Disusun Oleh
: Zunisa Rizki
NPM
: 2013210273
Kelas
:A
Kelompok
: 10
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Memindahkan dan menanam suatu mikroba tak ubahnya memindahkan dan
menanam makhluk hidup lain. Cara yang digunakan untuk memindahkan dan
memindahkan suatu mikroba tentunya dalam keadaan aseptis. Untuk memindahkan
suatu mikroorganisme, dikarenakan tak terlihat wujudnya, kita harus lebih hati-hati.
Mikroorganisme yang akan kita pindahkan, harusnya mendapat kondisi transisi yang
sempurna baginya, baik itu untuk suhu lingkungan maupun keadaannya ( berada
dalam lingkungan aseptis atau tidak).
Di samping itu, alat-alat yang akan digunakan untuk perpindahan
mikroorganisme juga haruslah steril. Bukan hanya proses transfer (pemindahan
mikroorganisme), proses inokulasi (penanaman) mikroorganisme juge memerlukan
perhatian yang khusus. Mikroorganisme harus diperlakukan senyaman mungkin untuk
membuat nya dapat terus berlangsung hidup. Ibarat tanaman, mikroorganisme harus
diberi tempat yang sesuai dengan jenis nya, juga diberi tempat yang mengandung
unsur-unsur makanan yang sesuai.
Proses penanaman mikroorganisme (inokulasi) punya berbagai macam teknik.
Tentunya setiap teknik harus disesuaikan dengan media yang digunakan, guna
mendapat hasil yang maksimal dan tepat sesuai dengan keinginan.
B. PERMASALAHAN
a. Bagaimana cara melakukan teknik dasar inokulasi?
b. Bagaimana cara mentransfer mikroba secara aseptis?
c. Bagaimana pola pertumbuhan koloni mikroba?
d. Bagaimana mofologi yang terlihat dari koloni mikroba tersebut?
C. TUJUAN KEGIATAN PRAKTIKUM
a. Melakukan teknik transfer aseptis dari kultur cair ke media cair, media miring dan
pencawanan, dari kultur miring ke media miring, media cair dan pencawanan.
b. Membedakan karakteristik kultural yang menjadi syarat utama dalam upaya
mengidentifikasi dan mengklasifikasikan organisme dalam kelompok
taksonominya.
D. MANFAAT PRAKTIKUM
Setelah menyelesaikan praktikum ini, praktikan tentunya akan mengetahui
tentang teknik dasar inokulasi dan transfer mikroba secara aseptis. Praktikan mampu
memilih teknik yang tepat untuk transfer mikroba pada media yang tepat pula. Selain
itu, praktikan juga mengetahui pola pertumbuhan dan morfologi dari koloni mikroba
tersebut. Mengetahi ciri-ciri dari setiap koloni mikroba yang terbentuk.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penggunaan budaya sebagai teknik diagnostik dijelaskan dalam bab yang berjudul
"Diagnosa Medik Mikrobiologi. "Ini adalah tujuan bab ini untuk membahas hanya prinsip-prinsip
pengembangan kultur. Ini adalah teknik yang telah digunakan selama lebih dari 100 tahun. Ini
terdiri dari inkubasi sampel dalam media yang mendorong pertumbuhan organisme bunga,
sementara menghambat pertumbuhan lain. Dengan cara ini dapat membantu teknisi dalam
mengisolasi koloni murni mikroorganisme dari campuran di mana organisme hanya mewakili
persentase yang sangat kecil dari flora keseluruhan, dan isolasi oleh goresan mungkin tidak
praktis. Dalam beberapa kasus, seperti dalam isolasi salmonella, pertama tumbuh sampel
dalam budaya pengayaan merupakan langkah pertama yang diperlukan untuk meningkatkan
relatif kecil jumlah organisme biasanya ditemukan di sample primer. Sedangkan penggunaan
kaldu pengayaan di makanan dan mikrobiologi lingkungan telah dibuktikan, penggunaannya
dalam mikrobiologi klinis telah tidak sepenuhnya menjadi established.
