Anda di halaman 1dari 11

WALIKOTA MAKASSAR

PROVINSI SULAWESI SELATAN


PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR
Nomor : 73 Tahun 2015
TENTANG
PERUBAHAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 53 TAHUN 2012
TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH
WALIKOTA MAKASSAR,
Menimbang

: a. bahwa dalam rangka efektifnya pelaksanaan penyusunan


perencanaan pembangunan daerah, maka Peraturan Walikota
Makassar Nomor 53 Tahun 2012 tentang Pedoman
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
perlu
dilakukan
penyesuaian guna memberikan kepastian tercapainya tujuan
pembangunan daerah berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang telah ditetapkan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud
pada huruf a di atas, perlu ditetapkan Perubahan Peraturan
Walikota Makassar Nomor 53 Tahun 2012 tentang Pedoman
Perencanaan Pembangunan Daerah.

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1959 tentang pembentukan


Daerah-daerah tingkat II di Sulawesi ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 74, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822 );
2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);

5. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi


Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5601);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1971 tentang
Perubahan Batas-batas Daerah Kotamadya Makassar dan
Kabupaten-kabupaten Gowa, Maros, dan Pangkajene dan
Kepulauan Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sulawesi
Selatan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1971
Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2970);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 tentang
Perubahan Nama Kota Ujung Panjang Menjadi Kota Makassar
Dalam Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 193);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian,
dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Berita Negara Nomor 517 Tahun 2010);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2014
tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2015 (Berita
Negara Nomor 470 tahun 2014);
10. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 6 Tahun 2006 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Makassar tahun
2005-2015 (Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun 2006,
Nomor 6 Seri E Nomor 3);
11. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2006
tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
(RPJPD) Kota Makassar Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah
Kota Makassar Nomor 13 Tahun 2006, Seri E);
12. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Derah Kota
Makassar (Lembaran Daerah Kota Makassar Nomor 3 Tahun
2009), sebagaimana telah di ubah dengan Peraturan Daerah
Kota Makassar Nomor 7 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Ketiga atas Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah Kota
Makassar (Lembaran Daerah Kota Makassar Tahun 2013
Nomor 7);
13. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 5 Tahun 2014 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
Kota Makassar Tahun 2014-2019 (Lembaran Daerah Kota
Makassar Tahun 2014, Nomor 5);

MEMUTUSKAN :
Menetapkan

PERUBAHAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR


53 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH.
Pasal I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Walikota Makassar Nomor 53 Tahun 2012


tentang Pedoman Perencanaan Pembangunan Daerah (Berita Daerah Kota
Makassar Nomor 53 Tahun 2012), diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
1. Ketentuan dalam Pasal 1 angka 12 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 1
Dalam Peraturan Walikota ini yang di maksud dengan :
1. Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah selanjutnya disingkat DPRD atau dengan
sebutan lain adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah.
3. Kepala daerah dan wakil kepala daerah adalah walikota dan wakil walikota.
4. Satuan kerja perangkat daerah yang selanjutnya disingkat dengan SKPD
adalah perangkat daerah pada pemerintah kota.
5. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat
dengan Bappeda atau sebutan lain adalah unsur perencana penyelenggaraan
pemerintahan
yang
melaksanakan
tugas
dan
mengkoordinasikan
penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan
daerah.
6. Pemangku kepentingan adalah pihak yang langsung atau tidak langsung
mendapatkan manfaat atau dampak dari perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan daerah antara lain unsur DPRD kota, TNI, POLRI, Kejaksaan,
akademisi, LSM/Ormas, tokoh masyarakat kota, pengusaha/investor,
pemerintah pusat, pemerintah provinsi, kota, pemerintahan kelurahan serta
keterwakilan perempuan dan kelompok masyarakat rentan termajinalkan.
7. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan
yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya
yang tersedia.
8. Pembangunan daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk
peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek
pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap
pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks
pembangunan manusia.
9. Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan
tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku
kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber
daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu
lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu.
10. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat
RPJPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 20 (dua puluh)
tahun.
11. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat
RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
12. Rencana Kerja Pemerintah Daerah selanjutnya disingkat RKPD adalah
3

dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun.


13. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat
dengan Renstra-SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5
(lima) tahun.
14. Rencana kerja-Satuan Kerja Perangkat Daerah atau disebut Renja-SKPD
adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode
1 (satu) tahun.
15. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan.
16. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan
untuk mewujudkan visi.
17. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk
mewujudkan visi dan misi.
18. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh pemerintah daerah untuk
mencapai tujuan.
19. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan
yang dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk mencapai
sasaran dan tujuan serta untuk memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan
masyarakat yang dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah.
20. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau
beberapa SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu
program, dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya
baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk
peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua
jenis sumber daya tersebut, sebagai masukan (input) untuk menghasilkan
keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
21. Kegiatan prioritas adalah kegiatan yang ditetapkan untuk mencapai secara
langsung sasaran program prioritas.
22. Prakiraan maju adalah perhitungan kebutuhan dana untuk tahun-tahun
berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan guna memastikan
kesinambungan kebijakan yang telah disetujui untuk setiap program dan
kegiatan.
23. Bersifat indikatif adalah bahwa data dan informasi, baik tentang sumber
daya yang diperlukan maupun keluaran dan dampak yang tercantum di
dalam dokumen rencana, hanya merupakan indikasi yang hendak dicapai
dan tidak kaku.
24. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang akan atau telah
dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan
kualitas yang terukur.
25. Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau
kualitatif untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau
dampak yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu program atau
kegiatan.
26. Standar pelayanan minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.
27. Sasaran adalah target atau hasil yang diharapkan dari suatu program atau
keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.
28. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan,
yang dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan tujuan
program dan kebijakan.
29. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya
keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program.
30. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat
Musrenbang adalah forum antar pemangku kepentingan dalam rangka
4

menyusun rencana pembangunan daerah.


