Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit ginjal termasuk kondisi yang mempengaruhi glomerulus, tubulus,
interstitium, panggul, dan pembuluh darah. Penyakit ginjal termasuk penyakit glomerular,
penyakit tubulus dan interstitium, penyakit pelvis ginjal dan kelainan perkembangan sampel
jaringan ginjal (=70) yang disampaikan ke Departemen Patologi Veteriner dari Universitas
Konkuk 2003-2008 dilibatkan dalam penelitian ini.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Penyakit Gagal Ginjal (PGG)
menyumbang 850.000 kematian setiap tahunnya. Di Indonesia pada tahun 2007,

angka

kejadian PGG adalah 30,7 per satu juta penduduk (Suhardjono, 2007). Tingginya biaya
pengobatan dan kurangnya fasilitas pengobatan penyakit ini menyebabkan banyak penderita
tidak tertangani dengan baik. Menurut data dari Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFTRI)
terdapat 70.000 penderita PGG di Indonesia dan hanya 5.000 penderita yang tercacat telah
menjalani pengobatan (Marbun, 2012). Sedangkan pada hewan, prevalensi dari penyakit
tersebut diestimasi sebesar 1,6-20% untuk pet animal. Anjing dibawah umur 7 tahun beresiko
terkena penyakit ini sebesar 0,3% dan pada anjing dengan umur diatas 7 tahun sebesar 0,72,9%. Pada kucing, untuk yang berumur dibawah 7 tahun resiko terkena penyakit ini sebesar
0,2-0,6% dan untuk kucing diatas 7 tahun resiko kejadiannya meningkat hingga 1,8-8,6%.
( kusuma )
Fungsi ginjal adalah sebagai sistem filtrasi di dalam tubuh. Ginjal terdiri dari ratusan
hingga ribuan sel-sel nefron yang fungsinya menyaring produk sisa dari aliran darah yang
disekresikan dalam bentuk urin. Ginjal juga berfungsi mempertahankan keseimbangan air dan
elektrolit di dalam tubuh dan juga memproduksi beberapa hormon seperti erythropoietin yang
menstimulasi produksi sel darah merah. Gagal ginjal terjadi bila ginjal tersebut tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.Ada 2 tipe gagal ginjal, Gagal Ginjal Akut (GGA) dan Gagal Ginjal
Kronis (GGK). GGA terjadi sangat cepat dan langsung kehilangan fungsinya, biasanya
disebabkan oleh keracunan. GGA dapat bersifat reversible, jadi bila ditangani dengan cepat
1

maka fungsi ginjal dapat kembali lagi, tapi juga dapat menjadi ke GGK bila terlambat
ditangani. Gejala klinis yang biasanya terjadi pada GGA adalah sedikit minumnya, jarang
buang air kecil,lemah,muntah,kadang diare.
GGK sangat sering terjadi pada hewan tua, dimana dalam keadaan tua hewan akan
mengalami penurunan fungsi organ yang salah satunya adalah ginjal. GGK terjadi karena
kerusakan sel 60 75% dari sel sel nefron yang ada di ginjal yang menyebabkan fungsi ginjal
menurun. Proses terjadinya GGK dapat diperkirakan dalam hitungan bulan atau bahkan
beberapa tahun, tergantung dari kondisi hewan yang terkena GGK. Gejala klinis GGK
biasanya hewan akan nampak banyak minum (polydipsi), banyak buang air kecil (polyuri),
anorexia (kekurusan), muntah, penurunan berat badan, lemah, susah bejalan, nafasnya jelek,
ulcer pada mulut (seperti sariawan), anemia (karena hormon erythropoietin tidak berfungsi
denganbaik).
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Apa pengertian penyakit gagal ginjal kronis?


Apa penyebab dari gagal ginjal kronis ?
Bagaimana Patofisiologis dari gagal ginjal kronis ?
Bagaimana gambaran klinik dari gagal ginjal kronis ?
Bagaimana diagnosa gagal ginjal kronis?
Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan gagal ginjal kronis?

