Anda di halaman 1dari 36

I.

TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari struktur sel-sel dan jaringan-jaringan yang menyusun sistem
saraf.
2. Mempelajari lokasi dan fungsi saraf-saraf kranial.
3. Mengamati anatomi tulang belakang dan saraf-sarafnya, serta mengenal
beberapa refleks pada manusia.
4. Mempelajari struktur dan fungsi-fungsi sisitem saraf otonom.
II. PRINSIP PERCOBAAN
1. Berdasarkan topografi dan fungsi fisiologis dari masing-masing saraf di otak
katak.
2. Berdasarkan topografi dan fungsi fisiologis dari masing-masing saraf di
sumsum tulang belakang katak.
3. Berdasarkan anatomi dan fungsi fisiologis dari sistem saraf otonom pada katak.
4. Berdasarkan pada refleks (deep reflex, supervical reflex, dan visceral reflex)
yang terjadi pada manusia.
III. TEORI DASAR
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas
menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh.
Pada manusia terdapat sistem saraf yang jauh lebih berkembang dari pada sistem
saraf mahluk lain ( khususnya otak ). Sistem saraf berfungsi menerima rangsang
( stimulus ) dari lingkungan atau rangsang yang terjadi di dalam tubuh, mengubah,
menghantar dan mengolah rangsang serta mengkoordinasi dan mengatur fungsi tubuh
melalui impuls-impuls yang di bebaskan dari pusat ke perifer.
Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Untuk
menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf,
yaitu:
1. Reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh
kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera.

2. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari
berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat selsel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
3. Efektor adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan
oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah
otot dan kelenjar.
Sistem saraf terdiri atas sel-sel saraf yang disebut neuron. Neuron bergabung
membentuk suatu jaringan untuk mengantarkan impuls (rangsangan). Satu sel saraf
tersusun dari badan sel, dendrit, dan akson.
1. Badan sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Badan sel
berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.
Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan
golgi, lisosom, dan badan nisel. Badan nisel merupakan kumpulan retikulum
endoplasma tempat transportasi sintesis protein.
2. Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabang- cabang. Dendrit
merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit berfungsi untuk menerima dan
mengantarkan rangsangan ke badan sel
3. Akson
Akson disebut neurit. Neurit adalah serabut sel saraf panjang yang
merupakan perjuluran sitoplasma badan sel. Di dalam neurit terdapat benangbenang halus yang disebut neurofibril. Neurofibril dibungkus oleh beberapa lapis
selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak dan berfungsi untuk
mempercepat jalannya rangsangan. Selaput mielin tersebut dibungkus oleh selsel sachwann yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan
makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit. Lapisan mielin
sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan. Bagian
neurit ada yang tidak dibungkus oleh lapisan mielin. Bagian ini disebut dengan
nodus ranvier dan berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.

Ada tiga macam sel saraf yang dikelompokkan berdasarkan struktur dan fungsinya,
yaitu:
a.

Sel saraf sensorik, adalah sel saraf yang berfungsi menerima rangsangan dari
reseptor yaitu alat indera.

b.

Sel saraf motorik, adalah sel saraf yang berfungsi mengantarkan rangsangan ke
efektor yaitu otot dan kelenjar. Rangsangan yang diantarkan berasal atau diterima
dari otak dan sumsum tulang belakang.

c.

Sel saraf penghubung, adalah sel saraf yang berfungsi menghubungkan

sel

saraf satu dengan sel saraf lainnya. Sel saraf ini banyak ditemukan di otak dan
sumsum tulang belakang. Sel saraf yang dihubungkan adalah sel saraf sensorik
dan sel saraf motorik.
d.

Saraf yang satu dengan saraf lainnya saling berhubungan. Hubungan antara saraf
tersebut disebut sinapsis. Sinapsis ini terletak antara

dendrit

Bentuk sinapsis seperti benjolan dengan kantung-kantung


kimia seperti asetilkolin (Ach) dan enzim

dan
yang

neurit.

berisi

zat

kolinesterase. Zat zat tersebut

berperan dalam mentransfer implus pada sinapsis.


Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh reseptor dari
lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron. Impuls dapat juga dikatakan sebagai
serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Contoh rangsangan adalah
sebagai berikut:
1.

Perubahan dari dingin menjadi panas

2.

Perubahan dari tidak ada tekanan pada kulit menjadi ada tekanan

3.

Berbagai macam aroma yang tercium oleh hidung

4.

Suatu benda yang menarik perhatian.

5.

Suara bising

6.

Rasa asam, manis, asin dan pahit pada makanan


Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan

menyebabkan terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut


adalah sebagai berikut:

1.

Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau

disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang
panjang. Bagannya adalah sebagai berikut:
2.

Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang

menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak
melewati otak. Gerak refleks berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara
otomatis terhadap rangsangan, tanpa memerlukan kontrol dari otak. Jadi dapat di
katakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih
dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk. Refleks adalah
gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon segera setelah adanya
rangsang. Pada manusia gerak refleks terjadi melalui refleks arc. Gerak refleks dapat
digunakan pada pemeriksaan neurologis untuk mengetahui kerusakan atau
pemfungsian dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Gerak refleks dapat dilatih
misalnya pengulangan dari gerakan motorik pada latihan olah raga atau pengaitan
dari rangsang oleh reaksi otomatis selama pengkondisian klasikal. Refleks-refleks
yang penting bagi neurologi klinis dapat di bagi menjadi 3 kelompok
1. Refleks superfisial (kulit dan lendir)
a. Refleks Plantar
b. Refleks Abdominal
c. Refleks Kornea
d. Refleks Faringeal
e. Refleks Kulit
f. Refleks Pilomotor
2. Refleks dalam
a. Refleks Knee-Jark
b. Refleks Pateral
c. Refleks Babinski
d. Refleks Achilles

e. Refleks bisep
f. Refleks trisep
3. Refleks viseral (organik)
a. Refleks foto-pupil
b. Refleks konsesual terhadap cahaya
c. Refleks akomodasi
d. Refleks siliospinal
e. Refleks sfinger kardiak
Refleks juga dapat di klasifikasikan menurut tingkat dari refresentasi sentralnya
yaitiu sabagai refleks spinal, bulbar (refleks postural dan penegakan), otak tangah
atau cerebellum.
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan
sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
3.1. Sistem saraf pusat
3.1.1. Otak
Otak merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur
dari segala kegiatan manusia. Otak terletak di dalam rongga tengkorak,
beratnya lebih kurang 1/50 dari berat badan. Bagian utama otak adalah otak
besar (Cerebrum), otak kecil (Cerebellum), dan batang otak. Otak besar
merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang disadari. Otak besar dibagi
menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan belahan kiri.
Masing-masing belahan pada otak tersebut disebut hemister. Otak besar
belahan kanan mengatur dan mengendalikan kegiatan tubuh sebelah kiri,
sedangkan otak belahan kiri mengatur dan mengendalikan bagian tubuh sebelah
kanan.
Otak kecil terletak di bagian belakang otak besar, tepatnya di bawah otak
besar. Otak kecil terdiri atas dua lapisan, yaitu lapisan luar berwarna kelabu dan
lapisan dalam berwarna putih. Otak kecil dibagi menjadi dua bagian, yaitu
belahan kiri dan belahan kanan yang dihubungkan oleh jembatan varol. Otak

kecil berfungsi sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan mengkoordinasikan


kerja otot ketika seseorang akan melakukan kegiatan.
Batang otak tersusun dari medula oblangata, pons, dan otak tengah. Batang
otak terletak di depan otak kecil, di bawah otak besar, dan menjadi penghubung
antara otak besar dan otak kecil. Batang otak disebut dengan sumsum lanjutan
atau sumsum penghubung. Batang otak terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan
dalam dan luar berwarna kelabu karena banyak mengandung neuron. Lapisan
luar berwarna putih, berisi neurit dan dendrit. Fungsi dari batang otak adalah
mengatur refleks fisiologis, seperti kecepatan napas, denyut jantung, suhu
tubuh, tekanan, darah, dan kegiatan lain yang tidak disadari.
3.1.2. Sumsum tulang belakang
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang
belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang
yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis, yaitu lapisan
luar berwana putih dan lapisan dalam berwarna kelabu. Lapisan luar
mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan saraf.
Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik,
dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak
dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak refleks.
3.2.

