Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan kesehatan
masyarakat yang di pusatkan pada keluarga sebagai unit satu kesatuan yang di rawat
dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon &
Maglaya, 1978). Keluarga adalah sekumpulan orang dengan perkawinan, kelahiran
dan adopsi yang bertujuan untuk mencipyakan, mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembanan fisik, mental, emosional, serta sosial dari anggota
keluarga (Duvval & Logan, 1986).
Keluarga adalah unit pelayanan kesehatan dan merupakan kumpulan dua
orang atau lebih yang ada dan tidak ada hubungan darah atau hubungan secara
hukum akan tetapi berperan sebagai keluarga atau siapapun yang di katakan klien
sebagai keluarganya (Friedman, 1998).
Pada tahap anak usia sekolah, tahap ini dimulai ketika anak pertama
telah berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 12
tahun, awal dari masa remaja. Keluarga biasanya mencapai usia maksimum, dan
hubungan keluarga di akhir. Lagi-lagi tahun-tahun pada masa ini merupakan tahuntahun yang sibuk. Kini, anak-anak mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan
masing-masing, di samping kegiatan-kegiatan wajib dari sekolah dan dalam hidup,
serta kegiatan-kegiatan orangtua sendiri. Setiap orang menjalani tugas-tugas
perkembangannya sendiri-sendiri, sama seperti keluarga berupaya memenuhi tugastugas perkembangannya sendiri.
Sekolah dan lingkungan rumah mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak sehingga membutuhkan penyesuaian antara anak dan orangtua.
Saat anak membutuhkan penyesuaian ini perawat membantu meningkatkan
kesehatannya. Hal ini dilakukan dengan membantu orangtua dan anak
mengidentifikasikan

stressor

potensial

dan

merancang

meminimalkan stress dan respon anak.


B. Tujuan
1. Mengetahui konsep dasar keluarga
2. Mengetahui tahap perkembangan anak usia sekolah
3. Mengetahui asuhan keperawatan pada anak usia sekolah

intervensi

untuk

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep keluarga
1.
Pengertian Keluarga
Banyak ahli menguraikan tentang keluarga sesuai dengan perkembangan
masyarakat. Beberapa ahli mengemukakan pengertian keluarga:
a. Duvall, 1986
Sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi,
kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang
umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional da sosial dari
tiap anggota.
b. WHO,1969
Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui
pertalian darah, adopsi dan perkawinan.
c. Bergess, 1962
Yang dimaksud keluarga adalah:

Terdiri dari kelompok orang yang mempunyai ikatan perkawinan, keturunan atau
hubungan sedarah atau hasil adopsi

Anggota tinggal bersama dalam satu rumah

Anggota berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial

Mempunyai kebisaan atau kebudayaan dari masyarakat tetapi mempunyai keunikan


tersendiri.

1. Helvie, 1981
Keluarga adalah sekelompok anusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan
yang konsisten dan berhubungan erat
1. Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989
Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi antara satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.

1. Departemen kesehatan R.I, 1998


Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keaadaan
saling ketergantungan.
Dari pengertian tersebut diatas tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahw karakteristik
keluarga adalah :
(1)

Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau

adopsi.
(2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap memperhtikan
satu sama lain.
(3)

Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran

sosial : suami, istri, anak, kakak, adik.


(4)

Mempunyai tujuan yaitu : menciptakan dan mempertahankan budaya dan meningkatkan

perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota.


Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem. Sebagai
sistem keluarga mempunyai anggota keluarga yaitu: ayah, ibu, dan anak atau semua individu
yang tinggal didalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi,
interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan sistem
yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya yaitu : lingkungan atau
masyarakat dan sebaliknya sebagai subsistem dari lingkungan atau masyarakat, keluarga
dapat mempengarhi masyarakat ( supra sistem). Oleh karena itu betapa pentingnya peran dan
fungsi keluarga dan membentuk manusia sebagai anggota masyarakat yang sehat bio-psikososial dan spiritual. Jadi sangatlah tepat bila keluarga sebagai titik sentral pelayanan
keperawatan. Diyakini bahwa keluarga yang sehat akan mempunyai anggota yang sehat dan
mewujudkan masyarakat yang sehat.
2. Struktur keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam diantaranya adalah :

Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi, dimana
hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi
dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah saudara istri.

Patrilolal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga suami.

Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak
saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya bagian dari suami istri.
Ciri-ciri struktur keluarga:
Terorganisasi
Saling berhubungan, saling berketergantungan antara anggota keuarga.
Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki keterbatasan tetapi mereka juga mempunyai keterbatasan dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
Ada perbedaan dan kekhususan
Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsi masing-masing. (Anderson
Carter).

3. Tipe keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari berbagai macam pola
kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial maka tipe keluarga berkembang
mengikutinya. Agar dapat mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehatan maka perawat perlu memahami dan mengetahui berbagi tipe keluarga.
a.

Keluarga Tradisional

Nuclear Family (Keluarga inti) yang terdiri dari : ayah, ibu dan anak yang tinggal dalam
satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya
dapat bekerja di luar rumah.
Extended family
Adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara misalnya : nenek, kakek, keponakan,
saudara sepupu, paman, bibi dan lain sebagainya.
Resconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam
pembentukan satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama
maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya, dapat bekerja luar rumah.
Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja di ruma anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karier.
Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak, keduanya/salah satu bekerja di
luar rumah.
Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian/ kematian pasangannya dan anak-anaknya dapat
tinggal di rumah/ di luar rumah.

Dual Carrier

Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.


Commuter Married
Suami istri/ keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling
mencari pada waktu-waktu tertentu.
b.

Keluarga Non Traditional

Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk kawin.
Three Generation
Tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah.
Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-panti.
Comunal
Satu rumah terdiri dari dua/lebih pasangan yang monogami dengan anak-anaknya dan
bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.
Group Marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan
tiap individu adalah kawin dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
Unmaried Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya doadopsi.
Cohibing Couple

Dua orang/satu pasangan yang tinggal bersama tanpa kawin.


Maka secara umum di negara Indonesia dikenal dua type keluarga yaitu type keluarga
tradisional dan type keluarga non tradisional. Yang termasuk type keluarga tradisional :
keluarga inti, extended family, single parent, keluarga usila dan single adult. Sedangkan yang
termasuk dalam type keluarga extended family adalah : commune family yaitu : lebih satu
keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah, orang tua atau ayah ibu yang tidak ada ikatan
perkawinan dan anak hidup bersama dalam satu rumah tangga. Di indonesia dalam UndangUndang No. 10 tahun 1992 disebutkan bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam
masyarakat, yang terdiri dari suami istri dan anak atau ayah/ibu dan anak. Dalam konteks
pembangunan, di Indonesia bertujuan menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Keluarga sejahtera dalam UU No.10 disebut sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan atas
perkawinan yang sah, dan mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil,
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras dan
seimbang antar anggota, dan dengan masyarakat.
1. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Fungsi

afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan

basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari
seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling memprtahankan iklim yang positif.
Hal tersebut dapat dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam
keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah :

Saling mengasuh
o Cinta kasih
o Kehangatan

o Saling menerima

Saling mendukung antar anggota keluarga

Mendapat kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain

Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan kebahagiaan keluarga.


