Anda di halaman 1dari 19

TUGAS MATA KULIAH

ALAT KESEHATAN DAN SPESIALITE


TETES MATA

Disusun oleh :
Kelompok II
Kelas A

Anggota kelompok :
1. Ani Nur Rohma

2015000006

2. Anis Lutfiah

2015000007

3. Anissa Chusnul Ayusyah 2015000008


4. Aprin Puspa D

2015000009

5. Ardelia Giselle

2015000010

6. Arif Fauzi S.S.B

2015000141

7. Asima Rohana

2015000142

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2015

BAB I
ANATOMI MATA

A. Anatomi Mata
Saraf optikus atau saraf saraf kranial kedua adalah saraf sensorik untuk
penglihatan. Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion dalam retina yang bergabung
untuk membentuk saraf optikus. Saraf ini bergerak ke belakang secara medial
dan melintasi kanalis optkus memasuki rongga cranium lantas kemudian menuju
khiasma opikum. Syaraf penglihatan memiliki tiga pembungkus yang serupa
dengan yang ada pada meningen otak. Lapisan luarnya kuat dan fibrus sera
bergabung dengan skleara, lapisan tengah halus seperti arakhonoid, sementara
lapisan dalam adalah vakuler (mengandung banyak pembuluh darah).
Bola mata adalah organ pengelihatan. Bola mata terletak dalam tulang
orbital serta dilindungi oleh sejumlah strukur seperti kelopak mata, alis,
konjungtiva, dan alat-alat lakrimal (apparatus lakrimasi). Umumnya mata
dilukiskan sebagai bola, tetapi sebetulnya lonjong dan bukan bulat seperti bola.
Bola mata mempunyai garis menengah kira-kira 2,5 cm, bagian depannya
bening serta terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan luar (fibrus) yang merupakan
lapisan penyangga, lapisan tengah (vaskuler) dan lapisan dalam (lapisan saraf).
Otot-otot oblik adalah otot inferior dan superior. Otot oblik superior
menggerakkan mata ke bawah dan ke sisi luar, sementara otot oblik inferior
menggerakkan mata ke atas dan ke sisi luar. Mata bergerak serentak, dalam arti
kedua mata bergerak secara bersamaan ke kanan atau ke kiri, ke atas atau ke
bawah dan seterusnya. Serebut serabut saraf yang melayani otot otot ini
adalah nervi motores okuli.
Sklera adalah pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membantuk putih
mata dan bersambung pada bagian depan dengan sebuah jendela membran yang
bening yaitu kornea. Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus serta
membantu mempertahankan bentuk biji mata.

Gambar 1. Bola Mata

Khoroid atau lapisan tengah berisi pembuluh darah, yang merupakan


ranting-ranting arteria oftalmika cabang dari arteria karotis interna. Lapisan
vaskuler ini membentuk iris yang berlubang di tengahnya atau yang disebut
pupil (manik) mata. Selaput berpigmen sebelah belakang iris memancarkan
warnanya dan dengan demikian menentukan apakah sebuah mata itu berwarna
biru, coklat dan seterusnya.
Retina adalah lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan
serabut yaitu sel-sel saraf, batang batang dan kerucut. Semuanya termasuk
dalam kontruksi retina yang merupakan jaringan syaraf halus

yang

mengantarkan implus saraf dari luar menuju diskus optic yang merupakan titik
di mana syaraf optik meninggalkan biji mata. Titik ini disebut titik buta, oleh
kerena tidak mempunyai retina. Bagian yang paling peka pada retina adalah
macula, yang terletak tepat external terhadap diskus optik, persis berhadapan
dengan pusat pupil.
Kornea adalah bagian yang merupakan bagian depan yang transparan dan
bersambung dengan sclera yang putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri
atas beberapa lapisan. Lapisan tepi adalah epitilium berlapis yang bersambung
dengan konjunkiva.
Bilik anterior (kamera okuli anterior), yang terletak antara kornea dan iris.
Iris adalah tirai berwarna di depan lensa yang bersambung dengan selaput
khoroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak sadar atau otot polos.