Sistem Saraf Tepi


Sistem saraf tepi tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke
sistem saraf pusat. Kerjasama antara sistem pusat dan sistem saraf tepi membentuk
perubahan cepat dalam tubuh untuk merespon rangsangan dari lingkunganmu. Sistem
saraf ini dibedakan menjadi sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom.
3.2.1 Sistem saraf somatis
Sistem saraf somatis terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang
saraf sumsum tulang belakang. Kedua belas pasang saraf otak akan menuju
ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, telinga, dan kulit. Saraf sumsum
tulang belakang keluar melalui sela-sela ruas tulang belakang dan

berhubungan dengan bagian-bagian tubuh, antara lain kaki, tangan, dan


otot lurik.
Saraf-saraf dari sistem somatis menghantarkan informasi antara kulit,
sistem saraf pusat, dan otot-otot rangka. Proses ini dipengaruhi saraf sadar,
berarti kamu dapat memutuskan untuk menggerakkan atau tidak
menggerakkan bagian-bagian tubuh di bawah pengaruh sistem ini. Contoh
dari sistem saraf somatis adalah sebagai berikut:
1.

Ketika kita mendengar bel rumah berbunyi, isyarat dari telinga akan
sampai ke otak.Otak menterjemahkan pesan tersebut dan mengirimkan
isyarat ke kaki untuk berjalan mendekati pintu dan mengisyaratkan ke
tangan untuk membukakan pintu.

2.

Ketika kita merasakan udara di sekitar kita panas, kulit akan


menyampaikan informasi tersebut ke otak. Kemudian otak
mengisyaratkan

3.

pada tangan untuk menghidupkan kipas angin.

Ketika kita melihat kamar berantakan, mata akan menyampaikan


informasi

tersebut ke otak, otak akan menterjemahkan informasi

tersebut dan

mengisyaratkan tangan dan kaki untuk bergerak

membersihkan kamar.
3.2.2 Sistem saraf otonom
Otonom Sistem saraf mengatur kerja jaringan dan organ tubuh yang
tidak disadari atau yang tidak dipengaruhi oleh kehendak kita. Jaringan dan
organ tubuh diatur oleh sistem saraf otonom adalah pembuluh darah dan
jantung. Sistem saraf otonom terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem
saraf parasimpatik.
Sistem saraf simpatik disebut juga sistem saraf torakolumbar, karena
saraf preganglion keluar dari tulang belakang toraks ke-1 sampai dengan
ke-12. Sistem saraf ini berupa 25 pasang ganglion atau simpul saraf yang
terdapat di sumsum tulang belakang. Fungsi dari sistem saraf simpatik
adalah sebagai berikut:
a. Mempercepat denyut jantung

b. Memperlebar pembuluh darah


c. Memperlebar bronkus
d. Mempertinggi tekanan darah
e. Memperlambat gerak peristaltis
f. Memperlebar pupil
g. Menghambat sekresi empedu
h. Menurunkan sekresi ludah
i. Meningkatkan sekresi adrenalin
Sistem saraf parasimpatik disebut juga dengan sistem saraf
kraniosakral, karena saraf preganglion keluar dari daerah otak dan daerah
sakral. Susunan saraf parasimpatik berupa jaring - jaring yang berhubungan
dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. Urat sarafnya menuju ke
organ tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf simpatik.
Sistem saraf parasimpatik memiliki fungsi yang berkebalikan dengan
fungsi sistem saraf simpatik. Contohnya:
a. Memperlambat denyut jantung
b. Memperkecil pembuluh darah
c. Memperkecil bronkus
d. Memperendah tekanan darah
e. Mempercepat gerak peristaltis
f. Memperkecil pupil
g. Menstimulasi sekresi empedu
h. Menaikkan sekresi ludah
i. Menurunkan sekresi adrenalin
Katak merupakan hewan yang memiliki susunan saraf katak lebih sederhana
dibandingkan dengan mamalia, tetapi prinsip-prinsip dasar susunan saraf pusat dapat
dipelajari dengan menggunakan katak. Seperti halnya pada hewan berderajat tinggi,
susunan saraf pusat katak dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu prosensepalon,
mesensefalon, rombesefalon, dan medulla spinalis. Lebih lanjut prosensefalon dapat
dibagi lagi menjadi dua, yaitu telensefalon dan diensefalon. Telensefalon setelah

masa embriona akan berubah menjadi serebrum. Daerah serebrum merubah pangkal
dari saraf otak I (nervus olfaktorius) dan saraf otot II (nervus optikus). Bagian kulit
serebrum (kortek serebri) terdiri atas berpuluh-puluh area dengan fungsi yang
berbeda-beda, antara lain sebagai pusat sensorik, pusat motorik, pusat asosiasi, pusat
kesadaran, pusat penerimaan ransang penglihatan, pusat pengaturan tingkah laku dan
pada hewan yang berderajat lebih tinggi, juga merupakan pusat reflek bersyarat.
Bagian otak lain berkembang menjadi serebellum, medula oblongata dan
medula spinalis. Serebellum merupakan otak pengendali keseimbangan tubuh serta
gerakan tubuh. Medulla oblongata mengatur pusat saraf otonom berupa kendali
pernafasan, mengatur sistem kardiovaskular, fungsi gastrointerstinal, mengatur
gerakan tubuh yang stereotipi, keseimbnagan dan gerakan mata, serta medulla
spinalis yang terletak memanjang disepanjang tulang belakang memegang kendali
refleks tubuh.
Pada dasarnya, sistem-sistem organisme bekerja secara selaras dan teratur
dalam menyelenggarakan aktivitas metabolisme tubuh secara keseluruhan. Untuk
mengontrol dan mengatur kerja sistem organ tubuh kita memiliki suatu sistem yang
dikenal sebagai sistem koordinasi atau sistem saraf.
Katak normal memiliki keseimbangan tubuh yang baik, gerak spontan, respon
berenang dan mengambangnya sangat baik. Sikap badan katak normal sekitar 60o
sudut tubuhnya. Frekuensi nafas katak normal dari hasil berkisar 88 sampai 150
kali/menit. Secara keseluruhan katak normal ditinjau dari responnya terhadap
rangsangan luar sangat bagus. Pusat pengaturan frekuensi nafas terletak di medula
oblongata (Guyton, 1995) dibuktikan dengan frekuensi nafas katak yang masih stabil.
Sedangkan gerak spontan diatur oleh medulla spinalis.
Pada katak normal yang telah di berikan beberapa perlakuan. Katak dapat
merespon dengan baik. Hal ini dikarenakan katak memiliki sistem saraf yang mana
saraf-saraf tersebut dapat menghantarkan stimulus keotak hingga menimbulkan
respon. Respon akan ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada
antara permukaan luar dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat
dirangsang (excitable) dan dapat diganggu (Irritable). Neuron ini segera bereaksi
tehadap stimulus , dan dimodifikasi potensial listrk dapat terbatas pada tempat yang

menerima stimulus atau dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh membran.
Penyebaran ini disebut potensial aksi atau impuls saraf, mampu melintasi jarak yang
jauh impuls saraf menerima informasi keneuron lain, baik otot maupun kelenjar.
(Junqueira,carlos.1995:157)
Katak desereberasi yaitu katak yang telah dihilangkan serebrumnya, keadaan
ini menyebabkan kemampuan dari katak berkurang (Anonim, 2010). Katak
deserebrasi masih memiliki tingkat kesadaran yang baik dan menurun kesadarannya
ketika sereberumnya dirusak. Kesadaran sudah hilang pada katak spinalis. Menurut
(Thomas, 200 ). Gerakan spontan kurang baik pada katak deserebrasi dan menghilang
pada pengrusakan serebellum dan katak spinalis. Menurut Anonim (2010),
diencephalon berfungsi untuk menyambungsensori ke kortex, berperan dalam saraf
otonom dan sekresi hormon dari pituitary gland. Katak spinal adalah katak yang
hanya memiliki medula oblongata. Hal ini berhubungan dengan sistem respirasi,
ritmis jantung dan aliran darah. Gerak spontan pada katak spinal semakin lambat, dan
hilangnya keseimbangan badan dan kemampuan berenang pada katak (Anonim,
2010). Pada katak yang diperlakuan dengan merusak sistem saraf otaknya, maka
respon yang dihasilkan tetap ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal ini
dikarenakan sistem saraf pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat
penusukan dengan kawat atau jarum pada saat praktikum. Untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan, diperlukan satu mikroelektroda yang dapat ditusukkan kedalam
akson tanpa menimbulkan kerusakan pada akson tersebut (Kartolo, wulangi. S.1993:
208-212)
Faktor-faktor lain yang mempengaruhi refleks spinal antara lain (Anonim, 2011):
1. Ada tidaknya rangsangan atau stimulus
2. Rangsangan dari luar contohnya adalah derivat dari temperatur,
kelembaban, sinar, tekanan, zat-zat dan sebagainya. Rangsangan dari
dalam yaitu dari makanan, oksigen, air dan lainnya. Beberapa rangsangan
langsung bereaksi pada sel atau jaringan tetapi kebanyakan hewan-hewan
mempunyai kepekaan yang spesial. Somato sensori pada reflek spinal
dimasukkan dalam urat spinal sampai bagian dorsal. Sensori yang masuk
dari kumpulan reseptor yang berbeda memberikan pengaruh hubungan

pada urat spinal sehingga terjadi reflek spinal (Richard dan Gordan,
3.

