Anda di halaman 1dari 33

Acara

V
0

TITRASI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM
KIMIA DASAR I
Disusun oleh : Julita (14.I1.0160)
Kelompok : A4

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2014

1. TUJUAN PRAKTIKUM
1.1. Permanganometri
Tujuan dilakukannya praktikum ini agar praktikan dapat mengetahui normalitas
KMnO4 dengan cara standarisasi dan dapat menentukan kadar asam oksalat
pada kembang kol menggunaan analisa permanganometri.
1.1.2.
Iodimetri
Tujuan dilakuannya praktium ini agar praktikan dapat menentukan kadar
vitamin C dalam sample.
1.3. Argentometri
Tujuan dilakukannya praktium ini agar praktikan dapat menetukan adar CaCl 2
dengan metode mohr.
2. TINJAUAN PUSTAKA
1.1.2. Permanganometri
Permanganometri adalah analisa kimia kuantitatif volumetri yang berdasarkan pada
larutan standard KMnO4 (kalium permanganat). KMnO4 bertindak sebagai oksidator
kuat yang bisa bereaksi dengan cara yang berbeda beda tergantung dengan pH
larutan. Larutan standard KMnO4 tidak membutuhkan indikator kecuali jika
digunakan larutan yang sangat encer (Harjadi, 1986).
Permanganat dapat bereaksi cepat dengan zat pereduksinya. Biasanya titrasi
Oksalat terjadi pada larutan yang dipanaskan hingga suhunya 60

dengan

penambahan KMnO4 yang tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat. Bila terlalu
lambat, akan terjadi kehilangan Oksalat karena membentuk Peroksida yang
kemudian terurai menjadi air. Sedangkan jika terlalu cepat menyebabkan reaksi
antara MnO4- dan Mn2+. Kelebihan permanganat pada TAT cukup untuk
menghasilkan pengendapan MnO2(Day & Underwood, 1992).
Standarisasi larutan merupakan suatu proses yang digunakan untuk menentukan
konsentrasi suatu larutan dengan teliti. Larutan standard primer harus memiliki
beberapakarakteristik,

1
yaitutersediaataumudahdidapatdalambentukmurni,

zatpengotortidaklebihdari 0,01 % - 0,02 %, zat tersebut harus stabil, tidak


higroskopis, mudah dikeringkan, memiliki berat ekuivalen yang tinggi, konsentrasi

larutan tidak berubah jika disimpan dalam waktu lama, dan sebaiknya termasuk
asam atau basa kuat. Permanganat bisa bereaksi secara beraneka, karena
permanganate memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day &
Underwood, 1992).Sebagian besar titrasi dapat dilakukan dalam keadaan asam
karena mempunyai daya oksidasi yang besar. (Graham &Cragg, 1956).
Ion ion logam yang tidak bisa dioksidasi langsung antara ion ion Ca, Ba, Sr, Pb,
Zn, Hg (II) yang mula mula diendapken sebagai oksalat. Setelah endapan disaring
dan dicuci, lalu dilarutkan didalam larutan H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam
oksalat kuantitatif. Asam oksalat ini yang digunakan untuk titrasi dan hasil
titrasinya bisa dihitung banyaknya ion logam yang berperan (Busset, 1994).
Saat titrasi berlangsung, lama kelamaan KMnO 4 habis bereaksi, tetapi setelah
kelebihan setetesKMnO4, dapat menimbulkan warna merah keunguan, yang
menunjukan berakhirnya titrasi. Warna ini akan hilang kembali karena reaksi antara
MnO4-dengan Mn2+ hasil reaksi titrasi.
2 H2O + 2 MnO4- + 3 Mn2+ 5 MnO2 + 4H+
Tetapi karena reaksi berjalan dengan lambat, warna tidak cepat hilang dan tidak
perlu ragu apakah sudah terjadi titik akhir titrasi (Harjadi, 1986). Titik akhir titrasi
dapat dilihat dengan perubahan warna permanganat menjadi berwarna violet tua,
dan pada titik ekivalen akan berubah menjadi tidak berwarna lagi (Roth & Blascke,
1988).
Oksalat adalah salah satu oksidator kuat. Reaksi oksidasi reduksinya berjalan
dengan lambat jadi membutuhkan bantuan katalisator. Reaksi antara oksalat dengan
permanganat membutuhkan waktu 30 detik untuk MnO4 bereaksi, lalu reaksi akan
berjalan dengan cepat (Petrucci, 1987). Asam oksalat yang terdapat pada tanaman
berjumlah besar (Noor, 1992).
Bagian daun yang lebih tua mengandung asam oksalat yang lebih banyak daripada
daun muda. Kebanyakan kandungan oksalat dalam tanaman disimpan dalam bentuk
Kalium Oksalat terlarut, Natrium terlarut, dan Calsium Oksalat yang tidak terlarut
(hanya sekitar 10 20%). Adanya kristal oksalat didalam sel, menunjukan bahwa
bahan yang dipanen sudah terlalu tua. Penuaan dan penyimpanan sayuran bisa
menyebabkan kenaikan jumlah Calsium Oksalat (Sofro et al., 1992).

Asam oksalat merupakan asam dikarboksilat yang hanya memiliki 2 atom C pada
masing masing molekulnya. Asam oksalat murni berupa kristal, dan larut didalam
air dan juga alkohol. Asam oksalat membentuk garam netral dengan logam dari
alkali (Na, K) yang larut didalam air. Sedangkan dengan logam dari alkali tanah,
memiliki kelarutan yang sangat kecildidalam air. Jadi kalsium oksalat tidak larut
dalam air. Berdasarkan dari sifat tersebut, asam oksalat dapat digunakan untuk
menentukan jumlah dari kalsium. Tetapi kalsium oksalat akan terionisasi pada
media asam kuat (Noor, 1992).
Kalsium oksalat tidak larut didalam air. Oksalat yang larut didalam air dapat
mengendapkan larutan kalsium, jadi bahan pangan yang banyak mengandung
oksalat tidak dapat digunakan untuk sumber kalsium. Walaupun oksalat yang larut
dalam air dapat diserap dalam sistem pencernaan manusia, tetapikelebihan oksalat
bisa menyebabkan pengurangan pemanfaatan kalsium dari bahan pangan (Sofro,
1992).
Faktor faktor yang bisa menghalangi penyerapan kalssium adalh adanya zat
organik yang dapat bergabung dengan kalsium lalu membentuk garam yang tidak
bisa larut (Winarno, 1997).

