Disusun Oleh :
Fajar Rifki Fauzan
Fiqram Iqra Pradana
Hari Nugraha
Ira Nuryani Fazriati
Irni Suandari
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaniirrahim
Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga penulisan makalah Psikologi Perkembangan yang berjudul Teori Psikologi
Perkembangan (Psikoanalitis dan Kognitif) InsyaAllah di beri kemudahan dan kelancaran
dalam penyusunan dan yang terpenting dari itu semoga isi dari makalah ini memuat kebenaran
sehingga kita sebagai kaum intelektual muslim dapat semakin bijak menghadapi kehidupan
modern di zaman ini.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia ini ke jalan yang benar.
Makalah ini merupakan salah satu bentuk pemenuhan tugas perkuliahan, mata kuliah
Psikologi Perkembangan yang diampu oleh Drs. Muhtar Gojali, M.Ag. Dalam proses
penyajiannya, makalah ini berusaha ditulis dengan baik. Sejumlah sumber kami gunakan untuk
membantu kami dalam memahami beberap teori psikologi perkembangan khususnya teori
psikoanalisa dan kognitif.
Akhirnya, kami menunggu koreksi serta saran dari pembaca sebagai bentuk apresiasi,
sekaligus motivasi kepada kami untuk terus mencari pengetahuan yang lebih. Karena melalui hal
tersebut, kami mengharapkan akan muncul nilai-nilai kritis yang mampu membangun pola pikir
yang baik dan benar untuk dijadikan alat dalam membangun diri khususnya maupun tatanan
masyarakat pada umunya menjadi lebih baik.
Akhir kata kami mohon maaf dari segala kekurangan dalam penulisan makalah ini.
Kelompok 6
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kumpulan fakta yang diikat oleh suatu hukum tertentu akan menjadi pandangan yang
berlaku umum kemudian disebut sebagai teori. Suatu teori harus memenuhi syarat-syarat formal
(Miller,1989) yaitu:
1. Teori harus masuk akal (logis); didalamnya konsisten artinya tidak ada pernyataanpernyataan yang saliong bertentangan.
2. Teori secara empiris harus masuk akal; artinya tidak ada pengamatan ilmiah yang
saling berlawanan.
3. Teori harus diuji dan bersifat hemat; artinya sedapat mungkin terdiri dari beberapa
konstruk, proposisi.
4. Teori harus mempunyai cakupan ilmu yang cukup luas dan mampu mengintegrasikan
peneliti terdahulu.
Sebuah teori merupakan kumpulan ide yang logis dan saling berhubungan yang
membantu memberi penjelasan dan membuat prediksi1.
Sebagai salah satu bidang dari psikologi dan sebagai ilmu, psikologi perkembangan
memiliki teori-teori yang ada sampai sekarang dan dapat digunakan sebagai kerangka acuan
untuk memahami perubahan tingkah laku manusia sesuai dengan perubahan waktu atau zaman.
B. RUMUSAN MASALAH
1 John W.Santrock, Perkembangan Anak, hal. 42
C. TUJUAN
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan. Adapun tujuannya
yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui pengertian perkembangan dalam psikologi
2. Mengetahui teori psikoanalisis dalam psikologi perkembangan
3. Mengetahui teori kognitif dalam psikologi perkembangan
4. sebagai bahan kajian diskusi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
adanya perubahan dari keadaan sesuatu kekeadaan yang lain. Namun pada istilah pertumbuhan
dititik beratkan pada perubahan fisik, sedangkan istilah perkembangan digunakan kalau lebih
menekankan pada perubahan psikis.
Sebagaimana Monks dkk. menuliskan istilah pertumbuhan khusus dimaksudkan bagi
pertumbuhan dalam ukuran-ukuran badan dan fungsi fisik yang murni, sedangkan istilah
perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat-sifat yang khas mengenai gejala psikologik yang
nampak4. Dan tidak dapat disangkal bahwasannya pertumbuhan fisik mempengaruhi
perkembangan psikis, karena keduanya memang tidak dapat dipisahkan.
