ANAMNESIS
Anamnesis yang dapat dilakukan pada pasien di skenario adalah sebagai berikut:1,2
Anamnesa Umum
Nama, umur, alamat, pekerjaan, status perkawinan. Umur dan pekerjaan disini
merupakan hal penting yang harus ditanyakan pada pasien.
Keluhan Utama
Nyeri pada lutut kanan dan kiri sejak 2 tahun yang lalu
Pelengkap: Nyeri pada lutut terutama bertambah saat berjalan, menekuk kaki,
bangun dari duduk yang lama dan saat sholat. Pasien mengatakan saat bangun
tidur lututnya sering terasa kaku juga sekitar 30 menit dan pada lututnya sering
berbunyi kretek-kretek
Riwayat Penyakit Sekarang
Apakah sedang mengalami suatu penyakit tertentu atau tidak
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebaiknya, ditanyakan apakah dulu pernah mengalami hal yang sama seperti
sekarang
Pola Makan
Sehari-hari makan apa saja
Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah di keluarganya pernah ada yang mengalami hal yang sama
Riwayat Pengobatan
Sudah mengkonsumsi obat apa saja, atau sudah mendapat pengobatan apa
PEMERIKSAAN FISIK
Pada skenario ini, pemeriksaan fisik dilakukan dengan pemeriksaan fisik otot dan
sendi terutama pada bagian lutut. Pemeriksaan fisik otot dan sendi ini berupa:1,2
Inspeksi
- Posisi lutut saat berdiri dan berbaring
- Warna kulit, vaskularisasi, pembengkakan, massa di bagian anterior
-
/posterior, lateral/medial
Ada tidaknya luka, fistel atau ulkus
Palpasi
- Massa/pembengkakan, nyeri ada/tidak
- Vaskularisasi dan pulsasi pembuluh darah lutut
- Posisi patella (ada dislokasi atau tidak)
Pergerakan
- Fleksi ekstensi dengan ROM: 0-120
- Ada krepitasi atau tidak saat bergerak/digerakan
Selain itu, pemeriksaan fisik juga dilakukan dalam bentuk pemeriksaan tanda-tanda
vital pasien.
Blok 14 Osteoartritis | 2
: 36,4oC
Nadi
: 88x/menit
RR
: 20x/menit
Tekanan darah
: 130/80 mm Hg
Kesadaran
: compos mentis
BB/TB
: 80kg / 165cm
Krepitasi
:+
Status lokalisasi
Genu sinistra
Genu dekstra
Udem
-
Kalor
-
Nyeri tekan
-
Nyeri gerak
+
+
Deformitas
-
Beberapa tanda yang dapat ditemukan pada penderita osteoartritis adalah perubahan
gaya berjalan dan postur tubuh, kenaikan suhu sekitar sendi, bengkak sendi, nyeri raba,
krepitus, penurunan kekuatan otot, nodul, dan gangguan fungsi. Pada perabaan dengan
menggunakan punggung tangan akan dirasakan adanya kenaikan suhu disekitar sendi yang
mengalami inflamasi. Bengkak sendi dapat disebabkan oleh cairan, jaringan lunak atau
tulang. Cairan sendi yang terbentuk biasanya akan menumpuk di sekitar daerah kapsul sendi
yang resistensinya paling lemah dan mengakibatkan bentuk yang khas.2
Krepitus merupakan bunyi berderak yang dapat diraba sepanjang gerakan struktur
yang terserang. Krepitus halus merupakan krepitus yang dapat didengar dengan
menggunakan stetoskop dan tidak dihantarkan ke tulang di sekitarnya. Keadaan ini
ditemukan pada radang sarung tendon, bursa atau sinovia. Pada krepitus kasar, suaranya
dapat terdengar dari jauh tanpa stetoskop dan dapat diraba sepanjang tulang. Keadaan ini
disebabkan kerusakan rawan sendi atau tulang. Pada waktu palpasi lutut, dapat teraba
krepitus pada waktu lutut difleksikan atau diekstensikan. Hal ini menunjukkan rawan sendi
misalnya pada osteoartritis.2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada penderita Osteoartritis adalah:
1. Artrosentesis dan Analisis Sendi Lutut
Artrosentesis (aspirasi cairan sendi) dan analisis cairan sendi merupakan
pemeriksaan
Blok 14 Osteoartritis | 3
tatalaksana penyakit reumatik. Analisis cairan sendi terdiri dari pemeriksaan makroskopik,
mikroskopik, dan beberapa pemeriksaan khusus sehingga dapat dikelompokkan menjadi tipe
non-inflamasi, inflamasi, purulen, dan haemoragik.
