Anda di halaman 1dari 22

FARINGITIS AKUT

Definisi
Faringitis akut adalah sindroma inflamsi yang terjadi pada faring yangdisebabkan
oleh berbagai jenis mikroorganisme. Faringitis dapat merupakan gejalainfeksi umum
dari saluran nafas bagian atas atau merupakan suatu infeksi lokal yangspesifik di
faring.
EPIDEMIOLOGI
Frekuensi
Faringitis akut memberikan konstribusi 40 juta kunjungan penderita berobat ke
tenaga kesehatan tiap tahunnya. Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa
mengalami 3-5 infeksi saluran nafas atas (termasuk didalamnya faringitis akut) tiap
tahunnya.
Mortalitasp
Faringitis akut merupakan salah satu penyebab terbesar absensi anak di sekolah
dan absensi di tempat kerja bagi orang dewasa.
Ras
Faringitis akut mengenai semua golongan ras dan suku bangsa secara merata
Jenis Kelamin
Faringitis akut mengenai kedua jenis kelamin dalam komposisi yang sama
Usia
Faringitis akut mengenai semua golongan usia, tetapi yang terbesar mengenai
anak-anak.(1,6)
PATOFISIOLOGI
Penyebab faringitis akut dapat bervariasi dari organisme yang mengahasilkan
eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang menyebabkan edema dan
bahkan ulserasi. Organisme yang ditemukan termasuk streptokokus, pneumokokus
dan basillus influensa, diantar organisme yang lainnya. Pada stadium awal,terdapat
hiperemia, edema, dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi
menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cendrung menjadi kering
dan dapat melekat pada dinding faring.Dengan hyperemia, pembuluh darah dinding
faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang berwarna putih, kuning, atau abuabu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya tonsila, perhatian
biasaanya difokuskan difokuskan pada faring, dan tampak bahwa folikel atau

bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletaj lebih kelateral, menjadi
meradang dan membengkak. Terkenanya dinding lateral, jika tersendiri, disebut
sebagaifaringitis lateral. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan adanya tonsila,
hanya faring saja yang terkena.
ETIOLOGI
Penyebab faringitis akut ialah kuman-kuman golongan Streptococcus B hemoliticus,
Streptococcus viridans serta golongan pyogenes. Sisanya disebabkan oleh infeksi
virus yaitu adenovirus, ECHO, virus influenza, serta Herpes. Cara infeksi ialah oleh
percikan ludah (droplet infektion).(1,3,4,5,6,
Tabel 1. Berbagai etiologi faringitis akut
Pathogen

Viral

Rhinovirus (100 types and 1 subtype)


Coronavirus (3 or more types)
Adenovirus (types 3, 4,7, 14 and 21)
Herpes simplex virus (types 1 and 2)
Parainfluenza virus (types 1-4)
Influenzavirus (types A and B)
Coxsackivirus A (types 2, 4-6, 8 and 10)
Epstein-Barr virus
Cytomegalovirus
Human immunodeficiency virus type I

Bacterial
Streptococcus pyogenes (group A b-hemolytic streptococci)
Group C b-hemolytic streptococci
Neisseria gonorrhoeae

Corynebacterium diphtheria
Arcanobacterium haemolyticum
Chlamydial
Chlamydia penumoniae
Mycoplasmal
Mycoplasma pneumoniae
Persentase dari etiologi faringitis akut dapat dilihat pada tabel di bawah

GEJALA KLINIS
Gejala yang sering ditemukan ialah:
- Gatal dan kering pada tenggorokkan
- Suhu tubuh naik sampai mencapai 40 0 C
- Rasa lesu dan nyeri disendi
- Tidak nafsu makan (anoreksia)
- Rasa nyeri ditelinga (otalgia)
- Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak
- Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,dan menjadi kering, gambaran seperti
kaca dan dilapisi oleh sekresi mukus.
- Jaringan limpoid biasanya tampak merah dan membengkak (1,4,5,6)
DIAGNOSIS BANDING(5)
- Mononukleus infeksiosa
- Tonsilitis difteri
- Scarlet fever
- Angina agranulositosis
- Tonsilitis kronis
PENATALAKSANAAN (5)
- Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamida selama lima hari

- Antipiretik
- Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan
- Bila alergi dengan penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamisin
PROGNOSIS
Prognosis penyakit ini umumnya baik bila penyakit cepat diketahui dan diterapi
dengan tepat dan dapat sembuh dengan sempurna. Akan tetapi bila pasien datang
terlambat dan penyakit sudah berlanjut maka prognosis akan kurang baik.(6)
KESIMPULAN
- Faringitis akut adalah sindroma inflamsi yang terjadi pada faring dan/atau tonsil
yang disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme. Faringitis dapat merupakan
gejala infeksi umum dari saluran nafas bagian atas atau merupakan suatu infeksi
lokal yang spesifik di faring.
- Etiologi yang paling sering ditemukan adalah virus
- Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, tanda dan gejala penyakit.
- Umumnya prognosis baik bila penyakit cepat diketahui dan diterapi dengan tepat.