Dalam penjelasan mengenai teori perkembangan terdapat perbedaan di dalam memahami
apa yang termasuk dalam perkembangan dan mengenai cara perkembangan berlangsung. Namun
terdapat beberapa prinsip umum yang didukung hampir semua ahli, yaitu :
a. Manusia berkembang dalam tingkat yang berbeda
Dalam kelas anda akan memiliki seluruh benangan contoh mengenai tingkat perkembangan
yang berbeda. Beberapa siswa akan lebih besar, terkoordinasi lebih baik, atau lebih dewasa
dibannding dengan yabg lainnya.
b. Perkembangan relatif runtut
Orang cenderung mengembangkan kemampuan tertentu sebelum kemampuan yang lain.
c.
B.
TEORI PSIKOANALISIS
Menurut teori psikoanalisis (psychoanalytic theory), proses perkembangan terutama
berlangsung secara tidak disadari atau unconscious (di luar kesadaran) dan sangat diwarnai oleh
emosi. Para ahli teori psikoanalisis menekankan bahwa perilaku hanyalah merupakan
4 Tim Penulis Buku Psikologis Pendidikan, Psikologi Pendidikan. Hal 22-23
5 Woolfolk, Anita E dan Nicolich, Lorrain McCune. Mengembangkan Kepribadian &
Kecerdasan Anak-Anak (Psikologi Pembelajaran I). hal 57-58
kehidupan. Menurut Freud, manusia akan melalui lima tahap perkembangan psikoseksual
dan di setiap tahap perkembangan individu memperoleh kenikmatan di suatu bagian tubuh
tertentu.
Tahap oral (oral stage). Tahap oral adalah tahap perkembangan Freudian yang
pertama, yang berlangsung selama 18 bulan pertama dari kehidupan, dimana
kenikmatan bayi dipusatkan di daerah mulut. Mengunyah, mengisap, dan menggigit
menjadi sumber kepuasan yang utama. Aksi-aksi ini dapat meredakan ketegangan
pada bayi.
Tahap anal (anal stage). Tahap anal adalah tahap perkembangan Freudian yang
kedua, yang berlangsung antara usia 1 setengah tahun hingga 3 tahun, di mana
kenikmatan terbesar diperoleh anak di daerah anus atau di fungsi pengeluaran yang
terhubung dengan anus. Menurut Freud, latihan otot anal dapat meredakan
ketenangan.
Tahap falik (Phallic stage). Tahap falik adalah tahap perkembangan Freudian yang
ketiga, yang berlangsung antara usia 3 tahun hingga 6 tahun; nama tersebut berasal
dari kata Latin Phallus, yang berarti penis. Selama tahap falik, kenikmatan
dipusatkan di daerah genital, di mana ini terjadi ketika anak menemukan bahwa
manipulasi diri itu menyenangkan.
menurut Freud, secara khusus tahap falik adalah tahap perkembangan kepribadian
karena di periode inilah muncul kompleks Oedipus. Nama ini berasal dari mitologi
Yunani, di mana Oedipus, anak laki-laki dari Raja Thebes, tanpa disengaja
membunuh ayahnya dan menikahi ibunya. Meurut teori Freud, kompleks Oedipus
(Oedipus complex) adalah hasrat yang kuat dari seorang anak kecil untuk
menggantikan kedudukan orang tua yang berjenis kelamin sama dan menikmati
afeksi yang diperoleh dari orang tua yang berjenis kelamin berbeda. Konsep Freud
mengenai kompleks Oedipus ini dikritik oleh sejumlah psikoanalisis dan penulis.
Bagaimana kompleks Oedipus ini diselesaikan? Sekitar usia 5 hingga 6 tahun, anakanak mengetahui bahwa orang tua mereka yang berjenis kelamin sama itu
menghukumnya karena memiliki harapan inses. Untuk meredakan konflik antara
ketakutan dan hasrat, anak beridentifikasi dengan orang tua yang berjenis kelamin
sama dan berjuan agar dapat menyeru[ainya. Menurut Freud, apabila konflik ini
tidak terselesaikan, individu akan terfiksasi pada tahap falik.
