Anda di halaman 1dari 7

GEJALA UMUM ALZHEIMER

Dalam kegiatan ini, Alzheimer's Indonesia membagikan wawasan seputar 10 gejala umum
Demensia Alzheimer yang perlu Anda waspadai. Jika anggota keluarga Anda menunjukkan
gelaja-gejala berikut, segera konsultasikan kepada dokter.
1. Gangguan daya ingat
Sering lupa akan kejadian yang baru saja terjadi, lupa janji, menanyakan dan menceritakan hal
yang sama berulang kali, lupa tempat parkir di mana (dalam frekuensi tinggi).
2. Sulit fokus
Sulit melakukan aktivitas, pekerjaan sehari-hari, lupa cara memasak, mengoperasikan telepon,
ponsel, tidak dapat melakukan perhitungan sederhana, bekerja dengan waktu yang lebih lama
dari biasanya.
3. Sulit melakukan kegiatan yang familiar
Seringkali sulit untuk merencanakan atau menyelesaikan tuga sehari-hari, bingung cara
mengemudi, sulit mengatur keuangan.
4. Disorientasi
Bingung akan waktu (hari/tanggal/hari penting), bingung di mana mereka berada dan bagaimana
mereka sampai di sana, tidak tahu jalan pulang kembali ke rumah.
5. Kesulitan memahami visuospasial
Sulit untuk membaca, mengukur jarak, menentukan jarak, membedakan warna, tidak mengenali
wajah sendiri di cermin, menabrak cermin saat berjalan, menuangkan air di gelas namun tumpah
dan tidak tepat menuangkannya.
6. Gangguan berkomunikasi
Kesulitan berbicara dan mencari kata yang tepat, seringkali berhenti di tengah percakapan dan
bingung untuk melanjutkannya.
7. Menaruh barang tidak pada tempatnya
Lupa di mana meletakkan sesuatu, bahkan kadang curiga ada yang mencuri atau
menyembunyikan barang tersebut.
8. Salah membuat keputusan
Berpakaian tidak serasi, misalnya memakai kaos kaki kiri berwarna merah, kaos kaki kanan
berwarna biru, tidak dapat memperhitungkan pembayaran dalam bertransaksi dan tidak dapat
merawat diri dengan baik.
9. Menarik diri dari pergaulan
Tidak memiliki semangat ataupun inisiatif untuk melakukan aktivitas atau hobi yang biasa
dinikmati, tidak terlalu semangat untuk berkumpul dengan teman-temannya.
10. Perubahan perilaku dan kepribadian
Emosi berubah secara drastis, menjadi bingung, curiga, depresi, takut atau tergantung yang
berlebihan pada anggota keluarga, mudah kecewa dan putus asa baik di rumah maupun dalam
pekerjaan.

PENGERTIAN ALZHEIMER

Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia paling umum yang awalnya


ditandai oleh melemahnya daya ingat, hingga gangguan otak dalam melakukan
perencanaan, penalaran, persepsi, dan berbahasa. Pada penderita
Alzheimer, gejala berkembang secara perlahan-lahan seiring waktu. Misalnya yang
diawali dengan sebatas lupa soal isi percakapan yang baru saja dibincangkan atau
lupa dengan nama obyek dan tempat, bisa berkembang menjadi disorientasi dan
perubahan perilaku. Perubahan perilaku dalam hal ini seperti menjadi agresif,
penuntut, dan mudah curiga terhadap orang lain.
Bahkan jika penyakit Alzheimer sudah mencapai tingkat parah, penderita
dapat mengalami halusinasi, masalah dalam berbicara dan berbahasa, serta tidak
mampu melakukan aktivitas tanpa dibantu orang lain. Meski penyebab pasti penyakit
ini belum diketahui, para ahli percaya bahwa penyakit Alzheimer pada umumnya
terjadi akibat meningkatnya produksi protein dan khususnya penumpukan
protein beta-amyloid di dalam otak yang menyebabkan kematian sel saraf.
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena
penyakit Alzheimer, di antaranya adalah pertambahan usia, cidera parah di kepala,
riwayat kesehatan keluarga atau genetika, dan gaya hidup.
Penyakit Alzheimer rentan diidap oleh orang-orang yang telah berusia di atas 65
tahun dan sebanyak 16 persen diidap oleh mereka yang usianya di atas 80 tahun.
Meski begitu, penyakit yang menjangkiti lebih banyak wanita ketimbang laki-laki ini
juga dapat dialami oleh orang-orang yang berusia antara 40 hingga 65 tahun.
Diperkirakan sebanyak 5 persen penderita Alzheimer terjadi pada kisaran usia
tersebut.

