PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Hormon tiroid sangat penting untuk metabolisme energi, nutrisi, dan ion organik,
termogenesis serta merangsang pertumbuhan dan perkembangan berbagai jaringan, Pada
periode kritis juga untuk perkembangan susunan syaraf pusat dan tulang.Hormon ini
mempengaruhi beberapa jaringan dan sel melalui berbagai pola aktivasi genomik dan sintesis
protein serta reseptor yang mempunyai arti penting untuk berbagai aktivitas.
Hormon tiroid berpotensiasi dengan katekolamin (efek yang menonjol adalah
hipertiroidisme), dan berefekpada pertumbuhan somatik dan tulang diperantai oleh stimulasi
sintesis dan kerja hormon pertumbuhan dan IGF.
dapat berakibat kelainan metabolik yang ditemukan pada dewasa, berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan, karena maturasi jaringan dan organ atau Jaringan spesifik
yang merupakan pengatur perkembangan bergantung pada efek hormon tiroid, sehingga
konsekuensi klinik disfungsi tiroid bergantung pada usia mulai timbulnya pada masa bayi dan
anak. Apabila hipotiroidisme pada janin atau bayi baru lahir tidak diobati, menyebabkan
kelainan intelektual dan atau fungsi neurologik yang menetap, ini menunjukan betapa
pentingnya peran hormon tiroid dalam perkembangan otak saat masa tersebut. Setelah usia 3
tahun , sebagian besar perkembangan otak yang tergantung hormon tiroid sudah lengkap,
hipotiroidisme pada saat ini mengakibatkan pertumbuhan lambat dan keterlambatan maserasi
tulang, biasanya tidak menetap dan tidak berpengaruh pada perkembangan kognitif dan
neurologik, sehingga perlu dilakukan skrinning untuk deteksi dan terapi dini.
Buruknya pengaruh hipotirod pada tumbuh kembang anak membuat penulis merasa
perlu untuk mengetahui bagaimana cara mendeteksi kelainan ini secara dini dan bagaiman
terapi yang tepat sehingga dapat mencegah ataupun memperbaiki kualitas tumbuh kembang
anak selanjutnya.
1.2
Tujuan Pembelajaran
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini, antara lain :
1.Mengetahui Definisi dari hipotiroid
2.Mengetahui Klasifikasi dari hipotiroid
3.Mengetahui epidemiologi dari hipotiroid
4.Mengetahui gejala dari hipotiroid
5.Mengetahui Etiologi dari hipotiroid
6.Mengetahui
7.Mengetahui Tata laksana terapi baik secara Farmakologi maupun non-Farmakologi
8.Mahasiswa dapat mengaplikasikan pemilihan obat rasional kepada penderita
hipotiroid
9.Mahasiswa mampu memonitor terhadap terapi yang diberikan kepada pasien
hipotiroid sehingga outcome terapi tercapai
10.Mahasiswa mampu memecahkan dan menyelesaikan kasus penyakit hipotiroid
yang akan di hadapi didunia kerja
11.Dapat menambah wawasan kepada pembaca atau khalayak umum tentang penyakit
hipotiroid
12.Dapat meningkatkan rasa kepedulian terhadap penderita
pasien mendapatkan pelayanan yang tepat
hipotiroid
sehingga
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
lobus di sisi kiri dan kanan. Terletak di leher dihubungkan oleh ismus yang menutupi cincin
trakea 2 dan 3. Kelenjar ini tersusun dari zat hasil sekresi bernama koloid yang tersimpan
dalam folikel tertutup yang dibatasi oleh sel epitel kuboid. Koloid ini tersusun atas
tiroglobulin yang akan dipecah menjadi hormon tiroid (T3 dan T4) oleh enzim endopeptidase.
Kemudian hormon ini akan disekresikan ke sirkulasi darah untuk kemudian dapat berefek
pada
organ
target.
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I menjadi
diiodotirosin)
(6) Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika
monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin.
Jika dua diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering
disebut tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan dalam darah
harus dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga
sering disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan
hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini.
Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah. (Guyton.