Tahap laten (latency stage). Tahap laten adalah tahap perkembangan Freudian
yang keempat, yang berlangsung antara usia 6 tahun hingga pubertas; anak
menekan semua minat dalam hal seksualitas serta mengembangkan keterampilan
sosial dan intelektual.aktivitas ini dapat menyalurkan sebagian besar energy anak ke
dalam bidang-bidang kehidupan emosional yang aman dan dapat membantu anak
4. Kerja keras versus rasa inferior (industry versus inferiority) adalah tahap perkembangan
Erikson yang keempat, terjadi disekitar tahun sekolah dasar. Inisiatif anak membawa
mereka berhubungan dengan banyak pengalaman baru. Saat mereka berpindah ke masa
kanak-kanak tengah dan akhir, mereka mengarahkan energy mereka menuju penguasaan
pengetahuan dan keterampilan intelektual. Di waktu yang sama pula anak menjadi lebih
antusias mengenai belajar dibandingkan dengan akhir periode kanak-kanak awal yang
penuh imajinasi. Kemungkinana lain dalam tahun sekolah dasar adalah bahwa anak dapat
memunculkan rasa inferior merasa tidak kompeten dan tidak produktif. Erikson percaya
bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan keaktifan anak. Guru
harus dengan lembut tetapi tegas mengajak anak ke dalam petualangan menemukan
bahwa seseorang dapat belajar mencapai sesuatu yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya
5. Identitas versus kebingungan identitas (identity versusu identity confusion) adalah tahap
perkembangan Erikson yang kelima, yang dialami seseorang selam masa remaja. Pada
masa ini, individu dihadapkan pada penemuan diri, tentang siapa diri mereka sebenarnya,
dan kemana mereka akan melangakah dalam hidup ini. Remaja dihadapkan terhadap
banyak peran baru dan status kedewasaan, pekerjaan dan cinta, misalnya. Orang tua perlu
mengizinkan remaja untuk menjelajahi peran-peran tersebut dan jalan yang berbeda di
setiap peran. Jika remaja menjelajahi peran tersebut dengan cara yang baik, dan sampai
pada jalan positif akan tercapai. Jika suatu identitas dipaksakan pada remaja oleh orang tua,
jika remaja tidak cukup menjelajahi banyak peran, dan jika masa depan yang positif belum
jelas, maka terjadilah kebingungan identitas.
6. keintiman versus isolasi (intimacy versus isolation) merupakan tahap perkembangan
Erikson yang keenam, yang dialami seseorang selama masa dewasa awal. pada masa ini,
individu menghadapi tugas perkembangan yaitu membentuk hubungan akrab dengan orang
lain. Erikson menggambarkan keintiman sebagai menemukan diri dan sekaligus kehilangan
diri dalam diri orang lain. Jika para dewasa muda membentuk persahabatan yang sehat dan
hubungan akrab dengan orang lain, keintiman akan tercapai; jika tidak, akibatnya adalah
isolasi diri.
7. Generativitas versus stagnasi merupakan tahap perkembangan Erikson yang ketujuh, yang
dialami seseorang pada masa dewasa tengah. Pada tahap ini, kepedulian utama adalah
membantu generasi yang lebih muda dalam mengembangkan dan mengarahkan kehidupan
menjadi berguna, ini yang disebut Erikson sebagai generativitas. Perasaan bahwa dirinya
tidak berbuat apa-apa untuk membantu generasi menadapatkan stagnasi.
