Anda di halaman 1dari 2

Aqidah Islam dalam Pengembangan Iptek

Oleh Rivo Adikusuma 1506727513


Judul: Menjadi Cendekiawan Muslim
Pengarang: Dr. KH. Zakky Mubarak, MA
Data Publikasi: Magenta Bhakti Guna, 2015
Kata aqidah berasal dari salah satu kata dalam bahasa Arab yaitu aqad yang artinya adalah
ikatan. Berdasarkan ahli bahasa, pengertian aqidah adalah sesuatu yang diikat oleh hati dan
perasaan manusia atau yang dijadikan pegangan oleh manusia (Hamka, dalam Studi Islam)
sehingga pengertian aqidah ini dapat diibaratkan sebagai perjanjian yang tertanam jauh di dalam
hati manusia. Pengertian aqidah merupakan suatu bentuk pengakuan secara sadar mengenai
keyakinan, keimanan, dan kepercayaan bahwa ada suatu zat yang Esa dan Mahakuasa yang
hanya kepada-Nya lah bergantung segala sesuatu (Surah Al-Ikhlash:1-4). Aqidah Islam haruslah
diterapkan dalam kehidupan manusia, salah satunya adalah dalam perkembangan Iptek.
Aqidah Islam harus dijadikan basis utama dalam segala konsep dan penerapan Iptek. Paradigma
Islam inilah yang seharusnya dianut oleh umat Islam pada zaman ini. Tetapi, kini umat Islam
telah terjerumus ke dalam sikap pengekor budaya Barat dalam segala hal.
Hakikat

penyikapan Iptek dalam kehidupan sehari-hari yang islami adalah memanfaatkan

perkembangan Iptek untuk meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah
kepada Allah swt. Kebenaran Iptek menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya
Iptek itu sendiri. Iptek akan bermanfaat apabila mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan
menjauhkannya, dapat membantu umat merealisasikan tujuan-tujuannya (yang baik), dapat
memberikan pedoman bagi sesama, dapat menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam
sesuatu hal dapat dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti
luas.
Islam tidak menghambat kemajuan Iptek, tidak anti produk teknologi, tidak akan bertentangan
dengan teori-teori pemikiran modern yang teratur dan lurus, asalkan dengan analisa-analisa yang
teliti, obyekitf dan tidak bertentangan dengan dasar al-Quran.

Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis. (Q.S. al-Qalam, 68:1)
Manusia adalah makhluk yang paling mulia jika dibandingkan oleh makhluk-makhluk lain
karena manusialah yang memiliki ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, manusia yang paling mulia
adalah manusia yang memiliki banyak ilmu pengetahuan dan dapat mengamalkan ilmu tersebut
dengan sebaik-baiknya.

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan
jawabnya. (Al-Isra, 17:36)
Manusia dilarang untuk mengikuti atau mempercayai apa saja jika manusia tidak memiliki
pengetahuan tentang hal tersebut. Hikmah dari ayat ini adalah memberikan batasan-batasan
hukuman mengenai penggunaan ilmu pengetahuan karena banyak kerusakan yang disebabkan
oleh perbuatan manusia yang tanpa dasar.

DAFTAR PUSTAKA
Kaelany. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press, 2015.
Mubarak, Zakky. Menjadi Cendekiawan Muslim. Jakarta: Magenta Bhakti Guna, 2015.

Anda mungkin juga menyukai