: 165 - 170
ISSN 1978-1873
ABSTRACT
The effect of Jengkol bark (Pithecellobium lobatum) as antifeedant and their effect on efficiencies of food use of Heliothis
armigera larvae has been investigated. The result showed that jengkol bark extract which were tested on no choice
method had antifeedant activities at all concentrations tested, i.e. 0.55; 1.1; 2.2; and 4.4 %. Efficiencies of food use were
observed by giving fifth-instar larvae one of the four diet, every group of diet was added various concentration of extract,
containing either . 0.55; 1.1; 2.2; or 4.4 %. The result showed that, efficiencies of digested food (ECD) were significantly
higher in the case of treated larvae than that of the control and efficiencies of conversion of ingested food (ECI) were non
significantly than that of the controls. Larvae fed with diet treated jengkol bark extract had significantly lower Approximate
Digestibility (AD) values as compared to the controls.
Keywords: Pithecellobium lobatum bark, antifeedant, efficiencies of food use, Heliothis armigera
1. PENDAHULUAN
Heliothis armigera merupakan serangga yang bersifat
polifag dan mempunyai banyak tanaman inang. Di
samping sifat polifagnya, larva serangga tersebut juga
berukuran relatif besar, perkembangan cukup cepat,
dan fekunditasnya cukup tinggi. Serangga ini dapat
menghasilkan lebih dari dua generasi dalam satu tahun,
sehingga memungkinkan makanan yang dikonsumsinya
menjadi tinggi serta jumlah tanaman yang dirusak juga
cukup banyak1). Usaha pengendalian serangga hama ini
telah lama diupayakan dengan menggunakan
insektisida sintetis. Penggunaan insektisida sintetis
untuk mengendalikan serangga hama H. armigera
mencapai 40% jumlah keseluruhan insektisida yang
digunakan di dunia, namun ternyata penggunaan
insktisida sintetis yang tidak tepat dan berlebihan telah
mengakibatkan terbentuknya resistensi pada serangga
hama tersebut terhadap berbagai jenis insektisida2).
Tumbuhan dipilih sebagai sumber insektisida, karena
insektisida yang dihasilkan bersifat selektif dan mudah
terurai3). Selain itu juga berdasarkan pemikiran bahwa
senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan suatu
spesies tumbuhan dapat memberikan pengaruh bagi
serangga yang tidak menggunakan tumbuhan tersebut
sebagai tumbuhan inangnya, karena serangga tersebut
tidak mempunyai mekanisme detoksifikasi terhadap
senyawa yang dihasilkan tumbuhan bukan inang. Jika
insektisida botani yang digunakan berupa crude extract,
maka terjadinya resistensi dapat diperlambat karena
serangga harus mempunyai mekanisme detoksifikasi
165
2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di laboratorium EntomologiParasitologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal
Soedirman Purwokerto dari bulan Agustus hingga
November 2006.
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini
meliputi ekstrak air kulit jengkol, larva H. armigera, serta
pakan buatan. Kulit jengkol diperoleh dari daerah sekitar
Kabupaten Banyumas, yang kemudian dibuat ekstrak
dengan pelarut air. Larva H. armigera diperoleh dari
kebun jagung di Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas. Larva yang diperoleh dari lapangan
kemudian dipelihara dalam kondidi laboratorium sampai
beberapa generasi sebagai stok hewan uji. Pakan
buatan yang digunakan mengacu pada resep 8) yang
telah dimodifikasi. Secara garis besar penelitian ini
dibagi dalam tiga tahap, yaitu uji toksisitas, uji anti
makan, dan pengukuran efisiensi pemanfaatan
makanan larva instar V H. armigera.
2.1. Uji Toksisitas
Konsentrasi yang digunakan adalah 0,5 ; 1; 2,5; 5; 10;
dan 0%. Sebanyak sepuluh ekor larva instar V
dimasukkan masing-masing ke dalam vial yang telah
berisi pakan mengandung ekstrak kulit jengkol dengan
berbagai konsentrasi. Pengamatan jumlah larva yang
mati dilakukan setiap 24 jam sekali. Nilai LC50 dapat
ditentukan berdasarkan analisis probit9). Nilai LC50 ini
akan digunakan untuk menentukan konsentrasi yang
akan dipakai dalam uji anti makan dan pengukuran
efisiensi pemanfaatan makanan serangga uji.
2.2. Uji Anti Makan
Uji anti makan dilakukan untuk melihat kemungkinan
adanya senyawa anti makan dalam ekstrak kulit jengkol
yang bersifat sebagai anti makan. Uji anti makan
dilakukan dengan metode tanpa pilihan (no choice
method) menggunakan pakan buatan 10). Pada awal
penelitian disiapkan pakan buatan dengan lima macam
konsentrasi termasuk control. Konsentrasi tersebut
adalah 0; 0,55; 1,1; 2,2; dan 4,0 %. Setiap konsentrasi
terdiri dari sepuluh ekor larva instar V yang baru ganti
kulit dan belum makan.
