas Negara- Nasional
Bentuk kewarganegaraan yang dipandang utopia sebagaimana dikemukan oleh Miller tersebut
adalah kewarganegaraan cosmopolitan. Para ilmuwan politik pendukung gagasan
Kewarganegaraan Kosmopolitan, umumnya adalah mereka yang menaruh perhatian pada
permasalahan yang terkait dengan globalisasi, persoalan yang melintasi batas Negara nasional
atau pada level dunia, isu-isu organisasi organisasi dan badan-badan international, demokrasi
global atau demokrasi cosmopolitan. Salah satu contohnya pembantaian atau konflik Tutsi oleh
suku bangsa Hutu di Rwanda yang terjadi pada tahun 1994.
Kewarganegaraan cosmopolitan menggunakan dua argument yang berbeda tetapi parallel satu
sama lainnya : empiris dan moral. Pertama argumentasi empiris; bahwa kebijakan kebijakan
Negara nasional banyak mendapat hambatan dari dua kekuatan kembar; pasar ekonomi global
dan aksi aksi yang dilakukan Negara lain.Misalnya kondisi ekonomi nasional Indonesia bisa saja
dipengaruhi noleh pasar-pasar bursa dunia seperti New York, Hongkong, Japan. Singapore,
London. Eropah. Atau masalah lingkungan ( pembabatan hutan ), banjir, efek kaca gedung dll.
Kedua argumen moral: Tanggung jawab moral seseorang tidak hanya terbatas diwilayah
negaranya saja. Konsep warganegara dibagi dua yaitu Insider citizen dan Outsider citizen
dalam batas wilayah, khususnya jika berbicara mengenai issue moral. Masalah tanggung jawab
moral diluar batas Negara nasoinal diangkat ketika membahas persoalan pelanggaran hak asasi
manusia, keadilan dan kesejahteran manusia bersekala nasional atau internasional. Seperti
pembantaian dinegara Balkan atau Sudan bencana kelaparan yng diderita Negara miskin, atau
ekplotasi sumber daya alam disebuah wilayah yang sangat merugikan penduduk local yang
dilakukan oleh perusahaan transnasional atau malapetaka alam yang bersekala global seperti
Tsunami misalnya.
Menghadapi berbagai perkembangan di dunia, termasuk persoalan bangsa, dimasa depan
Kymlicka melihat perlunya institusi-institusi politik internasinal yang dapat mengatasi batasbatas nasional (atau bahasa ). Instiusi institusi demikian diperlukan bukan hanya semata-mata
menangani persoalan globalisasi ekonomi, tetapi juaga problem bersama seperti lingkungan dan
keamanan international. Dengan skala yang sangat luas dan kemungkinan dampak yang dihadapi