Kerekatan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul karena fungsi afektif di
dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang
menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial (Fiedmann,
1986). Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi atau
hubungan antar anggota keluarga yang diwujudkan dalam sosialisasi anggota keluarga belajar
disiplin, belajar norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi keluarga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka
dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada
pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan.
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota
keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak
sekarang pasangan yang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan
istri, hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu
untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status
kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat

dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan
tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1.

Mengenal masalah kesehatan

2.

Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

3.

Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4.

Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

5.

Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.


1. Keperawatan keluarga dengan anak usia sekolah ( families with school children)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masingmasing anak memiliki aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua yang mempunyai
aktivitas yang berbeda dengan anak. Unuk itu keluarga perlu bekerjasama untuk mencapai
tugas perkembangan. Pada saat ini keluarga (orang tua) perlu belajar berpisah dengan anak,
memberi kesempatan pada anak untuk bersosialisasi baik aktivitas disekolah mapun diluar
sekolah.
Lagi-lagi tahun-tahun pada masa ini merupakan tahun-tahun yang sibuk. Kini,anak-anak
mempunyai keinginan dan kegiatan-kegiatan masing-masing, disamping kegiatan-kegiatan
wajib dari sekolah dan dalam hidup, serta kegiatan-kegiatan orang tua sendiri. Setiap orang
menjalani tugas-tugas perkembangan nya sendiri, sama seperti keluarga berupaya memenuhi
tugas-tugas perkembangannya sendiri. Menurut Erikson (1950), orangtua berjuang dengen
tuntutan ganda yaitu berupaya mencari kepuasan dalam mengasuh generasi berikutnya (tugas
perkembangan genereletivitas) dan memperhatikan perkembangan mereka sendiri; sementara
anak-anak usia sekolah bekerja untuk mengembangkan sense of industry yaitu kapasitas
untuk menikmati pekerjaan dan mencoba mengurangi atau menangkis perasaan rendah diri.

Tugas orangtua pada tahap ini adalah untuk belajar mengahadapi pisah dengan, atau lebih
sederhana, membiarkan anak pergi. Lama kelamaan hubungan dengan teman sebaya dan
kegiatan-kegiatan diluar rumah akan memainkan peranan yang lebih besar dalam kehidupan
anak usia sekolah tersebut. Tahun-tahun ini dipenuhi oleh kegiatan-kegiatan keluarga, tapi
ada juga kekuatan-kekuatan yang secara perlahan-lahan mendorong anak tersebut pisah dari
keluarga sebagai persiapan menuju masa remaja. Orangtua yang mempunyai perhatian diluar
anak mereka akan merasa lebih mudah membuat perpisahan yang perlahan-lahan. Akn tetapi,
dalam contoh-contoh dimana peran ibu merupakan sentral dan satu-satunya peran yang
signifikan dalam kehidupan wanita, maka proses pisah ini merupakan sesuatu yang
menyakitkan dan dipertahankan mati-matian.
Selama tahap ini orangtua merasakan tekanan yang luar biasa dari komunitas di luar rumah
melalui sistem sekolah dan berbagai asosiasi diluar keluarga yang menghruskan anak-anak
mereka menyesuaikan diri dengan standar-standar bagi anak. Kecacatan pada anak akan
ketauan selama priode kehidupan anak ini. Para perawat sekolah dan guruakan mendeteksi
banyaknya defek penglihatan, pendengaran, bicara, selain kesulitan belajar, gangguan tingkah
laku, dan perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan anak, penyalah gunaan zat, dan
penyakit-penyakit menular.
Ada banyak keadaan cacat yang terdeteksi selama tahun-tahun sekolah,termasuk epilepsi,
serebral pasi, retardasi mental, kanker, kondisi ortopedik. Fungsi utama perawat kesehatan
disini adalah di samping sebagai fungsi rujukan, mengajar, dan memberikan konselingkepada
orangtua mengenai hal tersebut, akan membantu keluarga melakukan koping sehingga
pengaruh merugikan dari cacat tersebut pada keluarga dapat di minimalkan. Jika orangtua
dapat menata kembali masalah tingkah laku anak sebagai sebuah masalah keluarga dan
berusa mencari resolusi dengan fokus baru tersebut, akan tercapai banyak fungsi-fungsi
kluarga dan tingkah lakuanak yang sehat.
1. 6. Tugas-tugas perkembangan keluarga
Salah satu tugas orangtua yang sangat penting dalam mensosialisasikan anak pada saat ini
meliputi meningkatkan prestasi anak di sekolah. Tugas keluarga yang signifikan lainnya
adalah mempertahankan hubungan perkawinan yang bahagia. Sekali lagi dilaporkan bahwa
kebahagiaan perkawinan selama tahap ini menurun.

a). Perkembangan prilaku anak usia sekolah

Hubungan dengan keluarga

Anak mempelajari secara bertahap bahwa orangtua kurang sempurna; mereka dapat
dikecewakan oleh orangtuanya dan berharap teman orangtuanya adalah teman mereka.
Kadang mereka percaya bahwa mereka pasti diadopsi. Mereka mengendalikan orantuanya
untuk memberi kasih sayang, keamanan, bimbingan dan asuhan yang mutlak.

Hubungan dengan saudara kandung

Usia sekolah tampak saling merasa asing dengan saudaranya dirumah; meskipun mereka
adalah pembela saudaranya yang paling baik diluar rumah. Anak yang lebih kecil kadang
mengidolakan saudara kandungnya yang lebih besar, dan akhirnya sering terjadi persaingan.
Anak yang lebih besar mungkin iri pada perhatian yang di berikan pada saudara kandungnya
yang lebih kecil dan sedikit merayu dan kadang-kadang kasar.

Hubungan dengan kawan sebaya

Selama tahap primer ( 6-7 tahun) anak laki-laki dan perempuan bermain bersama, bergantung
pada siapa yang bersedia dan tertarik. Sekitar usia 8 tahun, kelompok sosial dengan kawan
sebaya berjenis kelamin sama mulai berbentuk. Geng ini membuat anak menyatakan
kemandirian mereka dari peran orangtua dan membuat kode atau bahasa rahasia dan prilaku
mreka sendri. Periode sering kali mengarhkan pada masyarakat rahasia dimasa kanak-kanak.
Persahabatan adolesens (10-12 tahun ) dikarakterisasikan dengan memiliki sahabat dengan
jenis kelamin yang sama. Hubungan ini mungkin sementara, tetapi hubungan mereka sangat
erat dan tercipta diskusi yang menyangkut seluruh area kehidupannya. Beberapa teknik
membentuk hubungan heteroseksual tetapi biasanya mereka tidak saling timbal balik.