PENYEBAB Alzheimer

Hingga saat ini penyebab pasti penyakit Alzheimer belum diketahui. Namun
melalui penelitian laboratorium tampak jelas bahwa penyakit ini merusak dan
mematikan sel-sel otak secara berangsur-angsur. Para ahli berpendapat bahwa
matinya sel-sel otak tersebut terjadi akibat gumpalan protein beta-amyloid, serta
kusutnya benang-benang protein di dalam sel otak yang menyebabkan peredaran
nutrisi atau bahan-bahan lain yang dibutuhkan otak menjadi terganggu.
Ada beberapa faktor risiko yang menurut para ahli dapat memengaruhi otak
sehingga memicu penyakit Alzheimer, di antaranya adalah:

Umur. Penyakit Alzheimer rentan diidap oleh orang-orang yang telah berusia

di atas 65 tahun, dan sebanyak 16 persen diidap oleh mereka yang usianya di atas
80 tahun. Meskipun begitu, sekitar 5 persen kasus Alzheimer terjadi di bawah usia
65.
Cedera di kepala. Orang-orang yang yang pernah mengalami cedera berat di

kepala memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit Alzheimer.


Genetika. Menurut penelitian, mereka yang memiliki orang tua atau saudara

dengan Alzheimer akan lebih berisiko terkena penyakit yang sama. Selain itu kurang
dari lima persen kasus penyakit Alzheimer terjadi akibat perubahan atau mutasi
genetika.
Mengidap Downs syndrome. Gangguan genetika yang menyebabkan

terjadinyaDowns syndrome juga dapat menyebabkan penumpukan protein betaamyloid di otak sehingga memicu terjadinya penyakit Alzheimer.
Mengidap gangguan kognitif ringan. Mereka dengan gangguan kognitif dan

memori lebih berisiko untuk mengalami Alzheimer nantinya.


Kebiasaan hidup yang buruk dan kondisi yang berkaitan dengan
penyakit jantung.Menurut penelitian faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko
terkena penyakit jantung, juga dapat meningkatkan risiko penyakit Alzheimer,
misalnya seperti kurang mengonsumsi makanan yang mengandung serat,
kebiasaan merokok, kurang berolahraga, mengidap obesitas, menderita hipertensi
dan kolesterol tinggi, dandiabetes.
Selain faktor-faktor risiko tersebut, jenis kelamin juga menentukan tingkat
kerentanan seseorang untuk terkena penyakit Alzheimer. Menurut penelitian, wanita
lebih berisiko terkena penyakit ini ketimbang laki-laki.

Diagnosis

Penyakit Alzheimer yang terdiagnosis sejak dini dapat membuat penderita


memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan persiapan serta perencanaan untuk
masa depan, dan yang lebih terpenting lagi adalah mendapatkan penanganan yang
lebih cepat yang dapat membantu.
Dalam mendiagnosis penyakit Alzheimer, dokter akan bertanya terlebih
seputar gejala yang dirasakan pasien atau mengenai riwayat kesehatan
keluarganya. Tidak ada tes medis khusus untuk membuktikan seseorang mengidap
Alzheimer. Pemeriksaan atau tes dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi pasien
bukan disebabkan oleh penyakit lain. Pemeriksaan lebih lanjut bisa meliputi:

Pemeriksaan darah di laboratorium. Pemeriksaan ini dilakukan guna

mengetahui apakah ada kondisi lain selain penyakit Alzheimer yang menyebabkan
pasien mengalami penurunan daya ingat atau kebingungan, misalnya seperti
gangguan tiroid.
Pemeriksaan kesehatan saraf. Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui

seberapa baik fungsi saraf pasien, misalnya dengan menguji keseimbangan,


koordinasi, daya refleks, kemampuan mendengar atau melihat, dan kekuatan otot
saat bangun dari duduk atau pun berjalan.
Pemeriksaan mental dan neuropsikologi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk

mengetahui kemampuan berpikir, daya ingat, serta fungsi mental si pasien, dengan
mengacu pada umur serta tingkat pendidikannya.
Pemindaian otak. Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui adanya
kelainan di dalam otak yang mungkin dapat menjadi faktor pemicu penyakit
Alzheimer. Pemindaian otak dapat dilakukan dengan menggunakan resonansi
magnetik atau disebut MRI scan, dan juga dengan menggunakan sinar X atau
disebut CT scan.
Biasanya pemeriksaan lebih lanjut untuk mendeteksi penyakit Alzheimer tersebut
dilakukan oleh dokter spesialis, misalnya spesialis saraf.

Pengobatan alzheimer

Penyakit Alzheimer belum dapat disembuhkan. Cara penanganan yang ada saat ini
hanya bertujuan untuk meredakan gejala, memperlambat perkembangan penyakit,
serta membuat penderita dapat hidup semandiri mungkin.