manusia.maka teori politik harus lebih terbuka, yang menurut Kymlicka sebagai berikut:
Semakin kelihatan jelas, oleh karena itu, bahwa kita tidak lagi dapat memperlakukan Negaranasional, atau minoritas bangsa, sebagai satu satunya konteks atau sebagai konteks yang
dominan untuk teori politik. Kita lebih membutuhkan sebuah konsepsi demokratis dan
pemerintahan kosmopolitan yang secara eksplisit mengangkat isu isu tersebut .
Gagasan David Held mengemukakan konsep mengenai sebuah model Cosmopolitan
Governance (Pemerintahan internasional )
Adanya kekhawatiran terhadap ( nasib ) tentang perlunya pemerintahan cosmopolitan yang
memilik 3 prinsip, yaitu prinsip otonomi, legitimasi politik dan peraturan public yang
demokratis.
Prinsip otonomi individu sebagai kapasitas manusia untuk mampu berpikir secara sadar, dapat
berefleksi dan menentukan bagi dirinya sendiri .Negara nasional yang demokratis dalam teori
politik seharusnya bertugas menjamin bahwa otonomi tersebut dapat dilaksanakan.Namun dalam
kenyataannya, perkembangan teknologi dan media komunikasi masa mutakhir dan globalisasi
ekonomi,kebudayaan maka kemampuan Negara untuk melindungi otonomi individu menghilang.
Prinsip kedua: mengenai legitimasi politik Negara. Proses mendapatkan legitimasi politik
melalui pemilihan dan pengambilan keputusan bersama (kolektip) melalui parlemen atau DPR/
DPRD tidak lagi menjadi sumber terpenting legitimasi Negara dalam pengambilan keputusan
atas kebijakan kebijakan yang diambilnya.tetapi..berbagi ruang politik dengan pusat-pusat
pengambilan keputusan lainnya yang berbasiskan organisasi-organisasi non pemerintahan, dan
organisasi internasional lainnya, yang masing masing memberikan ruang untuk
melaksanakanperpolitikan yang demokratis.Dengan demikian selain Negara maka berbagai
elemen organisasi masyarakat sipil ( scivil society ) juga dapat mewakili kepentingan
kepentingan anggota masyarakt diwilayah teritorialnya.
Prinsip ketiga mengenai hak dan Peraturan Publik yang demokratis .Prinsip ini berkaitan
dengan jaminan terhadap otonomi individu dan akuntabilitas serta keterbukaan lembaga-lembaga
transnational dalam konsepsi pemerintahan cosmopolitan. Pembuatan peraturan institusi politik,
nasional dan transnational yang dikembangkan berdasarkan sejumlah hak- hak warganegara
cosmopolitan, Hak diartikan sebagai hak memberi kuasa ( empowering rights ) dan hak atas
kapasitas ( entitlement capacities ) yang terkait dengan Negara dan institusi transnational. H
Hak-hak tersebut dapat memberikan otonomi individu didalam 7 macam site of power atau
lokasi kekuasaan :
1. Tubuh, merujuk pada kondisi phisik dan emosional dari seorang individu
2. Kesejahteran, merujuk pada barang dan jasa yang dapat diakses oleh individu dalam
komunitas,
3. Kebudayaan dan kehidupan kebudayaan sebagai ekspresi interes public, identitas
individu, kebiasaan local, dan dialog komunal
4. Asosiasi sipil merujuk pada institusi-institusi dan organisasi masyarakt sipil;
5. Ekonomi, merujuk pada organisasi produksi, distribusi, perdagangan / pertukaran dan
komsunsi barang jasa

6. Tempat dimana relasi dan organisasi kekerasan yang didalam kerangka Negara-bangsa,
ada pada untuk menjamin keamanan dan perdamaian;
7. Wilayah pengaturan dan institusi legal yang menetapkan koordinasi berbagai sub-unit
yang berbeda dalam sastu kerangka kemasyarakatan.
Kekuasaan dalam ke tujuh site power didifinisikan (Held) sebgai kapasitas agen-agen social,
keagenan dan institusi untuk mengubah dan memperthankan lingkungan mereka.
Tujuan dari hak-hak untuk menjamin adanya equitable / persamaan dan keadilan atau
distribusi yang simetris didalam masing masing lokasi kekuasaan tersebut.
Dengan demikian jika ada hubungan kekuasaan yang tidak simetris, maka otonomi individu akan
rusak atau hilang; misalnya; jika terjadi asimestris diantara produksidan distribusi kesempatan
hidup maka hal ini akan merusak kemampuan individu untuk memilih dan berpartisipasi politik
yang bebas akan hilang. Contoh : tubuh sebagai lokasi kekuasaan. Terdapat struktur yang
asimestris jika; perempuan tidak mempunyai akses untuk mendapatkan pil KB dan tidak
mempunyai hak untuk memutuskan berapa anak yang ingin dimiliki dalam sebuah negarayang
membatasi jumlah anak hanya satu seperti yang terjadi di Negara China/ RRC nisalnya.
Konsepsi pemerintahan cosmopolitan merupakan gagasan yang menarik tetapi menurut para
nasionalis liberal memiliki kelemahan yang serius. Gagasan cosmopolitan menarik karena
model yang dibangunnya mengkombinasikan unsur-unsur sub-nasional, nasional dan
transnasional yang berperan penting dalam perpolitikan kontemporer diberbagai belahan dunia
dalam masa dua decade terakir.Kelemahan terbesar dari model cosmopolitan ini adalah tidak
adanya atau tidak dipersoalkannya identitas kolektif warga kosmocosmopolitan identitas
transnasional yang menjadi unsur pengikat dan memiliki dalam masyarakat global.
Persamaan identitas dipandang penting oleh para nasionalis liberal karena unsur inilah maka
menurut mereka dapat dibangun solidaritas dan kesediaan berkorban dari satu kelompok untuk
kelompok lain dalam masyarakat.
Warganegara perlu memiliki perasaan kebersamaan dalam komunitas dimana anggotanya
mempunyai ikatan kuat yang kuat diantara mereka.Perasaan kebersamaan, merupakan bagian
dari kelompok yang sama, dan saling percaya diantara anggota komunitas dapat menimbulkan
rasa tanggung jawab sebagai warga Negara.
Adakah ikatan-ikatan lain diantara manusia yang menimbulkan perasaan kebersamaan di bumi
yang satu ini ?. Ikatan emosional diantara warganegara komunitas global atau transnasional
sangat rapuh Karen tidak ada persamaan budaya, sejarah dan mitologi yang universal yang
menimbulkan perasaan kebersamaan yang membentuk identitas kosmoplolitan yang sama dan
menciptakan persaan saling memiliki dan menjadi bagian satu komunitas global yang sama.
Bisakah kosepsi kosmopolitasn dioperasionalkan ? secara teoritis model cosmopolitan
memberikan kontribusi besar dalam mengembangkan 3 level of analysis: sub-nasional atau
minoritas nasional, nasion state/s dan institusi-institusi transnasional.Para teoritisi dari aliran
berbeda memiliki perbedaan pendapat; yaitu bahwa ketiga unit politik tersebut dapat saling
bertentangan dan bersaing untuk mendapatkan kekuasaa, sumber sumber daya dan loyalitas.
Dalam kenyataan praksis, ketiga unit politik sering bekerjasama dan saling menguatkan satu
sama lainnya dan saling tidak berkompetisi diantara mereka.Contohnya dalam penanggulangan