Konsep diri

Perasaan anak terahadap kemampuan penguasaan tugas merupakan elemen kunci dalam
membentuk harga diri. Anak perlu mendapatkan umpan balik positiff dari guru dan orangtua
terhadap usahanya. Sangat penting bagi anak untuk mengembangkan keterampilan sedikitnya
dalam satu area seperti membaca, musik atau berenang. Hewan peliharaan yang

membutuhkan perawatan dan perhatian anak menimbulkan kasih sayang mutlak dan
meninggalkan perasaan harga diri mereka.

Ketakutan

Terdapat penurunan rasa takut yang berkaitan dengan keamanan tubuh seperti, kilat, anjing,
kegelapan, suara luka, dan goresan. Takut terhadap supernatural seperti hantu dan penyihir
menetap dan menurun secara perlahan. Terjadi ketakutan baru yang berkaitan dengan sekolah
dan keluarga. Ketakutan mereka terhadapguru dan teman-temannya dan ketiak setujuan dan
penolakan orangtua. Mereka juga menjadi takut tentang kematian dan hal-hal yang mereka
dengar dalam berita seperti perang dan pengrusakan lingkungan.

Pola koping

Untuk mengatasi stes, usia sekolah menggunakan mekanisme pemecahan masalahdan


pertahanan meliputi regresi, penolakan, agresi, dan suspresi. Beberapa katagori prilaku
koping anak usia sekolah yang mengalami hospitalisasi meliputi ketidakaktifan (diam total,
kurang beraktifitas, dan apatis). Orientasi pra-kopping (melihat dan mendengar, berjalan
berkeliling dan mengamati, dan menanyakan pertanyaan ), kooperasi (kepatuhan terhadap
perawatan), resistensi (berusaha menghindari situasi dengan menolak dan membuat serangan
fisik atau verbal) dan mengendalikan (memikultanggung jawab terhadap perawatan mandiri
dan menyarankan bagaimana suatu hal dapat diselesaikan).

Moral

Anak belajar peraturan dan orangtua, tetapi pemahaman terhadap atyran dan alasan terbatas
sampai usia sepuluhtahunan. Sebelumnya mereka memperhatikan kebutuhan mereka lebih
dahulu dan dapatberbuat curang untuk memenangkannya setelah 10 th, keadilan berdasarkan
pada mata untuk mata dan hukuman pada situasi yang benar (mmisalnya jika anak
memecahkan sesuatu, meka harus membayar untuk membetulkannya).

Aktivitas pengalih

Usia sekolah bermain secara kooperatif dalam aktivitas kelompok seperti lompat tali, sepak
bola, dan bola kasti. Permainan menjadi kompetitif dan anak yang memiliki kesulitan belajar

akan kalah. Karakteristik usia ini adalah saling mengejek, menghina, menantang, takhayul,
dan meningkatkan sensitivitas.

Nutrisi

Anak pasti memiliki kesukaan dan ketidaksukaan. Pada kelompok ini terjadi sedikit devisensi
nutrisi. Anak memiliki nafsu makan yang besar setelah pulang sekolah dan memerlukan
makanan kecilyang berkualitas seperti buah dan roti lapis untuk menghindari makanan
berkaloi seperti keripik dan permen.
g
a untuk memberi kasih sayang, keamanan, bimbingan dan asuhan yang mutlak.
b). Perkembangan motorik pada anak usia sekolah

Pada usia 6-7 tahun

Keterampilan motorik halus

Menggunakan pisau untuk mengoles mentega pada roti dan belajar memotong

danging lunak.

Menggunting, melipat, dan memotong kertas.

Menulis dengan pensil.

Menggambar orang dengan 12-16 rincian

Mencontoh segitiga pada usia 6 tahun dan wajib pada usia 7 tahun

Mewarnai gambar dalam garisnya

Membutuhkan bantuan untuk membersihkan gigi dengan seksama.

Keterampilan motorik kasar

Mempertahankan gerak spontan

Bergeraklebih hati-hati pada usia 7 tahun dari pada 6 tahun.

Melompat dan meloncat ke dalam kotak kecil

Berjalan bermain roller skate, lompat tali, mengendarai sepeda dan berenang.

Perawatan diri

Mandi tanpa mengawasan

Sering kembali menggunakan tangan saat makan

Belajar menyikat dan menyisir rambut dengan mode yang bisa tanpa bantuan.

Memakai seluruh baju, tetapi membutuhkan bantuan pada bagian bawah kemeja, ikat

pinggang dan penyesuaian terakhir.

Pada usia 8-10 tahun

Keterampilan motorik halus

Menggunakan pisau dan garpu secara bersamaan

Belajar memasukkan benang kedalam jarum dan menyimpulkan dasi.

Menggunakan palu, gergaji dan obeng.

Menjadi ahli dalam kursif.

Mengunakan simbol saat menggambar (misalnya burung binatang).

Membuat model sederhana mobilan dan pesawat terbang serta membuat -kerajinan

tangan sederhana.

Belajar bermain donkrak dan kelereng.

Belajar membersihkan gigi dengan flossing secara efektif dan mandiri melakukan

perawatan gigi

Keterampilan motorik kasar

Dapat menangkap atau melempar (70 kaki ), dan memukul bola kasti.

Melakukan loncat ritmik dengan pola 2-2,2-3 atau 3-3.

Melakukan bermacam-macam gaya lompat tali disertai menyanyikan lagu atau

upacara lain.
Perawatan diri

Belajar membersihkan kamar mandi setelah mandi.

Menikmati membuat makanan ringan dan menyusun makan siang sendiri.

Belajar mengatur rambut dan menyisipkan pita rambut dan hiasan lainnya.

Memakai baju sendiri dengan lengkap dan dapat membantu saudaranya -yang lebih

kecil untuk berpakaian.

Dapat merapikan tempat tidur sendiri.

Usia 11-12 tahun

Keterampilan motorik halus

Belajar mengupas apel dan kentang

Menjahit bahan sederhana dengan mesin.

Membangun objek sederhana seperti rumah burung.

Menikmati menggunakan tulisan degan koratif.

Mulai menggunakan bakat kreatif dan artistik

Membangun model komplek mobil dan pesawat da membuat kerajinan tangan yang

rumit.