C. Manfaat
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Mengetahui pengertian dari gagal ginjal kronis


Mengetahui penyebab gagal ginjal kronis
Memahami gambaran kliniks gagal ginjal kronis
Mengetahui patofiologis gagal ginjal kronis
Mengetahui cara mendiagnosa gagal ginjal kronis
Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan gagal ginjal kronis

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi gagal ginjal kronik
2

Gagal ginjal juga bisa terjadi pada kucing, gagal ginjal biasanya disebabkan oleh
penyakit ginjal dan menjadi salah satu penyebab utama kematian pada kucing yang lebih tua.
Gagal ginjal pada kucing bisa mengambil dua bentuk, yaitu akut atau kronis. Gagal ginjal akut
dikaitkan dengan berhenti tiba-tiba fungsi ginjal, sedangkan hasil gagal ginjal kronis dari
kerusakan progresif pada fungsi ginjal.
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan,
berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak
ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik ditegakkan jika nilai laju filtrasi
glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m. Pada pasien dengan penyakit ginjal kronik,
klasifikasi stadium ditentukan oleh nilai laju filtrasi glomerulus, yaitu stadium yang lebih
tinggi menunjukkan nilai laju filtrasi glomerulus yang lebih rendah. Klasifikasi tersebut
membagi penyakit ginjal kronik dalam lima stadium. Stadium 1 adalah kerusakan ginjal
dengan fungsi ginjal yang masih normal, stadium 2 kerusakan ginjal dengan penurunan fungsi
ginjal yang ringan, stadium 3 kerusakan ginjal dengan penurunan yang sedang fungsi ginjal,
stadium 4 kerusakan ginjal dengan penurunan berat fungsi ginjal, dan stadium 5 adalah gagal
ginjal (Perazella, 2005).
B.Penyebab
Beberapa penyebab terjadinya Gagal Ginjal adalah : Keracunan (pestisida,
organophosphate, dll.), Obat-obatan (terlalu lama terpapar dengan obat, misal antibiotik, anti
inflamasi, anti parasit, dll. Maka dari itu semua pemakaian obat harus dengan persetujuan dan
pengawasan dokter hewan), Tumor ginjal (Lymphosarcoma, adenosarcoma), Batu Ginjal,
Dehidrasi, Agen Infeksius (Leptospirosa sp. yang menyebabkan Leptospirosis), Geriatric
diseases (Penyakit yang timbul pada umur tua diakibatkan karena penurunan fungsi organ
dalam hal ini ginjal).
C.Patofisiologi
Penurunan fungsi ginjal yang progresif tetap berlangsung terus meskipun penyakit
primernya telah diatasi atau telah terkontrol. Hal ini menunjukkan adanya mekanisme adaptasi
sekunder yang sangat berperan pada kerusakan yang sedang berlangsung pada penyakit ginjal
3

kronik. Bukti lain yang menguatkan adanya mekanisme tersebut adalah adanya gambaran
histologik ginjal yang sama pada penyakit ginjal kronik yang disebabkan oleh penyakit primer
apapun. Perubahan dan adaptasi nefron yang tersisa setelah kerusakan ginjal yang awal akan
menyebabkan pembentukan jaringan ikat dan kerusakan nefron yang lebih lanjut. Demikian
seterusnya keadaan ini berlanjut menyerupai suatu siklus yang berakhir dengan gagal ginjal
terminal (Noer, 2006).
D.Gambaran klinik
Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat kompleks,
meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan hemopoeisis, saluran cerna, mata,
kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan kelainan kardiovaskular (Sukandar, 2006).
a. Kelainan hemopoeisis
Kelainan hemopoeisis Anemia normokrom normositer dan normositer (MCV 78-94
CU), sering ditemukan pada pasien gagal ginjal kronik. Anemia yang terjadi sangat bervariasi
bila ureum darah lebih dari 100 mg% atau bersihan kreatinin kurang dari 25 ml per menit.
b. Kelainan saluran cerna
Mual dan muntah sering merupakan keluhan utama dari sebagian pasien gagal ginjal
kronik terutama pada stadium terminal. Patogenesis mual dam muntah masih belum jelas,
diduga mempunyai hubungan dengan dekompresi oleh flora usus sehingga terbentuk amonia.
Amonia inilah yang menyebabkan iritasi atau rangsangan mukosa lambung dan usus halus.
Keluhan-keluhan saluran cerna ini akan segera mereda atau hilang setelah pembatasan diet
protein dan antibiotika.
c. Kelainan mata
Visus hilang (azotemia amaurosis) hanya dijumpai pada sebagian kecil pasien gagal
ginjal kronik. Gangguan visus cepat hilang setelah beberapa hari mendapat pengobatan gagal
ginjal kronik yang adekuat, misalnya hemodialisis. Kelainan saraf mata menimbulkan gejala
nistagmus, miosis dan pupil asimetris. Kelainan retina (retinopati) mungkin disebabkan
hipertensi maupun anemia yang sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik. Penimbunan
4

