Anda di halaman 1dari 49

Sumber .http://www.slideshare.

net/budikawi/kb-pohon-industri11

Abstract

Telah dilakukan penelitian tentang karakteristik komponen penyusun minyak nilam


hasil perlakuan dewaxing, fermentasi dan waktu distilasi daun nilam menggunakan
KG-SM. Tujuan dari penelitian ini adalah karakteristisasi minyak nilam hasil variasi
waktu distilasi uap daun nilam dewaxing dan fermentasi. Karakteristik minyak nilam
pada variasi waktu penampungan distilat selama 12 jam diambil setiap 2 jam yang
optimal adalah waktu penampungan distilat fraksi ke-3 selama 12 jam dengan
rendemen 0,56 %, warna kuning muda, berat jenis 0,9685 g/mL, indeks bias 1,5095
dan patchouli alkohol 69,56 %. Karaktersitik minyak nilam pada variasi waktu
distilasi selama 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 jam yang optimal adalah waktu distilasi selama 12
jam dengan rendemen 6,61 %, warna kuning muda, berat jenis 0,9672 g/mL, indeks
bias 1,5082 dan patchouli alkohol 45,69 %. Komponen penyusun minyak nilam yang
lain adalah alfa-gurjunen, cis-thujosen, beta-patchoulen, alfa-patchoulen, betacaryophyllen, alfa-guaien, seychellen, aromadendren, beta-gurjunen, alfa-humulen,
alfa-bulnesen, gemacrene-D, dehidroaromadendren, gemacrene-A, gamma-patchoulen,
valencene, viridiflorene, selina-3,7-(11)-dien, nor-patchoulenol, pogostol, illudol,

globulol, beta-caryophyllen oksida, viridiflorol dan ledol. Mutu minyak nilam


memenuhi persyaratan SNI 06-2385-2006 dan ISO 3757:2002.
http://natural-b.ub.ac.id/index.php/natural-b/article/view/169

Potensi Pengembangan Minyak Nilam di Indonesia


in PPMA - on 5:10 PM - 1 comment

Indonesia sejak era tahun 60-an dikenal sebagai negara penghasil minyak atsiri
terbesar di dunia terutama minyak atsiri nilam dan hingga sekarang minyak
atsiri nilam dari Indonesia masih sangat dikenal di pasar dunia.
Produk ini mempunyai orientasi export. Minyak atsiri nilam digunakan di industri
parfum sebagai zat pengikat aroma dan perannya belum mampu digantikan oleh
zat sintetis, sehingga kebutuhan minyak atsiri nilam di dunia besar sekali.
Nilam (Pogostemon cablin Benth) yang termasuk dalam keluarga Labiatea
merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi
Indonesia, karena minyak yang dihasilkan merupakan komoditas ekspor yang
cukup mendatangkan devisa negara. Sebagai komoditas ekspor minyak nilam
mempunyai prospek yang baik, karena dibutuhkan secara kontinyu dalam
industri kosmetik, parfum, sabun dan lain-lain. Dibandingkan dengan tanaman
penghasil minyak atsiri lainnya (Indonesia memiliki sekitar 200 species tanaman
yang menghasilkan minyak atsiri), nilam mempunyai keunggulan tersendiri
sebagai unsur pengikat (fikatif) yang terbaik untuk wewangian (parfum). Hal ini
disebabkan karena daya lekatnya yang kuat sehingga aroma wangi tidak mudah
hilang karena tercuci atau menguap, dapat larut dalam alkohol dan dapat
dicampur dengan minyak esteris lainnya.
Nilam adalah tanaman yang berumur produktif selama 1-2 tahun. Panen pertama
dapat dilakukan pada umur 6-8 bulan setelah tanam, dan panen selanjutnya
dilakukan setiap 3-4 bulan sekali. Setelah 1,5 tahun tanaman nilam memerlukan
peremajaan. Di Indonesia hingga kini terdapat tiga jenis nilam yang sudah
dikembangkan yaitu Pogostemon cablin Benth, Pogostemon heyneanus Benth,
don Pogostemon hortensis Benth. Pogostemon cablin Benth dikenal sebagai
nilam Aceh karena banyak diusahakan di daerah itu. Nilam jenis ini tidak
berbunga, daun berbulu halus dengan kadar minyak 2,5-5,0%. Pogostemon
heyneanus Benth dikenal dengan nama nilam Jawa, tanaman berbunga, daun
tipis dan kadar minyak rendah, berkisar antara 0,5-1,5%. Pogostemon hortensis
Benth mirip nilam Jawa tetapi juga tidak berbunga, dapat ditemukan di daerah
Banten dan sering disebut sebagai nilam sabun.
Ada tiga jenis tanaman nilam yaitu nilam Aceh (Pogostemon cablin), nilam Jawa
(Pogostemon hortensis) dan nilam tipis (Pogostemon heyneanus). Di antara

ketiga jenis ini, nilam Aceh adalah yang terbaik, karena memiliki kadar atsiri
tertinggi yakni 2,5%- 5%, sedang jenis lain hanya 0,5%. Disebut nilam Aceh
sekaligus menunjukkan bahwa yang menjadi sentra produksi minyak nilam di
Indonesia, memang Daerah Istimewa Nangroe Aceh Darussalam, di samping
Sumatera Utara dan Sumatera Barat, lebih dari 80% minyak nilam di Indonesia
dihasilkan dari ketiga propinsi tersebut.
Seluruh bagian tanaman ini mengandung minyak atsiri, namun kandungan
minyak terbesar pada daunnya. Di pasar intemasional minyak - nilam dikenal
dengan nama "Patchouli oil". Hasil tanaman nilam adalah minyak yang didapat
dengan cara menyuling batang dan daunnya, belum ada senyawa sintetis yang
mampu menggantikan peran minyak nilam dalam industri parfum dan
kosmetika.
Dalam dunia perdagangan dikenal dua macam nilam yaitu "Folia patchouly
naturalis" (sebagai insectisida) dan "depurata" (sebagai minyak atsiri). Minyak
atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang bahan bakunya
berasal dari berbagai jenis tanaman perkebunan. Minyak atsiri dari kelompok
tanaman tahunan perkebunan antara lain berasal dari cengkeh, pala, lada, kayu
manis, sementara yang berasal dari kelompok tanaman semusim perkebunan
berasal dari tanaman nilam, sereh wangi, akar wangi dan jahe. Hingga kini
minyak atsiri yang berasal dari tanaman nilam memiliki pangsa pasar ekspor
paling besar andilnya dalam perdagangan Indonesia yaitu mencapai 60 persen.
Minyak nilam merupakan produk yang terbesar untuk minyak atsiri dan
pemakaiannya di dunia menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat.
Dapat dikatakan bahwa hingga saat ini belum ada produk apapun baik alami
maupun sintetis yang dapat menggantikan minyak nilam dalam posisinya
sebagai fixative.
Data ekspor BPS menunjukkan bahwa kontribusi minyak nilam (Patchouli oil)
terhadap pendapatan ekspor minyak atsiri sekitar 60%, minyak akar wangi
(Vetiner oil) sekitar 12,47%, minyak serai wangi (Citronella oil) sekitar 6,89%,
dan minyak jahe (Ginger oil) sekitar 2,74%. Rata-rata nilai devisa yang diperoleh
dari ekspor minyak atsiri selama sepuluh tahun terakhir cenderung meningkat
dari US$ 10 juta pada tahun 1991 menjadi sekitar US$ 50-70 dalam tahun 2001,
2002 dan 2003, dengan nilai rata-rata/kg sebesar US$ 13,13. Walaupun secara
makro nilai ekspor ini kelihatannya kecil namun secara mikro mampu
meningkatkan kesejahteraan petani di pedesaan yang pada gilirannya
diharapkan dapat mengurangi gejolak sosial.
Minyak atsiri sebagai bahan baku penambah aroma, parfum dan farmasi
memang banyak diminta. Menurut Data Badan Pengembangan Ekspor Nasional
pada tahun 2002 rata-rata ekspor minyak atsiri untuk 5 (lima) tahun terakhir
mencapai US$ 51,9 juta dengan 77 negara tujuan ekspor. Singapura dan Amerika
Serikat adalah penyerap tersebar ekspor minyak atsiri Indonesia masing-masing
adalah penyumbang devisa negara US$ 20 per tahun dan US$ 10 juta per tahun.
Dari ekspor tersebut minyak nilam mempunyai permintaan sebesar 60 % Nilam
termasuk komoditas unggulan nasional dengan luas 9.600 ha dan produksi
sebesar 2.100 ton minyak. Berdasarkan data yang diberikan oleh seorang
eksportir minyak nilam, kebutuhan minyak nilam dunia berkisar antara 1.1001.200 ton/ tahun, sedangkan pasokan ini dapat dihasilkan minyak nilam melalui

penyulingan daun dan tangkai daun.


Kendala-kendala dalam agribisnis nilam antara lain budidaya yang belum
sempurna, bahan tanaman yang kurang sesuai, panen, penanganan bahan dan
penyulingan yang kurang baik mengakibatkan produktivitasnya rendah. Faktor
lain adalah kekeringan (iklim) dan fluktuasi harga. Kekeringan selain karena
kemarau panjang juga disebabkan fenomena alam yaitu dikenal dengan El Nino.
Nilam sangat peka terhadap kekeringan, kemarau panjang setelah pemangkasan
dapat menyebabkan tanaman mati. Suhu yang dikehendaki sekitar 2428( dengan kelembaban relatif lebih dari 75% dan intensitas radiasi. surya 75100%.
Balittro telah mengoleksi 100 aksesi nilam yang diperoleh dari hasil eksplorasi,
somaklonal dan fusi protoplas antara nilam Jawa dan nilam Aceh. Dari beberapa
nomor ekplorasi telah diseleksi dan diperoleh 4 klon harapan yang berkadar
minyak relatif tinggi (> 2,5%) dan kadar patchouli alkohol > 30%. Klon-klon
harapan tersebut adalah : Cisaroni, Lhokseumawe 2, Sidikalang dan Tapak Tuan.
Selain nilam, komoditas yang bisa diambil minyak atsirinya antara lain : daun
cengkeh, bunga melati, serei dan lain-lain. Minyak atsiri dari komoditas ini
digunakan untuk bahan di industri farmasi dan di manfaatkan untuk aroma
terapi.
Pangsa minyak atsiri Indonesia di pasar internasional mencapai 80 %.
Permasalahan utama adalah mutu minyak sebagai akibat dari prosesing yang
tidak sepenuhnya memenuhi standar, antara lain penggunaan alat penyuling
tradisional. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, teknologi yang tersedia
adalah alat penyuling tipe Balittro dengan design baru dari stainless steel,
pendingin dan pemisah minyak, hemat bahan bakar. Khusus nilam, daerah
pengembangan potensial meliputi : Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu. Nilai ekspor
per tahun mencapai US $ 74,26 juta.
Dari beberapa jenis minyak tersebut minyak nilam memiliki potensi strategis
untuk dikembangkan, mengingat di pasar dunia membutuhkan 1.200 - 1.400 ton
minyak nilam setiap tahun dan volume itu cenderung terus meningkat,
sementara produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun. Harga di
pasar lokal berkisar Rp 250.000 per kilogram. Dalam 10 tahun terakhir ini,
peningkatan volume ekspor komoditi ini cukup tajam, yakni sekitar 6 % per
tahun. Indonesia memasok sekitar 90% kebutuhan minyak nilam dunia
(Direktorat Neraca .Produksi BPS: 2002).
Harga minyak nilam di pasar lokal (di tingkat agen eksportir) berkisar Rp 200.000
- Rp 250.000 per kg. Importir minyak nilam terbesar saat ini adalah Amerika
Serikat (lebih 200 ton per tahun), disusul lima negara Eropa, masing-masing
Inggris (45-60 ton/th), Perancis, Swiss (40-50 ton/th), Jerman (35-40 ton/th) dan
Belanda (30 ton/th). Beberapa eksportir minyak nilam mengaku masih kesulitan
memenuhi pesanan minyak nilam yang datang dari mancanegara. PT JasuLawangi, eksportir minyak atsiri terbesar di Indonesia baru bisa memasok 50 ton
atau sekitar 10% dari permintaan. Permintaan cukup besar juga datang dari
India, Belgia, Jepang, dan Singapura.
http://engineering-system.blogspot.co.id/2009/12/potensi-pengembanganminyak-nilam-di.html

laporan pengolahan minyak nilam


LAPORAN PRATIKUM
PENGOLAHAN MINYAK NILAM

Oleh :
Kelompok III
Maria Ulfa

110500106

Hebtaria Sidabalok

110500103

Marisyi Minandar

110500173

Paisal K

110500109

Satria Pahlawan

110500113

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN


POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya,kami, dalam hal ini, kelompok minyak, telah menyelesaikan
praktikum Uji Makanan, danmenyusun laporan ini sebagai data hasil pengamatan
kami.