Belajar memainkan instrumen musik

Menjadi ahli dalam merawat kawat gigi dan alat lain.

Keterampilan motorik kasar

Dapat melakukan lompat jauh sejauh 1,5 meter.

Dapat melakukan lompat tinggi berdiri sejauh 90 cm.

Melakukan permainan yang melibatkan penggunaan dua atau lebih -keterampilan

motorik komplek seperti roller skate, hoki es atau dance skate.


Perawatan diri

Membersihkan debu, membersihka dengan vakum, dan membersihkan ruangan

sendiri.

Belajar memasak makanan siap saji yang sederhana.

Mencuci, mengeringkan, menjalin , mengeriting dan menguncir rambutnya sendiri.

Belajar memilih, mencuci, mengeringkan, dan menyetrika pakaiannya sendiri.

Belajar merawat kuku jari tangan dan kaki

c). Tugas perkembangan keluarga anak usia sekolah

Memberi perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan, semangat belajar.


o Tetap mempertahankan hubungan harmonis dalam perkawinan
o Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
o Menyediakan aktifitas untuk anak.
o Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.

Sedangkan menurut carter dan mc. Goldrink,1988, duval dan miller, 1985 tugas
perkembangan keluarga meliputi :

Mensosialisasikan

anak-anak

termasuk

meningkatkan

prestasi

sekolah

dan

mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.

Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

d). Fungsi perawat


Melakukan perawatan dan konsultasi baik dalam keluarga maupun disekolah, misalnya : pada
anak yang mengalami gangguan kesehatan. Perawat bekerja sama dengan guru sekolah dan
orangtua anak.
e). Tahap-tahap kehidupan keluarga dalam menghadapi anak usia sekolah
Dalam tahap ini tugas keluarga adalah :

Bagaimana mendidik anak.

Mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya

Membiasakan anak belajar teratur

Menngontrol tugas-tugas sekolah anak

Meningkatkan pengetahuan anak

Pada usia 7-8 tahun anak pandai menentukan makanan yang disukai karena mereka suda
mengenal lingkungan. Untuk itu perlu pengwasan dari orangtua supaya tidak salah memilih
makanan karena pengaruh lingkungan. Disini anak masih daam tahap pertumbuhan sehingga
kebutuhan gizinya harus tetap seimbang. Banyak makanan yang dijual dipinggir jalan atau
tempat umum hanya mengandung karbohidrat dan garam yang hanya dapat membuat cepat
kenyang dan banyak disukai anak, sayangnya hal ini hanya dapat mengganggu nafsu makan
anak dan jika hal ini dibiarkan di biarkan berlarut-larut akan dapat mengganggu atau

menghambat pertumbuhan tumbuhnya. Sedangkan pada anak usia 10-12 tahun sudah harus
dibagi dalam jenis kelaminnya mengingat kebutuhannya yang berbeda. Anak laki-laki lebih
banyak melakukan aktivitas fisik sehingga memerlukan kalori yang lebih banyak
dibandingkan anak perempuan. Pada usia ini biasanya anak perempuan sudah mengalami
masa haid sehingga memerlukan lebih banyak protein, zat besi dari usia sebelumnya. Dan
yang perlu diperhatikan pula adalah pentingnya sarapan pagi supaya konsentrasi belajar tidak
terganggu.
B.

Konsep Retardasi Mental

1.

Definisi Retardasi Mental

Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental adalah kemampuan mental yang
tidak mencukupi.
Carter CH (dikutip dari Toback C) mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang
ditandai oleh intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk
belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap
normal.
Menurut Crocker Ac 1983, retardasi mental adalah apabila jelas terdapat fugsi intelegensi
yang rendah, disertai adanya kendala dalam penyesuaian perilaku dan gejalanya timbul pada
masa perkembangan.
Menurut Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental bila memenuhi kriteria
sebagai berikut:

Fungsi intelektual umum dibawah normal

Terdapat kendala dalam perilaku adaptif social

Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.

Retardasi mental adalah fungsi intelektual dibawah rata-rata yang muncul bersamaan dengan
kurangnya perilaku adaptif, awitannya sebelum usia 18 tahun ( Donna L. wong, 1996).
2.

Klasifikasi Retardasi Mental

1. Retardasi mental ringan (IQ 50-70)


Dinilai mampu dididik. Mereka biasanya dikenali saat masuk sekolah dan membutuhkan
pendidikan khusus. Kebanyakan dapat membantu diri sendiri, dengan bantuan, walaupun
mereka mempunyai pertimbangan, sensitivitas social, dan tilikan yang terbatas.
1. Retardasi Mental sedang (IQ 35-40)
Merupakan 10% dari seluruh jumlah penderita retardasi mental. Biasanya sudah dikenali saat
tahun-tahun prasekolah. Mereka dinilai mampu dilatih, dapat mempelajari ketrampilan kerja
yang sederhana, dapat membaca setingkat kelas 2 selkolah dasar dan berbicara sederhana,
dan dapat secara sebagian membantu diri sendiri di dalam lingkungan panti. Mereka
cenderung terlihat kikuk dan tidak terkoordinasi
1. Retardasi Mental Berat (IQ 25-30)
Mereka termasuk penderita retardasi yang dependen, mampu berbicara yang paling
sederhana, tetapi membutuhkan suatu institusi atau pengasuhan suportif yang intens. Sering
ditemukan malformasi dan cacat fisik yang berat.
1. Retardasi Mental Sangat Berat ( IQ dibawah 20)
Mereka bergantung secara total kepada orang lain dan biasanya mempunyai kerusakan
neurology yang bermakna, tidak dapat berjalan atau berbicara.
3.

Etiologi

Penyebab dari retardasi mental meliputi:


1.
o Kelainan kromosom
Banyak jenisnya termasuk syndrome down ( mongolisme, trisomi 21, merupakan kelainan
terbanyak, fragile X syndrome, syndrome klinefelter (XXY), syndrome Cri-du-chat, dan
syndrome turner (X0/ XX).

Pewarisan factor genetic yang dominan

Neurofibromatosis ( penyakit Von Recklinghausen), Khorea Huntington (dengan awitan masa


kanak-kanak), syndrome Sturge-Weber, tuberous sclerosis.

Gangguan metabolic

Fenilketonuria (PKU), penyakit Hartnup, intoleransi fruktosa, galaktosemia, penyakit Wilson,


sejenis gangguan lipid, hipotiroidisme, hipoglikemia.

Gangguan prenatal

Rubella maternal (terutama pada trimester pertama), sifilis, toksoplasmosis, diabetes,


penyalahgunaan alcohol pada ibu (syndrome fetal alcohol), penggunaan beberapa obat (mis:
talidomid), toksemia pada kehamilan, eritoblastosis fetalis, dan malnutrisis pada ibu.