8.Integritas
versusu
keputusasaan
(integrity
versusu
despair)
merupakan
tahap
perkembanagan delapan dan terakhir dai Erikson, yang dialami seseorang pada masa
dewasa akhir. Dalam tahap ini, seseorang bercermin pada masa lalu dan menyimpulkan
bahwa ia telah menjalani hidup dengan baik. Dengan banyak cara, orang berusia lanjut
dapat mengembangkan pandangan positif pada tahap-tahap perkembangan sebelumnya.jadi
demikan, kilasan retrospektifnya akan memunculkan gamabr kehidupan yang dimanfaatkan
dengan baik, dan orang tersebut akan merasakan kepuasan, integritas dapat dicapai. Jika
orang yang berusia lanjut membentuk setiap tahap perkembangan sebelumnya secara
negatif, kilasan retrospektifnya akan memunculkan keraguan atau kegelapan, keputusasaan
yang dimaksudkan oleh Erikson.
Erikson tidak percaya bahwa solusi yang baik bagi krisis tahapan seluruhnya selalu positif.
Beberpa kontak tau komitmen dengan sisi negatif krisis tersebut kadang tidak dapat
dihindari. Anda tidak dapat mempercayaisemua orang dibawah situasi apapun dan
kemudian bertahan hidup, misalnya. Di sisi lain, dalam solusi sehat terhadap krisis tahapan,
jawaban positif mendominasi. Kita akan mendiskusikan teori Erikson lagi dalam sejumlah
kejadian pada bab tentang perkembanga sosial-emosi.
Erikson menunjukkan bahwa perubahan terjadi di masa dewasa seperti juga di masa
kanak-kanak.
Freud)
Pikiran tidak sadar memiliki status yang berlebihan dalam mempengaruhi
perkembangan.
Teori psikoanalisis (terutama teori Freud) memberikan citra negatif pada manusia.
Teori psikoanalisis mengandung bias jender dan budaya. Sebagai contoh penekanan
seksual mencirikan masyarakat Wina pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 (di
mana Freud tinggal) dan hal ini mungkin memberi kontribusi terhadap penekanan
berlebihan pada motivasi seksual dalam teorinya. Kritikus feminis menekankan bahwa
Freud meremehkan pentingnya hubungan dan emosi positif dalam perkembangan
wanita7.
C. TEORI KOGNITIF
Jika teori psikoanalisis menekankan pentingnya ketidaksadaran, teori-teori kognitif menekankan
pikiran-pikiran yang disadari. Tiga teori kognitif yang paling penting adalah teori perkembangan
kognitif menurut piaget, teori kognitif sosial-budaya menurut Vygotsky, serta teori pemrosesaninformasi.
1. Teori Kognitif Piaget
Seorang psikolog terkenal berkebangsaan Swiss, Jean Piaget (1896-1980) mengajukan
sebuah teori penting mengenai perkembangan kognitif. Teori Piaget (piagets theory)
menyatakan bahwa individu secara aktif membangun pemahaman mengenai dunia dan
melalui empat tahap perkembangan kognitif8. Dua proses mendasari perkembangan tersebut;
organisasi dan adaptasi. Untuk memahami dunia, kita mengorganisasikan pengalaman7 John W.Santrock, perkembangan anak. Hal 48
pengalaman kita. Contohnya, kita memisahkan pikiran penting dari yang kurang penting. Kita
menghubungkan satu pikiran dengan yang lain. Dengan mengorganisasikan pengamatan dan
pengalaman kita, kita menyesuaikan (adaptasi) pemikiran kita dengan ide-ide baru.
Piaget (1954) percaya bahwa kita beradaptasi dalam dua cara: asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi saat anak menggabungkan informasi ke dalam pengetahuan yang telah
mereka miliki. Akomodasi terjadi bila anak menyesuaikan pengetahuan mereka agar cocok
dengan informasi dan pengalaman baru. Misalnya anak perempuan 8 tahun yang diberi sebuah
palu dan paku untuk menggantungkan sebuah lukisan di dinding. Ia belum pernah
menggunakan palu, tetapi dari pengalaman dan pengamatan ia mengetahui bahwa palu adalah
benda yang harus dipegang, diayun gagangnya untuk memukul paku, dan bahwa biasanya
dipukulkan beberapa kali. Tahu akan hal ini, ia menyesuaikan tugas barunya ke dalam
pengetahuan yang telah ia miliki (asimilasi). Meskipun demikian, palu adalah benda berat,
maka ia memegangnya terlalu keatas. Ia mengayun terlalu keras dan pakunya bengkok, maka
ia menyesuaikan tekanan pukulannya. Penyesuaian ini menunjukkan kemampuannya
mengubah pengetahuannya (akomodasi).