masalah epidemic flu burung, penyakit HIV/ Aids, Tsunami, kerusakan Ozon yang
semakinpenting untuk dicarikan solusi masalah tersebut bersama-sama.
Kewarganegaraan republic merupakan dasar moral yang mengatur keterlibatan warga dinegara
kota. Kewarganegaraan tripartite sebagai respon sebagai respon terhadap ketidak adilan ekonomi
dan social didalam masyarakat pada masanya. Persoalan bersekala global mulai merambah
Negara-negara lima benua, karenanya diperlukan konsep yang kewarganegaraan yang relevan.
Kewarganegaraan kosmoplitan, bersama=sama dengan bentuk kewarganegaraa ditingkat (Negara ) nasional dan etnis dapat menjadi langkah awal kearah tersbut.
Pendapat Kelompok mengenai konsep ( teori ) dan penerapan di Indonesia
Membahas bahan bacaan Negara Nasional: Identitas Nasional, Nasionalisme dan
kewarganegaranan dari sudut pandang ilmu politik sangatlah menarik dan kompleks penuh
dengan dinamika perubahan, karena banyak konsep konsep baru yang perlu dipelajari dan di
aplikasikan sesuai perkembangan zaman di era globalisasi yang mana kita sebagai Negarabangsa Indonesia tidak bisa hidup sendiri tanpa Negara Negara lainnya. Dewasa ini kehidupan
negara sudah saling tergantung atau saling membutuhkan satu Negara dengan Negara lainnya
terutama kerjasama dibidang ekonomi, politik, budaya, teknologi dan sumber daya alam, serta
sumber daya manusia maupun lingkungan hidup demi untuk kesejahteraan rakyatnya.
Setelah memamhami bacaan tersebut, menurut penilaian saya penerapan konsep (teori ) Negaranasional berarti adanya Warganegara, kewarganegaraan serta ada pemerintahannya disertai
dengan batas-batas wilayah domicile.Warganegara yaitu orang atau manusia yang lahir disuatu
tempat/ wilayah.Kewarganegaraan berarti status seseorang yang diberikan secarah sah oleh
pemerintah/ negara berdasarkan undang-undang kewarganegaran yang berlaku setempat
misalnya WNRI.Dengan memiliki status tersebut maka setiap warganegara mempunyai hak dan
kewajibannya dalam kehidupan sehari-harinya. Pemerintah adalah sebuah organisasi yang dipilih
dan diberi kuasa penuh oleh rakyat setempat dengan cara PEMILU secara demokratis sebagai
pemegang otoritas tertingi menjalankan roda pemerintahan untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur sesuai dengan visi, misi konstitusinya.
Dalam perjalanan waktu, terjadi perubahan modernisasi social dari pengaruh globalisasi
sehingga Negara-bangsa tidak lagi hanya berdasarkan sebuah entitas alamiah; yaitu hanya
berdasarkan batas wilayah saja, tetapi sudah terjadi pembauran antara warga pribumi setempat
dan para emigrant (pendatang dari Negara lain ) hal tersebut dikarenakan perpindahan arus
manusia dari satu negara kenegara lainn sebabnya factor industrliasasi, mencari kehidupan/
pekerjaan yang lebih baik, dan lain sebagainya. Hal ini terntunya tidak dapat negara hindari
terutama dimasa masa yang akan datang sehingga dari Negara etnis menjadi Negara modern
yang terdiri dari pluralitas (jamak ) dan heterogenitas keanekaragaman (berbeda-beda ) budaya.
Walaupun demikian setiap Negara harus tetap memiliki dan mempertahankan Identitas Nasional,
sebagai symbol symbol Negara yang harus ditaati, dihormati oleh setiap warganegara Indonesia.
Symbol tersebut akan menimbulkan rasa nasionalisme / kebangsaan atau semangat kebersamaan