Trauma kelahiran

Proses kelahiran yang sulit dengan trauma fisik atau amoksia, prematuritas.

Trauma otak

Tumor, infeksi (terutama ensefalitis, meningitis neonatal), kecelakaan, toksin (misal:


plumbum, merkuri), hidrocefalus, bermacam-macam jenis kelainan kranial lainnya.
4. Penatalaksanaan dan Prognosis
Retardasi mental ringan masih dapat berkembangsering tidak terduga tetapi lebih
lambat,dengan pendidikan (terutama memperlakukan penderita dengan hati-hati) dan
lingkungan yang suportif. Mereka mempunyai resiko untuk timbulnya reaksi penyesuaian,
hiperaktifitas, depresi, (agresif serta melukai diri-sendiri, reaksi psikotik, dan gangguan
perilaku sekunder akibat suatu citra diri yang negatif pada suatu waktu).
Terapi pasien dengan psikoterapi suportif yang berorientasi pada realitas. Tentukan cara
klien menghadapi sesuatu dan kekuatan temperamental dan semangati mereka, tetapi jangan
menuntut terlalu banyak .
Orang retardasi mental berat mungkin membutuhkan beberapa bentuk perawatan, serta
pelatihan, di dalam suasana asramaharus dipertimbangkan jika memungkinkan. Jika klien

tinggal bersama keluarganya,terapi juga keluarganya. Orang tua dan saudara-saudaranya


seringkali menunjukkan kemarahan, penolakan, perlindungan berlebihan, control yang
berlebihan, penyangkalan, atau perasaan bersalah.
BAB III
STUDI KASUS
Bapak Imran dan Ibu Isna masing-masing berusia 35 tahun dan 33 tahun, memiliki seorang
putra bernama Angga berusia 11 tahun dan seorang putrid bernama Anggi 6 tahun. Angga
memiliki prestasi yang tnggi di sekolahnya dan selalu mendapat juara kelas. Sedangkan
Anggi mengalami retardasi mental sehingga ibunya menganggap anaknya tidak perlu masuk
sekolah.
Pada saat Anggi berusia 4 tahun, Ibu Isna sudah merasakan hal yang beda dalam diri Anggi.
Melihat anak-anak seumuran Anggi begitu aktif, sedangkan Anggi perkembangannya agak
lambat dibandingkan teman seusianya seperti lambat berbicara, lambat berespon terhadap
lingkungan sekitar. Namun ibunya tidak begitu resah karena tingkah Anggi tidak terlalu
mencolok. Jika ibunya meminta tolong dalam hal sederhana seperti menyuruh mengambil
barang-barang kecil yang dikenalnya, Anggi mau mengambilkannya.
Ibu Isna merasa bahwa Anggi tidak perlu diperiksa ke rumah sakit karena anaknya mungkin
bisa

mengejar

keterlambatannya.

Walaupun

Anggi

sering

berperilaku

hiperaktif,

ketidakstabilan afektif bahkan suka berperilaku agresif, tapi orang tuanya selalu memberikan
kasih sayang dan tidak pernah memarahi Anggi. Begitu juga dengan Angga yang selalu
sayang pada Anggi. Jika keinginannya tidak tercapai misalnya tanpa sepengetahuan orang
tuanya, ia ingin mengambil sesuatu di rak lemari yang lebih tinggi darinya. Dia mengacakacakkan semua isi lemari dan menyerakkan ke lantai karena ia tidak dapat meraih barangbarang yang diinginkannya. Ketika ibunya melihat kejadian ini, ibunya tidak memarahinya
melainkan ia memberi pengertian dan melarang anaknya untuk tidak melakukan itu lagi.
Karena tidak banyak tetangga, ibunya jarang mengizinkan Anggi untuk bermain diluar tapi
dia bermain dirumah tetangga yang ia kenal dan Anggi berperilaku baik serta tidak
mengganggu orang lain.

Akhir-akhir ini Anggi sering berperilaku agresif dan tidak seperti biasanya. Ia lebih sering
meminta untuk bermain di rumah tetangganya, tapi ibunya tidak mengizinkan karena takut
menyusahkan orang lain. Namun Anggi tetap memaksa untuk bermain dirumah tetangganya,
bahkan di melempar barang-barang yang ada dihadapannyaa agar ibunya mengizinkan dia
untuk bermain di rumah tetangga. Karena sudah tidak sanggup lagi mrnahannya, akhirnya si
ibu mengizinkannya.
Melihat keadaan Anggi yang berbeda dibandingkan dengan anka yang seusia dengannya,
maka orang tuanya memutuskan untuk memeriksa konisi Anggi ke rumah sakit.
Pada kunjungan pertama, Ibu Isna terlihat lelah dan dia mengatakan bahwa dia kurang
tidur.Tampak Anggi sedang bermain dengan bantalnya dan dia berbicara sendiri, tersenyum,
dan bertingkah seolah-olah bantal itu adalah temannya.

BAB IV
PROSES KEPERAWATAN KELUARGA
1. A. Pengkajian
Identitas keluarga
Nama keluarga : Bapak Imran
Alamat : Lamtheun, Aceh Besar
Komposisi keluarga
Nama
Imran
Isna
Angga

Gender
L
P
L

Hubungan Usia
Bapak
40th
Ibu
33th
Anak laki- 11th

Tempat lahir
Aceh Besar
Aceh Besar
Aceh Besar

AnggigadikanirAce P

laki
Anak

Aceh Besar

h Besar

perempuan

8th

Pekerjaan
Guru
IRT
Pelajar

Pendidikan
S1
SMA

-MAajarsar

Tipe bentuk keluarga

: keluarga inti dengan Bapak, Ibu, Anak 2 orang

Latar belakang budaya : keluarga ini merupakan keluarga asli Aceh Besar.
Identifikasi religius

: terlibat secara aktif di mesjid setempat dan istrinya juga mengikuti

pengajian di mesjid. Bapak Imran selalu shalat berjamaah. Kepercayaan kepada keluarga dan
anak-anaknya ditekankan.
Status kelas sosial

: ayah merupakan stu-satunya pencari nafkah

Status ekonomi

: pendapatan mencukupi, jika ada yang sakit ada simpanan

Aktifitas rekreasi

: mereka sering nonton, makan & berkumpul bersama-sama. Kadang

mereka saling mengunjungi keluarga besar.


Tahap perkembangan Keluarga saat ini : keluarga dalam tahap keluarga dengan anak usia
sekolah, dengan anak usia 11th
Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi : nampaknya keluarga memenuhi
kebutuhan-kebutuhan keluarga dalam perumahan,kamar, ruang dan privasi serta keamaan.
Ibu merasa tertekan dengan dengan prilakuan anaknya yang RM saat ini karena kesulitan
dalam mengendalikan prilaku anaknya, yang semakin sering berprilaku agresif. Pemeliharaan
hubungan-hubungan orangtua-anak memuaskan.
Riwayat keluarga

:kedua orangtua hidup dalam lingkungan yang sama. Kedua orang

tua menerima kekurangan anaknya dengan hangat dan menyayanginya.