Kami juga menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah


membantu dalam penyusunan laporan ini. Tanpa bantuan mereka, maka laporan
ini tidak dapat dirampungkan.
Laporan ini disampaikan untuk memenuhi tugas dari bapak eli, selaku
dosen Pengolahan Minyak Atsiri.
Selain itu, kami juga mengharap kritik dan saran dari semua pihak yang
dapat kami jadikan koreksi dalam pembuatan laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat dan dapat digunakan dengan sebaik mungkin sehingga akan
menghasilkan hasil yang memuaskan dan sesuai keinginan.

Samarinda, 18 oktober 2012

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar
Daftar Isi

Bab I. Pendahuluan
A.
B.

Kata Pengantar
Tujuan
Bab II. Tinjaun Pustaka

A. Pengertian minyak atsiri


B. Pengertian minyak nilam
C. Penyulingan
Bab III. Metedologi Percobaan
A. Waktu dan Tempat
B. Alat dan Bahan
C. Prosedur Kerja
Bab IV. Hasil Pengamatan
A.
B.

Data Pengamatan
Pembahasan
Bab V. Penutup

A.

Kesimpulan

Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils,etherial oils
atau

volatile

oils

adalah

komoditi

ekstrak

alami

dari

jenis

tumbuhan

yang berasaldari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya
ada 150 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar
internasional dan 40 jenis diantaranya dapat diproduksi di Indonesia (Manurung,
2010).
Meskipun

banyak

jenis

minyak

atsiri

yang

bisa

diproduksi

di

Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah berkembang dan
sedang dikembangkan di Indonesia. Industri pengolahan minyak atsiri di
Indonesia telah ada sejak zaman penjajahan. Namun dilihat dari kualitas dan
kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Hal ini disebabkan sebagian
besar

unit pengolahan

minyak

atsiri

masih

menggunakan

teknologi

sederhana/tradisionaldan umumnya memiliki kapasitas produksi yang terbatas


(Gunawan, 2009).
Indonesia merupakan negara agraris, dengan kekayaan alam yang
luar biasa melimpah ruah, berbagai jenis tanaman tumbuh dengan varietas
yang beraneka ragam jenisnya. Di era tahun 1960-an Indonesia tercatat sebagai
salahsatu penghasil minyak atsiri yang besar (Gunawan, 2009).
Tanaman
penghasilminyak

Nilam
atsiri

( Pogostemon
yang

Cablin

memberikan

Benth)

termasuk

kontribusi

tanaman

penting

dalam

dunia flavour dan fragrance terutama untuk industri parfum dan aroma terapi.
Aroma minyak nilam sangat kaya dan tahan lama, bahkan tetap terasasampai
seluruh minyaknya menguap. Seiring dengan perkembangan zaman, dan
semakin

meningkatnya

kebutuhan

manusia

pada

kesehatan

dan

kebugaran,minyak

nilam

banyak

digunakan

sebagai

bahan

baku

untuk

aromaterapi, karenaaromanya yang khas.


Minyak nilam merupakan bahan baku

parfum yangterpenting dan

dianggap sebagai bahan fiksatif yang paling baik dari parfum- parfum berkualitas
tinggi.

Dari

uraian

di

atas,

maka

hal

ini

yang

dapatmelatarbelakangi

dilakukannya praktikum ini dengan menggunakan metode penyulingan.

B.
1.

Tujuan
Memahami dan mengetahui cara penyulingan daun nilam( Pogestemon cablin

2.

Benth )dengan menggunakan metode penyulingan uap dan air.


Untuk mengetahui mutu minyak atsiri (nilam) dengan mengamati massa jenis
minyak, rendemen (%) minyak, index bias minyak, dan kelarutan alcohol dengan
minyak.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A.

Pengertian minyak atsiri


Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric oil),
minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil), serta minyak
aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud
cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan
aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau
minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, hasil sulingan
(destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap minyak atsiri sebagai metabolit sekunder
yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh
hewan (hama) ataupun sebagai agensia untuk bersaing dengan tumbuhan lain
(lihat alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadangkadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang
atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak
digolongkan sebagai minyak atsiri.
1.

Ciri-ciri
Minyak atsiri bersifat mudah menguap karena titik uapnya rendah. Selain

itu, susunan senyawa komponennya kuat memengaruhi saraf manusia (terutama


di hidung) sehingga seringkali memberikan efek psikologis tertentu. Setiap
senyawa

penyusun

memiliki

efek

tersendiri,

dan

campurannya

dapat

menghasilkan rasa yang berbeda. Karena pengaruh psikologis ini, minyak atsiri
merupakan komponen penting dalam aromaterapi atau kegiatan-kegiatan liturgi
dan olah pikiran/jiwa, seperti yoga atau ayurveda.
Sebagaimana minyak lainnya, sebagian besar minyak atsiri tidak larut dalam air
dan pelarut polar lainnya. Dalam parfum, pelarut yang digunakan biasanya
alkohol. Dalam tradisi timur, pelarut yang digunakan biasanya minyak yang
mudah diperoleh, seperti minyak kelapa.
Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari campuran yang rumit berbagai
senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas
suatu aroma tertentu. Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan
senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak
(lipofil).

2.

Beberapa minyak atsiri penting

Minyak atsiri biasanya dinamakan menurut sumber utamanya, seperti

Minyak adas (fennel/foeniculi oil)

Minyak cendana sandalwood oil)

Minyak bunga cengkeh (eugenol oil) dan minyak daun cengkeh (leaf clove
oil)

Minyak kayu putih (cajuput oil)

Minyak bunga kenanga (ylang-ylang oil)

Minyak lawang

Minyak mawar

Minyak nilam

Minyak serai

Selain itu, dikenal pula beberapa "minyak" (atau dalam bentuk salep) yang
sebenarnya merupakan kombinasi antara beberapa minyak atsiri. Contohnya
adalah

B.

Minyak telon

Minyak tawon

Minyak angin

Beberapa minyak gosok dan salep gosok.

Pengertian minyak nilam


Tanaman nilam menjadi salah satu penghasil minyak atsiri utama di
Indonesia. Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak terbang atau minyak
eteris (essential oilatau volatile). Sementara itu, minyak yang dihasilkan oleh

tanaman nilam disebut dengan minyak nilam (patchouli oil). Minyak ini antara
lain digunakan sebagai zat pengikat (fiksatif) dalam industri parfum, sabun, hair
tonic, dan beberapa industri kosmetika. Minyak tersebut diperoleh dari hasil
penyulingan (destilasi) daun dan tangkai tanaman nilam.
Di belahan dunia timur, terutama India, tanaman nilam sudah dikenal
sejak zaman purba sebagai bahan pengharum atau pewangi. Di India, daun
nilam yang telah kering digunakan sebagai repelenatau pengusir serangga pada
kain. Kain-kain yang telah diberi daun nilam tadi kemudian diekspor ke Eropa,
sehingga aroma nilam dikenal di negara-negara Eropa. Pada pertengahan abad
ke-19, pabrik-pabrik tekstil di Prancis mengimpor daun nilam kering untuk
produk tekstil mereka.
Selanjutnya, daun nilam juga diintroduksi ke Inggris. Di negara itu, minyak
nilam dianggap sebagai bahan parfum yang bermutu tinggi. Dewasa ini,
tanaman nilam dari India hampir seluruhnya diproduksi dan diperdagangkan
dalam bentuk minyak. Minyak nilam merupakan bahan baku parfum yang
terpenting dan dianggap sebagai bahan fiksatif yang paling baik dari parfumparfum berkualitas tinggi.
Minyak nilam juga banyak digunakan dalam pembuatan sabun dan
kosmetika, karena dapat dicampur dengan jenis minyak atsiri lainnya, seperti
minyak cengkih, geranium, dan akar wangi. Aroma minyak nilam sangat kaya
dan tahan lama, bahkan tetap terasa sampai seluruh minyaknya menguap.
Seiring

dengan

perkembangan

zaman,

dan

semakin

meningkatnya

kebutuhan manusia pada kesehatan dan kebugaran, minyak nilam banyak


digunakan sebagai bahan baku untuk aromaterapi, karena aromanya yang
sangat khas. Minyak nilam bersifat fiksatif terhadap bahan pewangi lain,
sehingga dapat mengikat bau wangi dan mencegah penguapan zat pewangi
tersebut sehingga bau wanginya tidak cepat hilang alias lebih tahan lama. Selain
itu, minyak nilam juga membentuk bau yang khas dalam suatu campuran.
Karena itu, minyak nilam sendiri sebenarnya sudah bisa disebut dengan parfum
karena baunya memang enak dan wangi.

