Anda di halaman 1dari 6

RESUS STASE JIWA

LUSI RAHMANI PUTRI (20100310224)


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

1. PENGALAMAN
Seorang wanita usia 25 tahun datang ke poli jiwa RSPS untuk kontrol dan
meminta obat rutin yang habis. 8 tahun yang lalu pasien berobat untuk pertama kalinya di
UGD RS W dikarenakan tiba-tiba pingsan dan seperti kesurupan dirumah. Singkat cerita
setelah di anamnesis, dikatakan saat itu pasien memiliki masalah dengan sahabatnya di
sekolah yang membuatnya sangat terpukul. Sejak kecil pasien sering diolok-olok oleh
teman sekolahnya hingga pasien terbiasa untuk menjalani keseharian tanpa teman. Saat
pasien duduk di bangku SMK, pasien memiliki seorang sahabat perempuan yang mau
tulus berteman dengannya. Ketulusan sahabatnya itu membuat pasien sangat
menyayanginya hingga tanpa sadar rasa sayang pasien terhadap sahabat perempuannya
menjadi lebih dari seorang sahabat. Pasien sangat ingin memiliki sahabatnya, meskipun
ia tau bahwa sebenarnya itu melawan kodratnya sebagai seorang perempuan. Suatu hari
teman-teman disekolahnya mengetahui keadaan pasien yang menyukai sesame wanita,
mereka mengolok-olok pasien dan hal tersebut membuat sahabat perempuan pasien juga
sangat malu. Beberapa hari setelah kejadian tersebut, sahabat pasien pindah sekolah tanpa
kabar. Hal tersebut membuat pasien sangat shock, pasien mencoba menghubungi
sahabatnya namun menurutnya yang terdengar dari sebrang telepon justru suara wanita
tertawa mengerikan seperti hantu. Semenjak itu juga tiba-tiba pasien sering melihat ada
bayangan laki-laki dan perempuan yang terlilit ular di cermin, gambar-gambar yang
hilang timbul di atap yang tidak ada orang lain yang bisa melihatnya selain dirinya
sendiri. Pasien lebih sering dikamar, berdiam diri. Ia merasa sangat mider dan kehilangan
minat untuk beraktivitas diluar. Ia malu jika harus bertemu dengan orang lain, ia juga tak
habisnya merasa bersalah dengan sahabatnya atas kejadian yang terjadi di sekolah saat
itu. Pasien mudah pusing dan berdebar jika mendengar televise, radio atau menerima
sms. Ia juga sering kali merasa tidak nyaman dengan dirinya sendiri, karena pikirannya
sering ia rasakan bergema didirinya sendiri. Ia juga sering mendengar bisikan yang
munculnya dari hatinya sendiri. Sejak tahun 2007 hingga 2015, pasien sudah sering
keluar masuk mondok di bangsal jiwa di berbagai RS. Kondisinya saat ini dikatakan jauh
lebih baik dibandingkan yang lalu, hanya saja rasa rendah diri yang ia rasakan tidak

RESUS STASE JIWA


LUSI RAHMANI PUTRI (20100310224)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

pernah bisa hilang dan kondisinya yang seperti saat ini membuat ia yakin bahwa ia tidak
akan memiliki masa depan yang baik.
2. MASALAH YANG DIKAJI
Selain terapi farmakologi, apa saja terapi lain yang dapat diberikan kepada pasien
seperti kasus ini?
3. ANALISIS
Definisi psikoterapi memang sulit diberikan. Hanya secara umum bahwa
psikoterapi atau usada jiwa adalah proses formal interaksi antara dua pihak atau lebih.
Yang satu adalah sebagai profesional penolong dan yang lain adalah petolong (orang
yang ditolong) dengan catatan bahwa interaksi itu menuju pada perubahan atau
penyembuhan. Perubahan itu dapat berupa perubahan rasa, pikiran, perilaku, kebiasaan
yang ditimbulkan dengan adanya tindakan profesional penolong dengan latar ilmu
perilaku dan teknik-teknik usada yang dikembangkannya.
Psikoterapi dalam ilmu perilaku harus dilandasi dengan data yang ditemukan
selama proses wawancara. Psikoterapi juga bisa dikatakan suatu proses professional
dengan kode etik tertentu. Jadi kalau mahasiswa bertemu dan ada temannya yang ingin
konsultasi terus mahasiswa tersebut memberitahu cara pemecahannya langsung saat itu
tanpa asesmen yang adekuat, hal itu tidak dapat dikatakan sebagai konseling ataupun
psikoterapi. Ada aturan-aturan tertentu kalau proses itu disebut psikoterapi. Antara lain
aturan itu menyangkut biaya, waktu, tempat, alat-alat yang digunakan, teknik-teknik yang
diterapkan, landasan teori yang mendasari proses terapi. Jadi kalau suatu interaksi antar
teman jelas bukan proses terapi atau konseling, meskipun mungkin interaksi tersebut
membawa perubahan.
Dalam sebuah penelitian tahun 2014 yang dilakukan oleh David Trevor Turner,
M.Sc dkk, yang meneliti mengenai psikoterapi pada pasien dengan gejala psikotik
disebutkan beberapa macam bentuk psikoterapi antara lain, Befriending, Cognitivebehavioral therapy (CBT), Cognitive remediation, Psychoeducation, Social skills
training, Supportive counseling. Penelitian ini dilakukan kepada 3295 partisipan, yang
dibagi menjadi 6 kelompok dengan intervensi yang telah disebutkan diatas, kemudian
dibandingkan hasil setelah intervensinya. Pada kesimpulan disebutkan bahwa pada