Pemeriksaan makroskopis berupa warna, kejernihan, viskositas, potensi terbentuknya bekuan,
dan volume. Cairan sendi pada penyakit sendi inflamasi bisa membeku dan kecepatan
terbentuknya bekuan berkorelasi dengan derajat inflamasinya. Cairan sendi normal sangat
kental kerena tingginya konsentrasi polimer hyaluronat. Pada penyakit sendi inflamasi, asam
hyaluronat rusak dan menurunkan viskositas cairan sendi. Penilaian cairan sendi dapat
dilakukan dengan string test atau menggunakan viscometer. Cairan sendi normal tidak
berwarna seperti air atau putih telor. Pada sendi inflamasi, jumlah leukosit dan eritrosit
meningkat. Semakin tinggi jumlah leukosit, cairan sendi akan berwarna putih atau krem.
Pemeriksaan mikroskopis yang dilakukan berupa hitung jumlah leukosit, hitung jenis
leukosit, dan pemeriksaan kristal.1,3
2. CT Scan
Pemeriksaan CT Scan bertujuan untuk melakukan penilaian pada tumor tulang
sebelum dilakukan tindakan pembedahan, evaluasi fraktur, dan pemeriksaan kolumna
spinalis. Walaupun tidak dapat memberikan hasil pemeriksaan yang lebih baik dibandingkan
MRI, namun CT Scan merupakan alternatif yang baik dan bermanfaat pada situasi jika
diperlukan keterangan lebih lanjut tentang osteofit dan dapat memperlihatkan kelainan
jaringan lunak lebih baik daripada Foto Polos. Dosis radiasi CT Scan relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan satu foto polos pada daerah sama. Berhubung sejumlah penyakit
reumatik berkaitan dengan kelainan paru-paru, cukup beralasan bahwa pemeriksaan CT Scan
dengan resolusi tinggi pada paru-paru dapat memperlihatkan detil penyakit ang tidak dapat
dilihat dengan CT Scan irisan tebal.1,3
DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan gejala yang dialami pasien, pasien bias
dicurigai menderita beberapa penyakit seperti:
a. Reumatoid Artritis (RA)
Suatu penyakit autoimun dimana persendian secara simetris mengalami peradangan,
sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan
bagian dalam sendi. Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial yang melakukan proses
fagositosis yang menghasilkan enzimenzim dalam sendi untuk memecah kolagen sehingga
terjadi edema proliferasi membran sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut
Blok 14 Osteoartritis | 4
akan menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan berakibat
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi.
Reumatoid artritis kira-kira 2 kali lebih sering menyerang perempuan dari pada lakilaki. Insidens meningkat dengan bertambahnya usia, terutama pada perempuan, insidens
puncak adalah antara usia 40 hingga 60 tahun.3,4
Gejala yang ditimbulkan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
dapat
menyebabkan
infeksi
sekunder.
sendi-sendi yang harus memikul beban tubuh, antara lain lutut, panggul, vertebra lumbal dan
servikal, dan sendi-sendi pada jari.5
EPIDEMIOLOGI
Osteoartritis adalah bentuk penyakit sendi tersering di dunia. Mengenai sekitar 7%
populasi Amerika Serikat; 60% sampai 70% orang berusia lebih dari 65 tahun. Osteoartritis
merupakan salah satu dari penyakit sendi yang paling sering dijumpai di Indonesia, lebih dari
85% pasien osteoarthritis tersebut terganggu aktivitasnya terutama untuk kegiatan jongkok,
naik tangga dan berjalan. Arti dari gangguan jongkok dan menekuk lutut sangat penting bagi
pasien osteoarthritis di Indonesia. Oleh karena banyaknya kegiatan sehari-hari yang
tergantung kegiatan ini khususnya sholat dan buang air besar.
. Terdapat peningkatan risiko seiring dengan pertambahan usia; prevalensi meningkat
dengan cepat pada populasi lansia. Pola penurunan autosomal dominan telah teridentifikasi
pada kelompok osteoartritis tertentu. Faktor resiko osteoartritis primer meliputi peningkatan
usia, obesitas, penggunaan sendi yang berlebihan berulang kali, imobilisasi, dan peningkatan
densitas tulang. Prevalensi keseluruhan 12-15% pada paling sedikit satu sendi, lebih banyak
pada kelompok usia > 65 tahun. Terdapat peningkatan yang seiring dengan bertambahnya
usia, contohnya adalah lebih dari 80% pasien berusia > 75 tahun memiliki bukti radiologis
adanya osteoartritis. Kecenderungan wanita sedikit lebih tinggi secara keseluruhan.5
PATOFISIOLOGI
Osteoartritis berdasarkan patogenesisnya dapat dibagi menjadi dua: primer dan
sekunder. Osteoarthritis primer disebut OA idiopatik yaitu OA yang kausanya tidak diketahui
dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin, inflamasi,
metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta imobilisasi yang terlalu lama.