Kandungan Kimia Minyak Nilam


Lingkungan tumbuh (agroklimat) mempengaruhi kandungan dan mutu
minyak nilam. Kandungan minyak nilam dari dataran rendah lebih tinggi

daripada nilam dataran tinggi. Namun, nilam dataran tinggi memiliki kandungan
patchouli alkohol lebih tinggi daripada dataran rendah. Kandungan patchouli
alkohol inilah yang menjadi salah satu penentu tingginya kualitas minyak nilam.
Nilam yang tumbuh di bawah naungan mempunyai kadar minyak lebih
rendah dari pada di tempat tanpa naungan, meskipun partumbuhannya lebih
subur. Hal

ini diduga akibat terganggunya proses fotosintesis sehingga

pembentukan minyak nilam dalam tanaman kurang lancar. Sementara itu,


kandungan minyak atsiri pada nilam yang ditanam di daerah terbuka bisa
mencapai 5%, sedangkan yang ditanam sebagai tanaman sela di antara pohon
karet dan kelapa sawit, kandungan minyaknya hanya 4,66%. Di habitatnya,
tanaman nilam cenderung tumbuh liar. Tanaman yang tidak dipelihara akan
menghasilkan kadar dan mutu minyak lebih rendah dari pada tanaman yang
dipelihara secara intensif.
Minyak nilam mengandung beberapa senyawa, antara lain benzaldehid (2,34%),
kariofilen (17,29%), a-patchoulien (28,28%), buenesen (11,76%), dan patchouli
alkohol (40,04%). Sementara itu, kandungan minyak dalam batang, cabang, atau
ranting jauh lebih kecil (0,4-0,5%) daripada bagian daun (5-6%). Standar mutu
minyak nilam belum seragam untuk seluruh dunia. Setiap negara menentukan
sendiri standar minyak nilamnya. Indonesia menetapkan standar mutu minyak
nilam untuk ekspor dengan berat jenis 0,943-0,983, indeks bias 1,504-1,514,
bilangan ester maksimum 10,0, bilangan asam 5,0, warna kuning muda sampai
cokelat, dan tidak tercampur dengan bahan lain. Sebelum dikirim ke eksportir,
biasanya minyak nilam harus diuji terlebih dahulu untuk menentukan
kualitasnya. Pengujian dapat dilakukan di laboratorium kimia, salah satunya di
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro), Bogor. Proses untuk
mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara menyuling atau destilasi
terhadap tanaman penghasil minyak.

C.

Penyulingan
Didunia komersil, metode destilasi/penyulingan minyak atsiri dapat dilakukan
dengan 3 cara, antara lain :
1. Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation)
2. Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)

3. Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)


Penerapan penggunaan metode tersebut didasarkan atas beberapa
pertimbangan seperti jenis bahan baku tanaman, karakteristik minyak, proses
difusi minyak dengan air panas, dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi
produksi dan alasan nilai ekonomis serta efektifitas produksi.
Berikut ini akan saya bahas masing-masing metode penyulingan diatas :

1.

Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation)

Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan memasukkan bahan


baku, baik yang sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah ke dalam ketel
penyuling yang telah berisi air kemudian dipanaskan. Uap yang keluar dari ketel
dialirkan

dengan

pipa

yang

dihubungkan

dengan

kondensor.

Uap

yang

merupakan campuran uap air dan minyak akan terkondensasi menjadi cair dan
ditampung dalam wadah. Selanjutnya cairan minyak dan air tersebut dipisahkan
dengan separator pemisah minyak untuk diambil minyaknya saja. Cara ini biasa
digunakan untuk menyuling minyak aromaterapi seperti mawar dan melati.
Meskipun demikian bunga mawar, melati dan sejenisnya akan lebih cocok
dengan sistem enfleurasi, bukan destilasi.
Yang perlu diperhatikan adalah ketel terbuat dari bahan anti karat seperti
stainless steel, tembaga atau besi berlapis aluminium.

2.

Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)

Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus.
Cara ini sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja bahan baku dan air
tidak bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air.
Cara ini adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri karena
cukup membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses
produksi. Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat
yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar
meminimkan kehilangan air. Bagaimanapun cost produksi juga diperhitungkan
dalam aspek komersial. Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan
oleh karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan
proses difusi minyak dengan air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat
panas akan lebih baik dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct Steam
Distillation).

3.

Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)

Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air maupun api namun
hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling minyak. Prinsip
kerja metode ini adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam boiler,
kemudian uap tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang berisi bahan
baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan
kondensat yang berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan separator
yang sesuai berat jenis minyak. Penyulingan dengan metode ini biasa dipakai
untuk bahan baku yang membutuhkan tekanan tinggi pada proses pengeluaran
minyak dari sel tanaman, misalnya gaharu, cendana, dll.

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
A.

Waktu dan Tempat


Praktek pengolahan minyak atsiri (nilam) dan pengamatan mutu minyak
atsiri (nilam) dilakukan di dua tempat dan waktu yang berbeda pula dengan
keterangan sebagai berikut:

1.

Pengolahan minyak atsiri

Pengolahan minyak atsiri (nilam) dilakukan di laboratorium Pengolahan


Minyak Atsiri Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pada tanggal 4 Oktober
2012.
2.

Pengamatan mutu minyak


Dan

untuk

pengamatan

mutu

minyak

atsiri

(nilam)

dilakukan

di

laboratorium Kimia Analitik Politeknik Pertanian Negeri Samarinda pada tanggal


11 Oktober 2012.
B.

Alat dan Bahan

3.

Adapun alat yang digunakan dalam praktikum pengolahan hasil perkebunan


adalah:

Erlenmeyer

Gelas ukur

Glass beker

Ketel uap dan air

Labu pemisah

Piknometer

Pipet

Refraktometer

Sendok

Sendok gelas pengaduk

Stop watch

Tabung reaksi

Timbangan analitik

Timbangan manual

4.

Dan bahan-bahan yang digunakan dalam praktek pengolahan minyak atsiri


(nilam) adalah sebagai berikut:

Nilam 2500 gram

Aquades/ air secukupnya

MgS (magnesium sulfad/ garam)

Alkohol

Es batu

C.

Prosedur Kerja

1.

Prosedur kerja pengolahan minyak atsiri(nilam) adalah sebagai berikut:


Timbang nilam sebanyak 2500 gram

Masukan kedalam ketel uap dan air,yang telah diisi dengan air

Lalu tutup ketel dan panaskan

Tunggu air dan miyak keluar

Pisahkan minyak dan air dengan labu pemisah

Minyak yang telah dipisahkan di tambahkan MgS secukupnya hingga minyak


terlihat coklat keemasan/jernih.

2.

Prosedur pengamatan mutu minyak atsiri(nilam) adalah sebagai berikut:

Pertama disiapkan sample 5 ml minyak atsiri (nilam) dan 5 ml aqudes

Setelah itu siapkan 2 piknometer ukuran 5 ml

Lalu timbang piknometer dengan timbangan analitik,catat hasilnya

Kemudian masukan minyak lalu tibang kembali setelah itu catat hasilnya

Perlakuan untuk aquades sama dengan perlakuan terhadap minyak

Setelah didapatkan hasilnya,hitunglah massa jenis,rendemen,indeks bias,dan


kelarutan dalam alkohol.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN
A. Data Pengamatan
Berat

Berat

aqua

miny

des

ak

4,974
8
graa
m

Berat
jenis

4,56

0,91

81

82

gram

gram

Berat

Rende

Inde

miny

minya

men

ak

(%)

bias

1,1128

3,50

Total

30,3
ml

27,82
41
gram

Untuk sample 5 ml aquades dan 5 ml minyak

Kelarar
warna

utan
alkohol

Coklat
keemasa
n

1:1

1.

Berat aquades

= berat kotor aquades berat wadah

= 20,6898 gram 15,7150 gram


= 4,9748 gram
2.

Berat minyak

= berat kotor minyak berat wadah

= 20,6292 gram 16,0611 gram


=4,5681 gram
3.

Berat jenis

= 0,9182 gram
4.

total minyak

= kelompok 1+ kelompok 2+ kelompok 3

= 5,8 ml + 2,5 ml + 22 ml
= 30,3 ml
5.

berat minyak total


= berat total berat jenis
= 30,3 ml 0,9182 gram
= 27,8241 gram
6. rendemen (%)
=
=
= 1,1128%

B.

Pembahasan
Badan Standar Nasional,SNI 06-2385-1998

NO

JENIS UJI

SATUA
N

PERSYARATAN

Warna

Kuning muda sampai


coklat tua

Bobot jenis 200C/200C

0,943-0,983

Indeks bias (nD20)

1,504-1,514

Kelarutan dalam etanol 90%


pada suhu 200C 30C

Larutan (jernih) atau


opalesensi ringan dalam
perbandingan volume
1:10

Bilangan asam

Maks. 5,0

Bilangan ester

Maks. 10,0

Zat-zat asing

7.1

Lemak

Negatif

7.2

Minyak kruing

Tidak nyata

7.3

Alkohol tambahan

Negatif

7.4

Minyak pelican

Negatif

Dari
data

pengamatan dengan data SNI dpat dilihat bahwa kelarutan etanol 90% berbeda
karena suhu yang digunakan dalam percobaaan berbeda dengan ketentuan.
Kami tidak mengatur sebelum pemberian etanol terhadap minyak.

BAB V

PENUTUP
A.
1.

Kesimpulan
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem kukus. Cara ini
sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja bahan baku dan air tidak
bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air.Cara ini
adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri karena cukup
membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses produksi.
Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat yang
keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar
meminimkan kehilangan air. Bagaimanapun cost produksi juga diperhitungkan
dalam aspek komersial. Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan
oleh karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan
proses difusi minyak dengan air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat
panas akan lebih baik dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct Steam
Distillation).

2.

Hasil Pengamatan
Berat

Berat

aqua

miny

des

ak

4,974
8
graa
m

Berat
jenis

4,56

0,91

81

82

gram

gram

Total

Berat

Rende

Inde

miny

minya

men

ak

(%)

bias

1,1128

3,50

30,3
ml

27,82
41
gram

Kelarar
warna

utan
alkohol

Coklat
keemasa

1:1

DAFTAR PUSTAKA
Rahayu,Suparni Setyowati.2009.penyulingan.google.internet.http://www.chem-istry.org
Ihram.2011.manfaat dan kandungan minyak
nilam.google.internet.http://ihramsulthan.com
anonim.2012.miyak atsiri.google.internet. http://id.wikipedia.org

http://iyahcerdas.blogspot.co.id/2012/10/laporan-minyak-nilam.html

MAKALAH PENGOLAHAN HASIL PERKEBUNAN MINYAK NILAM


Posted on Oktober 30, 2014 by umyiffahcollection

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena Ahlamdulillah, berkat RahmatNya penulis telah
diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul Makalah Pengolahan
Hasil Perkebunan Minyak Nilam. Dalam menjalani penyusunan makalah ini tidak sedikit
kendala yang penulis hadapi.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karenanya
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
perbaikan makalah ini. Atas bantuan, arahan, dan motivasi yang senantiasa diberikan selama
ini, dengan segala kerendahan hati penulis menghaturkan segenap ucapan terima kasih.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak lepas dari kekurangan, oleh karena
itu dengan terbuka penulis mengharapakan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca
pada umumnya.

Banjar, Agustus 2014


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Komoditi tanaman perkebunan yang telah ditetapkan oleh menteri pertanian bermacammacam jenisnya.Salah satu jenis tanaman yang masuk dalam komoditi tanaman perkebunan
yang telah ditetapkan oleh menteri pertanianadalah tanaman Nilam.Nilam (Pogostemon
cablin Benth.) adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan
sebagai minyak nilam.Nilam merupakan jenis tanaman semak yang bisa mencapai satu meter.
Banyak manfaat yang didapat dari tanaman Nilam yang diantaranya adalah yang sering
dikenal dengan minyak nilam. Karena pemanfaatan dan ditinjau dari segi ekonomis dari
tanaman Nilam cukup bagus maka perlu diketahui bagaimana cara pemanfaatan tanaman
Nilam tersebut hingga dapat menghasilkan produk yang sangat bermanfaat.
Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang pemanfaatan tanaman Nilam, mulai dari proses
pengolahan tanaman Nilam, fungsi dan manfaat dari tanaman Nilam sampai pemanfaatan dari
limbah Nilam.
1. Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini yaitu diantaranya adalah :


1. Mengetahui tentang tanaman Nilam.
2. Mengetahui dan memahami proses pembuatan minyak nilam.
3. Mengetahui fungsi dan manfaat dari tanaman nilam.