RESUS STASE JIWA


LUSI RAHMANI PUTRI (20100310224)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

penelitian ini perbedaan hasil efikasi yang didapat dari perbandingan semua intervensi
tidaklah terlalu mencolok, artinya semua intervensi memberikan efikasi yang sama.
Namun dari 6 intervensi tersebut, Cognitive-behavioral therapy (CBT) memiliki hasil
yang paling baik untuk menekan gejala positif, sedangkan social skills training memiliki
hasil yang paling baik untuk menekan gejala negative.
4. DOKUMENTASI
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Umur
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Bangsa/suku
Alamat
No. RM

: Nn. Y
: Perempuan
: 25 tahun
: Islam
: SMP
: Tidak bekerja
: Indonesia/Jawa
: Tirtonirmolo, Bantul
: 5598XX

RESUS STASE JIWA


LUSI RAHMANI PUTRI (20100310224)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

No
1.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


Status Psikiatri
Kesadaran

Hasil

Keterangan

Kuantitatif: GCS E4V5M6

Pasien sadar penuh

Kualitatif : Compos mentis


2.

Pembicaraan

Kuantitas : bicara cukup

Pasien

Kualitas : koheren dan relevan

dimengerti

berbicara

dengan

dan
yang

cukup,

dapat

menjawab

sesuai

ditanyakan

saat

wawancara
3.

Orientasi

Orang: baik

Pasien mengenalkan ayahnya yang


sedang bersama dia.
Pasien dapat mengetahui pukul berapa

Waktu: baik

pemeriksa datang.
Pasien dapat memberikan denah ke

Tempat: baik

rumah nya.
Pasien dapat menjelaskan kondisi
lingkungan saat itu.

Situasi : baik

.
Pasien

dapat

mengingat

nama

pemeriksa yg baru dikenalnya.


Memori segera (immediate)

sejak pagi tadi.

Memori
Memori

jangka

pendek

jangka

panjang

(recent)
Memori
4.

Sikap/tingkah laku

Pasien dapat menceritakan kegiatan

(remote)
Kooperatif

Pasien ingat kejadian saat terjadi


konflik dengan sahabatnya 8 tahun
yang lalu

Pasien dapat diajak berbicara ketika

RESUS STASE JIWA


LUSI RAHMANI PUTRI (20100310224)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

diwawancarai.
5.

Perilaku

dan Normoaktif

Perilaku dan aktivitas normal.

aktivitas
6.

Penampilan/rawat

Baik

Pasien terlihat rapi dan cukup bersih.

Disforik

Suasana perasaan pasien tidak

diri
7.

Mood

menyenangkan
8.

Afek

Inappropriate

Terlihat ekspresi wajah pasien kurang


sesuai dengan keadaanya saat ini.

9.

Pikiran

Bentuk pikir: Non realistik

Apa yang disampaikan oleh pasien


terkadang

kurang

sesuai

dengan

kenyataan.
Isi pikir:
Ide bersalah (+)

Pasien memiliki kepercayaan bahwa


dirinya bersalah kepada sahabatnya
hingga membuat sahabatnya pergi.

Pasien merasa ada isi pikiran yang


Thought echo (+)

berulang bergema dalam kepalanya


yang berasal dari dirinya sendiri.

10.

Perhatian

Mudah ditarik, mudah dicantum Pasien memperhatikan pemeriksa saat


ditanya dan tetap fokus

11.

12.

Persepsi

Insight

Halusinasi auditorik (+)

Pasien merasa mendengar suara yang

Halusinasi visual (-)

munculnya dari hatinya sendiri.

Ilusi (-)
Derajat 2

Ambivalensi terhadap penyakitnya.

RESUS STASE JIWA


LUSI RAHMANI PUTRI (20100310224)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015

5. REFERENSI
Turner, David Trevor et all, 2014, Psychological Interventions for Psychosis: A MetaAnalysis of Comparative Outcome Studies. American Journal Psychiatry
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=127232&val=970

Anda mungkin juga menyukai