Kelompok satu untuk mengecilkan ukuran pupil sementara kelompok dua untuk
melebarkan ukuran pupil itu.
Pupil, bintil tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris,
melalui mana cahaya masuk guna mencapai retina.
Bilik posterior (kamera okulim posterior) terletak diantara iris dan lensa.
Baik bilik anteroir, maupun bilik posterior diisi dengan aqueus humor.
Aqueus humor. Cairan ini berasal dari bahan siliari dan diserap kembali
kedalam aliran darah pada sudut antara iris dan kornea melalui vena halus yang
dikenal sebagai Saluran Schlemm.
Lensa adalah sebuah benda transparan biokonkev (cembung depan
belakang) yang terdiri dari beberapa lapisan. Lensa terletak persis dibelakang
iris.
Viterus humor. Darah sebelah belakang biji mata, mulai lensa hingga retina,
diisi dengan cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar,
yaitu humor viterus. Humor viterus berfungsi untuk memberi bentuk kekokohan
pada mata, serta mempertahankan hubungan antara retina dengan selaput
khoroid dan sklerotik.

B. Fungsi mata
Mata adalah indra pengelihatan. Mata dibentuk uuntuk menerima
rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, dengan perantara serabut-serabut
nervus opticus, mengalihkan rangsangan ini ke pusat pengelihatan pada otak
untuk ditafsirkan.
Kornea berfungsi melindungi struktur halus yang berada dibelakangnya,
serta membantu memfokuskan bayangan pada retina. Kornea tidak mengandung
pembuluh darah.
Iris berfungsi sebagai tirai yang melindungi retina serta mengendalikan
jumlah cahaya yang memasuki mata.

Lensa adalah organ fokus utama, yaitu berfungsi membiaskan berkas-berkas


cahaya yang terpantul dari beberapa benda yang terlihat, menjadi bayangan yang
jelas pada retina.
Lapisan khoroid yang berpigmen menggelapkan bintil tengah mata.
Retina adalah mekanisme penafsiran dalam pengelihatan. Retina memuat
ujung-ujung nervus optikus. Bila sebuah bayangan tertangkap mata, maka
berkas-berkas cahaya yang dilihat menembus kornea, aqueus humor, lensa dan
benda viterus guna merangsang ujung-ujung syaraf retina. Rangsangan yang
diterima retina bergerak melalui traktus optikus menuju daerah visual dalam
otak, untuk ditafsirkan. Kedua arah visual menerima berita dari kedua mata,
sehingga menimbulkan lukisan dan bentuk. (Anatomi dan fisiologi unuk
paramedic (evelyn c. pearce) hal 314)

C. Bagian bagian mata


1. Alis
Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis
dikaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya, serta berfungsi melindungi mata
dari sinar matahari yang kelewat terik.
2. Kelopak Mata
Kelopak mata merupakan dua lempengan, yaitu lempengan tarsal yang terdiri
dari jaringan fibrus yang sangat padat, serta dilapisi kulit dan dibatasi
konjuktiva. Jaringan di bawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak
mata atas lebih besar dari pada kelopak mata bawah serta di gerakkan ke atas
oleh otot levator palpebrae. Kelopak-kelopak itu ditutup oleh otot-otot
melingkar yaitu muskulus orbicularis okuli. Bulu mata dikaitkan pada
pinggiran kelopak mata, serta melindungi mata dari debu dan cahaya.

BAB II
PENYAKIT PADA MATA

Penyakit mata sangat beragam dan tidak semuanya dapat menular. Jika penyakit
mata disebabkan virus atau bakteri maka bisa menular, sedangkan jika penyebabnya
alergi tidak akan menular. Cara penanganan dan pencegahan macam-macam
penyakit mata ini pun berbeda, tergantung penyebabnya. Berikut ini beragam
penyakit mata yang perlu diketahui:
A. Miopi
Miopi yakni seseorang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak jauh.
Biasanya terjadi pada pelajar. Penderita miopi dapat dibantu dengan kacamata
berlensa cekung.
B. Hipermetropi
Hipermetropi yaitu seseroang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak
dekat dari mata. Dapat dibantu dengan kacamata berlensa cembung.
C. Presbiopi
Presbiopi adalah seseorang yang tidak dapat melihat benda yang berjarak dekat
maupun berjarak jauh.Dapat dibantu dengan kacamata berlensa rangkap. Biasa
terjadi pada lansia.
D. Kerabunan dan kebutaan
Buta berarti seseorang tidak dapat melihat benda apapun sama sekali. Buta bisa
saja diakibatkan keturunan, maupun kecelakaan. Rabun berarti seseorang hanya
dapat melihat dengan samar-samar. Orang-orang yang buta maupun rabun
biasanya "membaca" dengan jari-jarinya. Ini disebut huruf Braille.
E. Buta warna
Buta warna adalah suatu kondisi dimana seseorang sama sekali tidak dapat
membedakan warna. Yang dapat dilihat hanyalah warna hitam, abu-abu, dan
putih. Buta warna biasanya merupakan penyakit turunan. Artinya jika seseorang
buta warna, hampir pasti anaknya juga buta warna.

F. Katarak
Katarak adalah suatu penyakit mata di mana lensa mata menjadi buram karena
penebalan lensa mata dan terjadi pada orang lanjut usia (lansia).
G. Astigmatis
Astigmatis merupakan ketidakaturan lengkung - lengkung permukaan bias mata
yang berakibat cahaya tidak fokus pada satu titik retina (bintik kuning). Dapat
dibantu dengan kacamata slinder/Operasi refraktif.
H. Rabun senja
Rabun senja adalah penyakit mata yang disebabkan karena mata kekurangan
vitamin A. Penderita biasanya tidak bisa melihat pada saat sore hari saja.
I.

Konjungtivitis (menular)
Merupakan penyakit mata akibat iritasi atau peradangan akibat infeksi di bagian
selaput yang melapisi mata. Gejalanya mata memerah, berarir, terasa nyeri,
gatal, penglihatan kabur, dan keluar kotoran. Penyakit ini mudah menular dan
bisa berlangsung berbulan-bulan. Beberapa faktor menjadi penyebabnya, seperti
infeksi virus atau bakteri, alergi (debu, serbuk, angin, bulu atau asap),
pemakaian lensa kontak dalam jangka waktu panjang dan kurang bersih. Bayi
pun bisa mengalami sakit mata, hanya penyebabnya berbeda yaitu karena infeksi
ketika melewati jalan lahir. Pada bayi, penyakit ini disebut konjungtivitis
gonokokal dan umumnya mata bayi baru lahir akan ditetesi obat mata atau salep
antibiotika untuk mematikan bakteri penyebabnya. Jika Anda atau keluarga
mengalami penyakit ini, lakukan penanganannya dengan cara berikut: Kompres
mata dengan air hangat, gunakan obat tetes mata atau salep antibiotika seseui
resep dokter. Bersihkan tangan sebelum mengoleskan salep agar iritasi tidak
tambah parah. Cegah penularan penyakit ke orang lain dengan memisahkan alatalat yang digunakan oleh Anda dan orang-orang.

J.

Trakoma (menular)
Infeksi pada mata yang disebabkan bakteri Chlamydia trachomatis yang
berkembang biak di lingkungan kotor atau bersanitasi buruk serta bisa menular.
Penyakit ini sering menyerang anak-anak, khususnya di negara berkembang.

Memiliki gejala : mata memerah, mengeluarkan kotoran, pembengkakan


kelopak mata dan kelenjar getah bening dan kornea terlihat keruh.
Penanganan : Jauhkan alat/benda yang sudah dipakai penderita dari orang lain.
Salep antibiotika mengandung tetracycline dan erthromycin biasanya akan
diberikan selama satu bulan atau lebih. Jika tidak segera ditangani dapat
menyebabkan pembentukan jaringan parut pada kornea sehingga menyebabkan
bulu mata melipat ke dalam lalu terjadi gangguan penglihatan. Pembedahan
mungkin perlu dilakukan jika terjadi kelainan bentuk pada kelopak mata atau
kornea.
K. Keratokonjungtivitas Vernalis (KV)
Keratokonjungtivitas Vernalis (KV) merupakan penyakit iritasi/peradangan pada
bagian kornea (selaput bening) akibat alergi sehingga menimbulkan rasa sakit.
Memiliki gejala mata merah, berair, kelopak mata bengkak, gatal, dan adanya
kotoran mata. KV merupakan peradangan yang berulang atau musimam dan
penderitanya cenderung kambuh, khususnya di musim panas. Kadang ada
penderita KV yang mengalami kerusakan pada sebagian kecil kornea sehingga
menyebabkan nyeri yang akut. Penanganannya dengan cara berikut : Jangan
menyentuh atau menggosok mata karena bisa menyebabkan iritasi. Kompres
mata dengan air hangat. Dokter biasanya akan memberikan obat tetes mata.
L. Endoftalmitis
Endoftalmitis merupakan infeksi pada lapisan mata bagian dalam sehingga bola
mata bernanah. Gejalanya mata merah, terasa nyeri bahkan sampai mengalami
gangguan penglihatan. Infeksi ini cukup berat sehingga harus segera ditangani
karena bisa menimbulkan kebutaan. Penyebab biasanya karena mata tertusuk
sesuatu.
Penanganan: Obat antibiotika biasanya akan diberikan oleh dokter mata serta
dilakukan pembedahan untuk mengeluarkan nanah yang ada di bola mata.
M. Selulitis Orbitalis (SO)
Penyakit mata akibat peradangan pada jaringan di sekitar bola mata. Gejalanya
mata merah, nyeri, kelopak mata bengkak, bola mata menonjol dan bengkak,
serta demam. Pada anak-anak, SO sering terjadi akibat cedera mata, infeksi sinus

atau infeksi berasal dari gigi. Dokter biasanya akan melakukan rontgen gigi dan
mulut atau CT Scan sinus untuk memastikan penyebabnya. Jika tidak segera
mendapatkan penanganan, penyakit bisa berakibat fatal, seperti buta, infeksi
otak atau pembekuan darah di otak. Berikut penanganan yang bisa Anda
lakukan : Jika kasus tergolong ringan, dapat diberikan antibiotika secara oral.
Pada kasus berat akan diberikan antibiotika melalui pembuluh darah atau
melakukan pembedahan untuk mengeluarkan nanah atau mengeringkan sinus
yang terinfeksi.
N. Blefaritis
Peradangan yang terjadi pada kelopak mata akibat produksi minyak berlebihan
dan berasal dari lapisan mata. Memiliki gejala berupa mata merah, panas, nyeri,
gatal, berarti, terdapat luka di bagian kelopak mata dan membengkak, bahkan
rontoknya bulu mata. Blefaritis terbagi dua jenis, yaitu blefaritis anterior
(peradangan mata bagian luar depan yaitu di melekatnya bulu mata, disebabkan
bakteri stafilokukus). Dan blefaritis posterior (peradangan di kelopak mata
bagian dalam, bagian kelopak mata dan bersentuhan dengan mata, disebabkan
adanya kelainan pada kelenjar minyak).
Penanganan: Rajin membersihkan sekitar kelopak mata untuk menghilangkan
kelebihan minyak dengan menggunakan pembersih khusus. Salep antibiotika
untuk membunuh bakteri.
O. Dakrosistitis
Penyakit mata yang disebabkan penyumbatan pada duktus nasolakrimalis
(saluran yang mengalirkan air mata ke hidung). Penyumbatan disebabkan alergi
sehingga menyebabkan infeksi di sekitar kantung air mata yang menimbulkan
nyeri, warna merah dan bengkak, bisa mengeluarkan nanah dan mengalami
demam.
Penanganan: Pemberian antiobiotika oral atau melalui pembuluh darah.
Pengompresan dengan air hangat di sekitar kantung air mata. Pembedahan perlu
dilakukan jika terjadi kantung nanah.

P. Ulkus Kornea (UK)


Infeksi pada kornea bagian luar dan biasanya terjadi akibat jamur, virus,
protozoa, atau beberapa jenis bakteri seperti stafilokokus, pseudomonas atau
pneumococcus. Awalnya bisa karena kelilipan atau tertusuk benda asing.
Penyakit ini bisa terjadi di seluruh permukaan kornea sampai bagian dalam dan
belakang kornea. Ketika penyakit ini memburuk dapat menyebabkan komplikasi
infeksi di bagian kornea yang lebih dalam, perforasi kornea (terjadi lubang),
kelainan letak iris (Selaput pelangi) dan kerusakan mata. Memiliki gejala mata
merah, gatal, berair, nyeri, muncul kotoran mata, peka pada cahaya, terdapat
bintik nanah warna kuning keputihan pada bagian kornea, dan gangguan
penglihatan.
Penanganan: Perlu melakukan pemeriksaan seperti tes refraksi, tes air mata,
pengukuran kornea,dan tes respons refleks pupil. UK tingkat ringan dapat
ditangani dengan tetes mata mengandung antibiotika, antivirus atau antijamur.
Jika berat mungkin memerlukan pembedahan untuk pencangkokan kornea.

BAB III
SEDIAAN DAN PENGOBATAN

A. SEDIAAN OFTALMIK
Pengobatan pada mata sudah dikenal sejak zaman Mesir Purba. Orang Yunani
dan Roma menggunakan obat mata dengan cara melarutkannya dalam air, susu,
atau putih telur. Mereka menggunakan termonologi collyria untuk sediaan ini.
Terminologi belladona atau wanita bermata cantik yang mengandung
komponen untuk mendilatasi pupil mata untuk tujuan kosmetika. Koliria adalah
bentuk awal dari perkembangan larutan tetes mata modern.
Era tradisional bahwa obat mata berbentuk larutan berakhir tahun 1950-an,
dengan ditampilkannya bentuk suspensi obat mata. Partikel padat obat kortison
asetat disuspensikan, dan produk dalam bentuk suspensi dikomersialkan.
Percobaan klinik kemudian menemukan bahwa dengan menurunkan ukuran
partikel tersuspensi pada sediaan berbentuk suspensi dapat meningkatkan
ketersediaan hayati dari obat tidak larut atau obat dengan kelarutan terbatas
untuk mengurangi gangguan mata.
Di samping penggunaan larutan, suspensi, dan gel, perkembangan
selanjutnya adalah formulasi berbentuk krem dan salep, injeksi intraokular,
larutan viskoelastik, dan peralatan lebih baru. Dengan kekecualian injeksi
oftalmik dalam jumlah terbatas, sediaan mata adalah sediaan topikal untuk efek
lokal karenanya tidak perlu bebas pirogen. Karena metode penggunaan obat
yang berbeda, sediaan oftalmik berbeda dari sediaan yang diberikan secara
parenteral, baik dari segi bahan tambahan untuk meningkatkan aktivitas,
menjaga stabilitas dan sterilitas produk maupun dari segi kemasannya.

Persyaratan yang harus dipertimbangkan pada produk sediaan mata sebagai


berikut:
1. Steril
2. Isotonis dengan air mata
3. Bila mungkin isohidri
4. Tetes mata berupa larutan harus jernih
5. Bebas partikel asing
6. Basis salep mata tidak boleh iritan
Bentuk-bentuk sediaan oftalmik:
1. Tetes mata
Guttae ophtalmicae, tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau
suspensi, digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput
lendir mata di sekitar kelopak mata dan bola mata. Tetes mata berair
umumnya dibuat menggunakan cairan pembawa berair yang mengandung zat
pengawet terutama fenilraksa (II) nitrat atau fenilraksa (II) asetat 0,002% b/v.
Benzalkonium klorida 0,01% b/v atau klorheksidin asetat 0,01% b/v, yang
pemilihannya didasarkan atas ketercampuran zat pengawet terhadap obat
yang terkandung di dalamnya selama waktu tetes mata dimungkinkan untuk
digunakan. Benzalkonium klorida tidak cocok digunakan sebagai zat
pengawet untuk tetes mata yang mengandung anestetikum lokal. Tetes mata
berupa larutan harus jernih, bebas benda asing, serat dan benang.
2. Salep mata
Salep mata adalah salep yang digunakan pada mata. Salep mata sering
digunakan pada konjungtiva atas dan bawah, pada kantung konjungtiva untuk
kondisi lain, khususnya yang membutuhkan kerja obat yang lebih lama. Dasar
salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi obat
dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat dalam jangka
waktu tertentu. Vaselin merupakan dasar salep yang banyak digunakan.

3. Collyrium
Sediaan ini adalah larutan yang digunakan untuk irigasi kantung konjungtiva.
Obat obat bekerja secara mekanisme membilas keluar iritan atau benda asing
sebagai tindakan pertolongan pertama.
4. Sediaan lain-lain
Injeksi subkonjungtiva dapat digunakan untuk pemberian antiinfeksi,
midriatik, atau kortikosteroid pada keadaan yang tidak menunjukkan respon
terhadap terapi topikal. Mekanisme kerja obat injeksi subkonjugtiva berdifusi
melalui kornea dan sklera ke kamar anterior dan posterior dan cairan vitreum
dalam kadar yang lebih tinggi dan dapat dicapai melalui absorbsi obat tetes
mata biasanya volume dosis terbatas tidal lebih dari 1 ml.

Beberapa bahan obat yang lazim diberikan sebagai obat mata:


1.

Midriatik dan sikloplogik

2.

Miotik

3.

Antimikroba

4.

Antiinflamasi

5.

Anestetika

6.

Obat-obat glaukoma

7.

Medikasi untuk mata kering

8.

Dekongestan okular

9.

Larutan irigasi oftalmik

10. Agen hiperosmolar


11. Agen diagnostik
12. Agen lamiyar

B. TETES MATA
Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang
digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar
kelopak mata dari bola mata. Sediaan tetes mata dikemas dalam wadah botol

plastik bervolume 5 ml, 10 ml, dan 15 ml. Namun, seiring perkembangan


teknologi farmasi untuk menjaga sterilitas sediaan tetes mata, saat ini kemasan
yang ada tersedia juga dalam bentuk minidose dengan volume 0,6 ml. Kemasan
baru ini dapat meminimalisir terjadinya kontaminasi mikroorganisme pada
sediaan tetes mata.
Tetes mata harus memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan yaitu:
1. Steril
Semua larutan untuk mata harus dibuat steril jika diberikan dan bila mungkin
ditambahkan bahan pengawet yang cocok untuk menjamin sterilitas selama
pemakaian. Pencemaran oleh mikroorganisme dapat berasal dari bahan obat
dan bahan pembantu, atau akibat prosedur kerja yang tidak aseptik dan
kesalahan pada cara sterilisasi akhir, serta akibat rekontaminasi selama
pemakaian.
2. Jernih
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan
padat. Filtrasi dengan kertas atau kain woll tidak dapat menghasilkan larutan
bebas partikel oleh karena itu sebagai matrial penyaring kita menggunakan
leburan gelas.
3. Sedapat mungkin isotonis
Cairan mata memiliki tekanan osmotik, yang harganya sama dengan darah
dan cairan jaringan. Harganya sebanding dengan larutan natrium klorida 0,9
% dalam air. Mata memiliki daerah toleransi tonisitas yang lebih lebar, yang
tidak atau sangat jarang terjadi pengaruh fisiologis yang merugikan kisaran
0,7 - 1,45 % dapat diterima tanpa rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan
keluarnya air mata.
4. Sedapat mungkin isohidris
Pengaruturan larutan pada kondisi isohidris (pH = 7,4) adalah berguna untuk
mencapai rasa bebas nyeri yang sempurna. [Voight hal 522-526]
5. Pendaparan
Harga pH mata sama dengan darah yaitu 7,4 pada pemakaian tetesan biasa,
larutan yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3 - 9,7.

Namun, daerah pH 5,5 - 11,4 masih dapat diterima. Pengaturan pH sangat


berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri, meskipun kita sangat sulit
merealisasikannya. Jika harga pH yang ditetapkan atas dasar stabilitas berada
di luar daerah yang dapat diterima secara fisiologis, maka kita wajib
menambahkan larutan dapar dan melakukan pengaturan pH melalui
penambahan asam atau basa.
Penggolongan obat tetes mata:
1. Antiinfeksi
Umumnya, infeksi mata superfisial akut dapat diobati secara topikal. Infeksi
mata dapat disebabkan karena infeksi bakteri, jamur, dan virus. Beberapa
contoh obat tetes mata sebagai antiinfeksi:
a. Cendofenikol (kloramfenikol)
b. Garamycin (Gentamisin)
c. Cendocetamid (Sulfasetamid)
d. Cendrid (Idoksuridin)
2. Antiinflamasi
Umumnya digunakan untuk mengurangi inflamasi pasca bedah setelah
operasi mata dan pengobatan alergi yang terjadi pada mata. Beberapa contoh
obat tetes mata sebagai antiinflamasi:
a. Garasone (Betametason)
b. Cendoxitrol (Deksametason)
c. Insto (Tetrahidrozolin)
d. Visine (Tetrahidrozolin)
3. Midriatik dan sikloplegik
Antimuskarinik melebarkan pupil dan melumpuhkan otot siliaris.midriasis
dapat menimbulkan glaukoma sudut sempit akut pada beberapa pasien,
biasanya yang berusia lebih dari 60 tahun dan hipermetropik yang merupakan
faktor predisposisi untuk glaukoma karena kamar anterior yang dangkal.
Beberapa contoh obat tetes mata sebagai antimuskarinik dan simpatomimetik:
a. Cendotropine (Atropin Sulfat)
b. Homatro (Homatropin HBr)

c. Cendo Efrisel (Fenilefrin HCl)