4. Mengetahui proses pemanfaatan limbah nilam.

BAB II
PEMBAHASAN

1. Mengenal Tanaman Nilam

Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth) termasuk tanaman penghasil minyak atsiri yang
memberikan kontribusi penting dalamdunia farmasi, terutama untuk industri parfum dan
aroma terapi.Tanaman nilam berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutamaIndonesia dan
Filipina, serta India, Amerika Selatan dan China(Grieve, 2002). Nilam (Pogostemon sp.)
termasuk famili Labiateae, ordo Lamiales, klas Angiospermae dan devisi Spermatophyta. Di
Indonesia terdapat tigajenis nilam yang dapat dibedakan antara lain dari karakter morfologi,
kandungan dan kualitas minyak, dan ketahanan terhadap cekaman biotikdan abiotik. Ketiga
jenis nilam tersebut adalah: 1) P. cablin Benth. Syn. P.patchouli Pellet var. Suavis Hook yang
disebut nilam Aceh, 2) P.heyneanus Benth yang disebut nilam Jawa dan 3) P. hortensis
Becker yangdisebut nilam sabun. Di antara ketiga jenis nilam, yang paling
luaspenyebarannya dan banyak dibudidayakan yaitu nilam Aceh, karena kadarminyak dan
kualitas minyaknya lebih tinggi dari kedua jenis yang lainnya.
Tanaman nilam adalah salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang dihasilkan dari
hasil destilasi dauntanaman nilam. Minyak ini disebut juga minyak eteris atau minyak
terbang (volatile)karena jenis minyak ini mudahmenguap pada suhu 25 o C. Kandungan
unsur kimia minyak nilam terdiri patchoulyalcohol(C 15 H 26 OH) sebagai penciri utama,
patchouly camphor, eugenol benzoat,benzaldehide, cinnamic aldehide, dan cadinene
(Abdulkadiri, ). Aroma minyak nilam dikenal berat dankuat dan telah berabadabaddigunakan sebagai wangi-wangian (parfum) dan bahan dupa atau setanggi pada tradisi
timur.Minyak ini juga digunakan sebagaipewangi kertas tisu, campuran deterjen pencuci
pakaian, danpewangi ruangan (Anonim, 2011). Nilam (Pogostemon cablin Benth.) adalah
suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri yang dinamakan sebagai minyak
nilam.Nilam merupakanjenis tanaman semak yang bisa mencapai satu meter.Tanaman ini
menyukai suasana teduh, hangat, dan lembab. Selain itu juga tanaman nilam cenderung
mudah layu jika terkena sinar matahari langsung ataupun jika tanaman kekurangan air. Bunga
dari tanaman nilammenyebarkan bau wangi yang kuat dan bijinya kecil. Perkembangbiakan
tanaman nilam biasanya dilakukan secara vegetatif. Selain itu juga berdasarkan dari
pandangan ekologinya tanaman nilam dapat tumbuh di dataran rendah maupun tinggi dengan
ketinggian optimal 10-400 mdpl, curah hujan antara 2500 3500 mm/th dan merata
sepanjang tahun, suhu 24 280C, kelembaban lebih dari 75%, intensitas penyinaran matahari
cukup, tanah subur dan gembur kaya akan humus. Minyak nilam dari hasil proses pengolahan
minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli (dari bahasa Tamilpatchai (hijau) dan ellai
(daun), karena minyaknya disuling dari daun.

1. Kandungan Minyak Nilam

Minyak nilam tergolong dalam minyak atsiri dengan komponen utamanya adalah patchoulol.
Daun dan bunga nilam mengandung minyak ini. Biasanya pengoalahn nilam dilakukan
dengan carapenyulingan uap terhadap daun keringnya (seperti pada minyak cengkeh).
Penyulinan merupakan suatu proses pemisahan komponen yang berupa cairan atau padatan
dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan titik uap masing masing zat
tersebut. Proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri yang tidak larut dalam air. Minyak nilam
yang dihasilkan dari penyulingan kemudian di uji dengan menggunakan pengujian mutu
minyak nilam yang berstandart SNI tujuannya adalah menjamini kualitas minyak nilam
sebagai bahan dasar pembuatan produk tertentu.hasil dari minyak nilam kemudian di uji dan
diukur bedasarkan Parameter mutu minyak nilam dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Mutu minyak nilam dengan SNI umumnya memiliki kadar PA di atas 30%, berwarna kuning
jernih, dan memiliki wangi yang khas dan sulit dihilangkan. Mutu minyak nilam yang
dihasilkan dari proses penyulingan hasilnya tidak belum tentu secara umum baik hal ini dapat
terjadi karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain a).
Jenis/variasi tanaman, b). Umur tanaman sebelum dipanen, c). Perlakuan bahan mentah
sebelum penyulingan, d). Alat yang digunakan, e). Cara penyulingan, f). Perlakuan terhadap
minyak setelah penyulingan, g). dan penyimpanan minyak.
1. Proses Pengolahan Tanaman Nilam

Pada dasarnya pemanfaatan nilam di olah tujiuanya adalah untuk mendapatkan minyak nilam
itu sendiri, dan langkah dari pengolahan nilam tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
teknik yang sederhana, dan tidak rumit. Hanya saja untuk alat alatnya yang diperlukan
dalam proses pengolahannya mempunyai nilai ekonomis yang tidak sedikit karena hampir
semua alat yang digunakan terbuat dari bahan dari stainlessteell agar awet dan higienis.
Cara penyulingan. Minyak nilam itu sendiri dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu direbus,
dikukus dan diuap.
1. Di rebus, Cara penyulingan minyak nilam yang paling baik adalah dengan
sisstem ini yang pada dasarnya hanyalah dengan mengalirkan uap yang
bertekanan tinggi. Pada cara ini drum perebus air (ketel) dipisahkan ari
drum bahan (still). Uap air yang dihasilkan pada ketel perebus air,
dialirkan pada sebuah pipa ke dalam drum bahan.Bahan yang disuling
diletakan diatas piringan yang berlubang lubang di dalam drum.Piringan
boleh lebih dari satu dan di susun secara bertingkat. Untuk
memudahkanpergerakan uapa air ke tingkat yang lebih tinggi, maka harus
disediakan ruang kosong antara bahan yang terletak pada piringan
dibawahnya dengan piringan di atasnya. Antara piringan yang terletak
pada susunan yang paling bawah dan alas drum harus ada ruang kosong
sebagai tempat penampung uap yang dihasilkan oleh ketel.

Uap jernih yang dihasilkan di ketel dialirkan ke drum bahan. Bersama uap air ini minyak
nilam akan ikut terbawa. Selanjutnya campuran minyak dan uap dikondensi di pipa pendingin
setelah mengalami pendinginan, campuran air dan minyak ditampung di bejana pemisah.

Dengan adanya perbedaan berat jenis maka air ddapat dipisahkan dengan minyak.
Penyulingan dengan cara ini akan menghasilkan minyak bermutu tinggi. Semua peralatan
penyulingan sebaiknya terbuat dari logam yang tidak mudah berkarat. Logam yang mudah
berkarat dapat bereaksi dengan minyak, sehingga dapat mempengaruhi komposisi dan warna
minyak. Logam terbukti tidak bereaksi dengan minyak adalahbaja tahan karat yang lebih
dikenal dengan stainless steel. Logam alumunium juga dapat digunakan sebagi bahan ketel
sulingan, karena tidak mempengaruhi mutu minyak.
2. Di kukus, Penyulingan dikukus, mirip cara pertama, hanya saja antara
daun nilam dan air dibatasi saringan berlubang. Daun nilam diletakkan di
atas saringan, sementara air berada di bawahnya.
3. Di uap, Sementara sistem penyulingan uap menjamin kesempurnaan
produksi minyak atsiri. Pada sistem ini bahan tidak kontak langsung
dengan air maupun api. Prinsipnya, uap bertekanan tinggi dialirkan dari
ketel perebus air ke ketel berisi daun nilam (ada dua ketel). Uap air yang
keluar dialirkan lewat pipa menuju kondensor hingga mengalami proses
kondensasi. Cairan (campuran air dan minyak) yang menetes ditampung,
selanjutnya dipisahkan untuk mendapatkan minyak nilam. Pada umumnya
petani nilam memakai teknik uap karena hasilnya yang paling bagus,
seperti kelompok tani di Kulon Progo Yogyakarta dan kelompok tani nilam
di Kuningan, Jawa Barat, memakai sistem penyulingan uap berkapasitas
100 kg per ketel. Hasilnya 2,2 kg 2,8 kg minyak nilam untuk sekali
penyulingan selama delapan jam (terbagi atas empat tahap). Masingmasing tahap lamanya dua jam. Sekali menyuling menghabiskan bahan
bakar minyak tanah 40 l (Rp 295.000,-).
1. Fungsi Dan Manfaat Minyak Nilam

Karena sifat aromanya yang kuat, minyak ini banyak digunakan dalam industri parfum.
Sepertiga dari produk parfum dunia memakai minyak ini, termasuk lebih dari separuh parfum
untuk pria. Selain untuk parfum, minyak ini juga digunakan untuk berbagai keperluan yang
dapat membantu beberapa aktifitas, minyak nilam biasanya digunakan sebagai pewangi
kertas tisu, campuran deterjen pencuci pakaian, pewangi ruangan, berfungsi sebagai bahan
utama setanggi dan pengusir serangga perusak pakaian, berfungsi untuk menambah nafsu
makan, membantu pencernaan, menyehatkan jantung, mengobati batuk, menurunkan panas,
menghilangkan sesak napas, mengobati diare, mengobati eksim dan koreng, sebagai
antibiotika, dan atraktan hama lalat buah atau pemikat hama lalat buah. Fungisida untuk
mengendalikan Pyricularia oryzae yang merupakan penyebab penyakit bercak dan busuk
daun yang menyerang tanaman padi. Kandungan eugenol pada minyak atsiri daun selasih
mampu menekan pertumbuhan nematoda tanaman lada. Minyak atsiri selasih berbau harum
yang dikenal dengan nama basil oil, minyak ini digunakan sebagai bahan pembuatan parfum,
shampo, terapi aroma.
1. Pengolahan Limbah Penyulingan Nilam Sebagai Kompos

Pengolahan limbah penyulingan nilam sebagai kompos dapat dilakukan dengan


pengkomposan limbah nilam dengan menggunakan pupuk kandang atau pupuk kandang +

kapur + EM4 1% selama 3 minggu menghasilkan kompos limbah nilam dengan status hara
dan tingkat dekomposisi yang baik (Djazuli, 2002b). Pemanfaatan limbah hasil penyulingan
nilam dapat dipertimbangkan untuk dipergunakan sebagai pupuk kompos yang potensial,
karena pemberian kompos mampu meningkatkan bobot segar terna nilam secara nyata pada
tiga taraf pemupukan NPK yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh kandungan hara pada
kompos limbah nilam relatif tinggi, sehingga mampu memperbaiki pertumbuhan dan
produktivitas tanaman nilam secara nyata.