1.1.2. Iodimetri
Iodimetri adalah salah satu analisa kuantitatif untuk menentukan kadar reduktor
secara volumetrik dengan larutan standar Na2S2O3. Kadar reduktor dalam larutan
ditetapkan dengan jalan direaksikan dengan larutan standar I2 sebagai zat
pengoksid, kelebihan I2 akan bereaksi dengan indikator amilum membentuk warna
biru. Indikator lain yang juga dapat digunakan adalah kloroform. Indikator
kloroform ini jika bereaksi dengan I2 akan terbentuk warna violet, dan jika iodin
telah habis maka pada lapisan kloroform tidak akan terbentuk warna. Hal ini
merupakan suatu titik akhir titrasi (Hadi, 1986).
Iodimetri adalah penetapan kadar reduktor dalam larutan dengan jalan direaksikan
dengan larutan standar I2 sebagai zat pengoksid. Kelebihan I2 yaitu akan bereaksi
dengan indikator amylum sehingga membentuk warna biru. Selain I 2, chloroform
juga dapat dapat digunakan sebagai indicator, di mana dalam iodium akan berwarna

violet dan jika iodium telah habis maka lapisan chloroform menjadi tidak berwarna.
(Daintith, 1992)
Iodometri dan iodimetri adalah jenis titrasi oksidasi dan reduksi. Iodometri adalah
contoh titrasi yang memiliki sifat oksidator, sedangkan iodimetri memiliki sifat
sebagai reduktor.
Sistem redoks dari iod adalah :
I3 + 2e 3I
Zat-zat penting yang merupakan zat pereduksi yang cukup kuat untuk dititrasi
dengan iod adalah

tiosulfat, arsen (III), stibium (III), sulfida, sulfit, timah (III),

dan ferosianida. Daya mereduksi dari beberapa zat ini tergantung pada konsentrasi
ion hydrogen dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat, dapatlah reaksi
dengan iod itu disebut kuantitatif (Day&Underwood,1992).
Reaksi yang terjadi antara iodium yang dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat
sebagai berikut :
2 Na2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6
Kalium Iodida digunakan untuk menangkap I2 yang dibebaskan. Titik akhir titrasi
ditetapkan dengan cara menambahkan indikator yang berupa larutan amylum.
Iodimetri disebut yodometri langsung karena bahan yang diuji direaksikan larutan
standard I2 (yodium) (Day and Underwood, 1992).
Reaksi yang terjadi antara iodium yang dititrasi dengan larutan natrium tiosulfat
dapat dituliskan sebagai berikut :
2 Na2S2O3 + I2 NaI + Na2S4O6
Titik akhir titrasi ditetapkan dengan adanya perubahan warna yang disebabkan
karena ada indikator yaitu larutan amilum (Chang, 1991).
Dalam proses iodimetri, larutan standar yang biasa digunakan adalah larutan
Natrium sulfat. Ion ini biasanya didapat dalam bentuk penitrat Na2S2O3. 5H2O.
Larutan ini harus disetarakan lebih dulu dengan larutan primer. Setelah disetarakan
larutan tersebut boleh distandarkan dan dilakukan penimbangan (Petrucci &
Suminar, 1987).
Larutan baku I2 dapat digunakan untuk menitrasi senyawa pereduksi. Reaksi seperti
ini dapat dilakukan dengan menambahkan I

(aq) berlebih pada pereaksi

pengoksidasi dan kemudian mentitrasi I2 yang dilepas dengan Natrium Tiosulfat.


Sekalipun hanya terdapat Iodin dalam jumlah kecil, iodin membentuk kompleks

dengan pati yang memberikan warna biru tua. Titik akhir reaksi ditandai dengan
hilangnya warna biru dari kompleks pati Iodin ( Petrucci & Suminar, 1989 ).
.3.

Argentometri
Argentometri adalah analisis prosedur yang melibatkan pengukuran massa. Pada
reaksi argentometri terbentuk endapan AgCl (perak klorida). Endapan adalah
padatan yang tidak larut dan terpisah dari larutan. Reaksi pengendapan biasanya
melibatkan komponen ionik. Salah satu tipe analisis gravimetrik adalah terlibatnya
pembentukan, pemisahan, dan penentuan massa dari endapan. Bahan yang tidak
diketahui komposisinya dilarutkan dalam air, kemudian berubah menjadi endapan
dengan direaksikan dengan bahan lain. Bentuk endapan biasanya dapat disaring,
dikeringkan, atau ditimbang (Chang, 1991).
Argentometri merupakan salah satu cara penentuan kadar suatu zat / larutan
berdasarkan reaksi pengendapan dengan menggunakan larutan standar AgNO 3. Pada
argentometri, sampel yang digunakan biasanya merupakan senyawa halogen (Cl,
Br, I). Senyawa halogen jika bereaksi dengan AgNO 3 maka akan membentuk
endapan. Satu grek dalam metode ini merupakan kemampuan suatu zat untuk
mengikat atau melepaskan ion perak (Ag+) (Day & Underwood, 1992).
Metode argentometri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu argentometri yang
membentuk endapan dan argentometri yang membentuk kompleks. Metode
argentometri juga dapat dibedakan menjadi 3 macam berdasarkan indikator yang
dipakai untuk menentukan titik akhir titrasi. Yaitu metode Mohr, metode Volhard,
dan metode Fajans. (Fritz, 1979).
1. Metode Mohr
Titik akhir titrasi ditentukan dengan indikator K2CrO4 dan manggunakan titran
AgNO3. Terutama untuk pembentukan garam klorida dengan titrasi langsung
atau menetuka garam perak dengan titrasi kembali setelah ditambaha larutan
baku NaCl berlebih. PH harus diatur agar tidak terlalu asam maupn terlalu basa.
Selama titrasi mohr, larutan harus diaduk dengan baik. Bila tidak, maka secara
lokal terjadi kelebihan titran yang menyebabkan indikatormengendap sebelum
titik ekuivalen tercapai dan dioklusi oleh endapan AgCl yang terbentuk
kemudian. Akibatnya adalah titik akhir mencapai tidak tajam. Sebenarnya cara
Mohr tidak sebaik cara fajans dan Volhard karena keterbatasan-keterbatasan