1989).
Berfungsinya

sumsum

tulang

belakangSumsum

tulang

belakang

mempunyai dua fungsi penting yaitu untuk mengatur impuls dari dan ke
otak dan sebagai pusat reflek, dengan adanya sumsum tulang belakang
pasangan saraf spinal dan kranial menghubungkan tiap reseptor dan
effektor dalam tubuh sampai terjadi respon. Apabila sumsum tulang
belakang telah rusak total maka tidak ada lagi efektor yang menunjukkan
respon terhadap stimulus atau rangsang (Ville et al., 1988).
Pada perusakan seluruh tulang belakang menunjukan respon penarikan kaki
belakang, sedangkan untuk gerakan membalikan tubuh, penarikan kaki depan dan
pencelupan H2SO4 menunjukan respon yang negatif. Hal ini menunjukan bahwa
saraf-saraf yang berhubungan dengan saraf spinalis rusak semuanya sehingga tidak
ada stimulus yang dapat direspon oleh katak.
Menurut Pearce (1989), perusakan pada sumsum tulang belakang ternyata
juga merusak tali-tali spinal sebagai jalur-jalur saraf. Tali-tali spinal terdiri dari saraf
sensori dan motori, oleh karena itu bila saraf tersebut rusak maka respon terhadap
stimulus tidak akan terjadi.
Menurut Trueb dan Duellman (1986), menyatakan bahwa perusakan dari
sumsum tulang belakang tidak merusak semua sistem saraf yang menyebabkan reflek
spinal, jadi masih ada respon positifnya, demikian juga untuk perusakan dan
sumsum tulang belakang. Semakin lebar kerusakan sumsum tulang belakang,
responnya akan semakin melemah.
Menurut Idel, antoni (2000) Katak dewasa bernapas dengan menggunakan
tiga organ pernapasan, yaitu permukaan kulit tubuhnya, permukaan rongga mulut dan
paru-paru. Itulah sebabnya mengapa pada saat asam cuka diletakkan pada bagian
paha dalam, katak tidak memeberikan respon, karena pada kulit di bagian dalam paha
tibak termasuk organ pernapasannya.
Katak bernapas dengan bantuan kulitnya, sehingga asam cuka yang dilekatkan
pada kulit katak menghambat pemerolehan oksigen untuk pernapasan (Anonim,

2010). Reseptor menerima rangsang yang berupa rangsang mekanis (pijatan) lalu
diubah menjadi potensial aksi, sehingga timbul respon. Demikian juga refleks kaki
ketika dimasukan ke dalam asam sulfat. Refleks pada eksterimitas dipengaruhi oleh
sumsum tulang belakang dan bukan dari otak.
Menurut Ville et al. (1988), sejumlah refleks melibatkan hubungan antara
banyak interneuron dalam sum-sum tulang belakang. Sumsum tulang belakang tidak
hanya berfungsi dalam menyalurkan impuls dari dan ke otak tetapi juga berperan
penting dalam memadukan gerak refleks. Rangsangan Kimia-Asetilkolin, zat-zat
kimia tertentu dapat merangsang serabut saraf dengan meningkatkan permeabilitas
membran. Zat kimia seperti ini dapat berupa asam, basa hampir semua larutan garam
dengan konsentrasi tinggi dan yang penting adalah senyawa asetilkolin. Banyak
serabut saraf yang bila dirangsang akan mengekresi asetilkolin pada ujungnya tempat
mereka bersinap dengan neuron lain atau tempat mereka berakhir pada serabut otot.
Kemudian asetilkolin merangsang serabut otot berikutnya dengan membuka pori
dalam membran inti dengan diameter 0,6-0,7 nano meter, yang cukup besar bagi
Natrium untuk melewati dengan mudah (Anonim, 2010).
Rangsangan Mekanis, menghancurkan, menjepit atau menusuk suatu serabut
saraf dapat menyebabkan gelombang masuk natrium yang mendadak dan karena
alasan yang jelas dapat membangkitkna potensial aksi. Bahkan tekanan ringan pada
beberapa ujung saraf khusus dapat merangsang kejadian ini (Anonim, 2011).
IV. ALAT DAN BAHAN
Alat yang digunakan :
a. Jarum bedah
b. Pinset
c. Pisau bedah
d. Lampu senter
e. Benang pengikat
f. Papan bedah
g. Gunting bedah
h. Apikator
i. Statif dan klem
j. Aquarium atau bejana transparan
k. Prekusor
l. Batang pengaduk
m. Alat pengukur pupil

n.
o.
p.
q.
r.

Kapas
Stopwatch
Stetoskop
Gelas
Air masak

Bahanyang digunakan :
a. 2 ekor katak hidup
b. Asam asetat
V. PROSEDUR PERCOBAAN
5.1 Anatomi
Struktur sel-sel dan jaringan-jaringan yang menyusun sistem saraf diamati dan
ditunjukkan organisasi, struktur, dan jenis sel sarafnya.
5.2 Fisiologi
Pertama-tama katak sehat diambil dan diletakkan di dalam bejana/ aquarium,
kemudian aktifitas spontannya seperti pernafasan, gerak lompat, posisi kepala, dan
gerak buka tutup matanya diamati, lalu kesetimbangan katak pada berbagai
kemiringan bejana dicatat, kemudian katak diletakkan terlentang dan diamati
bagaimana ia membalikkan tubuhnya, setelah itu katak tersebut digantung pada statif
dengan mengikat kedua kaki depannya,

dijepit sebuah jarinya dengan pinset

kemudian diamati reflek penarikan pada kaki katak. Aquarium atau bejana diisi
dengan air hingga setengah penuh, kemudian katak diletakkan di dalamnya lalu
digerakkan pada waktu berenang diamati. Setelah selesai seluruh pengamatannya,
otak katak dirusakkan dengan cara melewatkan jarum melalui foramen magnum ke
dalam otak dan jarum digerakkan ke kanan dan ke kiri.

Lakukan pengamatan

aktifitas spontannya sekali lagi setelah otak katak tersebut dirusak, kemudian
perbedaannya diamati kembali. Kini dada dan paha katak dibasahi dengan asam
asetat 2% dan diperhatikan apakah katak tersebut berusaha menghilangkan asam
tersebut dengan badannya atau tidak. Lalu asam yang tertinggal dibersihkan,
selanjutnya jarum dimasukkan ke saluran vertebra mulai dari tengkuknya. Dengan
cara ini seluruh sistem saraf hewan dirusak. Kemudian dilakukan pengamatan
aktifitas spontannya sekali lagi setelah saluran vertebranya dirusak. Selanjutnya,
katak sehat yang lain diambil dan dibungkus dengan sehelai kain sehingga bagian

kepalanya tetap bebas. Rahang atas dan kraniumnya digunting tepat dibelakang mata
(rahang bawah tidak ikut digunting) kemudian lakukan pengamatan aktifitas
spontannya sekali lagi setelah rahang atas dan kraniumnya digunting. Lalu respon
katak dicatat dalam table dan dibahas sesuai dengan hasil yang diperoleh.
5.3 Deep Reflex
5.3.1 Refleks Knee-Jerk
Pertama-tama duduk di atas sebuah meja, dengan kedua kaki tergantung
bebas dan kedua mata tertutup. Seorang teman memukul ligament tempurung
lutut saudara dengan perkusor beberapa kali.

Kemudian respon yang telah

diamati dicatat dan tentukan kekuatan respon refleks tersebut.