Gambaran patologisnya adalah kerusakan progresif pada kartilago dengan
terbentuknya fisura-fisura dan kemudian bisa sampai denudasi tulang. Hipertrofi tulang
reaktif yang terjadi setelah hilangnya kartilago akan menimbulkan pembentukan osteofit yang
khas. Tulang subkondral di bawahnya mengalami remodelisasi dan mungkin menyebabkan
pembentukan kista dan sklerosis. Tonjolan-tonjolan tulang pada osteofitosis, sklerosis
subkondral, dan kista tampak jelas pada foto rontgen polos dan mnjadi temuan radiologis
utama OA.6,7
Blok 14 Osteoartritis | 7
MANIFESTASI KLINIK
Gejala utama ialah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama waktu bergerak.
Umumnya timbul secara perlahan-lahan, mula-mula rasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri
yang berkurang dengan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi, kaku pagi,
krepitasi, pembesaran sendi, dan perubahan gaya berjalan. Lebih lanjut lagi terdapat
pembesaran sendi dan krepitasi tulang. Tempat predileksi osteoartritis adalah sendi
karpometakarpal I, metatarsophalangeal I, apofiseal tulang belakang, lutut dan paha. Pada
phalang distal timbul nodus Heberden dan pada sendi interphalang proksimal timbul nodus
Bouchard. Tanda-tanda peradangan pada sendi tersebut tidak menonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan
gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan.5,6
FAKTOR-FAKTOR RISIKO OSTEOARTRITIS
1) Umur
Blok 14 Osteoartritis | 8
1) Komplikasi Kronis
Komplikasi kronis berupa malfungsi tulang yang signifikan, yang terparah ialah
terjadi kelumpuhan
2) Komplikasi Akut
- Micrystaline arthrophy
- Osteonekrosis
- Bursitis
PENATALAKSANAAN
Pengobatan dibagi atas atas medica mentosa (menggunakan obatobat yang di
minum) dan juga non-medica mentosa (tidak mengonsumsi obat).8
a.Medica mentosa
1. Analgesik Oral Non Opiat
Obat-obat ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi secara simtomatik.
Golongan obat analgesik ini antara lain salisilat (aspirin/asetosal), para amino fenol
(asetaminofen dan fenasetin), dan pirazolon.
2. Analgesik Topikal
Non-medica mentosa
Terapi Non-medica mentosa untuk OA meliputi; diet dan olahraga, terapi fisik, dan
pembedahan. Pengaturan diet dan olahraga diperlukan untuk mencegah kelebihan berat badan
yang seringkali menjadi penyebab memburuknya nyeri sendi, terutama pada sendi-sendi yang
harus menopang berat badan. Terapi fisik biasa dilakukan dengan berendam pada air hangat,
atau alat penghangat lain untuk mengurangi nyeri dan kaku pada sendi. Pembedahan
Blok 14 Osteoartritis | 10
dilakukan Apabila sendi sudah benar-benar rusak dan rasa sakit sudah terlalu kuat, akan
dilakukan pembedahan. Dengan pembedahan, dapat memperbaiki bagian dari tulang.8
PROGNOSIS
Umumnya baik. Sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif.
Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan operasi.6,7
KESIMPULAN
Berdasarkan gejala-gejala yang timbul pada pasien, dan setelah dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut, maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita osteoartritis.
Penyakit ini bersifat kronik, berjalan progresif lambat, tidak meradang, dan ditandai oleh
adanya abrasi rawan sendi dan adanya pembentukan tulang baru pada permukaan persendian.
Osteoartritis akan sangat mengganggu aktivitas pasien, terutama bila menyerang sendi lutut.
Namun, dengan penanganan yang baik dan teratur, penyakit ini dapat segera diatasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Penerbit Erlangga;
2005.h.33.
2. Bickley LS. Bates Buku Ajar Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Edisi ke-8.
Jakarta: EGC; 2009.h.365-9.
3. Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ke4 Jilid 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.h.1195-291.
4. Patel PR. Lecture Notes Radiologi. Edisi ke-2. Jakarta: Erlangga; 2007.h.168-70.
5. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6
Volume 2. Jakarta: EGC; 2012.h.1380-9.
6. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi: pemeriksaan dan manajemen. Edisi ke-2.
Jakarta: EGC; 2008.h.351-4.
7. Corwin EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. 3th ed. (Diterjemahkan oleh : Subekti
NB). EGC: Jakarta. P.332-46
8. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan Terapi. Edisi ke-5.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008.h.535-7.
Blok 14 Osteoartritis | 11
Blok 14 Osteoartritis | 12