komunal sebagai identitas bangsa. Contohnya; slogan Bhineka Tunggal Ika, Satu nusa satu
bangsa.
Nasionalisme Etnik saat ini masih hidup didalam budaya kita; yaitu penggunaan bahasa daerah,
budaya kesenian, adat istiadat, nama-nama keluarga (marga ) dari daerah tertentu. Nasionalisme
Sipil sebagai warga Negara RI menerima hak-hak dan kewajiban-kewajiban berdasarkan UUD
45 . Nasionalisme Negara dipergunakan dengan adanya peraturan negara memakai satu bahasa
nasional bahasa Indonesia .Dengan demikian berarti Negara Indonesia adalah Negara modern.
Konsep Negara/Pemerintahan Cosmopolitan / Internasional - yang berkaitan dengan masalah isuisu global atau masalah ekternal sungguh sangat menarik untuk dipelajari tetapi menurut hemat
saya cukup sulit atau memang belum bisa seluruhnya konsep tersebut diterapkan bagi Negara
Indonesia dewasa ini. Bahwa sebagai warganegara dan pemerintah harus pula berpartisipasi aktip
dalam masalah-masalah isus-isu global yang akan berdampak baik positif maupun negatip
terhadap kehidupan banga Indonesia.
Tanggung jawab moral terhadap masalah kemanusiaan atau pelanggaran hak azazi manusia pada
Negara lain seperti: bantuan untuk pengungsi Rohingya yang diusir keluar oleh pemerintah
Birma dan peperangan dalam negara Suriah akibat konflik internal, yang menyengsarakan
rakyatnya sudah mendapat bantuan obat-obatan- makanan dari sebagian warganegara dan
pemerintah Negara Indonesia.
Namun konsep kewarganegaraan ( cosmopolitan ) sebagai warganegara yang bebas berpindah
tempat-atau bebas melintas batas Negara, contohnya di ASEAN masih sulit diterapkan ;
misalnya: tenaga kerja Indonesia di Malaysia disebut pendatang haram apabila tidak
mempunyai surat izin tinggal, demikian pula sebaliknya. Demikian pula manusia perahu
(pengungsi ) akibat konflik social atau kemiskinan ekonomi dari Negara Bangladesh,
Afganistan, Rohinggya tidak ada satupun Negara di ASEAN, ASIA, apalagi Australia mau
menerimanya.

Penolakan tersebut karena setiap Negara mempunyai kepentingannya masing-masing atau


ketidak mampuan ekonomi untuk menerima para pengungsi lintas batas antar Negara.
Sedangkan konsep Pemerintahan Kosmopolitan yang bercirikan prinsip: otonomi, legitimasi
politik dan peraturan public yang demoraktis seperti telah sebagian besar dipraktekkan oleh
Pemerintah Indonesia dalam membuat kebijaksaan. Yaitu warganegara Indonesia bebas

mengeluarkan pendapat (pers ), pengakuan politik demokrasi, yaitu dalam membuat undangundang legeslatip mengundang organisasi terkait untuk memberi masukan yang positip.
Prinsip mengenai hak dan peraturan public yang demokratis sebagian sudah terlaksana yaitu
peraturan kesehatan dan pendidikan gratis yang di informasikan secara transparan anggarannya
kepada masyarakat.
Tangerang, 04 Maret 2013

Anda mungkin juga menyukai