01.09.2014
Kejang demam selalu menjadi momok bagi ayah bunda. Fenomena yang terjadi pada saat anak
kejang, yaitu mata mendelik, kaku-kelojotan, dan lidah tergigit, tak ayal membuat orangtua
panik. Namun benarkah kejang demam berbahaya?
Apakah sebenarnya kejang demam itu?
Kejang demam adalah kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh 38 derajat Celsius atau
lebih yang disebabkan proses di luar otak. Sebagian besar kejang demam terjadi pada usia 6
bulan sampai 5 tahun. Ciri khas kejang demam adalah demamnya mendahului kejang, pada saat
kejang anak masih demam, dan setelah kejang anak langsung sadar kembali.
Apa penyebab kejang demam?
Penyebab kejang demam adalah demam yang terjadi secara mendadak. Demam dapat disebabkan
infeksi bakteri atau virus, misalnya infeksi saluran napas atas. Tidak diketahui secara pasti
mengapa demam dapat menyebabkan kejang pada satu anak dan tidak pada anak lainnya, namun
diduga ada faktor genetik yang berperan. Setiap anak juga memiliki suhu ambang kejang yang
berbeda: ada yang kejang pada suhu 38 derajat Celsius, ada pula yang baru mengalami kejang
pada suhu 40 derajat Celsius.
Apa yang terjadi bila anak kejang?
Sebagian besar kejang demam merupakan kejang umum. Bentuk kejang umum yang sering
dijumpai adalah mata mendelik atau terkadang berkedip-kedip, kedua tangan dan kaki kaku,
terkadang diikuti kelojotan, dan saat kejang anak tidak sadar tidak memberi respons apabila
dipanggil atau diperintah. Setelah kejang anak sadar kembali. Umumnya kejang demam akan
berhenti sendiri dalam waktu kurang dari 5 menit dan tidak berulang lebih dari satu kali dalam
24 jam.
Ilustrasi Kejang
Demam[/caption]
Apakah kejang demam membuat anak menjadi bodoh atau menderita epilepsi di
kemudian hari?
Kejang demam tidak berpengaruh terhadap perkembangan atau kecerdasan anak. Biasanya
kejang demam menghilang dengan sendirinya setelah anak berusia 5-6 tahun. Sebagian besar
anak yang pernah mengalami kejang demam akan tumbuh dan berkembang secara normal tanpa
adanya kelainan. Epilepsi terjadi pada kurang dari 5 persen anak kejang demam, dan biasanya
pada anak-anak ini terdapat faktor risiko lain. Oleh karena itu, sebagian besar anak dengan
kejang demam tidak memerlukan bermacam pemeriksaan seperti rekam otak atau
elektroensefalografi (EEG) atau CT scan.
Tidak semua kejang yang disertai demam adalah kejang demam. Apabila terjadi kejang disertai
demam di luar rentang usia 6 bulan sampai 5 tahun, maka perlu disingkirkan penyebab kejang
lainnya, misalnya epilepsi atau radang otak. Jika sesudah kejang anak tidak segera sadar kembali,
lebih banyak tidur, atau tidak dapat mengadakan kontak dengan baik, dokter akan melakukan
pemeriksaan penunjang untuk mencari penyebab kejang lain, terutama radang selaput otak
(meningitis) atau radang otak (ensefalitis). Evaluasi lebih lanjut juga diperlukan apabila anak
pernah kejang tanpa demam.
Walau tampak menakutkan, umumnya kejang demam tidak berbahaya, tidak merusak otak, tidak
mengganggu kecerdasan anak, dan akan menghilang sendiri seiring bertambahnya usia. Dengan
demikian, ayah bunda tidak perlu terlalu khawatir apabila buah hatinya mengalami kejang
demam.