1997)
Efek Hormon Tiroid
a.Efek hormon tiroid dalam meningkatkan sintesis protein adalah :
(1) Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria;
(2) Meningkatkan kecepatan pembentukan ATP.
b.Efek tiroid dalam transpor aktif :
meningkatkan aktifitas enzim NaK-ATPase yang akan menaikkan kecepatan transpor
aktif dan tiroid dapat mempermudah ion kalium masuk membran sel.
c.Efek pada metabolisme karbohidrat :
menaikkan aktivitas seluruh enzim
d.Efek pada metabolisme lemak:
mempercepat proses oksidasi dari asam lemak.
Pada plasma dan lemak hati hormon tiroid menurunkan kolesterol, fosfolipid, dan
trigliserid dan menaikkan asam lemak bebas.
e.Efek tiroid pada metabolisme vitamin:
menaikkan kebutuhan tubuh akan vitamin karena vitamin bekerja sebagai koenzim
dari metabolisme.Oleh karena metabolisme sebagian besar sel meningkat akibat efek
dari tiroid, maka laju metabolisme basal akan meningkat. Dan peningkatan laju basal
setinggi 60 sampai 100 persen diatas normal.
f.Efek Pada berat badan.
Bila hormone tiroid meningkat, maka hampir selalu menurunkan berat badan, dan bila
produksinya sangat berkurang, maka hampir selalu menaikkan berat badan. Efek ini
terjadi karena hormone tiroid meningkatkan nafu makan.
g.Efek terhadap Cardiovascular.
Aliran darah, Curah jantung, Frekuensi deny jantung, dan Volume darah meningkat
karena meningkatnya metabolism dalam jaringan mempercepat pemakaian oksigen
dan memperbanyak produk akhir yang dilepas dari jaringan. Efek ini menyebabkan
vasodilatasi pada sebagian besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah.
h.Efek pada Respirasi.
Meningkatnya kecepatan metabolism akan meningkatkan pemakaian oksigen dan
pembentukan karbondioksida.
i.Efek pada saluran cerna.
Meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan. Tiroid dapat meningkatkan
kecepatan sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran cerna.
PENYAKIT HIPOTIROID
A.
Definisi Hipotiroid
Hipotiroidisme artinya kekurangan hormon tiroid, yaitu hormon yang dikeluarkan
oleh kelenjar tiroid atau kelenjar gondok. Hipotiroidisme (miksedema) adalah sindroma
klinik yang terjadi akibat kadar T3 dan T4 dalam sirkulasi tidak adekuat. Laju metabolisme
akan menurunkan dan mukopolisakarida tertimbun dalam jaringan ikat dermis sehingga
tampak gambaran wajah miksedema yang khas. Apabila hipotiroidisme terjadi pada anak bayi
yang baru lahir, akan menimbulkan kegagalan pertumbuhan fisik dam mental, yang sering
bersifat ireversibel; keaddan ini disebut kretinisme. Kretinisme dapat timbul endemik pada
suatu daerah geografik yang dietnya kekurangan yodium yang berguna untuk sintesis hormon
tiroid. Kasus sporadis dapat timbul akibat kelainan kongenital berupa tidak terdapatnya
jaringan tiroid, atau defek enzim yang menghambat sintesis hormon .
Hipotiroidisme adalah kumpulan sindroma yang disebabkan oleh konsentrasi hormon
tiroid yang rendah sehingga mengakibatkan penurunan laju metabolisme tubuh secara umum.
Kejadian hipotiroidisme sangat bervariasi , dipengaruhi oleh faktor geografik dan lingkungan
seperti asupan iodium dan goitrogen, predisposisi genetik dan usia.
Menurut American Thyroid Association dan American Association of Clinical
Endocrinologists, hipertiroidisme didefinisikan sebagai kondisi berupapeningkatan kadar
hormon tiroid yang disintesis dan disekresikan oleh kelenjar tiroid melebihi normal (Bahn et
al, 2011).
Hipertiroidisme merupakan salah satu bentuk thyrotoxicosis atau tingginya kadar
hormon tiroid, T4, T3 maupun kombinasi keduanya, di aliran darah. Peningkatan kadar
hormon tiroid menyebabkan paparan berlebihan pada jaringan-jaringan tubuh yang
menyebabkan munculnya berbagai manifestasi klinik yang terkait dengan fungsi hormon
tiroid dalam berbagai proses metabolisme tubuh (Bartalena, 2011).
