Kekayaan Desa
Kekayaan Desa
1.
Karena desa harus membiayai penyelenggaraan pemerintahan desa atau lebih tegas lagi
pengurusan dan pengaturan rumah tangga desa (otonomi desa) maka desa harus
mempunyai sumber pendapatan untuk pemeliharaan jalan, jembatan, bangunan desa,
sampai upah pamong desa. Desa harus mencari dana sepenuhnya dalam pengertian tanpa
dana dari pemerintah.
Bayu Suryaningrat mengatakan betapapun (pernah terjadi) pembatasan gerak terhadap
desa sepanjang hidupnya, desa masih tenang-tenang saja menyelenggarakan
pemerintahannya tanpa hambatan keuangan. Terbatasnya kemampuan keuangan tidak
mempengaruhi dan tidak boleh mempengaruhi kegiatan pemerintahan desa, sehingga
sebagian besar pamong desa menerima upah yang kurang mencukupi, tetapi mereka tetap
melaksanakan tugasnya.
1.
Sumber pendapatan desa menurut pasal 212 ayat (3) terdiri atas :
1.
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang dimaksudkan dengan "sumbangan
dari pihak ketiga adalahdapat berbentuk hadiah, donasi, wakaf dan atau lain-lain
sumbangan serta pemberian sumbangan dimaksud tidak mengurangi kewajiban-kewajiban
pihak penyumbang. (penjelasan pasal 212 ayat (3) huruf e).
Hasil usaha desa, pada dasarnya menurut peraturan perundang-undangan yang ada saat
ini tidak dirinci apa saja yang termasuk dalam kelompok hasil usaha desa tersebut. Tetapi
berdasarkan pemahaman yang umum bahwa hasil usaha desa itu dapat dikatakan meliputi
segala hasil upaya ekonomis yang dilakukan pemerintah desa dalam mengelola kekayaan
desa.. Kekayaan desa dapat meliputi tanah kas desa, pasar, bangunan desa dan lain-lain.
Dalam arti tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Lain-lain pendapatan asli desa yang sah dapat berupa :
1.
2.
3.
asli :
kekayaan desa
swadaya dan partisipasi masyarakat
gotong royong
pungutan desa
lain-lain yang syah
Bantuan
asli :
1.
2.
3.
APPKD adalah anggaran pemerintah desa yang diwujudkan dalam bentuk angka;
Hakikat APPKD adalah program tahunan.
Anggaran Pendapatan dan belanja desa merupakan acuan dasar dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. Tentang belanja, pengelolaan keuangan desa serta pedomannya,
disebutkan dalam pasal 212 ayat (4), (5) dan (6) sebagai berikut :
1. Belanja desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa dan
pemberdayaan masyarakat desa;
2. Pengelolaan keuangan desa, dilakukan oleh Kepala Desa yang dituangkan dalam
Peraturan desa tentang APBDes;
3. Pedoman pengelolaan keuangan desa ditetapkan oleh Bupati/Walikota dengan
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Diposkan 7th April 2011 oleh Fariz Siregar
1
Lihat komentar
1.
ikewanusmawatie22 Agustus 2011 00.54
masalahnya, Desa selalu bergantung pada bantuan/dana dari pemerintah di atasnya. Sumber
pendapatan Desa terutama Asli Desa tidak dapat secara maksimal, gak sampek setengahnya
deh mampu membiayai pemerintahan desa apalagi pembangunan desa. jadi ayat dan pasal
tersebut dibuat sebenarnya tidak bisa dijalankan dalam dunia realitas pemerintahan desa.
so...solusinya bagaimana?
Balas
Note of Praja
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
STUDI TEKS DAN DOKUMENTASI (DALAM PENELITIAN KUALITATIF MAGISTER ILMU
KOMUNIKASI USU 2015)
Rendah Hati dan Integritas
Jujur Dengan Diri Sendiri
Menikmati Moment
Bukan Optimis Apalagi Pesimis, Namun Realistis
Alam Yang Membentuk Kita
Cara Mengihitung Kinerja Pegawai
Berkata Baik Agar Hidup Kita Baik
Hidup itu Tumbuh
Anak Elang di Induk Ayam
Profil Dedi Jaminsyah Putra Harahap S.STP M.SP
Memuat
Template Dynamic Views. Diberdayakan oleh Blogger.