4. Pengobatan Glaukoma
Glaukoma diobati dengan tetes mata yang mengandung beta bloker, miotik,
atau adrenalin. Beberapa contoh obat tetes mata sebagai pengobatan
glaukoma:
a. Epikarpin (Pilokarpin)
b. Indocollyre (Indometasin)
c. Timolol Maleat (Generik)
5. Defisiensi air mata
Mata pedih kronis yang berkaitan dengan berkurangnya sekresi air mata
biasanya pada kasus atritis rheumatoid (sindrom sjogren). Beberapa contoh
obat tetes mata sebagai defisiensi air mata:
a. Isotic Tearin (Hipromelose)
b. Optifresh (Polivinil Alkohol)
6. Astringent Okuler dan Lubrikan
Astringent dalam obat tetes mata digunakan untuk pengobatan lakrimasi yang
berlebihan, sedangkan lubrikan digunakan untuk melindungi permukaan
okuler. Beberapa contoh obat tetes mata sebagai astringent dan lubrikan:
a. Rohto Tears (NaCl)
b. Augentonic (Seng Sulfat)
7. Sediaan Diagnostik
Tetes mata yang digunakan dalam prosedur diagnostik dan untuk menetapkan
letak kerusakan kornea akibat luka atau penyakit, contohnya:
a. Fluorescein (Fluoresein Na.)

C. CARA PENGGUNAAN TETES MATA


1. Cuci tangan dan bagi yang menggunakan contact lense, lepas contact lense
sebelum menggunakan obat tetes mata.
2. Periksalah apakah ujung botol tidak tersumbat.
3. Hindari memegang ujung atau menyentuhkannya ke mata.

4. Untuk sediaan obat mata yang berbetuk cairan, kocok terlebih dahulu
sebelum digunakan.
5. Duduk di depan cermin atau minta bantuan orang lain untuk memakaikan
obat tetes mata agar lebih mudah.
6. Bersihkan mata terlebih dahulu dengan menggunakan tissue bersih untuk
membersihkan cairan dan kotoran di mata.
7. Buka tutup dari botol tetapi jangan pernah meletakkan tutupnya diatas meja
untuk menghindari kontaminasi. Simpanlah tutup botol disamping botol pada
saat penggunaan atau digenggam di tangan lainnya.
8. Tengadahkan kepala ke belakang tarik kelopak mata ke bawah sampai
terbentuk kantong mata. Teteskan obat dengan lembut dan perlahan ke dalam
kantong mata.
Jangan meneteskan secara langsung ke bola mata, hal ini dapat
membahayakan kornea dan mengkontaminasi obat tetes mata.
9. Tutup mata sekitar 2-3 menit.
10. Bersihkan sisa-sisa cairan obat tetes mata di sekitar mata dengan tissue
bersih.

D. KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN SEDIAAN TETES MATA


Keuntungan dari sediaan tetes mata, antara lain:
1.

Tidak mengganggu penglihatan dan aktivitas ketika digunakan.

2.

Efek yang diberikan secara lokal sehingga tidak mempengaruhi organ


lainnya.

3. Obat tetes mata lebih nyaman digunakan dibandingkan sediaan ophtalmik


lain seperti salep mata.
4. Obat tetes mata lebih praktis dan efisien karena tersedianya kemasan mini
dose sehingga lebih mudah dibawa dan sterilitas lebih terjamin.

Kerugian dari sediaan tetes mata, antara lain:


1. Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif
singkat antara obat dan permukaan yang terabsorpsi
2. Mudah terkontaminasi

mikroorganisme jika penggunaan tidak tepat atau

tidak sesuai dengan prosedur.

DAFTAR PUSTAKA

1. Agoes G. Sediaan Farmasi Steril Seri 4. Bandung: Penerbit ITB; 2009.

2. Anonim.
Ilmu
Penyakit
Mata.
Diambil
dari:
http://meetdoctor.com/article/penyakit-mata-di-usia-tua-1#. Diakses 15 September
2015 pkl 09.00.

3. Arthur C Guyton, MD. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit (Human


Physiologi and Mechanism of Disease). EGC: Penerbit Buku Kedokteran.

4. Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia. Informatorium Obat


Nasional Indonesia. Jakarta: Sugeng Setu; 2001.

5. Pearce E. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta: Gramedia Pusaka


Utama; 2008.p.314-320.

Anda mungkin juga menyukai