Riwayat keluarga asal

:dari kedua belak pihak keluarga tidak ada riwayat retardasi mental

Karakteristik rumah

: sebuah rumah berlantai 1 dengan 4 kamar tidu yang dibeli ketika

Imran berumur 25th. Diluar rumah : kondisinya terawat dengan baik, penerangan diluar
bagus. Didalam rumah : di lengkapi dengan perabot minimal. Diruang tamu ada sebuah
televisi berwarna. Orang tua memiliki kamar tidur sendri dan bergabung dengan Anggi.
Angga memiliki kamar tidur sendiri. Didapur ada lemari es dan kompor gas dilengkapi
dangan lemari. Bahaya-bahaya keamaan : tidak ada pagar.
Karakteristik lingkungan dan komunitas
Yang lebih luas

: lingkungan merupakan daerah komplek perumahan, yang terdiri

dari berbagai etnis. Lingkungan ini agak jauh dari jalan raya. Keluarga menyukai keramahtamahan dari lingkungan, namun tetap cemas dengan tingkah laku yang mungkinn timbul
dari anaknya. Keluarga menggunakan pasar tradisional dan pusat perbelanjaan yang sangat
jauh dari rumah ( 2 km jauhnya) untuk hampir semua kebutuhan-kebutuhan berbelanja.
Mesjid hanya berjarak 300 M dari rumah. Tidak ada transportasi umum yang masuk ke
komplek perumahan tersebut, tapi Isna dapat menggunakan kendaraan mlikiknya jika pergi
melakukan aktifitas sehari-hari
1. B. Diagnosa keperawatan
1) Perubahan dalam proses keluarga pada keluarga Bapak Imran terutama Ibu Isna
berhubungan dengan KMK merawat anggota keluarga dengan anak retardasi mental.
2) Gangguan penyesuaian diri pada keluarga Bapak Imran terutama Anggi berhubungan
dengan KMK merawat anggota keluarga dengan anak retardasi mental.
3) Gangguan pertumbuhan & perkembangan pada keluarga Bapak Imran terutama Anggi
berhubungan dengan KMK merawat anggota keluarga dengan retardasi mental.
1. C. Analisa Data
No. Data
1.
DS:

Etiologi
Masalah keperawatan
Inadekuat pola koping Perubahan
dalam
keluarga

Ibu

mengatakan

berperilaku

Anggi

suka
agresif,

proses keluarga

ketidakstabilan

afektif

dan

terkadang hiperaktif.
ibu mengatakan saat ini Anggi
suka melempar barang yang ada
dihadapannya bila keinginannya
tidak dipenuhi.
Ibu mengatakan kurang tidur
DO:
Pada kunjungan pertama perawat
melihat Anggi sedang bermain
dengan

bantalnya

dan

dia

berbicara sendiri, tersenyum dan


bertingkah seolah-olah bantal itu
temannya
Ibu terlihat lelah.
2.

DS:
Ibu

mengatakan

Anggi

tidak

Ketidakmampuan

Gangguan penyesuaian

mengadakan

diri

perubahan pola hidup

diperbolehkan bermain di rumah


tetangga

karena

takut

menyusahkan orang lain.


Ibu mengatakan bila tidak mampu
mengambil
diinginkan

barang
maka

dia

yang
akan

menyerakkan barang-barang yang


ada di sekitarnya
3.

DS:

Kurangnya

Gangguan

rangsangan

dan pertumbuhan

dan

lingkungan

perkembangan

Ibu mengatakan Anggi lambat


berbicara
Ibu mengatakan Anggi lambat
berespon

terhadap

lingkungan

sekitar
Ibu mengatakan perkembangan
Anggi lebih lambat daripada anak
seusianya.

1. D. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
No. Diagnosa

Tujuan
Jangka panjang Jangka

Keperawatan
1.

Perubahan

pendek
460 Selama

dalam Selama

proses keluarga pada kunjungan

Kriteria evaluasi
Kriteria Standar
160 Respon

kunjungan

verbal

Intervens

Retardasi mental adalah v


suatu

kondisi

Kaji

yang ansietas

Ibu Isna dikeluarga keluarga mampu keluarga

ditandai oleh intelegensi muncul

Bapak

cara mampu

yang

dan mengenal cara

menyebabkan

Imran mengenal

berhubungan dengan merawat


KMK
merawat
keluarga

dalam menstimulasi
anggota perkembangan
terutama anak

rendah

yang keluarga
terdekat.

merawat anak

ketidakmampuan individu

dengan

untuk

dengan retardasi

belajar

beradaptasi

dan
terhadap

Anggi (anak kedua retardasi mental mental usia 6

tuntutan masyarakat atas

bapak Imran) karena pada

kemampuan

retardasi mental.

usia

6 tahun

tahun.

dianggap normal.
Dengan cara:

yang

v Buat h

dan akui k
situasi
keluarga.
v

Kaji

sebelum
1.1

tingkah la

menyebutkan

ini

pengertian

menggang

retardasi
mental
1.2

Respon

Menyebutkan 2 dari 4

menyebutkan

verbal

klasifikasi anak retardasi

klasifikasi anak

pengetahu

mental yaitu:

situasi sek

dengan
1. Retardasi

retardasi

mental

ringan (IQ 50-70)

mental

Kaji

keluarga s
2. Retardasi

Mental ini dan ba

sedang (IQ 35-40) mereka

oleh pasie
3. Retardasi

Mental

Berat (IQ 25-30)

Ikut

keluarga
4. Retardasi

Mental

Sangat Berat ( IQ
dibawah 20)

pemberian

informasi,

pemecahan
masalah

perawatan
sesuai

kemungkin
1.3

Repon

Menyebutkan 1 dari 6

menyebutkan

verbal

penyebab retardasi mental.

apa

penyebab

retardasi
mental

1. Kelainan
kromosom
2. Pewarisan

factor

genetic

yang

dominan
3. Gangguan

metabolic
4. Gangguan prenatal
5. sifilis,
6. toksoplasmosis,
7. diabetes,
penyalahgunaan
alcohol pada ibu
(syndrome

fetal

alcohol),
penggunaan
beberapa
(mis:

obat

talidomid),

toksemia

pada

kehamilan,
eritoblastosis
fetalis,
malnutrisi
ibu, dll.

