Jurnal Jessica
Jurnal Jessica
ABSTRAK
Arsitektur merupakan salah satu hasil dari kebudayaan, manusia
menciptakan berbagai bentuk, simbol,ukiran serta fasad / wajah
bangunan yang antara lain adalah untuk memenuhi kebutuhan akan
identitas. Pada Kota Pontianak terdapat hunian yang masih
mempertahankan corak ukiran Melayu pada fasad hunian, yang salah
satunya terdapat di Kelurahan Bansir Laut. Bangunan hunian tersebut
merupakan bangunan Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) dimana
bangunan
MABM
merupakan
bangunan
berarsitektur
Melayu
peninggalan kesultanan Melayu yang masih ada pada Kota Pontianak.
Terkait dengan berbagai ragam corak ukiran hiasan Melayu yang
terdapat pada komponen-komponen arsitektur bangunan hunian
Melayu, pada umumnya dibuat berdasarkan motif-motif yang bersumber
dari unsur flora (akar-akaran, tanaman, bunga-bungaan tunggal dan
bunga-bungaan rangkai). Corak ukiran Melayu jarang dibuat dengan
motif hewan ataupun manusia. Tetapi dengan masuknya pengaruh
kebudayaan Timur jauh dan negara-negara tetangga, serta motif-motif
yang diperoleh pengukir-pengukir Melayu dari perantauan, maka
muncullah ukiran-ukiran yang bermotifkan margasatwa, berupa gambar
naga, ikan, burung, atau fauna lain. Motif-motif ini sudah disesuaikan
dengan iklim, adat istiadat yang berlaku, dan syariat agama Islam.
Kata kunci: Corak Ukiran, Fasad, Bangunan Hunian
ABSTRACT
Architecture is one of the results of the culture, people create
various shapes, symbols, carving and facades / face buildings, among
others, is to meet the need for identity. The residential in the city of
Pontianak, still retains Malay carving patterns on the facade of the
house, one of it which are located in Bansir Laut sub-district. The
residential building is Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) which is an
Malay architecture building heritage from Malay sultanate heritage that
still exist in the city of Pontianak.
Associated with various shades of Malay ornate carvings found in
the components of the architecture of the Malay residential
building,pattern is generally made based from elements of flora (roots,
plants, single flowers and rope flowers). Malay carving pattern rarely
made with human or animal patterns. But with the influence of Far
Eastern culture and the neighboring countries, as well as the motives
obtained sculptor-engraver Malay from overseas, then comes carvings
motivated wildlife, in the form of a dragon, fish, birds, or other animals.
These patterns have been adapted to the climate, culture - prevailing
customs and religious laws of Islam.
Keywords: Carving Pattern, Facade, Residential Building
1. Pendahuluan
Volume 1 / Nomor 1 / Januari 2016
Hal 1
Sulur berarti pucuk ranting dari tumbuhan. Sementara kata bayung pula
diartikan sebagai dari ukiran dan jenis sayur atau tumbuhan seperti daun kacang
panjang. Dari definisinya sulur bayung berarti ukiran atau dekorasi yang
melingkar dan melilit pada sudut atap. Hiasan sayap layang-layang yang terletak
di keempat sudut atap itu kadangkala berbentuk motif ukiran dari keramik atau
semen. Bagi seni bina tradisional Bugis Makasar, elemen ini dipanggil anjung
balla yang bermaksud hiasan sudut atap yang turut mengambil inspirasi dari
sulur-sulur daun (Syakir dalam Rashid dan Amat, 2007). Ande-ande merupakan
papan hiasan yang berukir terletak di cucuran atap secara mendatar berfungsi
untuk menutup ujung kayu kasau.
3.
Metodologi
Bangunan Majelis Adat Budaya Melayu Kota Pontianak (MABM) berada di
Kota Pontianak ibukota Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia. Tepatnya berada
pada kecamatan Pontianak Selatan. Bangunan Majelis Adat Budaya Melayu Kota
Pontianak (MABM) dalam Kelurahan Bansir Laut. Secara geografis bangunan
Majelis Adat Budaya Melayu berdekatan dengan Sungai Kapuas yang memiliki
kaitan erat dengan sejarah Kota Pontianak.
Data yang telah diolah menjadi gambar tampak bangunan pada objek
penelitian kemudian dianalisis dengan mengidentifikasi fasad bangunan dengan
memperhatikan makna yang terdapat dari corak ukiran Melayu yang terdapat
pada fasad hunian pada bangunan Majelis Adat Budaya Melayu di Kelurahan
Bansir Laut. Penulis dapat mengetahui makna yang terkandung dalam corak
ukiran tersebut berdasarkan hasil dari studi literatur, wawancara dengan tokoh
masyarakat yang berkaitan dengan pendiri Majelis Adat Budaya Melayu serta
staf-staf sejarahwan yang terdapat pada Majelis Adat Budaya Melayu tingkat
provinsi. Data-data yang diperoleh baik secara wawancara, studi kasus dan
perbandingan studi literatur, untuk memperoleh suatu kesimpulan mengenai
karakteristik corak ukiran Melayu pada fasad hunian Melayu.
Gambar 8 : Kegiatan wawancara pada bangunan Majelis Adat Budaya Melayu Provinsi
Sumber : Foto dokumentasi penulis, 2015
Tabel 2: Corak ukiran Melayu yang dapat diaplikasikan pada fasad hunian Melayu
beserta makna yang terkandung dalam corak ukiran Melayu tersebut
Sumber : Analisis pribadi, 2015