FARINGITIS KRONIK
Dapat ditemukan sebagai :
-Sebagai kelainan tersendiri di faring
-Sebagai kelanjutan infeksi saluran nafas atas lainnya
Etiologi :
Rhinitis atau sinusitis
Mouth breathing : kelainan nasofaring atau kelainan hidung
Kelainan mulut : Kelainan gigi (caries/radix), tonsillitis kronis
Kelainan paru-paru : Bronchitis kronis, bronchiectasis
Akibat makanan yang merangsang (pedas, alcohol) atau tersedak makanan
Penyakit lain : nefritis, uremia, kelainan jantung (menurunkan daya tahan tubuh)
Udara yang penuh debu atau merangsang : Asap rokok, daerah industri
Faktor predisposisi Faringitis Kronis.
Rinitis kronis
Sinusitis.
Merokok.
Minum alkohol.
debu.
Pasien yang biasa bernafas melalui mulut karena hidungnya tersumbat.
Gejala klinik :
A. Gejala subjektif :
Timbul rasa sakit ditenggorokan jika terdapat hal-hal yang merangsang
(makanan pedas, asap dll.).
-

Terasa gatal ditenggorokan.

Batuk iritatif.

Batuk yang berdahak.

Kadang-kadang suara serak.

B. Gejala objektif :
1.
-

Faringitis kronik catarhalis (sebagai stadium dini) :


Pembuluh darah di dinding faring mengalami kongesti

Mukosa menghasilkan secret lebih banyak dari biasanya, secret mucus


menetap beberapa lama menjadi faringitis kronik hipertrofikan.

Faringitis kronik hipertrofikan :


-

Mukosa hipertrofi, uvula panjang dan edema lebih pendek

Pembuluh darah menebal

Jaringan limfoid hipertrofi (granulasi) ada yang bersatu sehingga nampak


sebagai penebalan mukosa yang nyata sekali, secret berkurang dan kental
Terdapat dua bentuk faringitis kronis yaitu :
Faringitis kronis hiperplastik
Faringitis kronis atrofi
1. Faringitis kronik hiperplastik :
Faktor predisposisi :
-

Rinitis kronis dan sinusitis

Inflasi kronik yang dialami perokok dan peminum alcohol

Inhalasi uap yang merangsang

Infeksi

Daerah berdebu

Kebiasaan bernafas melalui mulut

Manifestasi klinis :
-

Rasa gatal, kering dan berlendir yang sukar dikeluarkan dari tenggorokan

Batuk serta perasaan mengganjal di tenggorokan

Pemeriksaan fisik :
-

Penebalan mukosa di dinding posterior faring

Hipertrofi kelenjar limfe di bawah mukosa

Mukosa dinding faring posterior tidak rata (granuler)

Lateral band menebal

Penatalaksanaan :
-

Dicari dan diobati penyakit kronis di hidung dan sinus paranasal

Local dapat dilakukan kaustik dengan zat kimia (nitras argenti, albothyl)
atau dengan listrik (elektrokauter)
Sebagai simptomatik diberikan obat kumur atau isap, obat batuk (antitusif
atau ekspektoran)
2. Faringitis kronis atrofi (faringitis sika) :
Adalah faringitis yang timbul akibat rangsangan dan infeksi pada laring karena
terjadi rhinitis atrofi, sehingga udara pernafasan tidak diatur suhu dan
kelembabannya.
Manifestasi klinis :
-

Tenggorokan terasa kering dan tebal

Mulut berbau

Pemeriksaan fisik :
Pada mukosa faring terdapat lendir yang melekat, dan bila lendir itu diangkat akan
tampak mukosa dibawahnya kering.
Penatalaksanaan :
Terapi sama dengan rhinitis atrofi, ditambah obat kumur, obat simtomatik dan
menjaga hygiene mulut.