atau deposit garam kalsium pada conjunctiva menyebabkan gejala red eye syndrome akibat
iritasi dan hipervaskularisasi. Keratopati mungkin juga dijumpai pada beberapa pasien gagal
ginjal kronik akibat penyulit hiperparatiroidisme sekunder atau tersier.
d. Kelainan kulit
Gatal sering mengganggu pasien, patogenesisnya masih belum jelas dan diduga
berhubungan dengan hiperparatiroidisme sekunder. Keluhan gatal ini akan segera hilang
setelah tindakan paratiroidektomi. Kulit biasanya kering dan bersisik, tidak jarang dijumpai
timbunan kristal urea pada kulit muka dan dinamakan urea frost e. Kelainan selaput serosa
Kelainan selaput serosa seperti pleuritis dan perikarditis sering dijumpai pada gagal ginjal
kronik terutama pada stadium terminal. Kelainan selaput serosa merupakan salah satu indikasi
mutlak untuk segera dilakukan dialisis.
f. Kelainan neuropsikiatri
Beberapa kelainan mental ringan seperti emosi labil, dilusi, insomnia, dan depresi
sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik.
seperti konfusi, dilusi, dan tidak jarang dengan gejala psikosis juga sering dijumpai
pada pasien GGK. Kelainan mental ringan atau berat ini sering dijumpai pada pasien dengan
atau tanpa hemodialisis, dan tergantung dari dasar kepribadiannya (personalitas). g. Kelainan
kardiovaskular Patogenesis gagal jantung kongestif (GJK) pada gagal ginjal kronik sangat
kompleks. Beberapa faktor seperti anemia, hipertensi, aterosklerosis, kalsifikasi sistem
vaskular, sering dijumpai pada pasien gagal ginjal kronik terutama pada stadium terminal dan
dapat menyebabkan kegagalan faal jantung.
E.Diagnosis
Pendekatan diagnosis gagal ginjal kronik (GGK) mempunyai sasaran berikut:
1)
2)
3)
4)

Memastikan adanya penurunan faal ginjal (LFG)


Mengejar etiologi GGK yang mungkin dapat dikoreksi
Mengidentifikasi semua faktor pemburuk faal ginjal (reversible factors)
Menentukan strategi terapi rasional

5) Meramalkan prognosis Pendekatan diagnosis mencapai sasaran yang diharapkan bila


dilakukan pemeriksaan yang terarah dan kronologis, mulai dari anamnesis,
pemeriksaan fisik diagnosis dan pemeriksaan penunjang diagnosis rutin dan khusus
(Sukandar, 2006).
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Anamnesis harus terarah dengan mengumpulkan semua keluhan yang berhubungan
dengan retensi atau akumulasi toksin azotemia, etiologi GGK, perjalanan penyakit termasuk
semua faktor yang dapat memperburuk faal ginjal (LFG). Gambaran klinik (keluhan subjektif
dan objektif termasuk kelainan laboratorium) mempunyai spektrum klinik luas dan melibatkan
banyak organ dan tergantung dari derajat penurunan faal ginjal.
b. Pemeriksaan laboratorium
Tujuan pemeriksaan laboratorium yaitu memastikan dan menentukan derajat
penurunan faal ginjal (LFG), identifikasi etiologi dan menentukan perjalanan penyakit
termasuk semua faktor pemburuk faal ginjal.
1) Pemeriksaan faal ginjal (LFG) Pemeriksaan ureum, kreatinin serum dan asam urat
serum sudah cukup memadai sebagai uji saring untuk faal ginjal (LFG).
2) Etiologi gagal ginjal kronik (GGK) Analisis urin rutin, mikrobiologi urin, kimia darah,
elektrolit dan imunodiagnosis.
3) Pemeriksaan laboratorium untuk perjalanan penyakit Progresivitas penurunan faal
ginjal, hemopoiesis, elektrolit, endoktrin, dan pemeriksaan lain berdasarkan indikasi
terutama faktor pemburuk faal ginjal (LFG). Pemeriksaan penunjang diagnosis
Pemeriksaan penunjang diagnosis harus selektif sesuai dengan tujuannya, yaitu:
1. Diagnosis etiologi GGK Beberapa pemeriksaan penunjang diagnosis, yaitu foto polos
perut, ultrasonografi (USG), nefrotomogram, pielografi retrograde, pielografi
2.

