mikroorganisme. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu secara
mekanik, fisik dan kimiawi.
1. Sterilisai secara mekanik seperti penyaringan (filtrasi)
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran. Pemijaran
(dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung, contoh alat : jarum
inokulum, pinset, batang L, dll.
3. Sterilisaisi secara kimiawi biasanya menggunakan senyawa desinfektan antara lain
alkohol.
Metode umum sterilisasi :
1. Sterilisasi Panas Basah
Sterilisasi basah biasanya dilakukan didalam autoklaf (pada hakikatnya,
autoklaf adalah pressure cooker berukuran besar) atau sterilisator uap yang mudah
diangkat atau (portabel) dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada
suhu 121C selama 15 menit. Karena naiknya titik didih air menjadi 121C itu
disebabkan oleh tekanan 1 atmosfer (atm) pada ketinggian permukaan laut, maka daur
sterilisasi tersebut sering kali juga dinyatakan sebagai : 1 atm selama 15 menit.
Namun perlu diingat bahwa pernyataan ini hanya berlaku pada tempat-tempat yang
tingginya sama dengan permukaan laut. Pada tempat-tempat yang lebih tinggi
diperlukan tekanan lebih besar untuk mencapai suhu 121C. Karena itu daripada
menyatakan besarnya tekanan, lebih baik menyatakan bahwa keadaan steril
dicapai dengan cara mempertahankan suhu 121C selama 15 menit. Dapat pula
dipakai kombinasi suhu dan waktu yang lain yang memberikan hasil sama
(Hadioetomo, R. S., 1985).
Tabel 1.2. Waktu dan suhu yang sering kali digunakan untuk sterilisasi panas
kering (Hadioetomo, R. S., 1985).
Prinsip dari sterilisasi panas kering adalah protein mikroba pertama-tama akan
mengalami dehidrasi sampai kering. Selanjutnya teroksidasi oleh oksigen dari udara
sehingga menyebabkan mikrobanya mati. Alat- alat yang dapat disterilisasi dengan
metode ini adalah alat-alat kaca seperti beaker glass, erlenmeyer, botol kaca, pipet
kaca (tanpa karetnya), pinset, dan lain-lain.
3. Penyaringan
Proses sterilisasi lain yang juga dilakukan pada suhu kamar ialah penyaringan.
Dengan cara ini larutan atau suspensi dibebaskan dari semua organisme hidup
dengan cara melakukannya lewat saringan dengan ukuran pori yang sedemikian
kecilnya sehingga bakteri dan sel-sel yang lebih besar tertahan di atasnya, sedangkan
filtratnya ditampung di dalam wadah yang steril. Beberapa contoh bahan yang biasa
disterilkan dengan cara ini ialah serum, larutan bikarbonat, enzim, toksin bakteri,
media sintetik tertentu, dan antibiotik (Hadioetomo, R. S., 1985).
Sterilisasi dengan penyaringan tergantung pada penghilangan mikroba secara
fisik dengan adsorbsi pada media penyaring atau dengan makanisme
penyaringan, digunakan untuk sterilisasi larutan yang tidak tahan panas. (Ansel,
1989).
Aksi antimikrobialnya adalah gas etilen oksida mengadisi gugus SH, -OH,
-COOH,-NH2 dari protein dan membentuk ikatan alkilasi sehingga protein
mengalami kerusakan dan mikroba mati. Faktor-faktor yang mempengaruhi
sterilisasi ini termasuk kelembaban, konsentrasi gas, suhu dan distribusi gas dalam
chamber pengsterilan. Penghancuran bakteri tergantung pada adanya kelembaban,
gas dan suhu dalam bahan pengemas, penetrasi melalui bahan pengemas, pada
pengemas pertama atau kedua, harus dilakukan, persyaratan desain khusus pada
bahan pengemas.
PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, ed ke 4, Penerbit Universitas
Indonesia, Jakarta.
Hadioetomo, R. S., 1985, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, PT. Gramedia, Jakarta.