Pengolahan limbah penyulingan nilam sebagai pengendali OPT

Aplikasi pemulsaan berpengaruh terhadap perbaikan fisik, kimia dan biologi tanah sekaligus
dapat memperbaiki pertumbuhan dan produktivitas suatu tanaman.Dalam
pembudidayaannya, penggunaan mulsa di pertanaman nilam sangat dianjurkan terutama
untuk mengurangi cekaman tanaman terhadap kekeringan pada musim kering dan menekan
pertumbuhan tanaman gulma. Hasil penelitian penggunaan mulsa menunjukkan bahwa mulsa
alang-alang nyata meningkatkan produksi daun dan minyak nilam Aceh sebesar 159,6% dan
181,7% dibandingkan kontrol, sedangkan mulsa semak belukar sebesar 286,5% dan 344,1%
(Tasma dan Wahid, 1988). Tingginya kandungan hara di dalam mulsa belukar terlihat
berpengaruh nyata terhadap tingkat pertumbuhan dan produktivitas tanaman nilam, serta
rendemen minyak nilam. Secara umum mulsa yang diaplikasikan pada pertanaman yang
dapat menekan perkembangan OPT yang hidup didalam tanah seperti nematoda parasit.
Mulsa menjadi sumber makanan bagi berbagai mikroorganisme tanah, bakteri dan jamur.
Peningkatan organisme pengurai akan memacu peningkatan populasi nematoda pemakan
bakteri dan pemakan jamur. Pengaruh dari proses tersebut adalah meningkatnya populasi
nematoda predator yang dapat mempengaruhi populasi nematoda parasit melalui kompetisi,
antagonisme atau karena terciptanya kondisi yang kurang menguntungkan. Selain itu, proses
dekomposisi dari limbah nilam ini menghasilkan senyawa nitrat dan amoniak nitrogen yang
beracun bagi berbagai OPT termasuk nematoda.
Efektifitas mulsa dalam menekan populasi OPT akan meningkat apabila bahan organik
penyusunnya mengandung bahan kimia tertentu atau dicampur dengan bahan yang
mengandung zat kimia tertentu yang beracun bagi OPT. Contohnya penggunaan limbah nilam
sebagai mulsa pada pertanaman vanili yang dicampur dengan limbah
penyulingan/pengolahan tanaman cengkeh yang telah terbukti dapat menekan perkembangan
penyakit busuk pangkal batang pada tanaman vanili yang disebabkan oleh jamur Fusarium
oxysporum dan penyakit busuk akar pada tanaman jambu mete yang disebabkan oleh jamur
Rigidoporus micropus atau oleh jamur F.solani dan F. oxysporum. Limbah penyulingan dari
tanaman cengkeh yang dimanfaatkan sebagai mulsa dapat menekan perkembangan serangan
penyakit karena tanaman cengkeh mengandung eugenol yang dilaporkan bersifat anti jamur.
Berdasarkan dari hal tersebut diatas dapat dikatakan bahwa limbah hasil penyulingan nilam
berupa daun dan rantingnya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk, mulsa dan pengendali
organisme pengganggu tumbuhan yang cukup baik untuk dikembangkan. Mulsa dari limbah
pengolahan nilam ini yang kemudian menjadi pupuk diharapkan dapat menurunkan tingkat
defisiensi bahan organik di dalam tanah. Limbah pengolahan nilam sebagai pengendali

organisme pengganggu tumbuhan diharapkan dapat menekan tingkat serangan hama


dipertanaman, sehingga dapat berfungsi sebagai pestisida nabati yang dapat menggantikan
pestisida sintetik.

Limbah nilam dimanfaatkan untuk meningkatkan peran mikroba dalam


tanah

Jamur mikoriza arbuskula (MA) merupakan salah satu mikroba yang mulai dimanfaatkan
pada budidaya nilam.MA merupakan jenis mikoriza dengan penyebaran luas dan mudah
berasosiasi dengan akar tanaman.Jamur ini dapat ditemukan pada hampir seluruh jenis tanah
di daerah tropik, termasuk juga daerah-daerah marginal.Salah satu keuntungan bagi tanaman
yang bersimbiose dengan mikoriza adalah peningkatan efisiensi serapan beberapa unsur hara
seperti P, K, Zn dan sulfat (Pearson dan Diem, 1982).

Limbah hasil penyulingan nilam juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan


untuk dijadikan bahan bakar (biomassa)

Limbah nilam dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa

Aroma yang kuat pada limbah nilam, daunnya dapat dimanfaatkan untuk dijadikan dupa.
Adapun cara pembuatan dupa tersebut yaitu caranya Daun limbah hasil proses penyulingan
dijemur hingga kering lalu digiling halus. Diberi sedikit binder (bahan perekat) dan kemudian
dicetak.
BAB III
KESIMPULAN
Nilam (Pogostemon cablin Benth.) adalah suatu semak tropis penghasil sejenis minyak atsiri
yang dinamakan sebagai minyak nilam. Nilam merupakan jenis tanaman semak yang bisa
mencapai satu meter. Sementara itu penyulingan merupakan suatu proses pemisahan
komponen yang berupa cairan atau padatan dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan
perbedaan titik uap masing masing zat tersebut. Proses ini dilakukan terhadap minyak atsiri
yang tidak larut dalam air. Minyak nilam yang dihasilkan dari penyulingan kemudian di uji
dengan menggunakan pengujian mutu minyak nilam yang berstandar SNI
Minyak nilam itu sendiri dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
1. Di rebus
2. Di kukus
3. Di uap

Karena sifat aromanya yang kuat, minyak ini banyak digunakan dalam industri parfum.
Sepertiga dari produk parfum dunia memakai minyak ini, termasuk lebih dari separuh parfum
untuk pria.

Limbah hasil prosesing minyak nilam banyak dijumpai di industri penyulingan minyak nilam.
Besarnya volume limbah nilam seringkali menjadi masalah bagi fihak industri pengolahan itu
sendiri maupun lingkungan. Berikut ini akan dijelaskan berbagai maca pemanfaatan limbah
penyulingan nilam. Antara lain :

Limbah nilam dimanfaatkan untuk meningkatkan peran mikroba dalam


tanah

Pengolahan limbah penyulingan nilam sebagai pengendali OPT

Pengolahan limbah penyulingan nilam sebagai kompos

Limbah hasil penyulingan nilam juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan


untuk dijadikan bahan bakar (biomassa)

Limbah nilam dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa

https://umyiffahcollection.wordpress.com/2014/10/30/makalah-pengolahan-hasilperkebunan-minyak-nilam/

https://nonakayuputih.wordpress.com/2014/09/

https://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/teknologi-pengolahan-atsiri/ferimanoi/

PERKEMBANGAN
TEKNOLOGI
PENGGUNAAN MINYAK NILAM
LIMBAHNYA

PENGOLAHAN
DAN
SERTA PEMANFAATAN

Oleh: Feri Manoi; Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik


ABSTRAK

Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri
yang penting, baik sebagai sumber devisa negara dan sumber pendapatan petani. Dalam
pengelolaannya melibatkan banyak pengrajin serta menyerap ribuan tenaga kerja. Teknologi
pengolahan minyak nilam ditingkat petani umumnya masih tradisional hal ini disebabkan
oleh faktor sosial ekonomi dan faktor terbatasnya teknologi yang diakses sehingga minyak
yang dihasilkan mutunya masih rendah. Pengeringan bahan baku nilam lebih baik tidak
langsung pada sinar matahari dan penyimpanan bahan tidak lebih dari 1 minggu karena akan
menurunkan produksi minyak nilam. Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan tiga

cara yaitu penyulingan dengan cara direbus, dikukus dan uap langsung. Minyak nilam dapat
digunakan dalam industri parfum, sabun dan kosmetika serta obat-obatan. Kemajuan industri
menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan minyak didalam maupun diluar negeri.
Ekspor minyak nilam Indonesia keluar negeri mencapai puncak pada tahun 1993, sebesar
2.835 ton dengan nilai devisa US$ 20.691.000. Besarnya penggunaan minyak nilam dalam
industri parfum, kosmetika dan sabun karena minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat
pengikat (fiksatif) dan tidak dapat digantikan dengan zat sintetis lainnya. Selain itu minyak
nilam juga dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati. Limbah dari hasil penyulingan
minyak nilam yang terdiri dari ampas daun dan batang mempunyai potensi dimanfaatkan
sebagai bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar, dan pupuk kompos serta sisa air dari
hasil penyulingan setelah dipekatkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk aroma
terapi. Dengan adanya diversifikasi pemanfaatan limbah pengolahan minyak nilam,
diharapkan akan dapat meningkatkan nilai ekonomi usahatani nilam. Kata kunci : Teknologi,
penggunaan, minyak nilam, pemanfaatan limbah
PENDAHULUAN
Nilam (Pogestemon cablin Benth) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri
yang penting, baik sebagai sumber devisa negara maupun sebagai sumber pendapatan petani.
Ekspor minyak nilam mencapai puncak tertinggi pada tahun 1993 dimana volume ekspor
mencapai 2.835 ton dan pemasukan devisa masingmasing sebesar US$ 20.691.000. Dalam 10
tahun terakhir laju peningkatan ekspor mencapai 6 % pertahun. Pada tahun 2004, volume
ekspor minyak nilam telah mencapai 2.074 ton dengan nilai sebesar US$ 27.137.000.
Indonesia merupakan produsen minyak nilam terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 90
%. Minyak nilam memiliki potensi strategis di pasar dunia sebagai bahan pengikat aroma
wangi pada parfum dan kosmetika (Ditjen Perkebunan, 2006). Prospek ekspor minyak nilam
dimasa datang masih cukup besar sejalan dengan semakin tingginya permintaan terhadap
parfum dan kosmetika, trend mode dan belum ber 45 kembangnya materi subsitusi minyak
nilam di dalam industri parfum maupun kosmetika.
Nilam berasal dari daerah tropis Asia Tenggara terutama Indonesia dan Philipina, serta India,
Amerika selatan dan China (Grieve, 2003). Di Indonesia, sentra produksi nilam di propinsi
Nanggroe Aceh Darusalam dan Sumatera Utara. Pada sentra tersebut melibatkan banyak
pengrajin serta menyerap ribuan tenaga kerja. Sebagai penghasil minyak nilam terbesar,
Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam memberikan kontribusi 70 % terhadap produksi nasional
(Anonimous, 2003).
Walaupun tanaman nilam telah dibudidayakan selama hampir 100 tahun, di daerah penghasil
utama (Aceh dan Sumatera Utara), namun sampai sekarang teknologi pengolahan hasilnya
masih tertinggal sehingga mutu minyak yang dihasilkan masih rendah. Hal ini disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain faktor sosial ekonomi petani dan faktor teknologi yang
diakses masih terbatas.

