Anda di halaman 1dari 2

STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS KAKAO DI DAERAH BANTEN

Kakao merupakan salah satu dari lima komoditas andalan Indonesia dari
sektor perkebunan yang memberikan sumbangan devisa yang sangat besar.
Perkebunan kakao di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tercatat
estimasi luas areal perkebunan kakao di Indonesia pada tahun 2015 seluas 1 704 982
Ha dengan 94.5% merupakan perkebunan rakyat (Dirjen Perkebunan 2014). Peluang
pengembangan potensi lahan dan sumber daya produktif masih terbuka lebar, karena
hingga saat ini pemanfaatan potensi perkebunan kakao dalam skala nasional belum
mencapai titik optimal.
Lahan perkebunan kakao tersebar di berbagai wilayah diantaranya Provinsi
Sulawesi selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Lampung, Bali. Sulawesi
menyumbang hampir 60% produksi kakao Indonesia. Sebagian besar produksi kakao
diekspor dalam bentuk biji sedangkan ekspor dalam bentuk olahan baru mencapai 1720% (Dirjen Bina Produksi Perkebunan 2012). Permintaan kakao yang terus
meningkat membuat banyak wilayah di Indonesia membudidayakan perkebunan
kakao, salah satunya di Provinsi Banten.
Komoditas kakao mulai dikembangkan di Provinsi Banten pada tahun 2008
sebagai tanaman komoditas unggulan. Luas lahan perkebunan kakao di Provinsi
Banten saat ini mencapai 7 397.18 Ha dengan produksi sebesar 2 324 ton biji kakao
(Dishutbun Provinsi Banten 2013). Perkebunan kakao tersebar di Kabupaten Lebak,
Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang. Untuk mengembangkan tanaman
kakao, Pemprov Banten melalui Dinas Kehutanan dan Perkebunan membentuk
kampung kakao yang difokuskan di Kecamatan Anyer Kabupaten Serang. Produksi
kakao Lebak termasuk terbaik karena memiliki kadar air 6-7%. Oleh karena itu
beberapa perusahaan menampung kakao dari Lebak dengan harga Rp 28 000/kg
sampai Rp 32 000/kg.
Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kakao di Provinsi Banten
yaitu produksi kakao yang tidak sebanding dengan luasan area yang ada, artinya
produksi kakao yang dihasilkan tergolong rendah. Hal ini membuat pemenuhan
permintaan kakao sulit dicapai. Selain itu, kualitas kakao yang dihasilkan menjadi
permasalahan yang cukup penting terkait harga kakao. Untuk menghasilkan produk
kakao yang berkualitas, tidak hanya bergantung pada varietas dan lingkungan
pertumbuhan tanaman kakao, tetapi juga pada tahapan pengolahan. Salah satu proses
pengolahan utama adalah proses fermentasi. Kakao Indonesia khususnya yang
dihasilkan oleh rakyat dihargai paling rendah di pasaran internasional karena
didominasi oleh biji-biji non fermentasi.
Secara umum, perkebunan kakao di Provinsi Banten mandapat dukungan
penuh dari pemerintah provinsi. Setiap tahunnya pemerintah daerah terus
menyalurkan bantuan benih kepada petani guna meningkatkan perluasan tanaman
kakao. Pemerintah daerah juga memberikan bantuan berupa peralatan dan mesin
pengolahan kakao. Selain itu Pemerintah daerah saat ini menjalin kerjasama dengan
perusahaan untuk memudahkan pemasaran kakao.

DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten. 2013. Kehutanan dan Perkebunan
Provinsi Banten. Serang (ID): Dishutbun Banten
Direktur Jenderal Bina Produksi Perkebunan. 2012. Kakao. Jakarta (ID): Dirjen Bina
Produksi Perkebunan.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2014. Statistik Perkebunan Indonesia Kakao 20132015. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Perkebunan.

Anda mungkin juga menyukai