TONSILITIS AKUT
A. Pengertian. Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsil yang disebabkan oleh
bakteri atau kuman streptococcusi beta hemolyticus, streptococcus viridans dan
streptococcus pyogenes dapat juga disebabkan oleh virus, pada tonsilitis ada dua
yaitu : Tonsilitis Akut dan Tonsilitis Kronik

B.Etiologi Tonsilitis Akut


Disebabkan oleh kuman streptococcus beta hemolyticus, streptococcus viridans dan
streptococcus pyogenes yang menjadi penyebab terbanyak dapat juga disebabkan
oleh virus. Faktor predisposisi adanya rangsangan kronik (rokok, makanan),
pengaruh cuaca, pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan higiene, mulut
yang buruk.
C.Patofisiologi Tonsilitis Akut
Penyebab terserang tonsilitis akut adalah streptokokus beta hemolitikus grup A.
Bakteri lain yang juga dapat menyebabkan tonsilitis akut adalah Haemophilus
influenza dan bakteri dari golongan pneumokokus dan stafilokokus. Virus juga
kadang kadang ditemukan sebagai penyebab tonsilitis akut.
1.Pada Tonsilitis Akut
Penularan terjadi melalui droplet dimana kuman menginfiltrasi lapisan Epitel
kemudian bila Epitel ini terkikis maka jaringan Umfold superkistal bereaksi dimana
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfo nuklear.
2.Pada Tonsilitif Kronik
Terjadi karena proses radang berulang maka Epitel mukosa dan jaringan limpold
terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limpold, diganti oleh jaringan
parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara kelompok melebar
(kriptus) yang akan di isi oleh detritus proses ini meluas hingga menembus kapsul
dan akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris.
Jadi tonsil meradang dan membengkak, terdapat bercak abu abu atau kekuningan
pada permukaannya, dan jika berkumpul maka terbentuklah membran. Bercak
bercak tersebut sesungguhnya adalah penumpukan leukosit, sel epitel yang mati,
juga kuman kuman baik yang hidup maupun yang sudah mati.
D. Manisfestasi Klinis Tonsilitis Akut

Keluhan pasien biasanya berupa nyeri tenggorokan, sakit menelan, dan kadang
kadang pasien tidak mau minum atau makan lewat mulut. Penderita tampak loyo
dan mengeluh sakit pada otot dan persendian. Biasanya disertai demam tinggi dan
napas yang berbau, yaitu :
Suhu tubuh naik sampai 40 oC.
Rasa gatal atau kering ditenggorokan.
Lesu.
Nyeri sendi, odinofagia.
Anoreksia dan otolgia.
Bila laring terkena suara akan menjadi serak.
Tonsil membengkak.
Pernapasan berbau.
E. Komplikasi Tonsilitis Akut
Otitis media akut.
Abses parafaring.
Abses peritonsil.
Bronkitis,
Nefritis akut, artritis, miokarditis.
Dermatitis.
Pruritis.
Furunkulosis.
F. Pemeriksaan Penunjang Tonsilitis Akut
Kultur dan uji resistensi bila perlu.
Kultur dan uji resistensi kuman dari sediaan apus tonsil.
G. Penatalaksanaan Tonsilitis Akut
Sebaiknya pasien tirah baring. Cairan harus diberikan dalam jumlah yang cukup,
serta makan makanan yang berisi namun tidak terlalu padat dan merangsang
tenggorokan. Analgetik diberikan untuk menurunkan demam dan mengurangi sakit

kepala. Di pasaran banyak beredar analgetik (parasetamol) yang sudah


dikombinasikan dengan kofein, yang berfungsi untuk menyegarkan badan.
Jika penyebab tonsilitis adalah bakteri maka antibiotik harus diberikan. Obat pilihan
adalah penisilin. Kadang kadang juga digunakan eritromisin. Idealnya, jenis
antibiotik yang diberikan sesuai dengan hasil biakan. Antibiotik diberikan antara 5
sampai 10 hari.
Jika melalui biakan diketahui bahwa sumber infeksi adalah Streptokokus beta
hemolitkus grup A, terapi antibiotik harus digenapkan 10 hari untuk mencegah
kemungkinan komplikasi nefritis dan penyakit jantung rematik. Kadang kadang
dibutuhkan suntikan benzatin penisilin 1,2 juta unit intramuskuler jika diperkirakan
pengobatan orang tidak adekuat.
Terapi obat lokal untuk hegiene mulut dengan obat kumur atau obat isap.
Antibiotik golongan penisilin atau sulfonamida selama 5 hari.
Antipiretik.
Obat kumur atau obat isap dengan desinfektan.
Bila alergi pada penisilin dapat diberikan eritromisin atau klindamigin

TONSILITIS KRONIS
2.1. Definisi
Tonsilitis merupakan keradangan kronis yang mengenai seluruh jaringan tonsil yang
umumnya didahului oleh suatu keradangan di bagian tubuh lain, misalnya sinusitis,
rhinitis, infeksi umum seperti morbili, dan sebagainya. Sedangkan Tonsilitis Kronis
adalah peradangan kronis Tonsil setelah serangan akut yang terjadi berulang-ulang
atau infeksi subklinis (Woolley AL dalam Abdulhadi, 2007).
2.2. Insiden
Di Indonesia 3,8% setelah nasofaring akut yaitu tahun 1994-1996 berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Suwento dan sering terjadi pada anak-anak,
terutama berusia 5 tahun dan 10 tahun. (Farokah, 2007).
2.3. Etiologi
Etiologi berdasarkan Morrison yang mengutip hasil penyelidikan dari Commission on
Acute Respiration Disease bekerja sama dengan Surgeon General of the Army
America dimana dari 169 kasus didapatkan data sebagai berikut :
25% disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus yang pada masa
penyembuhan tampak adanya kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum
penderita.
25% disebabkan oleh Streptokokus golongan lain yang tidak menunjukkan
kenaikan titer Streptokokus antibodi dalam serum penderita.
-

Sisanya adalah Pneumokokus, Stafilokokus, Hemofilus influenza.

Adapula yang menyatakan etiologi terjadinya tonsilitis sebagai berikut :


1. Streptokokus hemolitikus Grup A
2. Hemofilus influenza
3. Streptokokus pneumonia
4. Stafilokokus (dengan dehidrasi, antibiotika)

5. Tuberkulosis (pada keadaan immunocompromise).


(Hammouda, 2009)
2.3. Patofisiologi
Terjadinya proses radang berulang disebabkan oleh rokok, beberapa jenis makanan,
higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik dan pengobatan tonsilitis
yang tidak adekuat (Eviaty, 2001).
Proses keradangan dimulai pada satu atau lebih kripte tonsil. Karena proses radang
berulang, maka epitel mukosa dan jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses
penyembuhan jaringan limfoid akan diganti oleh jaringan parut. Jaringan ini akan
mengerut sehingga kripte akan melebar (Adams, 1997).
Secara klinis kripte ini akan tampak diisi oleh Detritus (akumulasi epitel yang mati,
sel leukosit yang mati dan bakteri yang menutupi kripte berupa eksudat yang
berwarna kekuning-kuningan). Proses ini terus meluas hingga menembus kapsul
sehingga terjadi perlekatan dengan jaringan sekitar fossa tonsillaris. Pada anakanak, proses ini akan disertai dengan pembesaran kelenjar submandibula (Ugras,
2008).

(Gambar 2.1, Sumber Adams Anatomy, 1997)


2.4. Diagnosis

Tonsil membesar dengan permukaan yang tidak rata, kemudian kripta terlihat
melebar dan beberapa kripta terisi oleh debritus. Terasa ada yang mengganjal di
tenggorokan, kemudian pasien merasa tenggorokan kering dan nafas berbau
(Eviaty, 2001, Ugras, 2008).
2.5. Diagnosa Banding
Terdapat beberapa diagnosa banding dari tonsilitis kronis adalah sebagai berikut :
Penyakit-penyakit dengan pembentukan Pseudomembran atau adanya membran
semu yang menutupi tonsil (Tonsilitis Membranosa)
a. Tonsilitis Difteri
Disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae. Tidak semua orang yang
terinfeksi oleh kuman ini akan sakit. Keadaan ini tergantung pada titer antitoksin
dalam darah. Titer antitoksin sebesar 0,03 sat/cc darah dapat dianggap cukup
memberikan dasar imunitas. Gejalanya terbagi menjadi tiga golongan besar, umum,
lokal dan gejala akibat eksotoksin. Gejala umum sama seperti gejala infeksi lain,
yaitu demam subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat
dan keluhan nyeri menelan. Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak
ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin meluas dan membentuk
pseudomembran yang melekat erat pada dasarnya sehingga bila diangkat akan
mudah berdarah. Gejala akibat eksotoksin dapat menimbulkan kerusakan jaringan
tubuh, misalnya pada jantung dapat terjadi miokarditis sampai dekompensasi
kordis, pada saraf kranial dapat menyebabkan kelumpuhan otot palatum dan otot
pernafasan dan pada ginjal dapat menimbulkan albuminuria.
b. Angina Plaut Vincent (Stomatitis Ulseromembranosa)
Gejala yang timbul adalah demam tinggi (39C), nyeri di mulut, gigi dan kepala,
sakit tenggorok, badan lemah, gusi mudah berdarah dan hipersalivasi. Pada
pemeriksaan tampak membran putih keabuan di tonsil, uvula, dinding faring, gusi
dan prosesus alveolaris. Mukosa mulut dan faring hiperemis. Mulut yang berbau
(foetor ex ore) dan kelenjar submandibula membesar.
c. Mononukleosis Infeksiosa
Terjadi tonsilofaringitis ulseromembranosa bilateral. Membran semu yang menutup
ulkus mudah diangkat tanpa timbul perdarahan, terdapat pembesaran kelenjar
limfe leher, ketiak dan regio inguinal. Gambaran darah khas, yaitu terdapat leukosit
mononukleosis dalam jumlah besar. Tanda khas yang lain adalah kesanggupan
serum pasien untuk beraglutinasi terhadap sel darah merah domba (Reaksi Paul
Bunnel).
2. Penyakit Kronik Faring Granulomatus

a. Faringitis Tuberkulosa
Merupakan proses sekunder dari TBC paru. Keadaan umum pasien adalah buruk
karena anoreksi dan odinofagi. Pasien juga mengeluh nyeri hebat di tenggorok,
nyeri di telinga (otalgia) dan pembesaran kelenjar limfa leher.
b. Faringitis Luetika
Gambaran klinis tergantung dari stadium penyakit primer, sekunder atau tersier.
Pada penyakit ini dapat terjadi ulserasi superfisial yang sembuh disertai
pembentukan jaringan ikat. Sekuele dari gumma bisa mengakibatkan perforasi
palatum mole dan pilar tonsil.
c. Lepra (Lues)
Penyakit ini dapat menimbulkan nodul atau ulserasi pada faring kemudian
menyembuh dan disertai dengan kehilangan jaringan yang luas dan timbulnya
jaringan ikat.
d. Aktinomikosis Faring
Terjadi akibat pembengkakan mukosa yang tidak luas, tidak nyeri, bisa mengalami
ulseasi dan proses supuratif. Blastomikosis dapat mengakibatkan ulserasi faring
yang ireguler, superfisial, dengan dasar jaringan granulasi yang lunak.
Penyakit-penyakit diatas umumnya memiliki keluhan berhubungan dengan nyeri
tenggorokan (odinofagi) dan kesulitan menelan (disfagi). Diagnosa pasti
berdasarkan pada pemeriksaan serologi, hapusan jaringan atau kultur, foto X-ray
dan biopsi jaringan (Adams, 1997, Kasenmm, 2005).
2.6. Penatalaksanaan
2.6.1. Lokal
Terapi lokal bertujuan pada higiene mulut atau obat hisap yaitu antibiotik dan
analgesik (Eviaty, 2001).
2.6.2. Indikasi Tonsilektomi
Berdasarkan The American Academy of Otolaryngology- Head and Neck
Surgery ( AAO-HNS) tahun 1995 indikasi tonsilektomi terbagi menjadi :
1. Indikasi absolut
a)
Pembesaran tonsil yang menyebabkan sumbatan jalan napas atas,disfagia
berat,gangguan tidur, atau terdapat komplikasi kardiopulmonal
b)
abses peritonsiler yang tidak respon terhadap pengobatan medik dan
drainase, kecuali jika dilakukan fase akut.

c)

Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam

d)

Tonsil yang akan dilakukan biopsi untuk pemeriksaan patologi

2. Indikasi relatif
a)
Terjadi 3 kali atau lebih infeksi tonsil pertahun, meskipun tidak diberikan
pengobatan medik yang adekuat
b)
Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak ada respon terhadap pengobatan
medik
c)
Tonsilitis kronik atau berulang pada pembawa streptokokus yang tidak
membaik dengan pemberian antibiotik kuman resisten terhadap -laktamase.
(AAO-HNS dalam Efiaty, 2001)
2.7. Prognosa
Baik setelah dilakukan tonsilektomi dan sebelum terjadinya komplikasi lebih lanjut
(Shah, 2007).
2.8. Komplikasi
Komplikasi dari tonsilitis kronis dapat terjadi secara perkontinuitatum ke daerah
sekitar atau secara hematogen atau limfogen ke organ yang jauh dari tonsil.
Adapun berbagai komplikasi yang kerap ditemui adalah sebagai berikut :
1. Komplikasi sekitar tonsil
a. Peritonsilitis
Peradangan tonsil dan daerah sekitarnya yang berat tanpa adanya trismus dan
abses.
b. Abses Peritonsilar (Quinsy)
Kumpulan nanah yang terbentuk di dalam ruang peritonsil. Sumber infeksi berasal
dari penjalaran tonsilitis akut yang mengalami supurasi, menembus kapsul tonsil
dan penjalaran dari infeksi gigi.
c. Abses Parafaringeal
Infeksi dalam ruang parafaring dapat terjadi melalui aliran getah bening atau
pembuluh darah. Infeksi berasal dari daerah tonsil, faring, sinus paranasal, adenoid,
kelenjar limfe faringeal, os mastoid dan os petrosus.
d. Abses Retrofaring

Merupakan pengumpulan pus dalam ruang retrofaring. Biasanya terjadi pada anak
usia 3 bulan sampai 5 tahun karena ruang retrofaring masih berisi kelenjar limfe.
e. Krista Tonsil
Sisa makanan terkumpul dalam kripta mungkin tertutup oleh jaringan fibrosa dan ini
menimbulkan krista berupa tonjolan pada tonsil berwarna putih dan berupa
cekungan, biasanya kecil dan multipel.
f. Tonsilolith (Kalkulus dari tonsil)
Terjadinya deposit kalsium fosfat dan kalsium karbonat dalam jaringan tonsil yang
membentuk bahan keras seperti kapur.
2. Komplikasi Organ jauh
a. Demam rematik dan penyakit jantung rematik
b. Glomerulonefritis
c. Episkleritis, konjungtivitis berulang dan koroiditis
d. Psoriasis, eritema multiforme, kronik urtikaria dan purpura
e. Artritis dan fibrositis

LARINGITIS

Laringitis merupakan salah satu penyakit yang sering dijumpai pada daerah laring.
Laringitis merupakan suatu proses inflamasi pada laring yang dapat terjadi baik
akut maupun kronik.1
Laringitis akut biasanya terjadi mendadak dan berlangsung dalam kurun waktu
kurang lebih 3 minggu. Bila gejala telah lebih dari 3 minggu dinamakan laringitis
kronis.2
Penyebab dari laringitis akut dan kronis dapat bermacam-macam bisa disebabkan
karena kelelahan yang berhubungan dengan pekerjaan maupun infeksi virus.2
Pita suara adalah suatu susunan yang terdiri dari tulang rawan, otot, dan membran
mukos yang membentuk pintu masuk dari trakea. Biasanya pita suara akan
membuka dan menutup dengan lancar, membentuk suara melalui pergerakan. Bila
terjadi laringitis, makan pita suara akan mengalami proses peradangan, pita suara
tersebut akan membengkak, menyebabkan perubahan suara. Akibatnya suara akan
terdengar lebih serak.1

Berdasarkan hasil studi laringitis terutama menyerang pada usia 18-40 tahun untuk
dewasa sedangkan pada anak-anak umumnya terkena pada usia diatas 3 tahun.2
Etiologi
Hampir setiap orang dapat terkena laringitis baik akut maupun kronis. Laringitis
biasanya berkaitan dengan infeksi virus pada traktus respiratorius bagian atas.
Akan tetapi inflamasi tesebut juga dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab
diantaranya adalah 2.3
Tabel 1. Laringitis akut dan kronis
laringitis akut

Laringitis kronis

Rhinovirus

Infeksi bakteri

Parainfluenza virus

Infeksi tuberkulosis

Adenovirus

Sifilis

Virus mumps

Leprae

Varisella zooster virus

Virus

Penggunaan asma inhaler

Jamur

Penggunaan suara berlebih dalam


pekerjaan : Menyanyi, Berbicara
dimuka umum Mengajar

Actinomycosis

Alergi

Alergi

Streptococcus grup A

Faktor lingkungan seperti asap, debu

Moraxella catarrhalis

Penyakit sistemik : wegener


granulomatosis, amiloidosis

Gastroesophageal refluks

Penggunaan suara berlebih

Alkohol
Gatroesophageal refluks

Anatomi Saluran Pernafasan


Saluran penghantar udara yang membawa udara ke dalam paru adalah hidung,
faring, laring, trakea, bronkus, bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai
bronkiolus dilapisi oleh membran mukosa bersilia. Ketika masuk rongga hidung,
udara disaring, dihangatkan, dan dilembabkan. Udara lalu menuju ke faring dan
laring.4

Laring terdiri dari rangkaian cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot
dan mengandung pita suara. Ruangan berbentuk segitiga diantara pita suara
(glotis) bermuara ke dalam trakea dan membentuk bagian antara saluran
pernafasan atas dan bawah. Glotis merupakan pemisah antara saluran pernafasan
bagian atas dan bawah. Meskipun laring terutama dianggap berhubungan dengan
fonasi, tetapi fungsinya sebagai organ pelindung tetap jauh lebih penting. 4
Pada waktu menelan, gerakan laring ke atas, penutupan glotis, dan fungsi seperti
pintu dari epiglotis yang berbentuk daun pada pintu masuk laring, berperan untuk
mengarahkan makanan dan cairan masuk ke dalam esofargus. Jika benda asing
masih mampu masuk melalui glotis, fungsi batuk yang dimiliki laring akan
membantu menghalau benda dan sekret keluar dari saluran pernafasan bagian
bawah.4
Patogenesis
Bila jaringan cedera karena terinfeksi oleh kuman, maka pada jaringan ini akan
terjadi rangkaian reaksi yang menyebabkan musnahnya agen yang membahayakan
jaringan atau yang mencegah agen ini menyebar lebih luas. Rekasi-reaksi ini
kemudian juga menyebabkan jaringan yang cedera diperbaiki.5
Rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera ini dinamakan radang.5
Laringitis akut merupakan proses inflamasi pada mukosa pita suara dan laring yang
berlangsung kurang dari 3 minggu. Bila etiologi dari laringitis akut disebabkan oleh
adanya suatu infeksi, maka sel darah putih akan bekerja membunuh
mikroorganisme selama proses penyembuhan. Pita suara kemudian akan menjadi
tampak edema, dan proses vibrasi juga umumnya ikut mengalami gangguan. Hal ini
juga dapat memicu timbulnya suara yang parau disebabkan oleh gangguan fonasi.
Membran yang meliputi pita suara juga terlihat berwarna kemerahan dan
membengkak.2
laringitis kronis merupakan suatu proses inflamasi yang menunjukkan adanya
peradangan pada mukosa laring yang berlangsung lama. Pada laringitis kronis
proses peradangan dapat tetap terjadi meskipun faktor penyebabnya sudah tidak
ada. Proses inflamasi akan menyebabkan kerusakan pada epitel bersilia pada laring,
terutama pada dinding belakang laring. Hal ini akan menyebabkan gangguan dalam
pengeluaran sekret dari traktus trakeobronkial. Bila hal ini terjadi, sekret akan
berada tetap pada dinding posterior laring dan sekitar pita suara menimbulkan
reaksi timbulnya batuk. Adanya sekret pada daerah pita suara dapat menimbulkan
laringospasme. Perubahan yang berarti juga dapat terjadi pada epitel dari pita
suara berupa hiperkeratosis, diskeratosis, parakeratosis dan akantosis.3
LARINGITIS AKUT