Minyak nilam merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang digunakan dalam industri
parfum, sabun dan kosmetika disamping itu juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan
pestisida nabati. Sedangkan limbah sisa dari hasil penyulingan yang jumlahnya berkisar 40
50 % dari bahan baku dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan dupa, obat nyamuk
bakar, dan pupuk tanaman atau mulsa. Selanjutnya air sisa hasil penyulingan minyak nilam
setelah dipekatkan masih dapat dimanfaatkan sebagai aroma terapi.
Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun, batang dan cabang tanaman nilam.
Kadar minyak tertinggi terdapat pada daun dengan kandungan utamanya adalah patchauoly
alkohol yang berkisar antara 30 50 %. Aromanya segar dan khas dan mempunyai daya
fiksasi yang kuat, sulit digantikan oleh bahan sintetis (Rusli, 1991). Negara-negara
pengimpor utama adalah Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jerman, Belanda, Jepang dan
Australia.
Saat ini harga minyak nilam Indonesia dipasaran dunia sangat berfluktuasi. Pada tahun 1986
1997, harga minyak nilam berkisar antara Rp. 20.500,- Rp. 40.000,-/kg sedangkan pada
tahun 1997 1999, pernah mencapai Rp. 1.100.000,- Rp. 1.400.000,- /kg dan pada tahun
2004 harga minyak nilam menjadi Rp.162.000,-/kg. Hal ini adalah karena produksi minyak
nilam Indonesia tidak stabil dan mutunya tidak tetap serta beragam. Tidak stabilnya produksi
dan mutu minyak nilam Indonesia disebabkan karena teknologi pengolahannya yang belum
berkembang dengan baik.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINYAK NILAM
Minyak nilam dihasilkan melalui proses penyulingan, sebelum proses penyulingan biasanya
dilakukan perlakuan pendahuluan terhadap bahan yang akan disuling. Perlakuan tersebut
dapat dengan beberapa cara yaitu dengan 46 pengecilan ukuran, pengeringan atau pelayuan
dan fermentasi (Ketaren, 1985). Proses tersebut perlu dilakukan karena minyak atsiri di
dalam tanaman dikelilingi oleh kelenjar minyak, pembuluh- pembuluh, kantong minyak atau
rambut gladular. Apabila bahan dibiarkan utuh, kecepatan pengeluaran minyak hanya
tergantung dari proses difusi yang berlangsung sangat lambat (Guenther, 1948).
Pengecilan ukuran bahan biasanya dilakukan dengan pemotongan atau perajangan. Perlakuan
ini bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga memudahkan
pengeluaran minyak dari bahan dan mengurangi sifat kamba bahan tersebut. Namun
demikian bahan berupa bunga seperti melati dan daun seperti kayu putih dapat langsung
disuling tanpa pengecilan bahan terlebih dahulu karena sifatnya bahannya lebih mudah
pengeluaran minyak dari jaringan (Ketaren, 1985).
Pelayuan dan pengeringan bertujuan untuk menguapkan sebagian air dalam bahan sehingga
penyulingan berlangsung lebih mudah dan lebih singkat. Selain itu juga untuk menguraikan
zat yang tidak berbau wangi menjadi berbau wangi (Ketaren, 1985). Menurut Tan (1962)
penyulingan daun segar tidak dapat dibenarkan karena rendemen minyak terlalu rendah. Hal
ini disebabkan karena sel-sel yang mengandung minyak sebagian terdapat dipermukaan dan

sebagian lagi dibagian dalam dari daun. Pada penyulingan daun segar hanya minyak yang
berasal dari permukaan saja yang dapat keluar. Dengan pelayuan atau pengeringan, dindingdinding sel akan terbuka sehingga lebih mudah ditembus uap.
Pengeringan biasanya langsung dibawah sinar matahari, walaupun cara pengeringan tidak
langsung lebih baik hasilnya. Penelitian Nurdjanah dan Mamun (1994) menyatakan bahwa
daun nilam yang tanpa dijemur atau dianginkan selama 2 minggu menghasilkan produksi
lebih tinggi yaitu 29,7 ml/2 kg bahan sedangkan dengan dijemur selama 4 jam di panas
matahari menghasilkan minyak nilam 27,0 ml/2 kg bahan. Lebih lanjut dikatakan minyak
nilam yang dihasilkan dari daun yang mengalami penjemuran mempunyai bilangan ester
yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mengalami penjemuran. Pengeringan
langsung dibawah sinar matahari juga menyebabkan sebagian minyak nilam akan turut
menguap, dan pengeringan yang terlalu cepat menyebabkan daun menjadi rapuh dan sulit
disuling. Sebaliknya bila penyulingan terlalu lambat daun akan menjadi lembab dan timbul
bau yang tidak disenangi akibat adanya kapang, sehingga mutu minyak yang dihasilkan akan
menurun. Pengeringan nilam dilakukan dengan dihamparkan diatas tikar dan dibalik dari
waktu ke waktu supaya keringnya merata dan terhindar dari proses fermentasi dan harus
dihindari penumpukan bahan dalam keadaan basah. Tergantung dari teriknya matahari dan
kelembaban udaranya, pengeringan membutuhkan waktu selama 3 5 hari. Tanda
pengeringan sudah cukup apabila sudah timbulnya bau nilam yang lebih keras dan khas bila
dibandingkan daun segar (Guenther, 1948).
Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai perlakuan sebelum penyulingan antara lain
untuk mendapatkan rendemen yang optimum dan mutu yang baik. Irfan (1989) melaporkan
bahwa pengering anginan daun nilam dengan menghamparkannya didalam ruang dengan
ketebalan 5 8 cm selama 3, 6, 9 dan 12 hari. Penyulingan miyaknya dilakukan dengan
menggunakan cara penyulingan rebus dan kukus dalam ketel 21 cm, ternyata dengan
pengering anginan menyebabkan terjadinya penurunan angka kadar minyak menjadi 31,41 %,
bilangan ester 9,6515 %, serta komponen golongan terpen dalam minyak nilam 59,67 %.
Sebaliknya bobot jenis menjadi 0,9629; indeks bias 1,5262 dan komponen berat yang polar
dalam minyak nilam meningkat dengan semakin lama pengering anginan. Selanjutnya terlihat
bahwa lama kering angin tidak berpengaruh terhadap rendemen, bilangan asam, putaran optik
dan kelarutan minyak dalam alkohol. Semakin banyak proporsi batang dari daun maka
semakin berkurang kadar minyak bahan dan rendemen minyak yang dihasilkan. Sebaliknya
bobot jenis, indeks bias, puturan optik kearah levo dan komponen berat yang polar dalam
minyak meningkat. Perlakuan perbandingan daun dengan batang tidak berpengaruh terhadap
bilangan asam dan bilangan ester minyak serta kelarutan minyak dalam alkohol.
Penelitian penyimpanan kering selama dua minggu telah dilakukan Nurdjanah dan Mamun
(1994), daun nilam sebagian dikering anginkan di ruang saja dan sebagian lagi dijemur.
Ternyata produksi minyak dari daun nilam kering pada 0 minggu ke 1 menaik, kemudian dari
minggu 1 sampai minggu ke 2 terjadi penurunan kembali. Untuk itu dianjurkan tidak
menyimpan daun nilam kering lebih dari 1 minggu. Setelah penyimpanan 1 minggu terjadi
penurunan produksi minyak 21,3 % (Tabel 1).

Pengolahan minyak nilam dilakukan dengan proses destilasi. Proses destilasi adalah suatu
proses perobahan minyak yang terikat di dalam jaringan parenchym cortex daun, batang dan
cabang tanaman nilam menjadi uap kemudian didinginkan sehingga berobah kembali menjadi
zat cair yaitu minyak nilam. Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan
menggunakan pipa pendingin yang model belalai gajah atau model bak diam. Pemilihan
sistim pipa pendingin ini tergantung di lokasi mana alat akan ditempatkan. Pada daerahdaerah yang airnya sulit atau permukaan air tanahnya rendah, maka model bak diam adalah
yang terbaik. Ketel alat suling yang banyak digunakan di tingkat petani adalah dari drum
bekas dan pipa pendinginnya dari besi yang dimasukkan kedalam bak atau saluran air. Hal ini
menyebabkan mutunya menjadi rendah karena minyak yang dihasilkan berwarna gelap dan
mengandung zat besi. Pada temperatur yang tinggi, besi dari drum berada dalam bentuk ion
akan terikut dengan uap dan terakumulasi dalam minyak.
Penggunaan peralatan penyulingan dari bahan stainless steel perlu diterapkan dan
disosialisasikan di tingkat petani, selain untuk meningkatkan kualitas minyak juga dapat
meningkatkan rendemen minyak (Anonimous, 2002).
Dewasa ini juga sudah dikembangkan pula modifikasi penyulingan dengan uap langsung
yang disebut penyulingan secara hidrodifusi (Meyer, 1984) Untuk mendapatkan mutu minyak
yang baik maka alat suling tersebut harus terbuat dari plat steinless steel. Adapun standar
mutu minyak nilam yang dianjurkan sesuai standar SNI dapat dilihat pada Tabel 2.

Pada penyulingan dengan cara direbus, bahan yang akan disuling kontak langsung dengan air
mendidih. Bahan tersebut mengapung di atas air atau terendam secara sempurna. Cara
penyulingan ini baik digunakan untuk bahan yang berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang
mudah menggumpal jika dikenai panas, tetapi kurang baik untuk bahan yang mengandung
fraksi sabun atau bahan yang larut dalam air. Penyulingan dengan cara dikukus, bahan
diletakkan di atas rak-rak atau saringan berlobang.
Ketel suling di isi air sampai permukaan air berada tidak jauh dari saringan. Ciri khas cara ini
adalah uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas dan bahan yang akan
disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas. Sedangkan penyulingan
dengan cara uap, prinsipnya hampir sama dengan penyulingan kukus, tetapi pada
penyulingan uap sumber panas terdapat pada ketel uap yang letaknya terpisah dari ketel
suling (Guenther, 1948).

Gambar 1. Diagram alir proses penyulingan minyak nilam

Untuk instalasi skala kecil penggunaan penyulingan cara direbus dan cara dikukus lebih
menguntungkan. Sedangkan untuk instalasi skala besar atau skala industri penerapan cara
penyulingan uap lebih menguntungkan (Ketaren, 1985). Penyulingan nilam dalam tangki
steinless steel dengan cara uap memberikan rendemen dan kadar patchouli alkohol yang
lebih tinggi dibandingkan cara rebus maupun kukus. Makin lama waktu penyulingan, makin
tinggi rendemen, bobot jenis, bilangan ester dan kadar patchouli alkohol dari minyak yang
dihasilkan. Minyak yang dihasilkan dengan cara ini memenuhi standar SNI. Diagram alir
proses penyulingan minyak nilam dapat dilihat pada Gambar 1.
Minyak nilam yang dihasilkan disimpan dalam wujud cairan, dikemas dalam drum bersih,
kering, keadaan baik, berat netto 200 kg dengan head space sebesar 5 10% dari isi drum.
Drum penyimpanan minyak nilam harus terbuat dari alumunium atau plat timah putih atau
plat besi yang berlapis timah putih, plat besi yang galvanis atau yang didalamnya dilapisi
dengan lapisan yang tahan minyak nilam. Untuk tujuan ekspor, pada bagian luar drum harus
diberi keterangan dengan cat yang tidak mudah luntur, yaitu nama barang, negara asal
produk, nama perusahaan, berat netto, berat bruto, negara tujuan dan keterangan yang
diperlukan.
Perkembangan teknologi pengolahan minyak nilam di negara-negara maju sudah demikian
pesatnya, namun Indonesia belum mampu mengikuti perkembangan tersebut. Pemacuan
industri minyak nilam sangat diperlukan. Disain peralatan yang memenuhi standar yang lebih
baik akan meningkatkan rendemen dan kualitas produk, meskipun harga peralatan relatif
lebih mahal, akan tetapi untuk jangka panjang akan lebih murah dan menguntungkan
(Harfizal, 2002).
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PENGGUNAAN MINYAK NILAM