BAB V
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
1. B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

dan
pada

ROLE PLAY
Cerita awal :
Hari sabtu ketika keluarga Imran berkumpul, dirumah keluarga, datang 2 orang perawat
dengan pak kepala desa kemudian :
Pak lurah

: assalamualaikum

Bu isna

: walaalaikum salam

Bu isna membuka pintu dan bersamaan dengan mereka


Bu isna

: Eh pak Lurah,Pa ada pak lurah ni.

Pak Imran

: iya ma,pak lurah apa kabar pak, ada apa ni pak?

Pak lurah

: alhamdulillah sehat pak, begini lho Pak, bu, saya kesini dengan perawat-

perawat

dari

puskesmas

disini.

Mereka

ingin

mengkaji

tentang

Anggi.(sambil

memperkenalkan perawat-perawat yang datang bersamanya), jadi bagaimana pak Imran?Bu


Isna?
Pak imran

: boleh pak, tapi sebelumnya kami minta maaf kalau tiba-tiba Anggi

berubah sikap,soalnya anggi suka kasar, apalagi sama orang yang baru dia kenal pak.jadi
kalau tiba-tiba anggi kasar harap adek-adek maklum ya.
Perawat 1

: oh ya, gak apa apa pak . . .

Pak lurah

: pak, bu kalau begitu saya permisi pamit dulu karena ada pekerjaan yang

penting. Semoga adik-adik perawat bisa mebantu ibu & bapak. Assalamualaikum
Pak imran, bu isna, perawat : walaikum salam
Bu isna mempersilahkan perawat masuk kerumah, dan ikut duduk diruang keluarga agar
mudah mengawasi anggi.

Tampak Anggi sedang bermain dengan bantalnya, dan dia berbicara sendiri, senyum dan
bertingkah seolah-olah bantal itu adalah temannya.
Bu isna membuat minuman untuk perawat tersebut.
Perawat

: Pak ,bu, anak bapak dan ibu yang sedang bermain itu anak yang keberapa

ya?
Bu isna

: itu Anggi, anak saya yang ke-2 dek.

Perawat I

: umurnya berapa bu?

Bu isna

: 6 tahun

Perawat I

: Boleh gak bu kami berkenalan denga anggi?

Bu Isna

: Oh boleh kok dek, Anggi,Anggi sini nak sebentar, ada kakak-kakak yang

mau kenalan ni..sini sayang..


Anggi
Pak Imran

: Ada apa mama..Anggi lagi nonton..


: Sini nak,ni ada kakak-kakak yang mau kenalan sama Anggi,salam nak

sama kakak ini.


Perawat I

: Halo Anggi, nama kakak mila ini teman kakak Susi.

(Anggi kurang merespon,dan seperti tidak memperdulikan perkataan perawat, lalu berlalu
begitu saja melanjutkan nonton tv, perawat melanjutkan berbicara dengan bapak dan ibu).
Pak Imran

: maaf ya dek,memang sering seperti itu sama orang yang baru dikenalnya.

Perawat II

: gak apa-apa kok pak,kami maklum.

Perawat II

: ibu dan bapak merasa gk, kalau Anggi berbeda dengan yang lain

Bu isna

: iyasaya merasakannya dek..

Perawat II

: sejak kapan ibu merasakannya?

Bu isna

: sejak ia berumur 4 tahun. Awalnya saya dan suami tidak tau, tapi melihat

anak-anak seumuran Anggi begitu aktif, tidak seperti Anggi yang lambat perkembangannya,
saya jadi aneh juga.
Perawat II

; apakah ibu dan bapak mencari bantuan ke rumah sakit atau ke puskesmas

terdekat untuk memeriksa kesehatan anggi?


Pak Imran

: Iya ada, kerumah sakit umum waktu Anggi berumur 4 tahun. Disitu lah saya

dan istri tau kalau Anggi mengalami keterbelakangan mental.


Perawat I
Pak Imran

: bagaimana perasaan ibu dan bapak waktu mendengar diagnosa dokter?


: saya dan istri sedih sekali, kenapa anak saya bisa begini. Padahal

abangnya Angga juara kelas.


Perawat II

: ibu tau gak apa itu keterbelakangan mental atau retardasi mental?

Bu Isna

: setahu saya keterbelakangan mental itu anaknya lambat dalam segala hal.

Perawat II

: ibu, anak retardasi mental itu adalah bila memenuhi kriteria sebagai

berikut: fungsi intelektual umum dibawah normal, terdapat kendala dalam perilaku adaptif
social, gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.
Bu Isna

: oh..gitu ya dek

Perawat I

: menurut ibu apa penyebab anak keterbelakangan mental?

Bu Isna

: apa ya.. Waktu pemeriksaan dulu dokter bertanya pada saya dan suami

saya mengenai riwayat kesehatan kami berdua. Dan terakhir dokter bilang Anggi seperti ini
karena kebiasaan saya yang suka mengkonsumsi obat-obatan pada saat mengandung Anggi.
Perawat I

: benar sekali bupenyebab dari retardasi mental itu banyak, seperti:

kelainan kromosom, pewarisan factor keturunan yang dominan, gangguan metabolik,


penyakit sifilis, toksoplasmosis, diabetes, penyalahgunaan alkohol pada ibu (syndrome fetal
alcohol), penggunaan beberapa obat (mis: talidomid), toksemia pada kehamilan, eritoblastosis
fetalis, dan malnutrisi pada ibu.

Perawat II

: obat-obat apa yang ibu konsumsi?

Bu isna

: saya sakit sering sakit demam dek, trus ya minum obat-obatan, ntah

kenapa waktu hamil ke-2 sering sekali sakit. Padal waktu hamil pertama saya sehat-sehat
saja.
Perawat I

: oh begitu ya buk..Gimana cara ibu mengatur Anggi?

Bu isna

: gak terlalu susah, tapi awal-awal saya tau dia mengalami keterbelakangan

mental saya sring kewalahan dan tidak sabar. Tapi saya dan suami berusaha untuk lebih sabar
sampai sekarang ini
Pak imran

: Iya, kami semua sangat sayang anggi. Gk pernah sekalipun kami

memarahi anggi. Dan anggi pun sangat manja dengan kami., si abangnya juga sangat sayang
sekali sama anggi
Perawat II

: pernah gk ibu & bapak merasa kesulitan menghadapi anggi?

Bu isna

: pernah, terutama akhitr-akhir ini, kami sangat sulit mengghadapinya

Perawat II

: memangnya apa yang dilakukan Anggi akhir-akhir inii?

Bu isna

: dia sering minta tuk berain dirumah tetangga, tapi saya tidak

mengizinkannya karena saya takut menyusahkan orang lain.ntar dia ngamuk lagi, itu yang
saya takutkan dek. Tapi dia tetap memaksa dan marah-marah. Bahkan barang-barang yang
ada di depannya di lempar
Perawat II

: Terus apa yang ibu lakukan?