caranya. Tetapi cara Mohr secara luas masih dipakai untuk titrasi ion-ion Cl
dan Br (Harjadi, 1986).
2. Metode Volhard
Metode ini menggunakan indikator Fe3+ dan menggunakan NH4SCN atau
KSCN sebagai larutan standarnya. Metoda ini biasanya dipakai untuk
menentukan kadar garam perak melalui titrasi langsung. Kadar garam klorida,
bromida, dll dengan titrasi kembali setelah mendapat penambahan AgNO 3
secara berlebihan. Dalam titrasi cara ini, pH harus dalam keadaan rendah
supaya indikator Fe3+ tidak mengalami hidrolisa (Harjadi, 1986)
3. Metode Fajans
Titran yang digunakan adalah AgNO3. Sedangkan indikator yang digunakan
adalah adsorsi yaitu zat yang dapat diserap

pada permukaan endapan

(diadsorbsi) dan menyebabkan timbulnya warna. Indikator adsorbsi yang


digunakan adalah asam fluorescein atatu asam eosin. Indikator akan terurai
menjadi H+ + flouresceinant atau H+ + eosianat . Penerapan pada permukaan
endapan dapat diatur juga agar terjadi titik ekuivalensi anatara lain dengan
memilih macam indikator yang dipakai dan pH (Petrucci, 1987).
Metode Fajans menggunakan indikator adsorpsi menurut anion yang
diendapkan oleh Ag+, seperti fluoroscein, dikloro fluoroscein, atau eosin, serta
menggunakan AgNO3 sebagai larutan standar. Tingkat keasaman pada waktu
reaksi tergantung dari macam anion dan indikator yang dipakai (Harjadi, 1986).

3. MATERI METODE
3.1. Materi
.1.1. Alat
.1.1.1. Permanganometri
Alat yang digunakan praktikan dalam praktikum ini adalah gelas arloji,
timbangan nalitik, labu takar, Erlenmeyer, pipet volume, pipet tetes, pompa
pilleus, statif, klem, buret, gelas piala, pemanas elektrik, corong, pengaduk, dan
thermometer.
.1.1.2.
Iodimetri
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet ukur, pompa pilleus,
timbangan analitik, gelas arloji, pengaduk, labu takar, Erlenmeyer, pipet tetes,
buret, statif, corong.
.1.1.3.
Argentometri
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah pipet ukur, pompa pilleus,
timbangan analitik, gelas arloji, pengaduk, labu takar, Erlenmeyer, pipet tetes,
buret, statif, corong.

.1.2.
Bahan
.1.2.1. Permanganometri
Bahan yang digunakan praktikan dalam praktikum ini adalah asam oksalat,
aquadestilata, H2SO4, KMnO4, kembang kol oven dan belender (250 gram).
1.2.2.
Iodimetri
Bahan yang digunakan praktikum ini adalah nutrisari serbu rasa rejuk,
aquadestilata, I2, Na2S2O3 0,05 N, amilum.
.1.1.3.
Argentometri
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah CaCl2, aquadestilata, KCl,
K2CrO4 2%, AgNO3.
.2.

Metode
.2.1. Permanganometri
.2.1.1. Standarisasi KMnO4

Asam Oksalat ditimbang sebnyak 0,22 gram menggunakan gelas arloji dan
diencerkan dengan 100 ml aquadest ke dalam labu takar. Kemudian larutan
yang ada di dalam labu takar diambil sebanyak 10 ml dan dipindahkan kedalam
Erlenmeyer, lalu tambahkan dengan 5 ml H2SO4 dan dipanaskan sampai suhu
60C. Setelah pemanasan selesai, dititrasi dengan KMnO4 sampai terbentuk
warna merah ungu. Percobaan ini dilakukan sebanyak dua kali, catat volume
dan hitunglah normalitas KMnO4 dengan rumus :
N Oksalat

g
Mr

val Fp

V oksalat N oksalat

Diketahui:

90
2
100
10

Keterangan:
V
=
N
=
Val =
Fp =
BM =

BM
Val

=
=

Fp

V KMnO4 N KMnO4

volume.
normalitas.
valensi.
factor pengenceran.
berat molekul.

23.2.1.2. Penentuan Kadar Asam Oksalat pada Sample


Sample kol yang telah disiapkan diambil menggunakan gelas arloji (0,22 gram
kembang kol oven, dan 2,4 gram kembang kol blender) sesuai dengan
kelompok masing-masing yang telah ditentukan, dan sample dilarutkan dengan
aquades sampai volume 100 di dalam labu takar. Lrutan yang telah disipkan
diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer, dan tambahkan
5 ml H2SO4 dan kemudia dipanaskan sampai suhu 60C. Larutan yang telah
siap dititirasi dengan KMnO4 sampai terjasi perubahan warna merah
keungunan pada Erlenmeyer. Percobaan ini dilakukan sebnayak dua kali,
volume yang digunakan untuk titrasi dicatat dan hitunglah kadar asam oksalat
dengan rumus :

Mg Oksalat
BM

valensi

Kadar Oksalat

Diketahui:

BM
Val

=
=

Fp

Keterangan:
V
=
N
=
Val =
Fp =
BM =

V KMnO4 N KMnO4 Fp
Mg Oksalat
berat kol( mg)

100%

90
2
100
10

volume.
normalitas.
valensi.
factor pengenceran.
berat molekul.

.2.2. Iodimetri
Sample yang telah disiapkan ditimbang sebanyak 1 gram dengan gelas arloji,
masukkan sample yangtelah ditimbang tadi kedalam labu takar dan larutkan
dengan aquades hingga volumenya mencpai 100 ml. Larutan yang telah siap
diambil sebanyak 10 ml, dimasukkan kedalam Erlenmeyer dan ditambahkan 10
ml I2 dan 3 tetes indicator amilum. Setelah semua siap, titrasi dengan larutan
Na2S2O3 0,5 N, hentikan titrasi ketika terjasi perubahan warna dan volume
yangdigunakan dicatat. Percobaanini dilakukan sebanyak dua kali, dan hitunglah
kadar vitamin C dengan rumus :
Mgr
BM

valensi

Kadar Vitamin C

Diketahui:

=
=

BM
Val

V Na2S2O3 N Na2S2O3 Fp
gram
1 gram
176
2

100%

10

Fp
Keterangan:
V
=
N
=
Val =
Fp =
BM =

.2.3.