antegrade dan Micturating Cysto Urography (MCU).


Diagnosis pemburuk faal ginjal Pemeriksaan radiologi dan radionuklida (renogram)
dan pemeriksaan ultrasonografi (USG).

F.Pencegahan

Upaya pencegahan terhadap penyakit ginjal kronik sebaiknya sudah mulai dilakukan
pada stadium dini penyakit ginjal kronik. Berbagai upaya pencegahan yang telah terbukti
bermanfaat dalam mencegah penyakit ginjal dan kardiovaskular, yaitu pengobatan hipertensi
(makin rendah tekanan darah makin kecil risiko penurunan fungsi ginjal), pengendalian gula
darah, lemak darah, anemia, penghentian merokok, peningkatan aktivitas fisik dan
pengendalian berat badan (National Kidney Foundation, 2009).
G.Pengobatan
Pengobatan dan penanganan penyakit gagal ginjal ditujukan pada pencegahan atau
memperlambat kerusakan ginjal tersebut. Hewan yang terkena gagal ginjal dianjurkan
dilakukan rawat inap di rumah sakit hewan atau klinik hewan dan akan diterapi dengan cairan
infus yang fungsinya membantu mencuci atau membuang produk sisa dari aliran darah dan
memperbaiki kesimbangan elektrolit di dalam tubuh, dan juga dilakukan pengobatan untuk
gejala yang nampak seperti muntah, diare, dan juga kemungkinan terjadi infeksi sekunder
oleh bakteri.Pemeriksaan darah rutin pada hewan tiap tahun akan sangat membantu untuk
mendeteksi tahap awal sebelum gagal ginjal terjadi, dan bila terlihat tahap awal maka hewan
akan mendapat penanganan lebih awal yang dapat mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut.
Maka dari itu kita sarankan untuk mengecek pemeriksaan darah secara rutin terhadap
hewan.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Gagal ginjal juga bisa terjadi pada kucing, gagal ginjal biasanya disebabkan oleh
penyakit ginjal dan menjadi salah satu penyebab utama kematian pada kucing yang lebih tua.
Gagal ginjal pada kucing bisa mengambil dua bentuk, yaitu akut atau kronis. Gagal ginjal akut
7

dikaitkan dengan berhenti tiba-tiba fungsi ginjal, sedangkan hasil gagal ginjal kronis dari
kerusakan progresif pada fungsi ginjal. Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang
terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal
seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, diagnosis penyakit ginjal kronik
ditegakkan jika nilai laju filtrasi glomerulus kurang dari 60 ml/menit/1,73m. GGK sangat
sering terjadi pada hewan tua, dimana dalam keadaan tua hewan akan mengalami penurunan
fungsi organ yang salah satunya adalah ginjal. GGK terjadi karena kerusakan sel 60 75%
dari sel sel nefron yang ada di ginjal yang menyebabkan fungsi ginjal menurun. Proses
terjadinya GGK dapat diperkirakan dalam hitungan bulan atau bahkan beberapa tahun,
tergantung dari kondisi hewan yang terkena GGK. Gejala klinis GGK biasanya hewan akan
nampak banyak minum (polydipsi), banyak buang air kecil (polyuri), anorexia (kekurusan),
muntah, penurunan berat badan, lemah, susah bejalan, nafasnya jelek, ulcer pada mulut
(seperti sariawan), anemia (karena hormon erythropoietin tidak berfungsi denganbaik).
B.Saran
Pembuatan makalah ini masih memiliki banayk kekurangan kritik dan saran dari
pembaca/kawan sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai