Anda di halaman 1dari 3

Kejatuhan Konstantinopel (bahasa Turki: stanbul'un Fethi) adalah penaklukan ibu kota

Kekaisaran Romawi Timur, yang terjadi setelah pengepungan sebelumnya, di bawah


komando Sultan Utsmaniyah yang berumur 21 tahun, yaitu Muhammad al-Fatih, melawan
tentara bertahan yang dikomandoi oleh Kaisar Bizantium Konstantinus XI. Pengepungan
berlangsung dari Jumat, 6 April 1453- Selasa, 29 Mei 1453 (berdasarkan Kalender Julian),
ketika kota itu ditaklukkan oleh Utsmaniyah.
Penaklukan Konstantinopel (dan dua wilayah pecahan lainnya segera setelah itu Bizantium)
menandai berakhirnya Kekaisaran Romawi, sebuah negara yang telah berlangsung selama
hampir 1.500 tahun, itu juga merupakan pukulan besar untuk Kristen. Intelektual Yunani dan
non-Yunani Beberapa meninggalkan kota sebelum dan sesudah pengepungan,
https://id.wikipedia.org/wiki/Kejatuhan_Konstantinopel
Sejak abad ke-4 kota di Timur Tengah memiliki pusat studi berbagai ilmu
pengetahuan yang berasal dari Yunani, seperti Gaza, Belrut, Edessa, dan
Antioch. Abad ke-5 dilannda perpecahan gerejani maka para ahli filologi
berpindah ke kawasan Persia. Dalam lembaga ini naskah Yunani diterjemahkan
ke dalam bahasa Siria dan bahasa Arab. Kota Harra di Mesopotamia pernah
menjadi pusat studi naskah Yunani, penduduknya yaitu Sabean, suku yang
tergolong kuno dan mahir dalam bahasa Arab.
Sebelum kedatangan agama Islam Persia dan Arab memiliki karya yang terbilang
mengagumkan misalnya Muallaqat dan Qasidah. Kegiatan meluas ke kawasan
luar Negara Arab setelah Islam berkembang serta mistik Islam berkembang
dengan maju di Persia, abad ke-10 hingga abad ke-11. Meluasnya kekuasaan
dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia pada abad ke-8 hingga abad ke-15
menyebabkan ilmu pengetahuan Yunani yang telah diserap oleh bangsa Arab
kembali masuk ke Eropa dengan baju Islam. Abad ke-17 telaah teks klasik Arab
dan Persia di eropa telah dipandang mantap, di Cambridge dan Oxford. Dan abad
ke-18 didirikan pusat studi kebudayaan ketimuran oleh Sivester de Sacy dengan
nama Ecole des Langues Orientales Vivantes.
https://muzzam.wordpress.com/2011/06/24/sejarah-perkembangan-filologi/
Pada waktu itu dikenal tiga penerjemah kenamaan, bernama Qusta bin Luqa,
Hunain bin Ishaq, dan Hubaisyi, ketiganya beragama Nasrani. Dengan demikian
dapat diketahui metode filologi yang dipergunakan pada waktu itu (abad ke-9) di
kawasan Timur Tengah. Di samping melakukan telaah terhadap naskah-naskah
Yunani, para ahli filologi di kawasan Timur Tengah juga menerapkan teori filologi
terhadap naskah-naskah yang dihasilkan oleh penulis-penulis dari daerah itu.
Bangsa-bangsa di Timur Tengah memang dikenal sebagai bangsa yang memiliki
dokumen lama yang berisi nilai-nilai yang agung. Kedatangan bangsa Barat di
kawasan Timur Tengah membuka kegiatan filologi terhadap karya-karya tersebut.
Kajian filologi terhadap naskah-naskah banyak dilakukan di pusat-pusat
kebudayaan ketimuran di kawasan Eropa. Ilmu pengetahuan Yunani yang telah
diserap oleh bangsa Arab kembali masuk ke Eropa dengan baju Islam. Naskahnaskah itu dikaji di pusat ilmu dan penelitian di negara-negara Eropa.
http://sastrakalasenja.blogspot.co.id/2014/02/sejarah-perkembangan-filologi.html

1. Filologi Dinasti Abbasiyah dan Masa Keemasan Islam


Pada zaman dinasti Abbasiyah, dalam pemerintahan khalifah Mansur (754-775),
Harun Alrasyid (786-809), dan Makmun (809-833) studi naskah dan ilmu pengetahuan
Yunani makin berkembang dan puncak perkembangannya itudalam pemerintahan Makmun.
Di dalam istananya terkumpul sejumlah ilmuwan dari negara lain: mereka beljr ilmu
geometri, astronomi, teknik dan musik. Mereka mendapat pelayanan yang baik, dibangunkan
pusat studi yan diberi nama Bait al-Hikmah (Lembaga Kebijaksanaan), yang dilengkapi
dengan perpustakaan dan observatorium. Pada waktu itu dikenal tiga penerjemah kenamaan,
bernama Qusta bin Luqa, Hunain bin Ishaq dan Hubaisyi, ketiga-tiganya beragama Nasrani.
[10]
Hunain merupakan penerjemah yang paling luas ilmu pengetahuannya, menguasai
bahasa Arab, Yunani, Persia: bahasa ibunya sendiri bahasa Arab. Sejak umur 7 tahun dia
sudah menjadi penerjemah kedalam bahasa-bahasa tersebut. Mungkin ketrampilannya
diperoleh karena dia tinggal di daerah multilingual. Dia mendirikan lembaga penerjemah di
Bagdad, akan tetapi tidak jelas apakah kegiatan penerjemahanitu dari naskah-naskah Yunani
atau dari terjemahannya dalam bahasa siria. Di waktu itu masih banyak tersimapan di
daerahnya naskah-naskah Yunani dan Hunain sendiri rajin mencari naskah-naskah lama
Yunani sampai ke Mesir, Siria, Palestina dan Mesopotamia. Hunain menyusun daftar naskah
Yunani yang telah di terjemahkan ke dalam bahasa Siria dan Arab , disertai nama para
penerjemahnya dan untuk siapa naskah itu diterjemahkan. Disamping itu Hunain juga
menyertaka kritik Hunain terhadap hasil terjemahan orang lain sangat tajam. Dengan
demikian dapat diketahui metode filologi yang digunakan pada waktu abad ke-9 di kawasan
Timur Tengah. Di samping melakukan telaah terhadap naskah-naskah Yunani, para ahli
filologi di kawasan Timur Tengah juga menerapkan teori filologi terhadapnaskah-naskah
yang dihasilkan oleh penulis-penulis dari daerah itu.[11]

2. Perkembangan Filologi Zaman Dinasti Abbasiyah dan Pasca Keruntuhannya


Bangsa-bangsa di Timur Tengah memang dikenal sebagai bangsa yang memiliki
dokumen lama yang berisi nilai-nilai yang agung, seperti karya tulis yang di hasilkan oleh
bangsa Arab dan Persia. Sebelum kedatangan agama Islam, kedua bangsa ini telah memiliki
karya sastra yang mengagumkan, dlam bentuk prosa dan puisi misalnya Muallaqat dan
Qasidah pada bangsa Arab. Setelah Islam berkembang, kegiatan meluas di kawasan di luar

negara Arab , serta mistik Islam berkembang dengan maju di daerah Persia pada abad ke-10
hingga abad ke-13. Karya sastra mistik yang masyhur misal Mantiq al-Tair susunan Farid alDin Al-Tar, Mathnawi imanawi karya Jalal al-Din al-Rumi, Tarjuman al-Asywaqtulisan Ibn
al-Arabi. Puisi-puisi penyair Persia terkenal Umar Khayyam serta cerita Seribu Satu Malam
hingga saat ini masih banyak dikenal di dunia Barat dan berkali-kali diterjemahkan dalam
bahasa-bahasa Barat dan bahasa-bahasa Timur.[12]
Kedatangan bangsa Barat di kawasan Timur Tengah membuka kegiatan filologi
terhadap karya tersebut, sehingga isi kandungan naskah-naskah itu dikenal di dunia Barat dan
banyak yang menarik perhatian orientalis Barat. Maka banyaklah teks yang diteliti oleh
mereka serta kemudian banyaklah naskah yang mengalir ke pusat-pusat studi dan koleksi
naskah di Eropa. Kajian filologi terhadap naskah-naskah tersebut banyak dilakukan di pusatpusat kebudayaan ketimuran di kawasan Eropa dan hasil kajian itu berupa teori-teori
mengenai kebudayaan dan sastra Arab, Persi, Siria, Turki dan lain sebagainya.[13]
http://irawansyahputra11.blogspot.co.id/2014/05/sejarah-perkembangan-filologidisusun.html
Setelah kedatangan Islam pun karya sastra mistik Islam berkembang maju.
Kedatangan bangsa Barat di kawasan ini menyebabkan karya sastra mereka
dikenal dunia Barat. Meluasnya kekuasaan dinasti Umayah ke Spanyol dan
Andalusia pada abad ke-8 membawa ilmu pengetahuan Yunani yang telah
diserap bangsa Arab kembali ke Eropa dengan tradisi Islam. Hingga Bahasa Arab
dipelajari sebagai alat untuk mempelajari naskah-naskah yang ditulis dalam
bahasa tersebut. Terdapat pusat studi ketimuran di berbagai tempat di Eropa
yang menghasilkan ahli- ahli dalam mengkaji naskah-naskah Timur Tengah.
http://alfasayyidah.tumblr.com/post/117141041459/sejarah-perkembanganfilologi

konten konten pragmatik


1. Sejarah perkembangan philology
2. Tokoh tokoh dan contoh karya
1. 3 tokoh kristen
2. Jalaludin rumi
3. Ibnu sina

Anda mungkin juga menyukai