100
10

volume.
normalitas.
valensi.
factor pengenceran.
berat molekul.

Argentometri
.2.3.1. Standarisasi AgNo3
KCl diditmbang sebanyak 0,2 gram menggunakan gelas arloji kemudian
diencerkan dengan 100 ml aquades ke dalam labu takar. Larutanyang telah
diencerkan tadi diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer,
kemudian ditambhakan dengan 3 tetes larutan K2Cr4 2%. Larutan yan gtelah
siap tersebut dititrasi dengan AgNO3 hitngga terjadi perubahan warna menjadi
merah bata. Volume yang digunakanuntuk titrasi dicatat dan normalitas AgNo 3
dihitung menggunakan rumus :
N KCl

gram KCl
BM

V KCl N KCl
Diketahui: BM
Val
Fp
Keterangan:
V
=
N
=
Val =
Fp =
BM =

=
=
=
=

valensi Fp (

100

10

V AgNO3 N AgNO3
24,5
1
100
10

volume.
normalitas.
valensi.
factor pengenceran.
berat molekul.

.2.3.2. Penetapan Kadar CaCl2


CaCl2 ditimbang sebanyak 0,1 gram menggunakan gelas arloji, kemudia
diencerkan dengan 100 ml aquades di dalam labu takar. Larutanyang telah

11

diencerkan tadi diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer,


kemudian ditambhakan dengan 3 tetes larutan K2Cr4 2%. Larutan yan gtelah
siap tersebut dititrasi dengan AgNO3 hitngga terjadi perubahan warna menjadi
merah bata. Volume yang digunakanuntuk titrasi dicatat dan kadar CaCl2
dihitung menggunakan rumus :
Mgr CaCl 2
BM

valensi

Kadar CaCl2

Diketahui:

Keterangan:
V
=
N
=
Val =
Fp =
BM =

BM
Val

=
=

Fp

V AgNO3 N AgNO3 Fp
Mgr CaCl 2
100 mgr

111
2
100
10

volume.
normalitas.
valensi.
factor pengenceran.
berat molekul.

100%

12

4. HASIL PENGAMATAN
.1. Permanganometri
.1.1. Standarisasi KMnO4
Hasil pengamatan standarisasi KMnO4 kelompok A4dapat dilihat pada Tabel 1,
dan pengamatan standarisasi KMnO4 dalam kelompok besar dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 1. Standarisasi KMnO4
Ulangan

V Asam

V KMnO4

Normalitas

Normalita

Perubahan

Oksalat

(ml)

Asam

s KMnO4

Warna

(ml)
Oksalat (N)
(N)
1
10
4,5
0,0488
0,1084
Merah bata
2
10
3,5
0,0488
0,1394
Merah bata
Rata-rata
10
4
0,0488
0,1239
Merah bata
Pada Tabel 1., dapat dilihat bahwa pada saat titrasi dilakukan vilai volume dan
normalitas berbanding terbalik, dimana semakin tinggi volume yang dipakai untuk
titrasi nilai dari normalitas akan semakin kecil. Nilai titrasi dengan volume 3,5 ml
mempunyai normalitas 0,1394 N dan pada volume 4,5ml mempunyai normalitas
0,1084 N. dari proses titrasi ini perubahan warna yang dihasilkan adalah merah
bata.
Tabel 2. Standarisasi KMnO4 (kelompok besar)
Kelompo

Volume KMnO4 (ml)

Normalitas KMnO4 (N)

k
A1
3,85
0,127
A2
4,9
0,1
A3
4,75
0,101
A4
4
0,1239
A5
3,95
0,1239
A6
3,9
0,1257
Pada Tabel 2., dapat dilihat bahwa pada setiap kelompok mempunyai perbedaan
pada masing-masing volume dan normalitas. Volume rata-rata yang paling kecil
3,85 ml mempunyai nilai normalitas 0,127 N, dan volume rata-rata yang paling
besar 4,9 ml mempunyai nilai normalitas 0,1 N. Semakin besar volume nilali
normalitas semakin kecil.
.1.2.Penentuan Kadar Asam Oksalat
Hasil pengamatan penentuan kadar asam
oksalat kelompok A4 dapat dilihat pada
14
Tabel 3, dan hasil pengamatan penentuan kadar asam okslat dalam kelompok
besar dapat dilihat pada Tabel 4.

13

Tabel 3. Penenntuan Kadar Asam Oksalat


Ulangan

Sample

V KMnO4

Kadar Asam

Perubahan

Sample

(ml)

Oksalat (%)

Warna

(ml)
10

9,2925

Merah ungu.

Kol

Blender
Pada Tabel 3., dapat dilihat bahwa titrasi kol blender agar mencapai perubahan
warna yang diinginkan membutuhkan volume sebesr 4 ml, dan hasil kadar oksalat
yang dihasilkan sebesar 9,2925%
Tabel 4. Penentuan Kadar Asam Oksalat (kelompok besar)
Kelompo

Sample

Volume KMnO4

Kadar Asam

k
(ml)
Oksalat (%)
A1
Kol oven
0,3
3,0068
A2
Kol oven
1,5
30,68
A3
Kol oven
0,9
18,593
A4
Kol blender
4
9,2925
A5
Kol blender
3,2
7,458
A6
Kol blender
2,5
5,892
Pada Tabel 4., dapat dilihat bahwa pada setiap kelompok mempunyai nilai volume
dan kadar asam oksalat yang berbeda pada kol oven dan kol blender. Volume ratarata terbesar 3,2 ml mempunyai nilai akdar asam oksalat sebesar 7,458%, dan
volume rata-rata terkecil 0,3 memiliki nilai kadar oksalat sebesar 3,0068%. Nilai
volume dan kadar oksalat berbanding lurus, semakin besar rata-rata maka nilai
kadar asam oksalat semakin besar.

.2.