Berdasarkan spektrum yang luas dari penelitian intensif dan konklusif dilakukan selama
masa lalu beberapa dekade, pada kenyataannya, telah mengakibatkan akumulasi array vital
dan penting 'tambahan informasi 'berkaitan dengan tepat' identifikasi bakteri '. Namun, berbagai
budaya fitur karakteristik yang telah dibawa ke cahaya di berbagai jenis media sepatutnya
diamati. Yang penting, selama studi investigasi yang kritis dapat mencatat fitur berikut muncul
sebagai koloni yang sangat spesifik pada media padat, yaitu:
(a) Bentuk: tidak teratur, melingkar, atau rhizoid;
(b) Ukuran: biasanya dinyatakan dalam milimeter (mm);
(c) Ketinggian: meningkat, cembung, cekung, umbonate atau umbilicate, atau effuse;
(d) Margin: miring, atau sebaliknya;
(e) Permukaan: bergelombang, kasar, halus, granular, berpapila, atau berkilau;
(f) Tepi: seluruh, berombak, crenated, meringkuk, atau fimbriate;
(g) Warna: variasi dalam intensitas warna yang berbeda;
(h) Struktur: transparan, tembus atau buram;
(i) Konsistensi: butyrous, membran, gembur atau lengket;
(j) Emulsifiability: baik, biasa-biasa saja, miskin, atau terbaik; dan
(k) Diferensiasi: menjadi pusat dan bagian tepi.
Hal ini, bagaimanapun, berkaitan dengan menyatakan di sini bahwa terdapat variasi
penting antara stroke budaya, seperti:
(a) Tingkat Pertumbuhan:. Ini adalah selalu dari tiga kekuatan yaitu, langka, menengah, atau
berlebihan;
(b) Sifat Pertumbuhan: Ini dapat berupa diskrit atau konfluen, filiform *, menyebarkan,
ataurhizoid; dan
* Filiform: mirip rambut atau filamen.
(c) Karakteristik Fisik: ini pada dasarnya mencakup berbagai karakteristik fisik seperti fitur
seperti: permukaan, elevasi, tepi, warna, struktur, bau, emulsifiability, konsistensi, dan
perubahan penting secara keseluruhan diamati pada media berikutnya.
Hal ini relevan untuk menyebutkan pada saat ini dalam waktu yang dalam cairan
tertentu (atau cairan) satu media jelas dapat mengetahuinya dari ciri-ciri berikut ini, yaitu:
tingkat pertumbuhan,
adanya kekeruhan ditambah sifatnya,
adanya deposito dan karakter,
sifat misalnya pertumbuhan permukaan, pelikel * dan kualitas yang diamati, serta
kemudahan disintegrasi, dan pewarnaan.
BAB III
METODE PENELITIAN
CARA KERJA
Cuci tangan menggunakan sabun dan semprotkan dengan alkohol guna memastikan
matinya mikroba-mikroba yang mampu mengganggu hasil dari praktikum ini. Kemudian
siapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Pastikan semua alat yang akan digunakan
dalam keadaan bersih. Semprotkan alkohol ke meja kerja alat praktikum dan segera
nyalakan spiritus. Hal ini dilakukan untuk membunuh mikroba-mikroba yang ada disekitar
agar tidak masuk ke dalam tubuh praktikan maupun alat-alat yang sudah steril. Lalu,
nyalakan api spiritus untuk mengurangi kontaminan yang akan mengganggu hasil
percobaan.