5.3.2 Refleks Patelar
Lakukan percobaan yang dilakukan pada refleks knee-jerk dengan
menggenggam kuat kepalan tangan ke belakang tubuh, kemudian catat dan
tentukan respon yang telah diamati. Selanjutnya, lakukan percobaan tersebut
sekali lagi kemudian hitung suatu hitungan matematika dan catat kembali
kekuatan respon yang telah diamati.
5.3.3 Refleks babinski
Benda tumpul digerakkan sepanjang bagian tengah telapak kaki, kemudian
catat respon yang telah diamati. Refleks babinski positif apabila terjadi refleksi
ke atas dari ibu jari.
5.3.4 Refleks achilles
Pertama-tama berdiri di sisi kursi, tempatkan salah satu lutut ke atas kursi
dengan paha terletak vertikal dan kaki bagian bawah horizontal, lalu seorang
teman memukul urat Achilles kaki tersebut dengan perkusor. Kemudian catat
respon yang telah diamati.
5.3.5 Refleks biceps
Lengan bawah diletakkan di atas meja sehingga membentuk sudut 90
terhadap lengan atas, lalu urat biceps tersebut dipukul dengan perkusor.
Kemudian catat respon yang telah diamati.
5.3.6 Refleks triceps
Lengan ditempatkan horizontal terhadap dada, lalu urat triceps dipukul
dengan perkusor. Kemudian catat respon yang telah diamati.
5.4 Supervicial Refleks
5.4.1 Refleks plantar

Benda tajam digerakkan sepanjang telapak kaki. Kemudian catat


respon yang telah diamati.
5.4.2 Refleks abdominal
Bagian abdomen dipukul dengan kuku ibu jari atau kunci tepat di
bawah tulang dada dengan cepat. Kemudian catat respon yang telah
diamati.
5.4.3 Refleks kornea
Kornea mata disentuh dengan kapas atau benda tumpul. Kemudian
catat respon yang telah diamati.
5.4.4 Refleks faringeal
Uvula dan fauces disentuh dengan sebuah batang pengaduk yang
besih, kemudian catat respon yang telah diamati.
5.4.5 Refleks kulit
Sebuah benda tumpul digerakkan di atas permukaan kulit, kemudian
amati perubahan warna kulitnya.
5.4.6 Refleks pilomotor
Kulit dibelai dengan lembut, kemudian catat respon yang telah
diamati.
5.5 Visceral refleks
5.5.1 Refleks siliospinal
Kulit tengkuk dipijat, kemudian ukuran pupil mata diamati selama
kulit tengkuk itu dipijat.
5.5.2 Refleks sfingter kardiak
Seteguk air ditelan lalu stetoskop ditempatkan di bawah xiphisternum.
Kemudian tentukan waktu yang dibutuhkan untuk pembukaan sfingter
kardiak secara refleks, dengan cara satu tangan memegang stetoskop dan
tangan lainnya mencatat waktu yang dibutuhkan sejak air ditelan sampai
terdengar air memasuki lambung.
VI. DATA PENGAMATAN
Percobaan 1.
Tabel 1. Data pengamatan pada katak
No

Pengujian

Nafas

Katak 1
Normal
525 kali

Katak 2
Otak
325 kali

Normal
497 kali

Ss.tb
373 kali

Lompat

32 kali

12 kali

27 kali

Berkedip

Berenang

32 kali

3 kali

42 kali

Mengikuti Air

Mengikuti Air

Mengikuti Air

Mengikuti Air

Posisi Kepala
Dijepit

Asam asetat
Keterangan :

A. Merespon
B. TidakMerespon
C. Sistem saraf sumsum tulang belakang katak dirusak
D. Sistem saraf otak katak dirusak
Percobaan 2

:+
:: Ss.tb
: Otak

Tabel 2. Data pengamatan sistem refleks


No

Refleks

Rangsangan

HasilPengamatan

Sentakan lutut

+++

Pateral
1

Deep

Supervicial

Kepalan tangan : +
Menghitung

:+

Babinski

++

Achiles

Biceps

Triceps
Plantar

+
+++

Abdominal

Kornea

+++

Faringeal

++

Kulit

++ (kulit menjadi merah)

Pilomotor

+
Pupil membesar setelah tengkuk

Visceral

Keterangan

Siliospinal

dipijat

Sfingter Kardiak

Selang waktu 3 detik

A.
B.
C.
D.

Respon kuat
Respon sedang
Respon lemah
Tidak ada respon

: +++
: ++
:+
: -

VII. PEMBAHASAN
Pada sistem saraf dilakukan pengujian terhadap katak. Katak yang diuji yaitu
katak dalam keadaan normal dan katak dalam keadaan sistem saraf (otak dan sumsum
tulang belakang) di rusak. Pada katak normal, pada aktivitas spontan seperti bernafas,
gerak melompat, posisi kepala, gerak buka tutup mata, kesetimbangan katak, refleks
penarikan kaki dan reaksi terhadap asam, katak memberikan aktivitas spontannya.Hal
ini dikarenakan katak memiliki sistem saraf yang mana saraf-saraf tersebut dapat
menghantarkan stimulus ke otak hingga menimbulkan respon. Respon akan
ditanggapi oleh neuron dengan mengubah potensial yang ada antara permukaan luar
dan dalam dari membran. Sel-sel dengan sifat ini disebut dapat dirangsang (excitable)
dan dapat diganggu (Irritable). Neuron ini segera bereaksi tehadap stimulus dan
dimodifikasi potensial listrik dapat terbatas pada tempat yang menerima stimulus atau
dapat disebarkan ke seluruh bagian neuron oleh membran. Penyebaran ini disebut
potensial aksi atau impuls saraf yang mampu melintasi jarak yang jauh impuls saraf
menerima informasi ke neuron lain, baik otot maupun kelenjar. Refleks merupakan
suatu respon organ efektor (otot ataupun kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa
sadar terhadap suatu stimulus tertentu. Sumsum tulang belakang sebagai saraf perifer
mengandung tali spinal sehingga menimbulkan sinap yang dibawa neuron yang
selanjutnya menyebabkan gerak refleks. Asam asetat termasuk larutan elektrolit kuat
yang dapat menghantarkan listrik, sifat hantaran listrik ini disebabkan karena adanya
partikel bermuatan positif dan negatif. Larutan asam asetat bersifat asam yang
digunakan pada saat praktikum berfungsi untuk memberikan rangsangan kimiawi
sehingga menimbulkan gerak reflek. Mekanisme gerak refleks dapat disederhanakan
dengan skema sebagai berikut : Stimulus - neuron sensori - tali spinal interneuron neuron motorik efektor.
Katak dengan kondisi otak sudah dirusak (katak refleks/katak spinal)
Pada katak spinal respon positif atau reaksi kuat terjadi pada refleks pembalikan

tubuh, penarikan kaki, respon terhadap asam dan gerakan berenang. Percobaan ini
sesuai dengan pernyataan Ville et al. (1988) bahwa, refleks masih terjadi karena pusat
dari refleks spinal tidak berada dalam otak melainkan pada sumsum tulang belakang
yang terpisah dari otak. Berdasarkan pernyataan tersebut terjadi refleks ketika
perlakuan penarikan kaki dan respon terhadap asam. Sedangkan pada pernafasan,
gerakan melompat dan gerak buka tutup mata memberikan respon yang lemah karena
pada peristiwa ini otak yang berperan dalam refleks fisiologis tersebut. Katak spinal
merupakan katak dengan kondisi otak yang rusak tetapi respon yang dihasilkan tetap
ada namun katak merespon stimulus sangat lama. Hal ini dikarenakan sistem saraf
pada otaknya telah mengalami kerusakan pada saat penusukan dengan jarum pada
saat praktikum. Pada katak spinal sudah tidak memiliki keseimbangan tubuh yang
diatur oleh otak.
Katak dengan kondisi sumsum tulang belakang sudah dirusak. Adanya
perusakan pada sumsum tulang belakang katak memberikan hasil positif pada refleks
penarikan kaki, respon terhadap asam dan gerakan berenang. Hal ini terjadi karena
perusakan pada sumsum tulang belakangnya tidak 100% rusak sehingga masih
menimbulkan respon yang kuat terhadap refleks penarikan kaki, respon terhadap
asam dan gerakan berenang. Menurut Pearc (1989) menyatakan bahwa sumsum
tulang belakang merupakan pusat gerak refleks, sehingga semakin tinggi tingkat
perusakan sumsum tulang belakang maka semakin lemah respon yang diberikan.
Perusakan tulang belakang juga merusak tali spinal sebagai jalur saraf, namun dengan
adanya respon refleks yang sederhana dapat terjadi melalui aksi tunggal dari tali
spinal meskipun adanya perusakkan sumsum tulang belakang. Tetapi katak tidak
memberikan respon positif pada righting refleks karena righting refleks diatur oleh
sumsum tulang belakang. Kerusakan pada sumsum tulang belakang ini sudah tidak
dapat merespon pembalikan tubuhnya sendiri. Pernafasan, gerak melompat dan gerak
buka tutup mata memberikan respon yang lemah.
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar. Namun, ada pula gerak yang terjadi
tanpa disadari yaitu gerak refleks. Cara kerja gerak refleks yaitu impuls melalui jalan
pendek atau jalan pintas, yaitu dimulai dari reseptor penerima rangsang, kemudian