B.
Epidemiologi
Perbandingan pria dengan wanita adalah 6 : 1 pada hipotiroidisme primer.
Pravelenakaninya 1-15% dan insidensinya 2/1000. Paling sering ditemukan pada usia
enimbulkan kegagalan mengahan ke atas dan sering berhubungan dengan riwayat penyakit
autoimun pada keluarga (Medicine at a Glance, 2003).
Hipotiroidisme kongenital menimpa sekitar 1 per 4000 bayi baru lahir. Karena
konsekuensi dari kondisi ini mudah dapat dicegah oleh pemberian oral T4, skrinning neonatal
untuk hipotiroidisme kongenital secara rutin dilakukan banyak di belahan dunia.
Sejak pembentukan program berskala nasional skrining neonates untuk
hipotiroidisme kongenital, berjuta neonatus telah diskrening. Pervalensi hipotiroidisme
kongenital telah ditemukan adlah 1 dalam 4000 bayi diseluruh dunia, lebih rendah pada
Negro Amerika Serikat (1 dalam 20.000) dan lebih tinggi pada keturunan Spanyol (hispatik)
D.
Etiologi
Kegagalan tiroid dapat disebabkan oleh penyakit pada kelenjer tiroid (hipotiroidisme
PATOFISIOLOGI
Untuk memproduksi dan mensekresi hormon tiroid memerlukan iodine.
1.) Produksi hormon tyroid tergantung sekresi TSH dan ingesti iodine
yang adekuat.
direkomendasikan
oleh
beberapa
tanda-tanda
dan
gejala-gejala;
bagaimanapun, pasien-pasien dengan penyakit yang ringan biasanya tidak mengalami gejalagejala. Pada pasien-pasien yang lebih tua dari 70 tahun, tandatanda dan gejala-gejala yang
khas mungkin juga tidak hadir. Pada umumnya, gejala-gejala menjadi lebih jelas ketika
derajat hipertiroid meningkat. Gejalagejala biasanya berkaitan dengan suatu peningkatan
kecepatan metabolisme tubuh.
GEJALA KLINIK
Akibat menurunyya metabolisme tubuh, penderita mengalami :
1. Mudah lelah
2. Vertigo
3. Tidak tahan dingin
4. Jarang berkeringat
5. Parestesi
6. Nyeri otot dan sendi
7. Ataksia dan diskinesis
8. Pendengaran menurun
9. Kulit dingin, keringat dan pucat
10.Rambut kering
11. Suara bernada rendah
12. Tekanan darah meningkat dengan nadi mengecil
13. Megakolon
14. Diare
17. Asites
18. Depresi mental
19. Gangguan menstruasi atau menurun nya libido pada pria
MANIFESTASI KLINIS
Dini : kelemahan, fatigue, atralgia, mialgia, sakit kepala, depresi, intoleransi dingin, berta
badanbertambah, konstipasi, menoragi, kulit kering, rambut kasar yang rapuh, kuku rapuh,
carpal tunnel syndrom, hiporefleksi (delayed DTRs, refleks * hung up*), hipertensi diastolik.
Lambat : bicara lambat, parau, hilangnya 1/3 luar alis mata, miksedema(edema non-pitting),
edema periorbital, brakikardia, efusi pada pleura, perikardium, atau ruang peritoneal.
Koma miksedema : hipotermi, hipotensi, hipoventilasi.
DIAGNOSIS
Diagnosis Diagnosis hipertiroidisme ditegakkan tidak hanya berdasarkan gejala dan tanda
klinis yang dialami pasien, tetapi juga berdasarkan hasil laboratorium dan radiodiagnostik.
mengetahui kondisi sebelum terapi. Satu bulan setelah terapi perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap free T4, total T3 dan TSH untuk mengetahui efektivitas terapi yang diberikan dan
pemeriksaan dilakukan setiap satu bulan hingga pasien euthyroid (Bahn et al, 2011).