Penyalahgunaan suara, inhalasi uap toksik, dan infeksi menimbulkan laringitis akut.
Infeksi biasanya tidak terbatas pada laring, namun merupakan suatu pan-infeksi
yang melibatkan sinus, telinga, laring dan tuba bronkus. Virus influenza, adenovirus
dan streptokokus merupakan organisme penyebab yang tersering. Difteri harus
selalu dicurigai pada laringitis, terutama bila ditemukan suatu membran atau tidak
adanya riwayat imunisasi. Pemeriksaan dengan cermin biasannya memperlihatkan
suatu eritema laring yang difus. Biakan tenggorokan sebaiknya diambil.6
LARINGITIS KRONIS
Laringitis kronis adalah inflamasi dari membran mukosa laring yang berlokasi di
saluran nafas atas, bila terjadi kurang dari 3 minggu dinamakan akut dan disebut
kronis bila terjadi lebih dari 3 minggu 2.3
Beberapa pasien mungkin telah mengalami serangan laringitis akut berulang,
terpapar debu atau asap iritatif atau menggunakan suara tidak tepat dalam konteks
neuromuskular. Merokok dapat menyebabkan edema dan eritema laring.6
Laringitis Kronis Spesifik
Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah laringitis tuberkulosis dan
laringitis luetika 7
Laringitis tuberkulosis
Penyakit ini hampir selalu akibat tuberkulosis paru. Biasanya pasca pengobatan,
tuberkulosis paru sembun tetapi laringitis tuberkulosis menetap. Hal ini terjadi
karena struktur mukosa laring yang melekat pada kartilago serta vaskularisasinya
yang tidak sebaik paru sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago maka
tatalaksananya dapat berlangsung lama.
Secara klinis manifestasi laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium yaitu :
Stadium infiltrasi, mukosa laring posterior membengkak dan hiperemis, dapat
mengenai pita suara. Terbentuk tuberkel pada submukosa sehingga tampak bintik
berwarna kebiruan. Tuberkel membesar dan beberapa tuberkel berdekatan bersatu
sehingga mukosa diatasnya meregang sehingga suatu saat akan pecah dan
terbentuk ulkus
Stadium ulserasi, ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus
diangkat, dasarnya ditutupi perkijuan dan dirasakan sangat nyeri.
Stadium perikondritis, ulkus makin dalam sehingga mengenai kartuilago laring
terutama kartilago aritenoid dan epiglotis sehingga terjadi kerusakan tulang rawan.
Stadium pembentukan tumor, terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior,
pita suara dan subglotik.

Laringitis luetika
Radang menahun ini jarang dijumpai Dalam 4 stadium lues yang paling
berhubungan dengan laringitis kronis ialah lues stadium tersier dimana terjadi
pembentukan gumma yang kadang menyerupai keganasan laring. Apabila guma
pecah akan timbul ulkus yang khas yaitu ulkus sangat dalam, bertepi dengan dasar
keras, merah tua dengan eksudat kekuningan. Ulkus ini tidak nyeri tetapi menjalar
cepat