Bu isna

: awalnya saya berusaha untuk menenangkan dia tapi tidak mempan, saya

uda capek begini terus cuma suami sering menasehati supaya saya bisa lebih sabar lagi.
Perawat I
Bu isna

: pernah gak bu kejadian yang lebih parah dari ini?


: dulu pernah, tanpa sepengetahuan orangtuanya, ia ingin mengambil

sesuatu di rak lemari yang lebih tinggi, dan ia mengacak-acak semua isi lemari dan
menyerakkan kelantai karena tidak dapat meraih barang-barang yang di inginkan

Perawat I

: terus ibu atau bapak memarahinya gk?

Bu isna

: saya tidak marah, tapi saya bantu dia mengambil barang tersebut, dan

merapikannya kembali
Perawat I

: kenapa anggi tidak disekolahkan?

Bu isna

: tuk apa?

Yang ada malah buat orang repot


Perawat II

: bukan sekolah SD biasa bu,

Tetapi SDLB. Disitu nanti anggi akan dididik dan dilatih sesuai dengan kemampuan dia bisa
berprilaku yang lebih baik. Dan keahlian-keahlian khusus dari dia yang bisa di kembangkan.
Bagaimana pak?buk?
Bu isna

: gimana ya?

Rumah saya jauh dari SDLB, dan saya kerepotan mengantar mengantar dia, suami kan kerja.
Perawat II

: dari pada anggi sikapnya gak ter kontrol. Alangkah lebih baik anggi

disekolahkan. Kalau masalah jauh, lama-kelamaan jadi terbiasa,gk jadi masalah lagi. Ini demi
kemajuan anggi bu,pak
Bu isna

: gimana ya?gimana dong pa?

Pak Imran

: Papa sih terserah mama saja.

Bu Isna

: Nanti saya pikirkan lagi. Saya bicarakan dengan suami saya dulu

Perawat I

: Semua ini manfaatnya tuk anggi dan keluarga bapak juga

Pak imran

: baiklah kalau begitu

Akan kami pertimbangkan dulu.


Tiba-tiba anggi mendekatkan wajahnya ke layar televisi

Perawat II

: bu, apa anggi sering seperti itu bu?

Bu isna

: oh sering, setiap nonton pasti seperti itu

Perawat II

: ibu, kalau anggi sering nonton seperti itu, nanti penglihatannya bisa

rusak. Kan kasiahan..


Apalagi dia masih kecil, mungkin kalau anggi disekolahkan pelan-pelan kebiasaan buruk
anggi akan hilang
Bu isna

: iya ya..

Saya juga sulit tuk melarangnya, tapi ya mau gimana lagi dek memang sudah seperti itu,susah
dibilangin.
Perawat II

: Baiklah bu nanti kami akan mengunjungi anggi lagi, sekarang bu,pak

kami pamit dulu ya..


Mudah-mudahan apa yang kami sampaikan bisa bapak dan ibu pertimbangkan, itu juga demi
anggi, dan anggi juga bisa lebih mandiri
Bu isna

: terimakasih ya dek. kami akan mempertimbangkannya.

Perawat I dan II

: assalamualaikum.

Pertemuan Kedua
aas ian
ATAN KELUARGA
Selasa sore keluarga Pak Imran sedang bersantai di ruang keluarga, tiba- tiba ada yang
mengetuk pintu.
Pak Imran

: Ma, tu ada yang ngetuk-ngetuk pintu.

Ibu Isna

: Sebentar ya pa,mama bukain pintu dulu.

Perawat1

: Assalamualaikum bu.

Ibu Isna

: eh adek adek yang waktu itu ya, mari silahkan masuk dek.

Perawat 2

: Maaf ganggu waktu ibu dan bapak.

Pak Imran

: Mari dek silahkan duduk, gak kok kami Cuma lagi santai aja kok

Perawat 1

: Anggi nya mana ya buk, kok gak kelihatan.

Bu Isna

: Ada di ruang tv kok, baru selesai mandi, tu lagi asik dengan mainannya,

anggi kesini sebentar nak, ni ada kakak-kakak yang waktu itu, ayo ni kakaknya pingin
ketemu anggi..
Anggi datang cepat sambil berlari-lari,tertawa-tawa..
Pak Imran

: Jangan lari-lari nak, nanti jatuh, sini salam sama kakaknya.

Bu isna

: Anggi suka begitu dek, lari-lari sendiri, kadang-kadang kami kuatir juga

takut dia jatuh.


Perawat I

: Anggi apa kabarnya? Masih ingat sama kakak?

Anggi tidak memperdulikan pertanyaan perawat.


Bu Isna

: Anggi, jawab dong nak pertanyaan kakak nya. Memang separti ini dek,

senangnya nonton, main.


Perawat II

: ya gak apa-apa buk, mungkin Anggi mau melanjutkan main.

Bu Isna

: Anggi main lagi sanan nak, mama dan papa mau ngomong sama kakak ini.

Perawat I

: Begini pak, buk, setelah kita melihat keadaan Anggi, menurut kami ada

baiknya jika Anggi di sekolahkan di sekolah luar biasa, itu dapat membantu membina
hubungan sosialnya dengan orang lain.
Perawat II

: di sana Anggi bisa bertemu dengan teman-teman sebaya yang sama

dengannya, dan ada guru-guru khusus yang bisa mengajari Anggi.

Pak Imran

: Iya, saya dan istri juga sudah mendiskusikan mengenai masalah ini,dan kami

memutuskan untuk menyekolahkan Anggi di sekolah luar biasa yang agak dekat dengan
daerah rumah kami.
Bu Isna

: Mudah-mudahan dapat membantu perkembangan Anggi selanjutnya,

trimakasih ya dek atas saran da bantuan dari adek-adek ini.


Perawat I

: Ya buk, sama sama, sudah menjadi kewajiban kami untuk membantu

mayarakat yang membutuhkan bantuan kami sebagai perawat.


Perawat II

: Pak, bu, kami pamit dulu ya.. semoga dengan bersekolah di sekolah luar

biasa keadaan Anggi bisa lebh baik.


Pak Imran

: Iya, Amin, trimakasih sekali lagi atas bantuan adek-adek.

Perawat I dan II: mari pak, buk, Assalamualaikum..


Pak Imran dan Bu isna

: waalaikum salam.

Pada pertemuan selanjutnya, Ibu Isna menceritakan perilaku Anggi yang sudah mulai berubah
lebih baik. Dan pada waktu itu, Anggi lebih berespon ketika diajak ngobrol. Ibu Isna juga
mengatakan bahwa Anggi sekarang udah bisa dilatih membaca, gak suka marah2 lagi kayak
dulu, dan sikapnya lebih baik.
CRE : 06 PSIK USK

Anda mungkin juga menyukai