Selain itu dari rasio total T3 dan T4 dapat digunakan untuk mengetahui etiologi
hipertiroidisme yang diderita pasien. Pada pasien hipertiroidisme akibat Graves Disease dan
toxic nodular goiter rasio total T3 dan T4> 20 karena lebih banyak T3 yang disintesis pada
kelenjar tiroid hiperaktif dibandingkan T4 sehingga rasio T3 lebih besar. Sedangkan pada
pasien painless thyroiditis dan post-partum thyroiditis rasio total T3 dan T4< 20.
c. Thyroid Receptor Antibodies (TRAb)
Dalam menegakkan diagnosis hipertiroidisme akibat autoimun atau Graves disease
perlu dilakukan pemeriksaan titer antibodi. Tipe TRAb yang biasanya diukur dalam
penegakan diagnosis Graves disease adalah antithyroid peroxidase antibody (anti-TPOAb),
thyroid stimulating antibody (TSAb), dan antithyroglobuline antibody (anti-TgAb).
Ditemukannya TPOAb, TSAb dan TgAb mengindikasikan hipertiroidisme pasien
disebabkan karena Graves disease. TPOAb ditemukan pada 7080% pasien, TgAb pada 30
50% pasien dan TSAb pada 7095% pasien (Joshi, 2011). Pemeriksaan antibodi dapat
digunakan untuk memprediksi hipertiroidisme pada orang dengan faktor risiko misal
memiliki keluarga yang terkena gangguan tiroid dan tiroiditis post partum.Pada wanita hamil
yang positif ditemukan TPOAb dan TgAb pada trimester pertama memiliki kemungkinan 30
50% menderita tiroiditis post partum (Stagnaro-Green et al, 2011).
d. Radioactive Iodine Uptake Iodine radioaktif
merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui berapa banyak iodine yang
digunakan dan diambil melalui transporter Na+ /Idi kelenjar tiroid. Pada metode ini pasien
diminta menelan 16 kapsul atau cairan yang berisi iodine radioaktif dan hasilnya diukur
setelah periode tertentu, biasanya 6 atau 24 jam kemudian.
Pada kondisi hipertiroidisme primer seperti Graves disease, toxic adenoma dan toxic
multinodular goiter akan terjadi peningkatan uptake iodine radioaktif. Pemeriksaan ini
dikontraindikasikan bagi pasien wanita yang hamil atau menyusui (Beastall et al, 2006).
e. Scintiscanning Scintiscanning
merupakan metode pemeriksaan fungsi tiroid dengan menggunakan unsur radioaktif.
Unsur radioaktif yang digunakan dalam tiroid scintiscanning adalah radioiodine (I131) dan
technetium (99mTcO4 - ). Kelebihan penggunaan technetium radioaktif daripada iodine
diantaranya harganya yang lebih murah dan pemeriksaan dapat dilakukan lebih cepat. Namun
kekurangannya risiko terjadinya false-positive lebih tinggi, dan kualitas gambar kurang baik
dibandingkan dengan penggunaan radioiodine (Gharib et al, 2011).
paranoid, atau bahkan maniak ("myxedema madness"). Skrining perawatan psikiatrik dengan
FT4 dan TSH adalah cara efisien untuk menemukan pasien-pasien ini, yang mana seringkali
memberikan respons terhadap terapi tunggal levotrioksin atau dikombinasi dengan obat-obat
psikofarmakologik. Efektivitas terapi pada pasien hipotiroid yang terganggu meningkatkan
hipotesis bahwa penambahan T3 atau T4 pada regimen psikoterapeutik untuk pasien depresi,
mungkin membantu pasien tanpa memperlihatkan penyakit tiroid. Penelitian lebih jauh harus
dilakukan untuk menegakkan konsep ini sebagai terapi standar.
PENTALAKSANAAN TERAPI
Diatasi dengan tirotoksin, dimulai dari 50 g/hari dan meningkat sampai 125-150
g/hari dengan dosis titrasi sesuai dengan respon klinis dan biokimia (TSH normal). Dosis
awal yang lebih rendah atau triiodotironin (T3) yang memiliki waktu paruh lebih pendek,
dapat digunakan pada pasien lanjut dan pasien dengan penyakit jantung iskemik karena dosis
yang lebih tinggi dapat memicu terjadinya angina atau infark mikard (Medicine at a Glance,
2003).