diteruskan oleh saraf sensori ke pusat saraf, diterima oleh set saraf penghubung
(asosiasi) tanpa diolah di dalam otak langsung dikirim tanggapan ke saraf motor
untuk disampaikan ke efektor, yaitu otot atau kelenjar. Jalan pintas ini disebut busur
refleks. Busur refleks terdiri dari : Organ sensorik (reseptor), neuron afferent, satu
atau lebih sinaps pada station integrasi pusat, neuron efferent, dan efektor (otot atau
kelenjar), sedangkan pada gerak sadar, impuls melalui jalan panjang, yaitu dari
reseptor ke saraf sensorik, kemudian dibawa ke otak untuk selanjutnya diolah oleh
otak, kemudian hasil olahan oleh otak yang berupa tanggapan dibawa oleh saraf
motorik sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor. Macam-macam
refleks yang diuji pada praktikum kali ini antara lain :
Deep refleks ( Refleks dalam) adalah refleks pada anggota tubuh yang didapat
dengan cara sentakan, biasanya dengan menggunakan perkusor. Pada pengujian
Refleks Knee-Jerk (Refleks regang) adalah refleks tendon patella atau knee-jerk
refleks (sentakan lutut). Otot-otot ekstensor lutut adalah kuadriseps femoris, yang
membentuk anterior paha dan melekat ke tibia (tulang kering) tepat di bawah lutut.
Melalui pengetukan tendon ini dengan sebuat palu refleks akan secara pasif
meregangkan otot-otot kuadriseps dan mengaktifkan reseptor-reseptor gelendongnya.
Pada refleks Knee-Jerk yang dilakukan pada salah satu anggota kelompok
kami, refleks sentakan lutut yang dihasilkan salah satu anggota kelompok adalah
efek positif yang cepat. Refleks regang yang terjadi menimbulkan kontraksi otot
ekstensor ini, sehingga lutut mengalami ekstensi dan mengangkat tungkai bawah
dengan cara yang khas namun respon ini tidak melibatkan otak, hanya sumsum tulang
belakang. Refleks patella yang normal mengindikasikan dokter bahwa sejumlah
komponen saraf dan otot-gelendong otot, masukan aferen, neuron motorik, keluaran
eferen taut neuromuskulus, dan otot itu sendiri berfungsi normal. Pada refleks kneejerk ini sistem saraf pusat yang berperan adalah otak.
Refleks Patelar mekanisme refleks patelar sama halnya dengan refleks KneeJerk, hanya pada refleks patelar konsentrasi otak salah satu anggota kelompok tidak
tertuju pada otot lutut yang disentak dengan perkusor melainkan pada hal lain. Pada
saat kedua kepalan tangan digenggam di belakang tubuh, refleks sentakan lutut

menjadi lemah, tidak secepat refleks Knee-Jerk. Hal ini disebabkan karena
konsentrasi pada otak terbagi dengan konsentarsi untuk kepalan tangan di belakang
tubuh, hal ini yang menyebabkan kecepatan refleks menjadi berkurang. Pada saat
salah satu anggota kelompok menghitung suatu hitungan matematika, refleks
sentakan lutut menjadi lemah, tidak secepat refleks Knee-Jerk. Hal ini disebabkan
karena konsentrasi pada otak terbagi dengan proses menghitung, yang menyebabkan
kecepatan refleks menjadi berkurang. Pada pemeriksaan refleks patella diperoleh
ekstensi dan kontraksi otot kuadriseps. Hal ini menunjukkan respon refleks pada
orang normal. Untuk perjalanan impulsnya, sebagai berikut : Rangsangan (ketukan
pada patellae) impuls - Reseptor - Saraf sensorik/ afferent (N. Femoris) -Medulla
spinalis/ L3-L4 (pusat) - N. Asosiasi/ perantara - Saraf motorik (N. Femoris) - Efektor
(N. Quadratus femoris).
Refleks Babinski adalah refleks jari-jari kaki, Pada pemeriksaan refleks
babinski diperoleh refleksi jari keatas dari ibu jari kaki. Hal ini menunjukkan respon
refleks pada orang normal. Keadaan normal

selama masa bayi tetapi abnormal

setelah usia 12 sampai 18 bulan. Setelah itu, refleks ini merupakan indikasi kelainan
pada jalur kontrol motorik utama dari korteks serebral dan secara luas digunakan
sebagai alat bantu diagnostik pada gangguan sistem saraf pusat. Tes refleks ini
ditimbulkan dengan stimulus gesekan pada telapak kaki yang menghasilkan
dorsofleksi jari besar dan 12 pengembangan jari-jari lebih kecil. Biasanya stimulis
semacam itu menyebabkan semua jari-jari kaki menekuk ke bawah (Babinskis toe
sign). Ketika bagian tumpul perkusor digerakkan pada bagian telapak kaki, maka
orang tersebut akan merasakan rasa geli (rasa menggelitik pada telapak kaki yang
akan diekspresikan pada anggota tubuh lain dan terutama pada wajah). Hasil refleks
Babinski pada salah satu anggota kelompok menunjukkan respon yang normal yaitu
ekstensi ibu jari dan pengembangan empat jari lain dan merasakan rasa geli
(menggelitik). Pada orang tidak normal, responnya adalah gerakan fleksi pada ibu
jari, jari telunjuk, dan jari-jari lainnya.
Refleks Achilles adalah tes dengan memukul tendon Achilles oleh pemeriksa
untuk menguji reaksi refleks yang berhubungan dengan L5-S1. Tendon achilles

adalah salah satu tendon terpanjang dalam tubuh yang menempel otot betis pada
tulang tumit. Tendinitis achilles adalah peradangan dari tendon Achilles, seringkali
akibat aktivitas berat, alas kaki yang tidak tepat, atau paha belakang teregang. Pada
pengujian refleks Achilles, salah satu anggota kelompok memberikan respon yang
lemah.
Refleks Biceps, tes ini dilakukan dengan menggunakan sebuah palu untuk
dengan cepat menekan tendon biceps brachii saat melewati kubiti fosa atau terjadinya
kontraksi dari otot-otot biseps disertai dengan kedutan lengan bawah. Pada lesi traksi
kortikospinalis, ada refleks yang berlebihan. Refleks biseps menunjukkan keadan
normal apabila respon yang ditunjukkan berupa fleksi lengan bawah (gerakan
menekuk). Pada salah satu anggota kelompok, diperoleh hasil yang positif akan tetapi
lemah pada refleks biseps. Untuk perjalanan impulsnya, sebagai berikut : Rangsangan
(ketukan tendo otot biseps)impuls - Reseptor - Saraf sensorik/ afferent (N.
Musculocutaneus) - Medula spinalis/ C5-C6 (pusat) - N. asosiasi/ perantara - Saraf
motorik (N. Musculocutaneus) - Efektor (M. Biceps Brachii).
Refleks triceps, otot triseps terdiri dari tiga tendon yang melekat pada tulang
lengan atas dan saling bekerja sama dengan otot biseps, jika otot bisep melakukan
kontraksi maka otot triseps akan melakukan relaksasi, dan sebaliknya. Refleks triseps
menunjukkan keadaan normal apabila respon yang ditunjukkan berupa ekstensi
lengan bawah (gerakan meluruskan). Pada salah satu anggota kelompok, diperoleh
hasil yang positif yang lemah pada refleks triseps, yaitu lengan bawah melakukan
gerakan ekstensi (gerakan meluruskan). Pada pemeriksaan refleks triseps diperoleh
refleks ekstensi pada lengan dan tampak kontaksi otot triseps. Hal ini menunjukkan
respon refleks pada orang normal. Untuk perjalanan impulsnya, sebagai berikut :
Rangsangan (ketukan tendo otot triseps) impuls - Reseptor - Saraf sensorik/ afferent
(N. Radialis) - Medulla spinalis/ C5-C7 (pusat) - N. asosiasi/ perantara - Saraf
motorik (N. Radialis) - Efektor (M. Triceps Brachii).
Supervicial refleks adalah refleks pada anggota tubuh yang didapat dengan
cara sentuhan bukan dipukul atau disentak seperti deep refleks, biasanya dengan
menggunakan perkusor. Pada tes supervicial refleks,