Salah satu kendala yang dialami adalah masih terbatasnya sasaran ekspor minyak nilam
karena importir yang membeli minyak nilam Indonesia masih minim. Sejak munculnya
kompetitor baru seperti Philipina dan China, daya saing minyak nilam di pasaran
internasional menjadi lebih ketat. Padahal saat ini banyak sekali produk hilir minyak nilam
yang muncul baik sebagai bahan kosmetika, aroma terapi, parfum dan obat-obatan. Selama
dua dekade sejak tahun enam puluhan, sebagian besar produk minyak nilam diarahkan
sebagai zat pengikat (fiksatif) pada industri parfum. Komponen utama dalam minyak nilam
yang dipakai sebagai zat pengikat tersebut hanya pachouli alkohol.
Berdasarkan kenyataan ini, sudah saatnya Indonesia tidak lagi melakukan ekspor minyak
nilam mentah, tetapi harus dilakukan peningkatan nilai tambah dari produk minyak nilam
tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menyiapkan teknologi pengolahan
minyak nilam ditingkat ekportir, sehingga produk yang diekspor kepasaran internasional
adalah berupa komponen-komponen minor lainnya yang sesuai dengan perkembangan
industri saat ini. Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari daun, batang dan
cabang nilam dengan cara penyulingan.
Minyak yang dihasilkan terdiri dari komponen bertitik didih tinggi seperti patchouli alkohol,
patchoulen, kariofilen dan non patchoulenol yang berfungsi sebagai zat pengikat (fiksatif)
(Ketaren, 1985). Jenis minyak nilam bersifat fiksatif, oleh karena itu minyak nilam banyak
digunakan oleh industri parfum, sabun dan kosmetika atau obat-obatan bahkan juga sebagai
pestisida.
Industri parfum
Perkembangan industri parfum dalam negeri terus berkembang sehingga permintaan akan
minyak nilam cukup besar, dan ini akan terus berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi
khususnya dalam bidang gaya hidup (style).
Minyak nilam adalah minyak atsiri yang tergolong pada kelompok aroma akhir (end note)
dimana aromanya dapat bertahan lama, dan minyak nilam sendiri sebenarnya telah dapat
disebut sebagai parfum (Guenther, 1948).
Menurut Ketaren (1985) minyak nilam dapat berfungsi sebagai zat pengikat yang baik jadi
sangat penting sebagai bahan pembuatan parfum. Zat pengikat adalah suatu senyawa yang
mempunyai daya menguap lebih rendah atau titik uapnya lebih tinggi dari zat pewangi,
sehingga kecepatan penguapan zat pewangi dapat dikurangi atau dihambat. Penambahan zat
pengikat ini didalam parfum bertujuan untuk mengikat bau wangi dengan mencegah laju
penguapan zat pewangi yang terlalu cepat, sehingga bau wangi tidak cepat hilang. Komposisi
minyak nilam yang digunakan dalam suatu parfum dapat mencapai 50%.
Dalam industri parfum, minyak nilam tidak dapat digantikan oleh zat sintetik lainnya karena
sangat berperan dalam menetukan kekuatan, sifat dan ketahanan wangi. Hal ini disebabkan

oleh sifatnya yang dapat mengikat bau wangi dari bahan pewangi lain dan sekaligus dapat
membentuk bau yang harmonis dalam suatu campuran parfum (Guenther, 1948).
Industri sabun dan kosmetik
Industri sabun dan kosmetik dalam negeri juga berkembang dengan baik sehingga kebutuhan
akan minyak nilam sebagai bahan baku industri terus meningkat.
Fungsi minyak nilam dalam industri sabun dan kosmetik tidak berbeda dengan pada industri
parfum yaitu sebagai zat pengikat agar wewangian tidak cepat hilang pada saat pemakaian.
Banyaknya industri sabun dan kosmetik menggunakan minyak nilam sebagai pengikat karena
sampai saat ini minyak nilam masih yang terbaik sebagai pengikat bahan. Disamping itu juga
dapat bermanfaat sebagai antiseptik untuk mengobati gatal-gatal pada kulit.
Pestisida
Daun Tanaman nilam dapat digunakan sebagai bahan baku pestisida, Menurut Dummond
(1960) daun nilam digunakan sebagai insektisida terutama untuk mengusir ngengat kain
(Thysanura) karena didalam mengandung zat yang tidak disukai oleh serangga tersebut,
karena terdapat dalam komponen minyak nilam seperti pinen dan pinen. Dari hasil-hasil
penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa minyak nilam dapat digunakan sebagai
pengendali populasi serangga karena sifatnya sebagai bahan penolak dan penghambat
pertumbuhan serangga. Sebagai pengendali hama, minyak nilam mempunyai prospek yang
cukup baik untuk dikembangkan sebagai salah satu bahan baku insektisida nabati. Menurut
Mardiningsih, dkk (1998) ada beberapa keuntungan menggunakan insektisida nabati antara
lain tidak mencemari lingkungan, lebih bersifat spesifik dan hama tidak mudah menjadi
resisten.
Mardiningsih, dkk (1998) melaporkan bahwa minyak nilam dapat digunakan untuk
mengendalikan hama, baik hama gudang maupun hama tanaman. Minyak nilam mampu
mematikan populasi Stegobium paniceum, yang merupakan hama ketumbar selama
penyimpanan. Dengan mengoleskan sedikit minyak nilam disekitar dinding tempat
penyimpanan, populasi Stegobium paniceum dapat berkurang sebesar 25 42 % setelah
penyimpanan 9 hari.
Menurut Grainge dan Ahmed (1987) bagian akar, batang dan daun tanaman nilam dapat
membunuh ulat Crocidolomia binotalis dan Spodotera litura yang merupakan hama penting
pada tanaman, sedangkan daun dan pucuk nilam dapat membasmi semut (Formicida) dan
kecoa (Blattidae) didalam rumah.
Dari hasil penelitian Mardiningsih, dkk (1994) minyak nilam bersifat menolak beberapa jenis
serangga seperti ngengat kain (Thysanura lepismatidae), Sitophilus zeamais (kumbang
jagung), dan Carpophilus sp. (kumbang buah kering). Menurut Grainge dan Ahmed (1987)
minyak nilam juga bersifat menolak Aphid (kutu daun), nyamuk dan Pseudaletia unipuncta.

Pemanfaatan lainnya
Selain sebagai pengikat wangi pada parfum, kosmetika dan sabun serta sebagai pestisida
ternyata minyak nilam berkhasiat sebagai antibiotik dan anti radang karena dapat
menghambat pertumbuahan jamur dan mikroba. Dapat digunakan untuk deodoran, obat
batuk, asma, sakit kepala, sakit perut, bisul dan herpes. Minyak nilam merupakan minyak
eksotik yang dapat meningkatkan gairah dan semangat serta mepunyai sifat meningkatkan
sensualitas. Biasanya digunakan untuk mengharumkan kamar tidur untuk memberi efek
menenangkan dan membuat tidur lebih nyenyak (anti insomia).
Dalam hal psikoemosional, minyak nilam termasuk dalam aroma terapi yang belakangan ini
semakin populer sebagai salah satu aspek pengobatan alternatif, karena minyak nilam
mempunyai efek sedatif (menenangkan) dapat digunakan untuk menanggulangi gangguan
depresi, gelisah, tegang karena kelelahan, stres, kebingungan, lesu dan tidak bergairah serta
meredakan kemarahan.
PERKEMBANGAN TEKNOLOGI PEMANFAATAN LIMBAH
Limbah hasil prosesing minyak nilam banyak dijumpai diindustri penyulingan minyak nilam.
Besarnya volume limbah nilam seringkali menjadi masalah bagi pihak industri pengolahan
itu sendiri maupun lingkungan.
Dengan memanfaatkan limbah tersebut menjadi produk yang berguna merupa kan cara bijak
yang harus ditempuh untuk mengatasi masalah. Hasil samping dari penyulingan minyak
nilam adalah limbah yang terdiri dari ampas sisa daun dan batang, dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuat dupa, obat nyamuk bakar, pupuk kompos dan bahan bakar
penyulingan. Sedangkan air sisa penyulingan dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk
aromaterapi. Dengan dimanfaatkan limbah menjadi produk yang berguna juga akan
meningkatkan nilai ekonomi dan menambah pemasukan pada industri pengolahan minyak
nilam.
Dupa
Sisa dari hasil penyulingan minyak nilam masih dapat dimanfaatkan untuk bahan pembuat
dupa, karena mempunyai aroma yang khas/harum. Ampas tersebut dijemur kemudian digiling
dan siap digunakan sebagai bahan baku pembuat dupa berbentuk lidi (joss stick). Dalam
pemrosesannya bubuk halus ampas dicampur dengan bahan perekat (gum Arabic, dan
dentrose), tepung onggok, tepung tempurung, pewarna dan pewangi lainnya. Semua bahan
tersebut dicampur dibuat adonan dan selanjutnya dicetak berbentuk lidi.
Obat nyamuk bakar
Seperti diketahui bahwa minyak nilam selain mempunyai aroma yang khas juga bersifat
menolak serangga. Dewasa ini industri obat nyamuk bakar berkembang pesat di Indonesia
dan pemakaiannya mencapai seluruh pelosok ditanah air. Komponen yang terkandung dalam

formula obat nyamuk bakar antara lain adalah bahan pengisi (organic filler) dan bahan
pewangi.
Bahan pengisi yang biasa digunakan untuk obat nyamuk bakar antara lain serbuk tempurung
kelapa atau ampas tebu. Sedangkan pewangi yang biasa digunakan misalnya kenanga dan
bunga melati. Dengan menggunakan ampas dari penyulingan minyak nilam sebagai organic
filler, maka obat nyamuk bakar akan beraroma harum ketika digunakan. Sebagai bahan
pengisi, ampas nilam selain berbau harum juga bersifat menolak nyamuk ketika obat nyamuk
tersebut dibakar.
Penggunaan lainnya
Limbah nilam yang berupa daun-daunan dan batang dapat digunakan sebagai pupuk kompos
atau mulsa. Ampas nilam yang digunakan sebagai pupuk pada tanaman lada mampu
meningkatkan produksi lada. Hal ini disebabkan karena didalam limbah nilam masih terdapat
bahan aktif yang dapat bersifat menolak (repellent) serangga Lophobaris piperis yang
merupakan salah satu hama tanaman lada (Mardiningsih, dkk, 1998).
Penggunaan limbah nilam sebagai pupuk kompos dapat menghemat pemakaian pupuk
Nitrogen sebesar 10 % dan disamping itu juga dapat meningkatkan kesuburan tanah. Di
Bengkulu limbah nilam disamping digunakan sebagai pupuk di sawah, juga berfungsi sebagai
penolak hama wereng. Kompos limbah sisa hasil prosesing minyak nilam mempunyai
kandungan hara yang cukup tinggi dan potensial bagi sumber pupuk organik alternatif yang
bermutuh tinggi (Djazuli, 2002).
Ampas nilam juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk proses penyulingan,
sehingga bisa menghemat bahan bakar. Abu sisa dari pembakaran dapat digunakan sebagai
pupuk tanaman. Sedangkan sisa air bekas penyulingan nilam menghasilkan aroma cukup
wangi, ini dapat dipekatkan sehingga digunakan untuk aroma terapi. Perlakuan aromaterapi
dengan menggunakan sisa air bekas penyulingan telah banyak digunakan untuk menenangkan
jiwa.
KESIMPULAN
Penyulingan minyak nilam dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu penyulingan dengan direbus,
dikukus dan uap langsung, bahan baku nilam sebaiknya tidak dijemur dengan matahari
langsung karena akan menurunkan rendemen hasil. Prospek minyak nilam dimasa datang
masih cukup besar sejalan dengan semakin tingginya permintaan pasar luar dan dalam negeri.
Penggunaan minyak nilam terus meningkat sejalan dengan perkembangan industri parfum,
sabun dan kosmetik, pestisida dan industri lainnya yang menggunakan minyak nilam sebagai
bahan dasarnya. Pemanfaatan limbah berupa ampas dari penyulingan minyak nilam
berpotensi besar untuk bahan pembuatan dupa, obat nyamuk bakar, dan pupuk tanaman. serta
sisa air penyulingan sebagai bahan untuk aroma terapi.