BAB III
KASUS
3.1
Deskripsi Kasus
Mrs. Smith, who is 35 years old, comes into your pharmacy with her 1 year old daughter and
gives you a prescription for levothyroxine 50-microgram tablets take one daily. This is the
first time she has taken the drug. She has gained a lot of weight since the birth of the daughter
and has not able to shift it even by sticking to a calorie, controlled diet, she feels cold all the
time, even on a hot day and hair is thinning. She has no energy at all, whereas before the birth
of her daughter she used to go to aerobics at least three times a week.
3.2
Analisa Kasus
: perempuan
: 35 tahun
d.Keluhan
Namun dia tetap menjaga kalori, diet terkontrol. Dia merasa dingin sepanjang waktu, bahkan
di hari yang panas serta rambut menipis. Dia tidak memiliki energi, sedangkan sebelum
kelahiran putrinya dia sering pergi aerobik setidaknya tiga kali seminggu.Objektif : Assesment
Berdasarkan gejala yang dialami pasien, pasien di diagnosa menderita hipotiroid ringan
sehingga perlu diberikan terapi
e.Planning
Berdasarkan gejala yang ditimbulkan maka diberikan levotiroksin 50 mikrogram sehari satu
tablet pada saat perut kosong bertujuan untuk menghilangkan gejala klinis serta mencapai
atau mempertahankan kadar TSH pada paruh bawah rentang kadar TSH normal atau sekitar
0,4-2,5 mU/L. Dosis harus disesuaikan setiap 4-8 minggu sampai pasien menjadi eutiroid.
b.Dilakukan pemeriksaan penunjang lain untuk melihat pengaruh hipotiroidisme pada
beberapa
organ
meliputi
pemeriksaan
laboratorium
rutin,
radiologi
dan
: perempuan
c.Usia
: 35 tahun
d.Keluhan
Namun dia tetap menjaga kalori, diet terkontrol. Dia merasa dingin sepanjang waktu, bahkan
di hari yang panas serta rambut menipis. Dia tidak memiliki energi, sedangkan sebelum
kelahiran putrinya dia sering pergi aerobik setidaknya tiga kali seminggu.
e.Objektif : f.Assesment
g.Berdasarkan gejala yang dialami pasien, pasien di diagnosa menderita hipotiroid ringan
sehingga perlu diberikan terapi
h.Planning
i.Berdasarkan gejala yang ditimbulkan maka diberikan levotiroksin 50 mikrogram
sehari satu tablet pada saat perut kosong bertujuan untuk menghilangkan gejala klinis
serta mencapai atau mempertahankan kadar TSH pada paruh bawah rentang kadar
TSH normal atau sekitar 0,4-2,5 mU/L. Dosis harus disesuaikan setiap 4-8 minggu
sampai pasien menjadi eutiroid.
j.Dilakukan pemeriksaan penunjang lain untuk melihat pengaruh hipotiroidisme pada
beberapa
organ
meliputi
pemeriksaan
laboratorium
rutin,
radiologi
dan
3.4
3.5
3.6
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Stroke merupakan cedera vaskular akut pada otak dimana terjadi suatu cedera
mendadak dan berat pada pembuluh pembuluh darah otak. Cedera dapat disebabkan
oleh sumbatan bekuan darah, penyempitan pembuluh darah, atau pecahnya pembuluh
darah. Hal ini menyebabkan kurangnya pasokan darah yang memadai.
Gejala stroke secara umum, antara lain :
oMuntah
oPenurunan
oGangguan
oWajah
oKelumpuhan
oGangguan
oGangguan
JAWABAN PERTANYAAN
Pertanyaan
1.Ade Syafarullah
Perbedaan dari 6 aspek prognosis stroke (death, disease, disability, discomfort,
dissatisfaction, dan destitution)
2.Andri Arfaldi
Apa perbedaan terapi stroke separuh badan dan seluruh tubuh?
Apakah penyakit stroke termasuk penyakit turunan?
Bagaimana pola hidup yang dapat menyebabkan stroke?