Refleks Plantar adalah dorsofleksi jempol kaki pada stimulasi dari permukaan
plantar, terjadi pada lesi saluran pyramidal (serat saraf yang timbul di otak dan
melalui tulang belakang). Pada refleks ini mirip halnya dengan refleks babinski,
hanya hal yang membedakannya pada bagian telapak kaki tidak digerakkan dengan
bagian tumpul perkusor melainkan bagian tajam perkusor. Tes refleks plantar sama
halnya dengan tes refleks Babinski ditimbulkan dengan stimulus gesekan
pada telapak kaki, yang menghasilkan dorsofleksi jari besar dan pengembangan jarijari yang lebih kecil. Biasanya stimulus semacam itu menyebabkan semua jari-jari
kaki menekuk ke bawah, disebut juga Babinskis toe sign. Hasil refleks plantar pada
salah satu anggota kelompok menunjukkan respon yang normal yaitu ekstensi ibu jari
dan pengembangan empat jari lain. Pada refleks plantar orang juga akan merasakan
rasa geli tetapi rasa geli ini semakin hebat karena pada refleks plantar menggunakan
bagian runcing atau tajam dari perkusor. Jadi, semakin runcing atau semakin
tajamnya permukaan benda yang di gerakkan pada telapak kaki maka rasa geli akan
semakin hebat. Ketika bagian runcing / tajam perkusor digerakkan pada bagian
telapak kaki, maka orang tersebut akan merasakan rasa geli (rasa menggelitik pada
telapak kaki yang akan diekspresikan pada anggota tubuh lain dan terutama pada
wajah).
Refleks Abdominal adalah tes pada daerah perut yang dibelai / digores dari
bawah umbilical (pusar) menuju epigastrium secara inferior ke superior dan dari
bagian lumbar ke umbilical secara lateral ke medial. Hasil yang positif akan
menunjukkan adanya kontraksi perut. Pada tes refleks abdominal, salah satu anggota
kelompok menunjukkan hasil yang positif yaitu adanya kontraksi perut. Kontraksi
perut ini mengarah ke bagian dalam (internal) perut atau mengencang karena adanya
goresan / belaian pada dinding perut dengan kunci.
Refleks kornea juga dikenal sebagai refleks berkedip, yang secara tanpa sadar
kelopak mata berkedip diperoleh oleh stimulasi (seperti menyentuh mata dengan
benda asing) dari kornea atau cahaya terang, meskipun bisa akibat dari rangsangan
perifer. Refleks ini membangkitkan rangsangan baik secara langsung dan respon
konsensual (tanggapan dari mata sebaliknya). Pada refleks kornea, hasil positif yang

ditimbulkan berupa kedipan mata. Ketika kornea mata disentuh dengan kapas atau
benda tumpul lain, maka kornea akan memberikan respon dengan langsung menutup
kelopak mata atau melakukan kedipan mata, karena kornea mata akan menjaga dan
melindungi kornea mata untuk selalu dalam keadaan yang bersih. Pada tes refleks
kornea, salah satu anggota kelompok memberikan hasil positif ketika kornea mata
disentuh dengan kapan berupa kedipan mata.
Refleks faringeal adalah suatu refleks yang memiliki tujuan untuk melindungi
sistem pernafasan dan sistem pencernaan dari benda asing yang masuk ke dalam
mulut. Reseptor yang berperan pada refleks faringeal adalah orofacial reseptor yang
terdapat di 1/3 bagian posterior lidah. Refleks faringeal memberikan respon positif
dengan adanya gerakan menutup mulut atau adanya rangsangan stimulus untuk
menghasilkan refleks muntah. Area yang sangat sensitif untuk merasakan refleks
muntah adalah palatum, dasar lidah, uvula, dinding belakang faring, dan daerah
palatofaringeal mulut. Pada tes refleks faringeal, salah satu anggota kelompok yang
disentuh bagian uvula dan fauces dengan batang pengaduk memberikan hasil positif,
berupa adanya rangsangan untuk muntah dan menutup mulut.
Refleks kulit adalah refleks pada kulit di mana kulit akan menjadi berwarna
merah pada daerah kulit yang disentuh dan digerakkan dengan benda tumpul (tekanan
ringan). Perbedaan refleks ini dengan refleks yang lain adalah refleks ini tidak
memberikan respon dengan adanya gerakan untuk menghindar, karena benda tumpul
yang ditekan dan digesekkan pada kulit tidak keras dan tidak cepat, sehingga tidak
merasakan adanya rasa nyeri. Reseptor pada kulit yang bekerja pada refleks ini adalah
1. Reseptor Paccini : reseptor yang menerima stimulus berupa tekanan, letaknya di
sekitar akar rambut.
2. Reseptor Meisner : reseptor yang menerima stimulus sentuhan ;
3. Reseptor lempeng Merkel : reseptor yang menerima stimulus sentuhan dan
tekanan ringan.
Refleks pilomotor adalah refleks pada kulit di mana otot arrector pili di dalam
kulit menarik folikel rambut (akar rambut) pada kulit hingga rambut atau bulu pada
kulit berdiri sangat lurus.

Reseptor pada kulit yang bekerja pada refleks ini adalah :


1. Reseptor Meisner : reseptor yang menerima stimulus sentuhan ;
2. Reseptor lempeng Merkel : reseptor yang menerima stimulus sentuhan dan tekanan
ringan.
Rangsangan yang diterima oleh reseptor Meisner dan lempeng merkel akan
diteruskan ke otot arrector pili. Refleks pilomotor memberikan hasil positif berupa
rambut-rambut kulit yang berdiri lurus saat kulit dibelai dengan lembut. Pada tes
refleks pilomotor, salah satu anggota kelompok memberikan hasil positif yang lemah.
Visceral refleks adalah refleks pada anggota tubuh yang diamati dan tidak
dilakukan baik dengan cara sentuhan maupun dipukul atau disentak seperti deep
refleks dan supervicial refleks serta visceral refleks dipengaruhi oleh sistem saraf
simpatik dan parasimpatik.
Refleks siliospinal adalah gerak refleks yang berhubungan langsung dengan
sistem saraf perifer atau sistem saraf tepi. Sistem ini tersusun atas neuron-neuron
yang aksonnya menjalar dari sistem saraf tepi menuju organ. Pada pengamatan
tersebut terdapat perubahan pupil dari keadaan normal menjadi membesar setelah
bagian tengkuk dipijat. Hal ini terjadi karena pada tengkuk terdapat saraf penghubung
yang menghubungkan neuron pada bagian tengkuk ke sistem saraf tepi di sumsum
tulang belakang dan pupil mata sebagai efektor dari rangsangan yang diberikan.
Dengan membesarnya ukuran pupil berarti menandakan sistem saraf simpatik yang
bekerja pada refleks siliopsinal.
Refleks sfingter kardiak adalah refleks pada bagian kerongkongan yang
diamati dengan hilangnya suara gerakan peristaltik pada saat makanan atau minuman
melewati kerongkongan. Pada peralihan esofagus (kerongkongan) ke lambung
terdapat sfingter kardiak atau katup inferior pada esofagus

yang dibentuk oleh

lapisan otot sirkuler esofagus. Sfingter kardiak terbuka secara refleks pada akhir
proses menelan. Pada tes refleks sfingter kardiak, salah satu anggota kelompok
menelan seteguk air dan diamati dengan menggunakan stetoskop yang diletakkan
pada bagian kerongkongan. Setelah didengarkan dengan baik, waktu hilangnya suara
gerakan peristaltik pada kerongkongan adalah 3 detik. Proses gerakan peristaltik pada

refleks sfingter kardiak di esophagus ini diatur oleh sistem saraf simpatik dan
parasimpatik. Sistem simpatik akan mempercepat gerakan peristaltik, sedangkan
sistem daraf parasimpatik akan memperlambat gerakan peristaltik.
VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa sistem saraf pada katak yang meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi.
Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang (medula spinalis).
Sedangkan sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf somatik dan sistem saraf otonom.
Sistem saraf otonom meliputi sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik.
Berdasarkan percobaan fisiologi pada katak dengan sistem saraf pusat di rusak, yaitu
pada otak dan sumsum tulang belakang yang dapat menyebabkan menurun
spontanitas aktivitas.
Pada gerak refleks dapat disimpulkan bahwa gerak reflkes adalah gerakan
yang tidak disadari yang timbul karena adanya rangsangan dan merupakan
mekanisme pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih cepat dari gerak biasa.

DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn. 2006. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Pearce, Evelyn. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Pratama, Tomi. 2008. Gerak Refleks Pada Manusia. http://thetom022. wordpress.
com /2008/01/15/gerak-reflek-pada-manusia/. Diakses pada Tanggal 16 Desember
2010
Syaifuddin. 2006. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 2.
Jakarta : Salemba Medika.
Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : Salemba Medika
Anonim. 2010. Sistem Saraf dan Reflek. (Online), http://www.unjabisnis.net/sistem-sarafdan-reflek.html, diakses 13 Mei 2012.
Anonim. 2011. Refleks Spinal Pada Katak. (Online), http://bioluscious. blogspot.com /
2011/03/refleks-spinal-pada-katak-hasil-dan.html, diakses 13 Mei 2012.
Anonim. 2011. Susunan Saraf Pusat 1. (Online), http:// fenderproject. wordpress. com /
2011/11/27/, diakses 13 Mei 2012.

Gibson, John.2003.Fisiologi dan Anatomi Modern untuk Perawat.Buku Kedokteran


EGC : Jakarta
Nina.

2010.

Laporan

Praktikum Anfisman

Refleks.

(Online),

http://ninawarawiri

.blogspot.com/2011/12/laporan-praktikum-anfisman-refleks.html, diakses 13 Mei 2012.


Reza. 2011. Refleks Spinal Pada Katak. (Online), http://reza-doc.blogspot.com/ 2011 /
12/reflek-spinal-pada-katak.html, diakses 13 Mei 2012.

