Penghantar obat melalui paru-paru merupakan rute yang efektif untuk menghantarkan
obat secara local ke paru-paru maupun sistemik. Secara umum terdapat dua tipe teknik
menghantarkan obat melalui paru-paru yaitu inhaler berupa teknik pegobatan dengan cara
menghirup partikel-partikel obat agar dapat langsung mencapai organ paru-paru sebagai
targetnya, serta nebulasi berupa teknik pengobatan dengan mengubah larutan atau suspensi
obat menjadi uap agar dapat dihirup melalui hidung dengan cara bernafas seperti biasa.
Inhaler dalam perkembangannya di bagi lagi menjadi MDI (Metered-Dose Inhaler) dan DPI
(Dry Powder Inhaler) (Milala, 2013).
1. MDI (Metered-Dose Inhaler)
MDI adalah alat terapi inhalasi dengan dosis terukur yang disemprotkan dalam
bentuk gas ke dalam mulut dan dihirup. Penggunaan MDI harus memperhatikan
koordinasi yang tepat antara menekan alat (aktuasi) dan menghirup obat meskipun sudah
dikoreksi dengan spacer. Spacer adalah sebuah tabung yang terhubung dengan MDI
dengan tujuan untuk menjaga obat tidak keluar ke udara bebas dan juga menjaga agar obat
tidak terkumpul di bagian belakang lidah setelah aktuasi. Spacer memiliki katup yang
hanya akan terbuka saat pasien menghirup sehingga obat dapat keluar (Milala, 2013).
Desain dosis ini mengharuskan pasien untuk menghancurkan kapsul obat menjadi
serbuk yang akan dihisap setiap kali akan digunakan. Desain dosis ini biasanya juga
dihubungkan dengan DPI generasi pertama yang berfungsi sebagai pengontrol asma.
Gambar . Contoh Single dose atau generasi 1 (Schmierer dan Malica, 2011)
b. Multiple Unit-dose
DPI desain dosis ini mengandung 4 atau 8 dosis serbuk dalam satu disk. Dosis
dijaga secara terpisah dalam blister aluminium sampai sebelum dihirup. Salah satu
contoh multiple unit-dose DPI adalah Diskhaler. Digunakan untuk menghantarkan
zanamivir untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh virus, yaitu wadah berbentuk
melingkar yang mengandung empat atau delapan obat. Masing-masing blister
mempunyai mekanisme sendiri, memungkinkan obat dapat dihisap melalui mulut.
Ketika menggunakan Diskhaler, alur pernapasan puncak pasien harus lebih besar dari
30 liter/menit agar obat dapat mencapai paru-paru (Milala, 2013).
akan bergerak bebas seperti gas dan menempel ke sakus-sakus pada alveolus (Labiris dan
Dolovich, 2003). partikel inhalasi yang sudah menempel di mukosa saluran nafas akan
menembus epitel saluran nafas menuju ke pembuluh darah untuk efek sistemik seperti
mengurangi efek inflamasi, selain itu partikel obat diduga juga akan menembus epitel untuk
menuju reseptor 2 adrenergik yang terdapat di paru-paru dan otot polos pada bronkus
(Sellers, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Capstik, T. G. D. dan I. J. Clifton. 2012. Inhaler Technique and Training in People with
Chronic Obstructive Pulmonary Disease and Asthma: Effects of Particle Size on Lung
Deposition. Journal of Expert Rev Respiration Medication, 6(1) : 91-103
Labiris, N. R. dan M. B. Dolovich. 2003. Pulmonary Drug Delivery, Part I: Physiology
Factors Affecting Therapeutic Effectiveness of Aerosolized Medication. Journal of
Clinical Pharmacology, 56 : 588-599
Milala, Alasen S. 2013. Inhalasi Serbuk Kering Sebagai Sistem Penghantaran Obat
Pulmonar. Medicinus, 26(2) : 39-46
Schmierer, T. dan C. Malica. 2011. Inhalation Technology, A Breath of Fresh Air in Drug
Delivery. Belgium : Capsugel Library
Seikmeier, R dan G. Scheuch. 2008. Review Article Systemic Treatment by Inhalation of
Macromolecules-Principles, Problems, and Examples. Journal of Physiology and
Pharmacology, 29(6) : 53-79
Sellers, W. F. S. 2012. Inhaled and Intravenous Treatment in Acute Severe and LifeThreatening Asthma. British Journal of Anesthesia, 1 : 1-8