Perlakuan diawali dengan menimbang larva untuk
mengetahui berat basah awal, kemudian larva
166
Slope
1,03
Fiducial Limit
1,7 11, 41
Keterangan:
Slope = kemiringan
Fiducial Limit = Batas bawah dan batas atas nilai LC50
Tabel 3. Rata-rata berat pakan yang dikonsumsi dan persentase hambatan makan larva instar V H. armigera yang
diperlakukan dengan ekstrak kulit jengkol
Konsentrasi
(%)
0
0,55
1,1
2,2
4,4
n
10
10
10
10
10
Keterangan : Semua nilai rata-rata SD. Nilai rata-rata dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil
yang sama, tidak berbeda nyata (ANOVA, dilanjutkan uji jarak berganda Duncan, pada
p<0,05)
167
Tabel 4. Nilai AD, ECD, dan ECI larva instar V H. armigera akibat pemberian ekstrak kulit jengkol
Konsentrasi
(%)
0
0.55
1.1
2.2
4.4
n
10
10
10
10
10
AD
(%)
67,87 a 5,62
49,03 b 8,75
46,65 bc 9,26
39,25 c 9,93
38,10 c 14,79
ECD
(%)
22,20 a 3,56
41,34 b 16,32
41,92 b 5,22
41,75 b 8,59
41,91 b 8,35
ECI
(%)
21,05 a 2,99
29,55 a 12,73
28,85 a 5,95
24,03 a 5,31
22,86 a 7,60
Keterangan : Semua nilai rata-rata SD. Nilai rata-rata dalam satu kolom yang diikuti oleh huruf kecil yang sama, tidak berbeda
nyata (ANOVA, dilanjutkan uji jarak berganda Duncan, pada p<0,05)
168
4. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan sebagai
berikut : (1) Ekstrak kulit jengkol kurang toksik terhadap
larva instar V H. armigera, dengan nilai LC50-168 jam
sebesar 4,4%; (2) Ekstrak kulit jengkol mempunyai
aktivitas sebagai anti makan. Efek anti makan lebih kuat
dibandingkan efek toksiknya; (3) Ekstrak kulit jengkol
berpengaruh terhadap nilai AD dan ECD, namun tidak
mempengaruhi nilai ECI larva uji.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih disampaikan kepada Dekan Fakultas
Biologi Unsoed atas dana DIPA tahun anggaran 2006
yang diberikan untuk mendukung penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10. Kubo, I. 1991. Screening Techniques for PlantInsect Interaction. J. Methods in Plant Biochemistr.
6:179-193.
11. Waldbauer, G.P. 1968. The Consumption and
Utilization of Food by Insect. Pp. 229-288. In:
Advances Insect Physiology. Eds. J.W.L. Beament,
J.E. Treherne, and V.B. Wigglesworth. Academic
Press, London.
12. Scoonhoven, L.M. 1982. Biological Aspects of
Antifeedant. Ent. Exp. & Appl. 31: 57-69.
13. Simpson, S.J. and Simpson, C.L. 1990.The
Mechanism of Nutritional Compensation by
Phytophagus Insect. Pp. 111-160. In: Insect-plant
Interaction. Vol 2. CRC Press, Florida.
14. Cates, R.G., Redok, R.A., Henderson, C.B. 1983.
Patterns in Defensive Natural Product Chemistry:
Douglas Fir and Western Spruce Budworm
Interaction. Pp. 4. In: Plant Rexistance to Insect.
Eds. P.A. Hedin. ACS Series.
15. Koul, O. and Isman, M.B. 1991. Effect of
Azadirachtin on the Dietary Utilization and
Development of the Variegated cutworm Peridroma
saucia. J. Insect Physiol. 37(8): 591-598.
16. Madyawati, A. 1996. Pengaruh Ekstrak Daun
Lantana camara L. Terhadap Indeks Nutrisi dan
Indeks Pertumbuhan Larva Heliothis armigera
Hubner (Lepidoptera:Noctuidae). Thesis Magister
Sains (Tidak dipublikasikan). ITB.
17. Yus, Y. 1996. Pengaruh Ekstrak Biji Annona
muricata
L.
Terhadap
Indeks
Nutrisi,
Kelulushidupan, Pertumbuhan, dan Perkembangan
Larva Heliothis (Helicoverpa) armigera Hubner.
Tesis Magister Sains (Tidak dipublikasikan). ITB.
169
170