Iodimetri

.2.1. Penetapan Kadar Vitamin C menggunakan Iodimerti


Hasil penetapan kadar vitamin C menggunakan Iodimetri dapat dilihat pada Tabel
1.
Tabel 1. Penetapan Kadar Vitamin C menggunakan Iodimetri
Kelompo

Volume

Perubahan Warna

Kadar (%)

k
A1

Na2S2O3 (ml)
2,45

Kuning - Coklat

10,78

A2

3,9

Kehitaman Kuning
Orange Coklat

17,16

14

2,5

Orange
Orange Coklat

11

A4

4,5

Orange
Orange Coklat

19,8

A5

2,6

Orange
Orange Coklat

11,44

3,1

Orange
Orange Coklat

13,64

A3

A6

Orange
Pada Tabel 1., dapat dilihat bahwa nilai kadar oksalat pada setiap kelompok
berkisar antara 10,78% - 17,16%. Nilai yang dihasilkan berbanding lurus antara
volume dan nilai kadar, semakin besar volume nilai kadar oksalat semakin besar.
Perubahan warna yang terjadi dalam percobaan ini yaitu dari earna orange
kemudian menajdi coklat dan kembali lagi menjadi orange.
41.3.

Argentometri
.3.1. Standarisasi AgNO3
Hasil pengamatan satandarisai AgNO3 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Standarisasi AgNO3
Kelompo

V KCl

N KCl

V AgNO3

Warna

k
A1

(ml)
10

0,027

(ml)
35,8

AgNO3
0,008

Kuning merah

A2

10

0,053

23

0,023

bata
Kuning merah

A3

10

0,026

17

0,015

bata
Kuning merah

A4

10

0,03

25

0,012

bata
Kuning merah

A5

10

0,0269

36,1

0,0075

bata
Kuning merah

0,00786

bata
Kuning merah

A6

10

0,0268

34,1

bata
Pada Tabel 1., dapat dilihat bahwa volume yang digunakan pada setiap kelompok
berkisar antara 17 ml- 36,1 ml, dan normalitasnya berkisar antara 0,00786 N
0,023 N. Nilai antara volume dan normalitas pada percobaan ini berbanding
terbalik. Warna yang dihasilkan pada percobaan ini yaitu dari kuning menjadi
merah bata.

15

.3.2. Penentapan Kadar CaCl2


Hasil pengamatan penetapan kadar CaCl2 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Penetapan Kadar CaCl2
Kelompo

V CaCl2

V AgNO3

Warna

Kadar

(ml)

(ml)
18,45

Kuning merah

CaCl2
(%)
81,918

A1

10

127,65

A2

10

10

bata
Kuning merah

A3

10

10,2

bata
Kuning merah

84,915

A4

10

17,5

bata
Kuning merah

116,5
65,35
59,327

A5

10

15,7

bata
Kuning merah

A6

10

13,6

bata
Kuning merah

bata
Pada Tabel 2., dapat dilihat bahwa volume larutan standar yang digunakan
berkisar antara 10 ml 18,45 ml, dan kadar larutan yang diperoleh berkisar antara
59,327% - 127,65%. Larutan yang memiliki volume terendah dimiliki oleh
kelompok A2 sebanyak 10 ml dengan kadar 127,65%, dan larutan yang memiliki
volume terbesar dimiliki oleh kelompok A1sebanyak 18,45 ml dengan kadar
81,918%. Perubahan warna yang terjadi yaitu dari kuning kemudia menjadi merah
bata.
5. PEMBAHASAN
.1. Permanganometri
.1.1. Standarisasi KMnO4
Pada standarisasi KMNO4

setiap kelpompok masing-masing menggunakan

volume larutan sebanyak 10 ml, namun untuk mencapai perubahan warna saat
titrasi volume yang digunakan berbeda. Pada proses titrasi ini volume dan
normalitas berbanding terballik yang terlihat jelas ketika volume semakin besar
maka normalitas akan semakin kecil. Pada percobaan dalam kelompok A4 volume
yang paling kecil 3,5 ml memiliki normalitas sebesar 0,1394 dan volume terbesarr
4,5 memiliki normalitas 0,1084. Dalam proses titrasi yang terjadi perubahan
reaksi ditunjukan dengan terjadinya perubahan warna pada larutan menjadi merah
bata.

16

.1.2. Penentuan Kadar Asam Oksalat


Pada perocobaan penentuan kadar asam oksalat dalam kembang kol belender dan
oven data kadar asam oksalat yang tebantuk pada kol berkisar dari 3,0%-30,68%,
dan pada saat proses titirasi volumenya berkisar dari 0,3 ml-4 ml. volume yang
paling kecil 0,3 memiliki kadar asam oksalat sebanyak 3,0068% dan volume yang
paling besaar 4 ml memiliki kadar asam oksalat sebanyak 9,2925%.
Kadar oksalat yang dimiliki kol mempunyai kadar yang berbeda-beda. Dari
penghitungan rata-rata yang diambil kol oven yang mempunyai rata-rata volume
0,9 ml memiliki rata-rata kadar asam oksalat pada kol sebesar 17,4266%, dan
pada perhitungan rata-rata pada kol blender yang mempunyai rata-arata volume
3,2 ml memiliki rata-rata kadar asam oksalat pada kol sebesar 17,7450%. Dari
hasil tersebut dapat disimpulan bahwa kadar asam oksalat pada kol blender lebih
besar dibandingkan dengan kadar asam oksalat pada kol oven, selisih kadar asam
oksalat pada kol belnder dan kol oven sebesar 0,3184%.
Berdasarkan pendapat Sofro (1992), Asam Oksalat berbahaya tidak hanya karena
pengaruhnya terhadap pengurangan pemanfaatan Kalsium dari bahan pangan,
tetapi juga karena sifat racunnya. Jika dikonsumsi manusia dengan takaran yang
tidak tepat, dapat menimbulkan keracunan kecil pada saluran perncernaan. Asam
Oksalat yang berlebih juga mengakibatkan
pengurangan pemanfaatan Kalsium
18
dari bahan pangan lainnya, tapi tidak mengendapkannya sesuai dengan pernyataan
Noor (1992). Pengurangan manfaat Kalsium tersebut cukup mengganggu proses
pembentukan tulang dan proses biologis dalam tubuh.
.2. Iodimetri
Pada percobaan penetapan kadar vitamin C pada sample nutrisari rasa jeruk
dilarutkan dengan aquadest didalam labor takar, vitamin C yang dilarutkan akan
mudah tecampur rata dengan aquadestila karena vitamin C mempunyai sifat yang
mudah larut dalam air. Pada hasil percobaan yang dilakukan perubahan warna yang
terjadi pada vitamin C dalam nutrisari yang telah dicampur dengan larutan standar
I2 dimulai dari warna orange, kemudian berubah menjadi coklat kehitam, dan
kembali lagi menjadi orange. Kadar yang dihasilkan berkisar antara 10,78%-19,8%,