Piaget juga percaya bahwa kita melalui empat tahap dalam memahami dunia. Tiap tahap
berhubungan dengan usia dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Cara pemahaman dunia
yang berbeda inilah yang membuat suatu tahap lebih maju dari tahap yang lain; mengetahui
lebih banyak informasi tidak menjadikan cara berpikir anak lebih maju dalam pandangan
Piaget.ini adalah yang dimaksus Piaget ketika ia mengatakan kognisi anak berbeda secara
kualitatif dalam satu tahap dibandingkan dengan tahap yang lain. Berikut empat tahap
perkembangan menurut Piaget:
Tahap sensorimotor, yang berlangsung mulai dari lahir hingga usia 2 tahun,
merupakan tahap pertama perkembangan Piaget. Dalam tahap ini, anak membangun
pemahaman mengenai dunia ini dengan mengkoordinasikan pengalaman sensoris
(seperti melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik dan motorik, karena itulah
disebut sensorimotor. Pada awal tahap ini, bayi yang baru lahir memiliki lebih dari
sekedar pola-pola refleksif untuk dapat melakukan sesuatu. Pada akhir tahap ini, anak
umur 2 tahun memiliki pola sensorimotor kompleks dan mulai menggunakan symbolsimbol sederhana.
8 Op cit. hal 48
Tahap praoperasional, yang berlangsung sekitar usia 2 hingga 7 tahun, adalah tahap
perkembangan kedua Piaget. Pada tahap ini, anak mulai menjelaskan dunia dengan
kata-kata, gambar dan lukisan. Meskipun de,ikian, meurut Piaget, anak prasekolah
masih kurang mampu melakukan operasi, istilah Piaget untuk tindakan mental apa
perkembangan ini.
Tahap operasional formal, yang muncul antara umur 11 hingga 15 tahun, merupakan
tahap perkembangan Piaget yang keempat dan terakhir. Pada tahap ini, individu lebih
melampaui pengalaman konkret dan berpikir dalam istilah yang abstrak dan lebih
logis. Sebagai bagian dari berpikir lebih abstrak, remaja menciptakan bayangan situasi
ideal. Mereka dapat berpikir mengenai bagaiamana orang tua ideal ini. Mereka mulai
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan masa depan dan takjub mereka dapat
menjadi apa saja. Dalam memecahlan masalah, pemikir operasional formal lebih
sistematis, mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan cara
tertentu, kemudian menguji hipotesis ini dengan cara deduktif.
bahasa, system matematika, dan strategi memori. Dalam suatu budaya, hal ini dapat meliputi
kegiatan belajar berhitung dengan bantuan komputer. Di hari lainnya, individu juga dapat
belajar berhitung dengan menggunakan tangannya atau manik-manik.
Teori Vygotsky telah cukup banyak merangsang minat terhadap pandangan yang
menyatakan bahwa pengetahuan itu kolaboratif. Dalam pandangan ini, pengetahuan tidak
disimpulan dari dalam individu namun dibangun melalui interaksi dengan orang lain dan
berbagai objek di dalam budaya tersebut, seperti buku-buku. Hal ini mengimplikasikan bahwa
pengetahuan paling baik dikembangkan melalui interaksi dengan orang lain dalam aktivitas
kooperatif. Secara khusus, ia berpendapat bahwa interkasi anak-anak dengan orang dewasa
dan kawan-kawan sebaya yang lebih terampil tidak dapat dipisahkan untuk meningkatkan
perkembangan kognitif mereka. Melalui interaksi ini, anggota yang kurang terampil dari suatu
budaya belajar untuk menggunakan perangkat yang dapat membantu mereka untuk
beradaptasi dan berhasil.