Sherwood, Lauralee.2012.Fisiologi Manusia.Buku Kedokteran EGC : Jakarta


Susanto, Hendra. 2011. Sistem Saraf Pusat Sebagai Pengendali Gerak Refleks. (Online),
http://hendrasusantofaal.blogspot.com/2011/03/modul-praktikum-fisiologi-hewanjurusan
.html, diakses 13 Mei 2012.

LAMPIRAN
Pertanyaan :
1.

Jelaskan perbedaan antara sistem refleks somatik dan saraf otonom melalui

2.

fungsinya masing-masing
Sebutkan gangguan-gangguan umum pada sistem saraf perifer?

Jawab :
1.

Saraf somatik, mengatur gerakan yang disadari. Misalnya, gerakan kepala,


badan, dan anggota gerak. Neuron sensorik mengirim informasi dari kulit, otot
rangka, dan tendon ke sistem saraf pusat. Sedangan neuron motorik mengirim
perintah yang dibawa dari otak kedan sumsum tulang belakang menuju otot
rangka.
Saraf otonom, mengatur gerakan yang tidak disadari. Misalnya gerakan otot
polos, otot jantung, dan kelenjar. Berdasarkan sifat kerjanya, saraf otonom dibagi
dua:
1. Saraf simpatik: memiliki ganglion yang terletak di sepanjang tulang punggung
dan menempel pada sumsum tulang belakang.
2. Saraf parasimpatetik: memiliki serabu pragangalion panjang dan serabut
pascaganglion pendek. Susunan saraf parasimpatetik berupa susunan saraf
yang berhubungan dengan ganglion-ganglion yang tersebar diseluruh tubuh.

Sifat kerja dari saraf simpatik dengan saraf parasimpatetik bersifat berlawan
(anatagonis).
Bagian
dipegaruhi
Jantung

Tubuh

yang Fungsi saraf simpatik


Mempercepat
jantung

Fungsi saraf parasimpatetik


denyut Memperlambat
jantung

denyut

Pupil

Memperlebar pupil

Pencernaan makanan

Memperlambat

Memperkecil pupil
proses Mempercepat

proses

makanan

makanan

Bronkus

Memperkecil bronkus

Memperbesar bronkus

Arteri

Memperkecil

diameter Memperbesar

pembuluh
Kantung Kemih

Mengembangkan

diameter

pembuluh
kantung Mengerutkan kantung kemih

kemih
2. Gangguan saraf perifer
a. Mononeuropati
yaitu gangguan saraf perifer tunggal akibat trauma, khususnyaakibat tekanan, atau gangguan suplai
darah (vasa nervosum). Gangguan sistemik yang secara umum dapat menyebabkan saraf sangat
sensitive terhadap tekanan, misalnya diabetes mellitus, atau penyakit lain yang menyebabkan
gangguan perdarahan yang menyebar luas, misalnya vaskulitis, dapat menyebabkan neuropati
multifokal (atau mononeuritis multipleks). Polineuropati yaitu gangguan beberapa saraf perifer yang
sering diakibatkan olehproses peradangan, metabolisme, atau toksik yang menyebabkan kerusakan
dengan poladifus, distal, dan simetris yang biasanya mengenai ekstremitas bawah sebelum
ekstremitas atas.
b. Carpal Tunnel Syndrom
Sindrom ini terjadi akibat kompresi nervus medianus pada pergelangan tangan saat saraf ini melalui
terowongan karpal, yang dapat terjadi:
1. secara tersendiri, contohnya pasien dengan pekerjaan yang banyak menggunakantangan.
2. pada gangguan yang menyebabkan saraf menjadi sensitif terhadap tekanan,misalnya diabetes
mellitus.
3. saat treowongan karpal penuh dengan jaringan lunak yang abnormal.
Hubungan keadaan medis umum dengan Sindrom Treowongan Karpal
1. kehamilan.
2. diabetes mellitus.
3. deformitas lokal, misalnya sekunder akibat osteoartritis, fraktur
4. artritis rheumatoid.
Poliomielitis anterior akuta

Salah satu diantara penyakit saraf tepi yang populer adalah polio yang nama
selengkapnya adalah poliomielitis anterior akuta. Sesuai namanya bagian yang
terkena sebenarnya adalah mielum bagian anterior yang disebut juga kornu anterior
sehingga lesi yang ditimbulkan berupa kelumpuhan tipe perifer karena inti sel saraf di
kornu anterior mengalami nekrosis. Akibatnya adalah serabut saraf yang terkena
terutama aksonnya tidak berfungsi lagi dan otot yang dipersarafi lama kelamaan (dan
proses berlangsung cepat) menjadi atrofi. Otot yang atrofi menjadi kecil dan
ekstremitas memerlukan bantuan alat untuk dapat berfungsi kembali. Tidak ada terapi
khusus pada polio sehingga terapi pada penyakit ini lebih bersifat suportif.
Hindari menggunakan terapi suntik pada penderita yang panas saat epidemi polio
sedang berjangkit (outbreak) karena akan memicu lebih banyak sel saraf yang mati.
Kehati-hatian ini juga menjadi penting karena makin banyaknya kegiatan sueing di
tengah masyarakat. Pencegahan penyakit ini adalah dengan melaksanakan vaksinasi
polio di masyarakat.
Guillain Barre Syndrome
Nama lain:
1. Acute idiopathic poly (radiculo)neuritis,
2. Acute inflammatory (demyelinating) polyneuropathy,
3. Infectious polyneuritis,
4. Landry-Guillain-Barre syndrome
5. French Polio
6. Landrys ascending paralysis
7. Landry Guillain Barr syndrome.
Guillain-Barre syndrome (GBS) adalah suatu penyakit otoimun yang bersifat
akut. Sebenarnya jarang ditemukan, dimana sel-sel sistim imun menyerang selubung
myelin saraf tepi. Saraf tepi menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan
bagian tubuh lain. Kerusakan pada saraf tepi akan menimbulkan gangguan hantaran
sinyal sebagai akibatnya otot akan berkurang kekuatannya, penyebab sebenarnya
penyakit ini belum diketahui tetapi dapat dipicu oleh infeksi, operasi dan vaksinasi.
Gejala pertama biasanya adalah panas atau demam yang dapat tinggi atau sedang dan

pada hari ketiga diikuti oleh kelemahan dan kesemutan (gringgingen) di kedua
tungkai. Kemudian gejala ini akan memanjat keatas. Pada keadaan yang parah terjadi
kelumpuhan total. Penyakit ini mengancam nyawa bila otot pernafasan diserang. Pada
keadaan seperti ini diperlukan respirator. Keadaan yang parah akan berlangsung
beberapa pekan, kemudian menjadi stabil dan membaik dengan perawatan yang baik
pula. Ada pula perbaikan yang memakan waktu sangat lama hingga beberapa tahun.
Pengobatan biasanya dilakukan dengan obat-obatan dan penggantian plasma (plasma
exchange). Penyakit ini termasuk kelompok penyakit neuropati perifer. Ada beberapa
jenis GBS, tetapi bila tidak diberi keterangan lain maka yang dimaksud adalah GBS
dalam bentuk umum.
Epidemiologi
Insidens 1 atau 2 orang per 100,000 penduduk.[6] Seringkali parah dan
menunjukkan kelumpuhan memanjat mula-mula kaki dan tungkai kemudian lengan
dan tangan juga terkena tidak terkecuali otot pernafasan dan wajah. Karena
merupakan lesi saraf tepi makan refleks tendon akan menghilang. Dengan pengobatan
yang segera dengan penggantian plasma maka diharapkan kesembuhan segera terjadi.
Pemberian imunoglobulin menolong. Dan jangan dilupakan pengobatan penunjang
seperti pemberian neurotropik vitamin. Sebagian besar pasen dapat pulih normal
kembali. GBS juga menjadi penyebab kelumpuhan yang tidak disebabkan oleh cedera
di dunia
Pertanyaan :
1. Apa fungsi refleks manusia?
2. Apa manfaat pengujian refleks pada manusia?
3. Apa yang disebut gejala/ tanda Babinski?
Jawab :
1. Refleks adalah respon yang terjadi secara otomatis tanpa usaha sadar. Ada dua
jenis refleks, yaitu refleks sederhana atau refleks dasar, yaitu refleks built-in
yang tidak perlu dipelajari, misalnya mengedipkan mata jika ada benda asing
yang masuk; dan refleks didapat atau refleks terkondisi, yang terjadi ketika
belajar dan berlatih, misalnya seorang pianis yang menekan tuts tertentu
sewaktu melihat suatu di kertas partitur. Refleks sangat penting untuk