17

volume yang paling kecil 2,5 ml mempunyai kadar 11% dan pada volume yang
paling besar 4,5 ml mempunyai kadar 19,8%.
Pada percobaan menetapkan kadar vitamin C dengan iodimetri,kadar pada sample
nutrisari lebih tinggi dibandingkan dengan kadar sample pada nutrisari. Kadar pada
sample yang diuji memiliki nilai kadar yang lebih rendah dibandingkan dengan
nilai kadar pada kemasan sample. Hal ini membuktikan bahwa, pada setiap
kemasan minuman yan gmenganduk vitamin C justru mempunyai kadar yang tidak
sesuai dengan kadar vitamin yang diuji.
.3. Argentometri
.3.1. Standarisasi AgNO3
Pada percobaan standarisasi AgNO3 setiap kelompok menggunakanlarutan standar
masing-masing 10 ml, penggunaan volume untuk titrasi pada setiap kelompok
berbeda-beda. Pada kelompok A1 volume yang digunakan sebesar 35,8 ml
mempunyai nilai normalitas sebesar 0,008 N, kelompok A2 volume yang
digunakan 23 ml mempunyai nilai normalitas sebesar 0,023 N, kelompok A3
volume yang digunakan sebesar 17 ml mempunyai nilai normalitas sebesar 0,015
N, kelompok A4 volume yang digunakan sebesar 25 ml mempunyai nilai
normalitas sebesar 0,012 N, kelompok A5 volume yang digunakan sebesar 36,1
ml mempunyai nilai normalitas 0,0075 N, dan kelompok A6 volume yang
digunakan 34,1 ml mempunyai nilai normalitas 0,00786 N. perubahan warna yang
terjadi dalam percobaan ini yaitu dari larutan kuning berubah menjadi merah bata.
.3.2. Penetapan Kadar CaCl2
Pada percobaan penetapan kadar CaCl2 setiap kelompok menggunakanlarutan
standar masing-masing 10 ml, penggunaan volume untuk titrasi pada setiap
kelompok berbeda-beda. Pada kelompok A1 volume yang digunakan sebesar
18,45 ml mempunyai nilai kadar sebesar 81,918%, kelompok A2 volume yang
digunakan 10 ml mempunyai nilai kadar sebesar 127,65%, kelompok A3 volume
yang digunakan sebesar 10,2 ml mempunyai nilai kadar sebesar 84,915%,
kelompok A4 volume yang digunakan sebesar 17,5 ml mempunyai nilai kadar
sebesar 116,5%, kelompok A5 volume yang digunakan sebesar 15,7 ml
mempunyai nilai kadar sebesar 65,35%, dan kelompok A6 volume yang
digunakan 13,6 ml mempunyai nilai kadar sebesar 59,327%. perubahan warna

18

yang terjadi dalam percobaan ini yaitu dari larutan kuning berubah menjadi merah
bata.
Titrasi dalam analisa permanganometri yang merupakan suatu analisa kimia
kuantitatif volumetri dan reaksinya didasarkan pada larutan standar KMnO 4 yang
sekaligus

juga

bertindak

sebagai

oksidator

permanganate.

Praktikum

Permanganometri ini menggunakan pemanasan sampai 60oC. Pemanasan dilakukan


untuk mempercepat reaksi sebab reaksi berjalan lambat pada suhu kamar dan
berjalan baik pada suhu di sekitar 60oC (Sukmariah & Karmianti, 1990). Titrasi
dalam analisa argentometri ini menggunakan metode Mohr dimana metode ini
merupakan yang terbaik dan paling sering digunakan untuk penentuan kadar klorida,
penentuan kadar suatu zat yang terjadi tampak dengan adanya reaksi pengendapan
larutan standar perak nitrat. Dalam percobaan argentometri ini digunakan metode
Mohr karena metode ini yang paling baik dalam menentukan kadar klorida. Dalam
percobaan ini digunakan buret dan botol berwana coklat. Hal ini disebabkan cahaya
dapat menguraikan MnO42- menjadi MnO2. Penguraian tersebut menyebabkan titik
akhir titrasi menjadi bergeser.
Larutan standar (KMnO4) yang digunakan dalam analisa permanganometri
mempunyai warna ungu yang sangat kuat dan juga merupakan pengoksidator kuat,
analisis ini dapat digunakan untuk penentuan kadar oksalat pada kol. Larutan standar
yang digunakan dalam analisa iodimetri adalah I2 yang juga berfungsi sebagai zat
pengoksidasi, analisis ini dapat digunakan untuk penentuan kadar vitamin C. larutan
standar yang digunakan dalam analisa argentometri adalah AgNO 3, larutan ini
bereaksi dengan ditandai adanya endapa yang digunkan untuk menentukan kadar
CaCl2 dengan metode Mohr.

19

6. KESIMPULAN
.1. Permanganometri
Permanganometri adalah analisa kimia kuantitatif volumetri yang berdasarkan

pada larutan standard KMnO4 (kalium permanganat).


KMnO4 bertindak sebagai oksidator kuat.
Larutan standard primer harus memiliki beberapa karakteristik, yaitu tersedia
atau mudah didapat dalam bentuk murni, zat pengotor tidak lebih dari 0,01 % 0,02 %, zat tersebut harus stabil, tidak higroskopis, mudah dikeringkan,
memiliki berat ekivalen yang tinggi, konsentrasi larutan tidak berubah jika

disimpan dalam waktu lama, dan sebaiknya termasuk asam atau basa kuat.
Titik akhir titrasi dalam permanganometri dapat dilihat dengan perubahan warna
permanganat menjadi berwarna violet tua, dan pada titik ekivalen akan berubah

menjadi tidak berwarna lagi.


Asam oksalat merupakan asam dikarboksilat yang hanya memiliki 2 atom C

pada masing masing molekulnya.


Asam oksalat murni berupa kristal, dan larut didalam air dan juga alkohol.

61.2.

Iodimetri
Iodimetri adalah metode analisis yang digunakan dalam
penentuan kadar suatu zat yang bersifat reduktor dalam suatu bahan.

20

Kadar vitamin C dapat ditentukan dengan metode titrasi


iodimetri.

Dalam

analisis

iodimetri

ini,

I2

bertindak

sebagai

zat

pengoksidator, sedangkan vitamin C bertindak sebagai zat reduktor.