3. Teori Pemrosesan-Informasi
Teori pemrosesan-informasi (information-processing theory) menekankan bahwa
individu memanipulasi, memonitori, dan meyusun strategi terhadap informasi-informasi yang
ditemui. Dalam teori ini proses memori dan berpikir menjadi tema sentral. Menurut teori ini,
secara bertahap remaja mengembangkan kapasitas yang lebih besar untuk memproses
informasi, di mana hal ini memungkinakan mereka untukmemperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang kompleks.tidak seperti teori perkembangan kognitif Piaget, teori
pemrosesan-informasi tidak mendiskripsikan perkembangan dalam tahapan-tahapan.
Meskipun terdapat banyak faktor yang merangsang pertumbuhan teori pemrosesaninformasi ini, tidak ada yang lebih penting dibandingkan kemajuan di dalam dunia komputer,
yang mendemonstrasikan bahwa sebuah mesin dapat melakukan operasi logis. Para psikolog
mulai bertanya-tanya apakah operasi logis yang dilakukan oleh komputer dapat memberikan
informasi tentang cara kerja pikiran manusia. Untuk menjelaskan hubungan antara kognisi
atau pikiran dengan otak, mereka membuat analogi anatar computer dengan otak,
membandingkan otak manusia dengan perangkat lunak computer. Meskipun perangkat keras
dan perangkat lunak bukanlah analogi yang sempurnah untuk otak dan aktivitas kognitif,
perbandingan semacam itu berkontribusi bagi gagasan kita mengenai pikiran sebagai sebuah
system pemrosesan informasi.
yang
positif
mengenai
10 Ibid, hal 55
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Setelah kami gali, kaji, dan paparkan maka kami dapat memberikan
kesimpulan bahwa :
Teori
Psikoanalisis
(psychoanalytic
theory)
manyatakan
bahwa
kerja simbolik dari pikiran harus dianalisis agar perilaku tersebut dapat
kognitif.
Kontribusi teori psikoanalisis meliputi sebagai berikut:
Teori tersebut menggarisbawahi peran pengalaman awal dalam perkembangan,
hubungan keluarga diteliti sebagai aspek pusat perkembangan, teori psikoanalisis
menggunakan pendekatan perkembangan pada kepribadian dan memberikan kerangka
kerja perkembangan untuk memahaminya, teori Freud mendukung ide bahwa pikiran
tidak seluruhnya sadar dan mengarahkan perhatian pada aspek tidak sadar dari pikiran,
dan erikson menunjukkan bahwa perubahan terjadi di masa dewasa seperti juga di
masa kanak-kanak.
Kritik bagi teori psikoanalisis adalah sebagai berikut :
Konsep utama teori psikoanalisis sulit diuji secara ilmiah, banyak data yang digunakan
untuk mendukung teori psikoanalisis berasal dari rekonstruksi individu terhadap masa
lalunya, kadang masa lalu yang telah lama sekali lewat, dan ketepatannya tidak
diketahui, dasar seksual bagi perkembangan dimaknai secara berlebihan (terutama
dalam teori Freud), pikiran tidak sadar memiliki status yang berlebihan dalam
mempengaruhi perkembangan, teori psikoanalisis (terutama teori Freud) memberikan
citra negatif pada manusia, dan teori psikoanalisis mengandung bias jender dan
budaya. Sebagai contoh penekanan seksual mencirikan masyarakat Wina pada akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20 (di mana Freud tinggal) dan hal ini mungkin memberi
kontribusi terhadap penekanan berlebihan pada motivasi seksual dalam teorinya.
Kritikus feminis menekankan bahwa Freud meremehkan pentingnya hubungan dan
B.
SARAN
DAFTAR PUSTAKA