https://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/teknologi-pengolahan-atsiri/ferimanoi/

https://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/atsiri-nilam/suryatmi-retno-dumadi/

Kajian Fraksinasi Minyak Nilam


Suryatmi Retno Dumadi
Pusat Teknologi Agroindustri, BPPT; e-mail : sur_dumadi@yahoo.co.id
(Disampaikan pada Konferensi Nasional Minyak Atsiri di Hotel Singgasana, Surabaya 2-4
Desember, 2008, Dit Industri Kimia dan Bahan Bangunan, Ditjen IKM, Depperin
Abstrak
Minyak nilam merupakan primadona dalam perdagangan minyak atsiri di Indonesia, yang
nilai jualnya ditentukan berdasarkan besarnya kadar patchouli alkohol. Komponen utama
minyak nilam adalah senyawa -pinene, -pinene, -patcholen, -guajen, -patchoulen,
bulnesen, norpatchoulenol, patchouli alkohol, pogostol, dll. Minyak nilam crude dengan
kadar patchouli alkohol 28,98% dipisahkan menggunakan alat rotavapor diperoleh 5 fraksi
minyak nilam dengan kadar patchouli alkohol dari 15,22%, 24,05%, 26,99%, 42,18% dan
54,83%
Kata Kunci : Patchouli alkohol, primadona, crude, fraksinasi, rotavapor, fraksi, komponen,
GC
1. Pendahuluan

Minyak nilam adalah minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman nilam (Pogostemon cablin
Benth) dengan cara penyulingan daunnya. Minyak nilam merupakan salah komoditasi ekspor
andalan minyak atsiri Indonesia. Sebagai komoditas ekspor, minyak nilam mempunyai
prospek yang baik karena dibutuhkan secara kontinyu dalam industri parfum, kosmetik,
sabun, farmasi dan lainnya.
Penggunaan minyak nilam dalam industri-industri ini disamping baunya yang khas juga
karena minyak nilam bersifat fiksatif. Sifat fiksatif ini disebabkan oleh komponen utamanya
patchouli alkohol (C15H26O) yang tergolong kedalam oxygenated terpen. Komponen utama
minyak nilam adalah senyawa -pinene, -pinene, - patcholen, -guajen, -patchoulen,
bulneswen, norpatchoulenol, patchouli alkohol, pogostol, dll.
Pada umumnya minyak yang berasal dari hasil penyulingan daun nilam mempunyai kadar
patchouli alkohol yang masih rendah yaitu dibawah 30 %. Kondisi ini menyebabkan
rendahnya harga minyak nilam dipasaran. Bahkan sering terjadi terjadi kecurangan dengan
cara menambah volume dengan bahan-bahan pemalsu. Untuk meningkatkan kadar komponen
utama minyak nilam ini dapat dilakukan dengan proses fraksinasi menggunakan rotavapor
dengan pengaturan suhu fraksinasi.
2. Tujuan
Kajian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik pemisahan minyak nilam dengan
metode fraksinasi menggunakan rotavapor, dan mengetahui pengaruh suhu fraksinasi
terhadap sifat fisiko kimia minyak nilam yang dihasilkan.
3. Metode Penelitian
3.1. Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan adalah minyak nilam dari UKM Nilam di Majenang Jawa Barat. Alatalat yang digunakan adalah rotavapor, tabung reaksi, erlenmeyer, neraca massa digital
Sartorius (ketelitian (0,001), polarimeter, densitometer, refraktometer, gelas ukur, pipet, labu
pemisah, GC, dan GC-MS.
3.2. Prosedure Penelitian
Tahap awal proses dimulai dengan pemisahan zat pengotor (lemak nabati) menggunakan
metoda fraksinasi dengan cara menguapkan minyak nilam menggunakan alat rotavapor pada
suhu 150oC hingga diperoleh minyak nilam bebas lemak nabati.
Minyak nilam bebas lemak ini selanjutnya dipisahkan destilat dari residu minyak secara
bertahap menggunakan empat suhu fraksinasi. Selanjutnya akan dihasilkan beberapa fraksi
dengan suhu awal 120oC, dilanjutkan dengan suhu 125oC, suhu 130oC dan suhu akhir proses
135oC, yang akan terkondensasi menjadi fraksi-fraksi minyak nilam yang berbeda-beda
tergantung pada suhu fraksinasinya.

Diagram alir proses kajian fraksinasi minyak nilam dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini.
Setelah proses fraksinasi dilanjutkan dengan analisa sifat fisiko kimia masing-masing fraksi
minyak nilam.yang diperoleh.
3.3. Metodologi
Ada 4 variabel perlakuan fraksinasi dalam penelitian ini yaitu suhu fraksinasi minyak nilam
120oC, 125oC, 130 oC dan 135 oC.

Gambar 1. Diagram alir proses fraksinasi minyak nilam


Penentuan kualitas dan keberhasilan proses fraksinasi dapat diketahui berdasarkan hasil
analisa sifat fisiko kimia yang terdiri atas putaran optik menggunakan polarimeter, bobot
jenis menggunakan densitometer, dan senyawa kimia minyak atsiri menggunakan GC dan
GC-Mass. Analisis hasil disajikan secara deskriptif.

4. Hasil dan Pembahasan


Standard mutu minyak nilam menurut SNI disajikan pada tabel 1 dan Karakteristik Minyak
Nilam Hasil Kajian pada tabel 2.

Patchouli alkohol (%) Dicantumkan sesuai hasil uji Bobot jenis dan putaran optik pada tabel
2 menunjukkan bahwa mutu minyak nilam yang digunakan sebagai bahan penelitian
memenuhi standar SNI.

Perlakuan menggunakan varisasi suhu fraksinasi 120oC, 125oC, 130 oC dan 135oC
memperlihatkan data bobot jenis, putaran optik, dan masing-masing senyawa kimia dominan
yang terdeteksi pada hasil analisa GC-MS dirangkum dalam tabel3

Adanya senyawa lemak nabati dalam minyak nilam crude, menyebabkan kadar Patcohouli
Alkohol (PA) dan Norpatchoulenol dalam minyak nilam refine (24%) dan (26,9%)
mengalami penurunan dibanding dalam minyak nilam crude (28.9%) dan (27,2%). Hal ini
dimungkinkan karena senyawa PA dan Norpatchoulenol merupakan golongan fraksi berat
sehingga dalam proses pemisahan lemaknya sebagian terikut dalam fraksi lemak nabati yang
terdapat dalam residu pada proses pemisahan minyak nilam pada suhu 150 oC.
Hal ini relatif tidak tertjadi penurunan pada ketiga senyawa lainnya, bahkan terjadi
peningkatan kadarnya selain karena senyawa Bulnesen, Alpha patchoulen dan lpha
guajen tergolong fraksi ringan disamping terjadinya pergeserean % ase karena menurunnya
kadar PA dan Norpatchoulenol. Penghilangan lemak nabati dalam minyak nilam crude juga
menyebabkan minyak nilam refine memiliki warna kuning kecoklatan lebih cerah dibanding
warna kuning coklat tua pada crude.
Fraksi 1, 2, 3 dan 4 juga semakin meningkat kadar Pa nya mulai 15,2%, 26,9%, 42,2% dan
54,8%. Sebaliknya semakin menurun kadar Norpatchoulenol mulai 29,3%, 27,1%, 25% dan
16,2%, kadar Bulnesen mulai 13,3%, 10,7%, 7,3% dan 5,2%, kadar Alpha patchoulen mulai
8,9%, 7,3%, 4,5% dan 2,9%, kadar lpha guajen mulai 24,9%, 19,2%, 11,9% dan 8%.
Ini menguatkan bahwa suhu fraksinasi rendah yaitu 120oC menghasilkan destilat (fraksi 1)
yang berisi lebih banyak senyawa-senyawa yang tergolong fraksi ringan yang mudah
menguap seperti Bulnesen, Alpha patchoulen, lpha guajen dan juga lebih banyak
senyawa fraksi tengah yaitu Norpatchoulenol. Pada peningkatan suhu fraksinasi mulai 120
oC, 125 oC, 130 oC dan 135 oC akan terlihat pola yang sama, yaitu terjadi peningkatan kadar
fraksi berat sebaliknya terjadi penurunan kadar fraksi ringan dan fraksi tengah seperti terlihat
dalam tabel 3.
Fraksi 1, 2, 3 dan 4 juga memperlihatkan semakin meningkatkan bobot jenisnya, mulai
0,9310, 0,948, 0,965 dan 0,982. Hal ini memperkuat data semakin meningkatnya fraksi berat
yang diperoleh dari terkondensasinya golongan senyawa-senyawa yang tergolong sebagai
fraksi berat seiring dengan peningkatan suhu fraksinasi. Disamping menurunnya fraksi ringan
seiring dengan peningkatan suhu fraksinasi.

5. Kesimpulan dan Saran


Variasi suhu fraksinasi 120oC, 125oC, 130oC dan 135oC dalam proses fraksinasi minyak
nilam memberikan hasil terjadi peningatan kadar senyawa PA dan menurunnya kadar
Norpatchoulenol, Bulnesen, Alpha patchoulen dan lpha guajen. Variasi suhu fraksinasi
120oC, 125oC, 130oC dan 135oC dalam proses fraksinasi minyak nilam memberikan hasil
terjadi peningkatan kadar senyawa fraksi berat, penurunan kadar senyawa fraksi tengah dan
penurunan kadar senyawa fraksi ringan.
Variasi suhu fraksinasi 120oC, 125oC, 130oC dan 135oC dalam proses fraksinasi minyak
nilam memberikan hasil terjadi peningkatan bobot jenis Disarankan untuk tujuan peningkatan
kadar senyawa PA sesuai permintaan pasar dan untuk tujuan pengambilan senyawa fraksi
ringan dapat dilakukan dengan proses fraksinasi.
https://minyakatsiriindonesia.wordpress.com/atsiri-nilam/suryatmi-retno-dumadi/

Anda mungkin juga menyukai