Dalam percobaan iodimetri digunakan titran natrium tiosulfat


karena banyak zat pengoksid yang menuntut larutan asam untuk bereaksi dengan
iodida.

Vitamin

adalah

senyawa-senyawa

organik

yang

sangat

dibutuhkan dalam pertumbuhan dan untuk mempertahankan kehidupan makhluk


hidup.

Vitamin C mempunyai karakteristik merupakan kristal putih,


tidak berwarna, tidak berbau, mencair pada suhu 190-192oC, dan bersifat
reduktor kuat serta mempunyai rasa asam.

.3.

Vitamin C sangat mudah larut dalam air.


Argentometri

22

Argentometri merupakan salah satu cara penentuan kadar suatu zat atau larutan
berdasarkan reaksi pengendapan dengan menggunakan larutan standar AgNO3.

Ada 3 macam metode argentometri berdasarkan jenis indikator yang dipakai,


yaitu cara Mohr, cara Volhard, dan cara Fajans

Pada percobaan argentometri ini, metode yang digunakan adalah metode Mohr.

Argentometri selalu menimbulkan endapan yang merupakan hasil reaksi antara


senyawa halogen dengan perak nitrat.
Dalam analisa argentometri dengan metode Mohr terjadi perubahan warna dari
kuning menjadi putih keruh dan akhirnya terbentuk warna dan endapan merah
bata.
Titik akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna larutan menjadi merah bata
dan terbentuknya endapan.
Pada titrasi Mohr, larutan harus diaduk dengan baik karena dapat mengakibatkan
volume titran yang dibutuhkan menjadi tidak tepat.

21

Semarang, 15 September 2014

Asisten Praktikum
-

Ivana Aprilia P.
Donna Larisa.

Praktikan,

Julita
14.I1.0160

7. DAFTAR PUSTAKA
Biascke &Roth. (1988). Analisis Farmasi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
Busset, J ; R. C. Denney; G. H. Jeffry; J. Mendham. (1994). Kimia Analisa
Kuantitatif Anorganik. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Chang ,R. (1991). Chemistry Fourth Edition. Mc Graw-Hill inc. New York.
Daintith, J. (1992). Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.
Day, R.A. & A.L. Underwood. (1992). AnalisaKimiaKuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Fritz, J. S. (1979). Quantitative Analytical Chemistry. Allyn and Bacon, Inc. Boston.
Graham R. P. & L. H. Cragg. (1956). The Essentials of Chemistry. Clarke, Irwin
Company. USA.(1989). KimiaDasarPrinsip dan Terapan Modern EdisiKeempatJilid
3. Erlangga. Jakarta.
Harjadi, W. (1986). Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta. Yogyakarta.

22

Noor, Zuheid. (1992). Senyawa Anti Gizi. PusatAntarUniversitas Pangan dan


GiziUniversitasGadjahMada. Yogyakarta.
Petrucci, R.H. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 2. Erlangga.
Jakarta.
Petrucci, R.H. & Suminar. (1987). Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern edisi
Keempat Jilid 2. Erlangga. Jakarta
Sofro, A. S; Wiyatun L. & Harjadi. (1992). Protein, Vitamin dan Bahan Ikutan
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada.
Winarno, F.G. (1997). Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.
8. LAMPIRAN
.1. Perhitungan
24
.1.1. Permanganometri
.1.1.1. Standarisasi KMnO4
Kelompok A1
g
N Oksalat =
Mr val Fp
=

0,22
90

0,049 N

V oksalat N oksalat
10 0,0488
N KMnO4
=

2 10

=
V KMnO4 N KMnO4
=
3,85 N KMnO4
0,127 N

Kelompok A2
g
Mr

val Fp

0,22
90

2 10

0,0488 N

N Oksalat =

V oksalat N oksalat
10 0,0488
N KMnO4
=

=
V KMnO4 N KMnO4
=
4,9 N KMnO4
0,1 N

23

Kelompok A3
g
Mr

val Fp

0,22
90

2 10

0,0488 N

N Oksalat =

V oksalat N oksalat
10 0,0488
N KMnO4
=

=
V KMnO4 N KMnO4
=
4,75 N KMnO4
0,101 N

Kelompok A4
g
Mr

val 25
Fp

0,22
90

2 10

0,0488 N

N Oksalat =

V oksalat N oksalat
10 0,0488
N KMnO4
=

=
V KMnO4 N KMnO4
=
4 N KMnO4
0,1239 N

Kelompok A5
g
Mr

val Fp

0,22
90

2 10

0,0488 N

N Oksalat =

V oksalat N oksalat
10 0,0488
N KMnO4
=

=
V KMnO4 N KMnO4
=
3,95 N KMnO4
0,1293 N

Kelompok A6
g
Mr

val Fp

0,22
90

2 10

0,0488 N

N Oksalat =

24

V oksalat N oksalat
10 0,0488
N KMnO4
=

=
V KMnO4 N KMnO4
=
3,9 N KMnO4
0,1257 N

.1.1.2. Penentuan Kadar Asam Oksalat


Kelompok A1
Mg Oksalat
valensi=
V KMnO4 N KMnO4 Fp
BM
Mg Oksalat
90

Mg Oksalat
Kadar Oksalat

=
=

17,145 mg

Mg Oksalat
berat kol( mg)

17,145
220

3,0068%

Kelompok A2
Mg Oksalat
valensi=
BM
Mg Oksalat
90

=
=

100%

1,5 0,1 10

67,5 mg

Mg Oksalat
berat kol( mg)

67,5
220

30,68%

Kelompok A3
Mg Oksalat
valensi=
BM

100%

V KMnO4 N KMnO4 Fp

Mg Oksalat
Kadar Oksalat

0,3 0,127 10

100%

100%

V KMnO4 N KMnO4 Fp

25

Mg Oksalat
90

Mg Oksalat
Kadar Oksalat

=
=

Mg Oksalat
berat kol( mg)

40,905
220

18,593%

Mg Oksalat
Kadar Oksalat

Kelompok A6

4 0,1239 10

223,02 mg
Mg Oksalat
berat kol( mg)

