Anda di halaman 1dari 3

Cerita Fabel Anak: Asal Mula Binatang Keledai

Cerita fabel anak tentang keledain pun dimulai.


Konon Ada tiga binatang yang ingin berubah
menjadi Kuda karena dihasut oleh Ular. Mereka
berusaha meniru Kuda hingga akhirnya salah satu
berubah menjadi Jerapah. Ketika melihat Jerapah,
Kuda berteriak ketakutan dan menyebut kata
Raksasa. Akibatnya, dua binatang yang belum
berubah berlari menyelamatkan diri dari raksasa
yang sebenarnya adalah Jerapah.
Dalam cerita fabel anak, kedua binatang itu
diceritakan terus berlari hingga kelelahan. Mereka saling memandang, di mana raksasa
tadi? Apakah dia sudah pergi? Seperti apa bentuknya? tanya yang pertama. Kukira kau
melihatnya! Teriak yang kedua. Kita sudah meninggalkannya dalam keadaan yang
buruk. Kita tidak setia! kata yang pertama sekali lagi.
Ia bergelung di tanah. Kalian sudah melihat betapa indahnya kuda, bukan? Kata ular.
Wajar sekali jika Gajah menyukainya. Benar kata Ular. Lebih baik sekarang kita mencari
binatang lain yang akan kita jadikan bahan percobaan. Kita akan membentuk badannya
sesuai ingatan kita tentang kuda, kata binatang kedua. Mata Ular berbinar. Kedua
binatang itu masuk dalam perangkapnya.
Cerita fabel anak tentang keledai ini berlanjut. Jika kedua binatang itu menggunakan
binatang lain untuk percobaan, kedua binatang itu sudah berbuat jahat. Di mana kita
akan mendapat binatang lain? kata yang kedua.Tenanglah. Aku mengenal seekor
binatang yang suka mengerat akar, Si Pengerat Akar. Nanti, dia akan kuajak ke sini,
sahabat, kata Ular merayu. Ia bergegas merayap ke tengah hutan untuk mencari Si
Pengerat Akar.
Malam semakin pekat. Cerita fabel anak ini berlanjut ketika di belakang binatang yang
pertama sudah ada binatang lain yang matanya hampir tertutup karena mengantuk. Ia
selalu berseru, Akar.. akar.. di mana ada akar? Ular mendesis, akar itu akan kau
dapatkan besok pagi kalau kau tinggal di sini dengan sopan dan tidak berkata apa-apa!
Ular menoleh pada dua binatang tadi, kalian harus melakukan percobaan secepatnya!
Dengan segera, kedua binatang tadi mengutak-atik tubuh si Pemakan Akar. Tiba-tiba,
kedua binatang tadi sadar mereka sudah melakukan kesalahan. Mereka lupa memberi
surai dan ekor pada si Pemakan Akar! Tidak ada satu pun dari kedua binatang itu yang
bisa menemukan cara membuat sesuatu yang mirip rambut Peri Matahari. Cerita fabel
anak ini mulai terasa menegangkan.

Cerita Fabel Anak: Mengajarkan Nilai-nilai Baik


Cerita fabel anak pada cerita ini pun mulai mengajarkan sesuatu. Diceritakan bahwa
Ular berpikir keras. Akhirnya, ia memberi perintah, Pemakan Akar, pergilah ke ladang
jagung dan ambillah rambut jagungnya. Nanti, kita akan menyisir rambut jagung itu agar
rapi. Nanti, kita juga bisa memperpanjangnya. Rambut jagung ini bisa kita jadikan surai
dan ekor yang mirip dengan surai dan ekor Kuda. Pasti hasilnya sempurna. Nanti kau
akan kuberi upah berupa dua buah akar. Si Pemakan Akar melambai-lambaikan telinga
yang panjang dengan sangat riang. Ia sangat ingin memakan akar-akar yang dijanjikan
Ular.
Cerita fabel anak bertambah semakin menegangkan ketika ternyata ladang jagung
tersebut dijaga ketat oleh Pasukan Semut. Tidak ada seekor binatang pun yang bisa
mencuri jagung dari sana. Oleh karena itu, Si Pemakan Akar menunggu hingga malam
semakin larut. Beberapa pasukan Semut mulai mengantuk. Mereka lengah. Begitu tiba
saat yang tepat, Si Pemakan Akar menerobos masuk dan menarik salah satu pohon
jagung dengan giginya.
Ketegangan pada cerita fabel anak ini pun terjadi. Sayang, karena ia terlalu berisik.
Akibatnya, Pasukan Semut terjaga. Mereka berteriak, ada pencuri jagung! Ada pencuri
jagung! Si Pemakan Akar berlari secepat kilat. Dalam hati, ia sadar bahwa ia salah.
Akan tetapi, janji Ular akan memberinya dua buah akar membuatnya rela melakukan
apa saja.
Pagi mengganti malam. Matahari sudah tinggi. Di mana-mana, terdengar bunyi
binatang yang mencari makan. Tak jauh dari tempat Ular dan kawan-kawan, terdengar
langkah Gajah. Rupanya, Pasukan Semut sudah memberitahu Gajah bahwa semalam
ada pencuri jagung. Gajah sedang menyelidiki setiap binatang. Celaka, Gajah datang
ke sini! Kita bisa ketahuan, keluh Ular. Di belakang Ular, terdengar bunyi gemerisik.
Siapa itu? Tanya Ular. Aku! Teriak si Pemakan Akar sekeras-kerasnya.
Ia ingin menyatakan perasaan gembira karena berhasil mendapatkan rambut jagung. Ia
yakin kalau Ular akan memberinya upah akar-akar yang gemuk. Mendengar teriakan si
Pemakan Akar, Gajah langsung berteriak.
Emosi pada cerita fabel anak ini berubah. Hei! Apa yang terjadi di sebelah sana?!
Semak belukar itu dikuak oleh Gajah dengan gadingnya. Kepalanya yang besar itu
kelihatan. Ia terkejut ketika melihat makhluk aneh di depannya: Si Pemakan Akar. Hei,
siapa kamu? Gajah mengernyitkan kening. Gajah, kata binatang pertama sambil
melangkah ke depan.
Kau selalu mengatakan bahwa Kuda adalah binatang terbaik. Sekarang, kami berusaha
menirunya. Lihatlah si Pemakan Akar. Dia mirip dengan Kuda, bukan? Setelah dia
berubah, kami akan berubah juga. Saat itu juga, wajah Gajah memerah. Ia sangat
marah. Matanya merah seperti menyemburkan api. Ia melangkah ke depan.

Mengapa kalian mengubah bentuknya menjadi jelek? Agar dia menjadi tiruan Kuda
yang paling buruk. Setelah itu, kami akan membentuk tubuh kami lebih baik daripada
dia, Binatang pertama menundukkan kepala. Gajah membelalakkan mata karena
sangat marah. Tidakkah terpikir oleh kalian bahwa kalian sudah menghancurkan bentuk
si Pemakan Akar?
Cerita fabel anak ini pun berakhir dengan kekecewaan Gajah yang mendalam. Ia
kecewa karena perubahan yang terjadi. Setiap cerita fabel anak pada umumnya
memiliki nilai moral yang disampaikan. Nilai moral pada cerita fabel anak ini adalah
bagaimana manusia diajarkan bagaimana cara bersyukur dan menerima segala
pemberian Tuhan. Secara langsung maupun tidak langsung, anak-anak tersebut akan
mendapatkan pelajaran berharga dari cerita fabel anak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai