1. Problematik Fisioterapi pada Fraktur Shoulder Joint
a) Impairment : Adanya nyeri gerak dan tekan pada salah satu bahu pasien
yang mengalami fraktur, adanya keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS)
pada salah satu bahunya yang mengalami fraktur, penurunan kekuatan otot, spasme, dan oedem pada area fraktur shoulder. b) Functional Limitations : Keterbatasan tangan pasien untuk menggenggam
dan memegang benda, keterbatasan gerak fungsional tangan pasien yakni
untuk berpakaian, mandi, toileting, dan saat beraktifitas karena adanya keterbatasan Lingkup Gerak Sendi pada salah satu shoulder yang mengalami fraktur. c) Disability : Karena yang cidera pada salah satu shoulder yang mengalami
fraktur, pasien masih mampu melakukan pekerjaan sehari-harinya seperti
bersosialisasi dengan keluarga atau kerabat, masih dapat melakukan pekerjaan sehari-hari walau LGSnya terhambat dan terdapat rasa nyeri saat digerakkan terlalu over. 2. Pemeriksaan dan Pengukuran Fraktur Shoulder joint
Pemeriksaan vital sign diantaranya tekanan darah (BP), nadi (HR), pernapasan (RR), dan suhu tubuh
Pengukuran ROM dengan menggunakan goniometer
Pengukuran Nyeri dengan skala VAS (Visual Analogue Scale)
Pengukuran oedem menggunakan mid line
Pengukuran kekuatan otot dengan menggunakan MMT
3. Intervensi Fisioterapi pada Fraktur Shoulder
1) Infra Red : Posisi pasien senyaman mungkin yakni tidur terlentang,
kemudian daerah yang akan diterapi dibebaskan dari kain yang menutupi. Arah sinar diatur supaya tegak lurus dengan area yang diterapi yaitu lengan bawah kiri. Waktu terapi diatur 15 menit. Terapis selalu
mengawasi
keadaan
pasien
setiap
menit
sekali
untuk
memastikan bahwa pasien hanya merasakan hangat saja. Tujuan
diberikan infra red terlebih dahulu, untuk menjaga sirkulasi peredaran darah, engurangi nyeri dan oedem. 2) Exercise (Terapi Latihan) a. Active Exercise
Pasien diminta untuk menggerakkan shouldernya secara aktif (tanpa
bantuan) sampai batas rasa nyeri yang ia rasakan. Tujuannya untuk mengetahui seberapa luas Lingkup Gerak Sendi (LGS) pasien b. Statis Contraction Posisi pasien tidur terlentang, sedangkan posisi terapis di samping pasien. Pasien diminta berjabat tangan dengan terapis menggunakan tangan yang mengalami fraktur, kemudian pasien diminta untuk meremas jabatannya dan tahan sampai 8 hitungan kemudian relax. Gerakan ini diulang 8 kali gerakan. Tujuannya adalah strengthening pada bagian shoulder yang mengalami fraktur. c. Force Passive Exercise Posisi lengan bawah pasien sesuai dengan posisi anatomis, salah satu tangan terapis memfiksasi shoulder dan lengan bawah (lokasi fraktur) kemudian lengan pasien dipaksa untuk gerak ke arah fleksi-ekstensi shoulder, abduksi-adduksi shoulder, eksorotasi-endorotasi shoulder. Gerakan berikutnya, fiksasi terapis di proximal elbow dan lengan bawah medial, kemudian pasien digerakkan secara paksa ke arah fleksi elbow dan palmar fleksi-dorsi fleksi. Sedangkan untuk gerakan pada tangan dan jari-jari pasien dipaksa untuk menggenggam dan membuka genggaman. Masing-masing gerakan dilakukan sebanyak 8x gerakan. d. Hold Relax Hold Relax merupakan teknik latihan yang menggunakan kontraksi otot secara isometrik, kelompok antagonis yang diikuti rileksasi kelompok otot tersebut (prinsip reciprocal inhibition). Hold relax bermanfaat untuk rileksasi otot-otot dan menambah LGS.