223,02
2400

9,2925%

Mg Oksalat
Kadar Oksalat

100%

100%

100%

V KMnO4 N KMnO4 Fp
=

100%

V KMnO4 N KMnO4 Fp
=

Kelompok A5
Mg Oksalat
valensi=
BM
Mg Oksalat
90

40,905 mg

Kelompok A4
Mg Oksalat
valensi=
BM
Mg Oksalat
90

0,9 0,101 10

3,2 0,1293 10

186,192 mg

Mg Oksalat
berat kol( mg)

223,02
2400

9,2925%

100%

100%

26

Mg Oksalat
BM

valensi=

V KMnO4 N KMnO4 Fp

Mg Oksalat
90

Mg Oksalat
Kadar Oksalat

=
=
=

141,4125
2400

.1.2. Iodimetri
Kelompok A1
Mgr
BM valensi
2

Mgr
Kadar Vitamin C

Mgr
Kadar Vitamin C

100%

V Na2S2O3 N Na2S2O3 Fp

2,45 0,05 10

107,8 mg

gram
1 gram

100%

0,1078
1 gram

100%

Kelompok A2
Mgr
BM valensi
2

100%

5,892%

Mgr
176

141,4125 mg
Mg Oksalat
berat kol( mg)

Mgr
176

2,5 0,1257 10

10,78%

V Na2S2O3 N Na2S2O3 Fp

3,9 0,05 10

171,6 mg

gram
1 gram

100%

0,1716
1 gram

100%

17,16%

27

Kelompok A3
Mgr
BM valensi
Mgr
176

V Na2S2O3 N Na2S2O3 Fp

2,5 0,05 10

Mgr

110 mg

Kadar Vitamin C

gram
1 gram

100%

0,11
1 gram

100%

=
Kelompok A4
Mgr
BM valensi
Mgr
176

Mgr
Kadar Vitamin C

4,5 0,05 10

198 mg

gram
1 gram

100%

0,198
1 gram

100%

Kelompok A5
Mgr
BM valensi
2

V Na2S2O3 N Na2S2O3 Fp

Mgr
176

11%

19,8%

V Na2S2O3 N Na2S2O3 Fp

2,6 0,05 10

Mgr

114,4 mg

Kadar Vitamin C

gram
1 gram

100%

0,1144
1 gram

100%

28

11,44%

Kelompok A6
Mgr
BM valensi
Mgr
176

V Na2S2O3 N Na2S2O3 Fp

3,1 0,05 10

Mgr

136,4 mg

Kadar Vitamin C

gram
1 gram

100%

0,1364
1 gram

100%

13,64%

.1.3. Argentometri
.1.3.1. Standarisasi AgNO3
Kelompok A1
gram KCl
N KCl =
BM
=

0,2
74,5

0,027 N

V KCl N KCl =
10 0,027
=
N AgNO3
=

valensi Fp (

100

10

100

1 ( 10

V AgNO3 N AgNO3
35,8 N AgNO3
0,008 N

Kelompok A2
gram KCl
BM

N KCl =
=

0,2
74,5

0,053 N

V KCl N KCl =
10 0,053
=
N AgNO3
=

100

valensi Fp ( 10

1(

100

10

V AgNO3 N AgNO3
23 N AgNO3
0,023 N

29

Kelompok A3
gram KCl
BM

N KCl =
=

0,2
74,5

0,026 N

V KCl N KCl =
10 0,026
N AgNO3

valensi Fp (

1(

100

10

100

10

V AgNO3 N AgNO3
=
17 N AgNO3
=
0,015 N

Kelompok A4
gram KCl
BM

N KCl =
=

0,2
74,5

0,03 N

V KCl N KCl =
10 0,03
=
N AgNO3
=

valensi Fp (

1(

100

10

100

10

V AgNO3 N AgNO3
25 N AgNO3
0,012 N

Kelompok A5
gram KCl
BM

N KCl =
=

0,2
74,5

0,0269 N

V KCl N KCl =
10 0,0269
=
N AgNO3
=

valensi Fp (

100

10

100

1 ( 10

V AgNO3 N AgNO3
36,1 N AgNO3
0,0075 N

Kelompok A6
gram KCl
BM

N KCl =
=

0,2
74,5

0,0268 N

V KCl N KCl =

100

valensi Fp ( 10

1(

100

10

V AgNO3 N AgNO3

30

10 0,0268
N AgNO3

=
=

36,1 N AgNO3
0,00786 N

.1.3.2. Penetapan Kadar CaCl2


Kelompok A1
Mgr CaCl 2
valensi =
BM
Mgr CaCl 2
111

Mgr CaCl2

=
=

18,45 0,008 10

81,918 mg

Mgr CaCl 2
100 mgr

81,918
100

81,918%

Kadar CaCl2

Kelompok A2
Mgr CaCl 2
valensi =
BM
Mgr CaCl 2
111

V AgNO3 N AgNO3 Fp

100%

V AgNO3 N AgNO3 Fp
10 0,023 10

Mgr CaCl2

Kadar CaCl2

Mgr CaCl 2
100 mgr

127,65
100

127,65%

127,65 mg

Kelompok A3
Mgr CaCl 2
valensi =
BM
Mgr CaCl 2
111
Mgr CaCl2

=
=

100%

100%

100%

V AgNO3 N AgNO3 Fp
10,2 0,015 10

84,915 mg

31

=
=

84,915
100

84,915%

Kadar CaCl2

Mgr CaCl 2
100 mgr

Kelompok A4
Mgr CaCl 2
valensi =
BM
Mgr CaCl 2
111

100%

V AgNO3 N AgNO3 Fp

17,5 0,012 10

Mgr CaCl2

Kadar CaCl2

Mgr CaCl 2
100 mgr

116,5
100

116,5%

116,5 mg

Kelompok A5
Mgr CaCl 2
valensi =
BM
Mgr CaCl 2
111

V AgNO3 N AgNO3 Fp
15,7 0,0075 10

Kadar CaCl2

Mgr CaCl 2
100 mgr

65,35
100

65,35%

65,35 mg

Kelompok A6
Mgr CaCl 2
valensi =
BM

Mgr CaCl2

=
=

100%

100%

Mgr CaCl2

Mgr CaCl 2
111

100%

100%

100%

V AgNO3 N AgNO3 Fp
13,6 0,00786 10

59,327 mg

32

Kadar CaCl2

.2. Laporan Sementara


.2.1. Permanganometri
.2.2. Iodimetri
.2.3. Argentometri

Mgr CaCl 2
100 mgr

59,327
100

59,327%

100%

100%

Anda mungkin juga menyukai