Jenis obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk penyakit Alzheimer
adalah rivastigne, galantamine, donepezil, dan memantine. Keempat obat ini mampu
meredakan gejala demensia dengan cara meningkatkan kadar dan aktivitas kimia di
dalam otak.
Rivastigne, galantamine, dan donepezil biasanya digunakan untuk menangani
penyakit Alzheimer dengan tingkat gejala awal hingga menengah.
Sedangkan memantine biasanya diresepkan bagi penderita Alzheimer dengan gejala
tahap menengah yang tidak dapat mengonsumsi obat-obatan
lainnya. Memantine juga dapat diresepkan pada penderita Alzheimer dengan gejala
yang sudah memasuki tahap akhir.
Efek samping yang mungkin timbul dari mengonsumsi rivastigne,
galantamine, dandonepezil adalah:
Kram otot

Diare
Mual
Insomnia
Rasa lelah

Sakit kepala

Sedangkan efek samping yang mungkin timbul dari


mengonsumsi memantine adalah:
Sakit kepala

Sesak napas

Konstipasi
Rasa lelah

Gangguan keseimbangan
Selain melalui obat-obatan, pengobatan psikologis juga dapat diterapkan untuk
menangani penyakit Alzheimer.

Stimulasi kognitif. Metode ini bertujuan meningkatkan daya ingat,


kemampuan berkomunikasi, serta kemampuan dalam memecahkan masalah.
Terapi relaksasi dan terapi perilaku kognitif. Metode ini bertujuan
mengurangi halusinasi, delusi, agitasi, kecemasan, depresi yang dialami oleh
penderita Alzheimer.
Penurunan kognitif pada penderita penyakit Alzheimer tidak hanya dapat
diperlambat dengan obat-obatan atau pun terapi psikologis, namun juga sebaiknya
dikombinasikan dengan penerapan pola hidup sehat di rumah agar hasilnya lebih
maksimal. Seperti rutin berolahraga, mengonsumsi makanan sehat yang rendah
lemak, serta kaya serat dan omega-3, lebih sering bersosialisasi, melakukan
kegiatan yang dapat menstimulasi pikiran seperti mengisi teka-teki silang atau
membaca buku.
Jika Anda menderita penyakit Alzheimer atau memiliki keluarga yang menderita
penyakit ini, lakukanlah tips berikut ini di rumah.

Buatlah catatan mengenai hal-hal yang ingin Anda lakukan, dan tempel
catatan tersebut di pintu, kulkas, dekat televisi, atau di mana pun yang mudah Anda
lihat.

Setel alarm pada jam atau ponsel sebagai pengingat, atau beri tahu orang
yang Anda percaya mengenai rencana kegiatan yang akan Anda lakukan, dan
mintalah pada mereka untuk mengingatkan.

Simpan kontak kerabat, teman-teman, atau orang-orang yang Anda butuhkan


di buku telepon dan di ponsel.

Simpan kunci di tempat yang biasanya Anda ingat dan mudah terlihat.

Setel tanggal secara tepat pada ponsel agar Anda tidak lupa dengan hari atau
bila perlu mulailah berlangganan surat kabar tiap hari.

Tempelkan label pada tiap wadah tertutup agar Anda tidak lupa isinya,
misalnya pada laci atau lemari makanan.

Pasang pegangan pada tangga atau kamar mandi untuk menghindari


terjatuh.

Kurangi jumlah cermin karena dapat membuat penderita Alzheimer


kebingungan atau bahkan ketakutan.

Atur perabotan agar tidak mengganggu dan membahayakan gerak penderita.

Pencegahan alzheimer

Hingga kini belum ada cara pasti dalam mencegah penyakit Alzheimer karena
penyebabnya yang belum diketahui. Namun dengan makin banyaknya informasi
yang didapat dari penelitian, bukan tidak mungkin suatu saat nanti cara mencegah
atau pun mengobati Alzheimer dapat ditemukan.

Penyakit jantung sering dikaitkan dengan risiko mengidap penyakit Alzheimer. Jika
seseorang memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung, maka dirinya pun lebih
rentan terkena penyakit Alzheimer. Karena itu lakukanlah beberapa langkah berikut
ini agar jantung tetap sehat dan terhindar dari risiko terkena penyakit Alzheimer.
Konsumsi makanan sehat yang kadar lemak dan kolesterolnya rendah.
Tingkatkan asupan serat, seperti buah-buahan dan sayur-sayuran.

Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman keras.

Jika Anda menderita stroke, diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi,

teraturlah dalam mengonsumsi obat yang disarankan oleh dokter, serta menjalani
nasihat dari dokter mengenai pola hidup sehat.
Jika Anda mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, berusahalah

untuk menurunkan berat badan secara aman.


Pastikan Anda selalu rutin memeriksakan tekanan darah, serta kadar
kolesterol dan gula secara teratur agar Anda selalu waspada.

Berolahraga secara rutin sedikitnya dua setengah jam tiap minggu, seperti
bersepeda atau berjalan kaki.
Umumnya, orang-orang yang aktif secara sosial, fisik, dan mental tidak akan mudah
terkena penyakit Alzheimer. Karena itu lakukanlah hal-hal yang menyenangkan yang
dapat menstimulasi gerak tubuh dan pikiran Anda. Misalnya dengan mengikuti gerak
jalan, menulis blog santai, membaca, bermain musik, dan bermain bulu tangkis.

Anda mungkin juga menyukai