Pertama akan melakukan inokulasi pada agar tegak dengan metode tusuk. Siapkan
alat-alat yang diperlukan lalu lakukan sterilisasi pada jarum Ose dan mulut tabung reaksi
pada kultur biakan. Buka kapas penutup mulut tabung reaksi dan masukkan jarum Ose
untuk mengambil kultur, lalu tutup kembali mulut tabung reaksi yang sebelumnya harus di
sterilisasi dahulu. Tusukkan jarum Ose ke dalam media agar tegak dimana mulut
tabungnya telah disterilisasi secara tegak sampai hampir dasar tabung. Tutup kembali
mulut tabung dengan kapas yang juga sebelumnya harus disterilisasi dahulu.
Kedua, lakukan hal yang sama seperti agar tegak untuk inokulasi agar miring, namun
bukan dengan metode tusuk melainkan dengan metode gores. Goresan pada media
dilakukan dari pangkal tabung reaksi hingga ujung tabung. Selanjutnya, pada agar lempeng
teknik dan metode sama dengan agar miring yaitu metode gores. Cara yang dilakukan juga
sama dengan cara yang sebelumnya.
Keempat, inokulasi pada media cair, biakan diambil dari kultur cair ke media cair
yaitu kaldu pepton. Lalukan sterilisasi pada semua alat, kemudian ambil biakan dari kultur
cair lalu masukan kedalam media cair dengan cara menggoyang-goyangkan jarum Ose
agar biakan yang menempel dapat lepas dari jarum Ose. Setelah itu, lakukan sterilisasi
kembali pada semua alat-alat yang digunakan.
Kelima, melakukan inokulasi pada agar lempeng namun dengan metode tuang.
Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan dan lakukan sterilisasi. Lalu, masukkan
kultur cair ke dalam cawan Petri, setelah itu masukkan Nutrient Agar cair kedalamnya
kemudian tutup cawan Petri. Goyangkan cawan Petri di atas meja kerja seperti angka 8.
Semua media yang telah diberi biakan, di simpan ke dalam ruang inkubasi. Terakhir
adalah melakukan pengamatan pada media yang sudah ada kultur biakan untuk
menentukan pola pertumbuhan dan morfologi pada koloni mikroba tersebut. Amati media
yang telah diinokulasikan keesokan hari nya. Catat dan buatlah kesimpulan dari perubahan
yang terjadi pada media tersebut.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, didapat hasil pengamatan sebagai berikut:
Nutrient Agar
Jenis Media
Agar tegak
Metode
Inokulasi
Tusuk
Agar miring
Gores
Agar lempeng
Gores
Cair
Keterangan *
Filamen
Echinulate
Terlampir pada
LAMPIRAN
Tuang
Kaldu Pepton
Gambar
Tidak beraturan,
undulatus, rata
Tidak beraturan,
lobatus, rata
Flokulen
Keterangan : * Morfologi dan pola pertumbuhan koloni yang diamati seperti dijelaskan pada
materi 4
Nama Media
Jenis Media
Gambar
Bentuk
Terlampir pada
LAMPIRAN
Agar lempeng
Nutrient Agar
Agar miring
Keterangan
Tepian
Elevasi
Curled
Lengkung
Datar
Filament
Filament
Datar
Bulat
Lengkung
Naik
Rhizoid
Undulates
Datar
Tidak beraturan
Datar
Effuse
BAB V
KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa banyak cara
untuk melakukan teknik transfer aseptis yaitu bisa dari kultur cair ke media cair, media miring
dan pencawanan, dari kultur miring ke media miring, media cair dan pencawanan. Kita juga
bisa membedakan karakteristik kultural yang menjadi syarat utama dalam upaya
mengidentifikasi dan mengklasifikasikan organisme dalam kelompok taksonominya baik dari
bentuknya, tepiannya maupun elevasinya.
DAFTAR PUSTAKA
Goldman, E. dan Green, Lorrence H.. 2009. Practical Handbook of Microbiology Second
Edition. London, New York: CRC Press. Hal: 31.
Kar, A.. 2008. Pharmaceutical Microbiology. New Delhi: New Age International (P) Limited. Hal:
119-120.
LAMPIRAN
Media cair (kiri), Media agar miring (tengah), Media agar tegak (kanan)