1.Desy Rahmanisya
Apakah penyakit stroke dapat diatasi dengan akupuntur?
Apa kelebihan dan kekurangan dari akupuntur tersebut?
Jawaban
1.Ade Syafarullah
Prognosis adalah pemikiran yang kemungkinan akan terjadi dan akhir dari suatu
penyakit, atau sebuah pemikiran yang merupakan kemungkinan hasil akhir gangguan
atau penyakit, baik dengan atau tanpa pengobatan.
Maka maksud dari 6 prognosis stroke tersebut adalah kemungkinan akan terjadinya
kematian, timbulnya penyakit lain, kecatatan yang akan mengganggu kenyamanan pasien
sehingga akan mengganggu tingkat kepuasan pasien terhadap organ tubuhnya, dan
menyebabkan kemelaratan secara ekonomi karena harus membeli obat yang akan
dikonsumsi pasien.
2.Andri Arfaldi
Tingkat keparahan stroke akan bergantung pada penanganan pertama saat stroke
tersebut dating. Semakin lama pasien diberikan pertolongan pertama maka akan
memperparah stroke pasien. Maka untuk terapi yang digunakan juga sama saja.
Namun ada perbedaan terapi pada stroke serangan akut dan pemeliharaan
(pencegahan) seperti misalnya pada pasien yang terkena stroke serangan akut, maka
terapi utama yang diberikan adalah terapi trombolitik dengan jenis obat t-PA dan
terapi antiplatelet dengan jenis obat aspirin. Sedangkan untuk pemeliharaan diberikan
terapi antiplatelet (aspirin, klopidogrel, kombinasi aspirin dan klopidogrel), terapi
antikoagulan (warfarin, heparin), antilipidemia ( Statin), antihipertensi (Gol. AIIRA,
gol. ACE inhibitor, ACE inhibitor plus diuretic tiazid).
Ya, penyakit stroke merupakan penyakit keturunan. Apalagi ditambah dengan
sipasien tersebut yang juga memiliki penyakit turunan hipertensi. Maka juga akan
memperparah penyakit ini.
Pola hidup yang dapat menyebabkan stroke:
-Gaya hidup dan pola makan yang tidak sehat
-Kebiasaan merokok
-Mengkonsumsi minuman bersoda dan beralkohol serta makanan cepat saji
-Kurangnya aktivitas gerak/olahraga
-Konsumsi makanan bergaram
-Over lipid (Obesitas)
-Kurang istirahat
1.Desy Rahmanisya
Ya, stroke dapat diatasi dengan metode akupuntur. Jika dilakukan dengan orang yang
ahli maka akupuntur dapat bekerja dengan cara memperbaiki dan melancarkan sirkulasi
darah dalam tubuh. Titik akupuntur akan membuka sirkulasi dalam tubuh dan membantu
organ-organ tubuh penting untuk berfungsi normal kembali. Sedangkan jika dilakukan
oleh orang yang tidak ahli akan membantu pengobatan stroke malah sebaliknya tehnik
akupuntur akan menyebabkan penyakit ini menjadi lebih parah.
DAFTAR PUSTAKA
Feigin, V. 2004. Stroke. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.
Harsono. 1996. Buku Ajar : Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada. 67.
DiPiro, J.T., R.L. Talbert, G.C. Yee, G.R. Matzke, B.G. Wells, and L.M. Posey. 2008.
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Seventh Edition. McGraw-Hill
Companies. New York. p. 376 379.
Hassmann,
K.A.
2010.
Ischemic
Stroke.
http://emedicine.medscape.com/article/793904-overview
Available
[Diakses
16
at
September
2011].
Rumantir C.U. Gangguan Peredaran Darah Otak. Pekanbaru : SMF Saraf RSUD Arifin.
Sukandar, E.Y.,R. Andrajati, J.I. Sigit, I.K.Adnyana, dan A.A.P.Setiadi. 2008. ISO
Farmakoterapi. Jakarta : ISFI Penerbitan.
Christopher G. 2007. Cerebrovascular Diseases. In : Goetz: Textbook of Clinical Neurology.
3rd Edition. Philadelphia : Saunders.