Diagnosis
Diagnosis laringitis akut dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemerinksaan penunjang. Pada anamnesis biasanya didapatkan gejala
demam,malaise, batuk, nyeri telan, ngorok saat tidur, yang dapat berlangsung
selama 3 minggu, dan dapat keadaan berat didapatkan sesak nafas, dan anak
dapat biru-biru. Pada pemeriksaan fisik, anak tampak sakit berat, demam, terdapat
stridor inspirasi, sianosis, sesak nafas yang ditandai dengan nafas cuping hidung
dan/atau retraksi dinding dada, frekuensi nafas dapat meningkat, dan adanya
takikardi yang tidak sesuai dengan peningkatan suhu badan merupakan tanda
hipoksia1
Pemeriksaan dengan laringoskop direk atau indirek dapat membantu menegakkan
diagnosis. Dari pemeriksaan ini plika vokalis berwarna merah dan tampak edema
terutama dibagian atas dan bawah glotis. Pemeriksaan darah rutin tidak
memberikan hasil yang khas, namun biasanya ditemui leukositosis. pemeriksaan
usapan sekret tenggorok dan kultur dapat dilakukan untuk mengetahui kuman
penyebab, namun pada anak seringkali tidak ditemukan kuman patogen penyebab1
Proses peradangan pada laring seringkali juga melibatkan seluruh saluran nafas
baik hidung, sinus, faring, trakea dan bronkus, sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan foto.1
Pada laringitis kronis diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.3
Pada anamnesis dapat ditanyakan 3
Kapan pertama kali timbul serta faktor yang memicu dan mengurangi gejala
Kondisi kesehatan secara umum
Riwayat pekerjaan, termasuk adanya kontak dengan bahan yang dapat memicu
timbulnya laringitis seperti debu, asap.
Penggunaan suara berlebih

Penggunaan obat-obatan seperti diuretik, antihipertensi, antihistamin yang dapat


menimbulkan kekeringan pada mukosa dan lesi pada mukosa.
Riwayat merokok
Riwayat makan
Suara parau atau disfonia
Batuk kronis terutama pada malam hari
Stridor karena adanya laringospasme bila sekret terdapat disekitar pita suara
Disfagia dan otalgia
Pada gambaran makroskopi nampak permukaan selaput lendir kering dan berbenjolbenol sedangkan pada mikroskopik terdapat epitel permukaan menebaldan opaque,
serbukan sel radang menahun pada lapisan submukosa. 5
Pemeriksaan laboratorium dilakukan pemeriksaan darah, kultur sputum, hapusan
mukosa laring, serologik marker.3
Pada laringitis kronis juga dapat dilakukan foto radiologi untuk melihat apabila
terdepat pembengkakan. CT scanning dan MRI juga dapat digunakan dan
memberikan hasil yang lebih baik. 3
Pemeriksaan lain yang dapat digunakan berupa uji tes alergi.3
Penatalaksanaan
Terapi pada laringitis akut berupa mengistirahatkan pita suara, antibiotik, mnambah
kelembaban, dan menekan batuk. Obat-obatan dengan efek samping yang
menyebabkan kekeringan harus dihindari. Penyayi dan para profesional yang
mengandalkan suara perlu dinasehati agar membiarkan proses radang mereda
sebelum melanjutkan karier mereka. Usaha bernyayi selama proses radang
berlangsung dapat mengakibatkan perdarahan pada laring dan perkembangan
nodul korda vokalis selanjutnya.6
Terapi pada laringitis kronis terdiri dari menghilangkan penyebab, koreksi gangguan
yang dapat diatasi, dan latihan kembali kebiasaan menggunakan vocal dengan
terapi bicara. Antibiotik dan terapi singkat steroid dapat mengurangi proses radang
untuk sementara waktu, namun tidak bermanfaat untuk rehabilitasi jangka panjang.
Eliminasi obat-obat dengan efek samping juga dapat membantu.6
Pada pasien dengan gastroenteriris refluks dapat diberikan reseptor H2 antagonis,
pompa proton inhibitor. Juga diberikan hidrasi, meningkatkan kelembaban,
menghindari polutan. 3.6

Terapi pembedahan bila terdapat sekuester dan trakeostomi bila terjadi sumbatan
laring.3
Laringitis kronis yang berlangsung lebih dari beberapa minggu dan tidak
berhubungan dengan penyakit sistemik, sebagian besar berhubungan dengan
pemajanan rekuren dari iritan. Asap rokok merupakan iritan inhalasi yang paling
sering memicu laringitis kronis tetapi laringitis juga dapat terjadi akibat menghisap
kanabis atau inhalasi asap lainnya. Pada kasus ini, pasien sebaiknya dijauhkan dari
faktor pemicunya seperti dengan menghentikan kebiasaan merokok.3
Prognosis
Laringitis akut umunya bersifat self limited. bila terapi dilakukan dengan baik maka
prognosisnya sangat baik. Pada laringitis kronis prognosis bergantung kepada
penyebab dari laringitis kronis tersebut. 2.3

Anda mungkin juga menyukai