pemeriksaan keadaan fisis secara umum, fungsi nervus, dan koordinasi tubuh.
Dari refleks atau respon yang diberikan oleh anggota tubuh ketika sesuatu
mengenainya dapat diketahui normal tidaknya fungsi dalam tubuh. Untuk
menentang perubahan mendadak pada tubuh.
2. Manfaat dari pengujian refleks adalah untuk pemeriksaan keadaan fisis secara
umum, fungsi nervus, dan koordinasi tubuh. Dari refleks atau respon yang
diberikan oleh anggota tubuh ketika sesuatu mengenainya dapat diketahui
normal tidaknya fungsi dalam tubuh.
3. Normal Babinski (plantar) respon: Bila bagian bawah kaki tergores, jari kaki
membungkuk. Respon abnormal akan menjadi gerakan ke atas jari-jari kaki
menunjukkan masalah dengan tingkat yang lebih tinggi (atas) motor neuron.
Pertanyaan :
1. Apa yang terjadi pada sistem saraf otonom pada kondisi-kondisi dibawah ini :
a. Keadaan diare
b. Keadaan asma
c. Keadaan hipertensi
d. Keadaan ibu akan melahirkan bayinya
e. Takhikardi dan bradikardi
Jawab :
a. Keadaan diare
Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di dinding
usus sehingga menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus
b. Keadaan asma
Pada jalur saraf otonom, selain merangsang sel-sel inflamasi, juga
merangsang sistem saraf otonom dengan hasil akhir berupa inflamasi
(peradangan) dan hiperreaktivitas saluran nafas. Rangsangan pada saraf
otonom ini akan menyebabkan impuls yang diteruskan pada pusat vagal
reflex di batang otak, menyebabkan pelepasan asetilkolin pada ujungujung saraf sehingga terbentuk inositol 1,4,5-triphosphate (IP3) pada selsel otot polos di bronkhus, dimana IP3 ini menyebabkan pelepasan
kalsium intraseluler sehingga terjadi bronkhokonstriksi.
c. Keadaan hipertensi
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk
sementara waktu akan:

1. Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik


tubuh terhadap ancaman dari luar).
2. Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit
sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu
(misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak).
3. Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh.
4. Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin),
yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

d. Keadaan ibu akan melahirkan bayinya


Sistem saraf otonom mengaktifkan kelenjar adrenal yang mempengaruhi
sistem pada hormon epinefrin. Hormon yang juga dikenal sebagai hormon
adrenalin ini memberi tenaga pada individu serta mempersiapkan secara
fisik dan psikis. Adanya peningkatan hormon adrenalin dan noradrenalin
atau epinefrin dan norepinefrin menimbulkan disregulasi biokimia tubuh,
sehingga muncul ketegangan fisik pada diri ibu hamil. Dampak dari proses
fisiologis ini dapat timbul pada perilaku sehari-hari. Ibu hamil menjadi
mudah marah atau tersinggung, gelisah, tidak mampu memusatkan
perhatian, ragu-ragu, bahkan kemungkinan ingin lari dari kenyataan hidup.
Pada gilirannya, kondisi ini dapat menyebabkan kecemasan dan
ketegangan lebih lanjut sehingga membentuk suatu siklus umpan balik
yang dapat meningkatkan intensitas emosional secara keseluruhan.
e. Takhikardi dan bradikardi
Pada keadaan normal dan istirahat, jantung orang dewasa akan
berdenyut secara teratur antara 60-100 detak/menit. Kecepatan dari denyut
jantung ditentukan oleh kecepatan dari signal listrik yang berasal dari
pemacu jantung, SA node. Dikatakan Bradikardi jika denyut jantung
kurang dari 60x/menit dan takikardi jika lebih dari 100x/menit.
Denyut jantung secara normal dimodulasi oleh sistem saraf simpatik dan
parasimpatik berdasarkan respon baroreseptor dan kemoreseptor. Kontrol regulator
juga tergantung faktor-faktor lain sebagai berikut:

Faktor
Divisi

Lokasi
Cara Kerja
Serabut N. Vagus Stimulasi menyebabkan

Parasimpatik

mensuplai nodus

pelepasan asetilkolin pada berkurang

dari Sistem

Sinoatrial dan

sinap mioneural

saraf otonom

nodus

Stimulasi menyebabkan

dari sistem saraf pada miokardium pelepasan nerepinefrin


otonom

Baroreseptor

pada sinaps

Reseptor regang

Berespon terhadap

pada lengkung

peningkatkan tekanan

aorta dan sinus

darah dengan menstimulasi

karotis pada

reseptor regang untuk

percabangan arteri mengirim impuls via


karotis interna dan nervus vagus atau
eksterna

Mempertahankan
variabilitas beat to

atrioventrikular
Divisi Simpatik Terdistribusi luas

Efek
Denyut jantung janin

beat
Meningkatkan DJJ
Meningkatkan
kekuatan
kontraktilitas miokard
Menurunkan DJJ
Menurunkan tekanan
darah
Menurunkan output
kardiak

glossofaringeal ke otak
tengah, menimbulkan
respon vagal dan
menurunkan aktivitas

Kemoreseptor Perifer : badan


karotis dan aorta
Sentral : medula
oblongata

jantung
Berespon terhadap

Bradikardia, kadang

penurunan yang bermakna dengan peningkatan


O2 dan peningkatan CO2 variabilitas
di perifer.

Takikardi dan

Kemoreseptor sentral

peningkatan tekandan

bererspon terhadap

darah dengna

penurunan tekanan O2 dan penurunan variabilitas


CO2 pada darah dan/atau

Sistem saraf

Korteks serebri

pusat

cairan serebrospinal
Berespon terhadap gerakan Meningkatkan
janin

Hipotalamus

reaktivitas dan
variabilitas

Berespon terhadap tidurnya


Medula oblongata

janin

Menurunkan
reaktivitas dan

Mengatur dan koordinasi

variabilitas

aktivitas otonom (simpatik


dan parasimpatik)

Mempertahankan
keseimbangan

Mediasi reflek kardiak dan


pusat vasomotor dengan

kardioakselerasi dan
kardiodeselerasi

mengontrol aksi jantung


dan diameter pembuluh
Regulasi

Medula adrenal

hormonal

darah
Melepaskan epinefrin dan Meningkatnya DJJ
norepinefrin dengan

Korteks adrenal
Vasopresin
(katekolamin
plasma)

hipoksia janin berat yang


menyebabkan timbulnya
respon simpatis

Meningkatnya
kekuatan
kontraktilitas miokard
dan tekanan darah

Turunnya tekanan darah


janin menstimulasi
pelepasan aldosteron,
penurunan output natrium,
meningkatkan retensi
cairan yang menyebabkan

Meningkatnya output
kardiak
Mempertahankan
homeostasis volume
darah

meningkatnya volume
darah yang bersirkulasi

Distribusi aliran darah


untuk

Menyebabkan

vasokonstriksi pembuluh

mempertahankan DJJ

darah nonvital pada fetus

dan variabilitas

yang asfiksia
Volume darah / Pergerakan cairan Berespon terhadap

Penurunan volume

pergeseran

antara kapiler dan peningkatan tekanan darah darah dan tekanan

cairan kapiler

ruang intersisial

dengan menyebabkan
perpindarahn dcairan
keluar dari kapiler ke ruang
intersisial

darah
Peningkatan volume
dan tekanan darah

Berespon terhadap tekanan


darah rendah dengan
menyebabkan cairan
pindah dari ruang
Tekanan

Ruang intervilus

intraplasenta

intersisial ke kapiler
Cairan berpindah antara

Meregulasi volume

darah janin dan ibu

darah dan tekanan

berdasarkan tekanan

darah

osmotik dan gradien


tekanan darah; tekanan
darah ibu sekitar
100mmHg dan janin 55
mmHg; oleh karena itu
penyeimbangan dijaga oleh
beberapa compensatory
Mekanisme

Berdasarkan

Frank-Starling peregangan

factor
Pada orang dewasa

Output kardiak

miokardium diregangkan

tergantung dari

miokardium

dengan peningkatan darah denyut jantung janin :

dengan

masuk, menyebabkan

peningkatan aliran jantung berkontraksi

Penurunan DJJ =

darah vena yang

dengan daya yang lebih

penurunan kardiak

masuk ke atrium

kuat dari sebelumnya dan oupput dan

kanan

memompa keluar lebih

sebaliknya

banyak darah; oleh karena


itu orang dewasa mempu
meningkatkan output
kardiak dengan
meningkatkan denyut
jantung dan stroke volume;
mekanisme ini belum
berkembang dengan baik
pada janin
Lembar Distribusi
Betty Handayani

: Teori

Rizka Indah Pertiwi

: Pembahasan dan Kesimpulan

Rostika Dewi Tri L.

: Prosedur Percobaan dan Data Pengamatan

Siti Hartati

: Alat dan Bahan, Lampiran

Yudha Permana

: Tujuan, Prinsip, Edit

Anda mungkin juga menyukai