31. Forum SKPD kota merupakan wahana antar pihak-pihak yang langsung atau
tidak langsung mendapatkan manfaat atau dampak dari program dan
kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD kota.
32. Fasilitator adalah tenaga terlatih atau berpengalaman dalam memfasilitasi
dan memandu diskusi kelompok/konsultasi publik yang memenuhi
kualifikasi kompetensi teknis/substansi dan memiliki keterampilan dalam
penerapan berbagai teknik dan instrumen untuk menunjang partisipatif dan
efektivitas kegiatan.
33. Narasumber adalah pihak pemberi informasi yang perlu diketahui peserta
musrenbang untuk proses pengambilan keputusan hasil musrenbang.
34. Delegasi adalah perwakilan yang disepakati peserta musrenbang untuk
menghadiri musrenbang pada tingkat yang lebih tinggi.
35. Rencana tata ruang wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah hasil
perencanaan tata ruang yang merupakan penjabaran strategi dan arahan
kebijakan pemanfaatan ruang wilayah nasional dan pulau/kepulauan ke
dalam struktur dan pola ruang wilayah.
36. Koordinasi adalah kegiatan yang meliputi pengaturan hubungan kerjasama
dari beberapa instansi/pejabat yang mempunyai tugas dan wewenang yang
saling berhubungan dengan tujuan untuk menghindarkan kesimpangsiuran
dan duplikasi.
2. Ketentuan dalam Bab V diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
BAB V
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH
3. Ketentuan dalam Pasal 19
sebagai berikut :

ayat (1) dan ayat (2) diubah sehingga berbunyi


Pasal 19

(1) Berpedoman pada RPJMD Kota sebagaimana di maksud dalam Pasal 18


huruf a dilakukan melalui penyelarasan :
a. Prioritas dan sasaran pembangunan tahunan daerah kota dengan
program pembangunan daerah yang ditetapkan dalam RPJMD kota; dan
b. Rencana program serta kegiatan prioritas tahunan daerah kota dengan
indikasi rencana program prioritas yang ditetapkan dalam RPJMD kota.
(2) Mengacu pada RPJMD Provinsi sebagaimana di maksud dalam pasal 18
huruf b dilakukan melalui penyelarasan program dan kegiatan
pembangunan daerah kota dengan pembangunan provinsi.
(3) Program dan kegiatan pembangunan daerah kota sebagaimana di maksud
pada ayat (2), mencakup dua wilayah kabupaten/kota atau lebih, dan
wilayah perbatasan antar kabupaten/kota.
(4) Mengacu pada RPJMN sebagaimana di maksud dalam Pasal 18 huruf c,
dilakukan melalui penyelarasan program dan kegiatan pembangunan daerah
kota dengan prioritas pembangunan nasional.
4. Ketentuan dalam Pasal 64 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 64
Perumusan rancangan Renja SKPD sebagaimana di maksud dalam Pasal 63
huruf a, untuk kota mancakup :
a. Persiapan penyusunan rancangan Renja SKPD Kota;
b. Pengolahan data dan informasi;
c. Analisis gambaran pelayanan SKPD Kota;
d. Mereview hasil evaluasi Renja SKPD tahun lalu berdasarkan Renstra SKPD
Kota;
e. Penentuan isu-isu penting penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD Kota;
f. Penelaan rancangan awal RKPD Kota;
g. Perumusan tujuan dan sasaran;
h. Penelahaan usulan masyarakat; dan
i. Perumusan kegiatan prioritas.
5. Ketentuan dalam Pasal 70 ditambah 2 (dua) ayat, sehingga berbunyi sebagai
berikut :
Pasal 70
(1) Kepala SKPD Kota menyempurnakan rancangan Renja SKPD Kota dengan
berpedoman pada RKPD Kota yang telah ditetapkan.
(2) Rancangan Renja SKPD Kota yang telah disempurnakan sebagaimana di
maksud pada ayat (1), disampaikan kepada Kepala Bappeda Kota untuk di
verifikasi.
(3) Verifikasi sebagaimana di maksud pada ayat (2), memastikan rancangan
Renja SKPD Kota telah sesuai dengan RKPD Kota.
(4) Kepala BAPPEDA menyampaikan rancangan Renja SKPD Kota yang telah
sesuai dengan RKPD Kota kepada Walikota untuk memperoleh pengesahan.
(5) Kepala SKPD melakukan pemaparan rancangan Renja SKPD di hadapan
Walikota / Wakil Walikota dan Tim TAPD.
(6) Alokasi anggaran Renja SKPD disesuaikan dengan yang ada pada dokumen
Renstra SKPD pada tahun yang berkenan.
6. Diantara Pasal 71 dan pasal 72 disisipkan 1 (satu) pasal yaitu pasal 71 A,
sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 71 A
Penggunaan data dan informasi menerapkan Sistem Informasi Perencanaan
Pembangunan Daerah (SIPPD) pada tahapan :
a. Penyusunan RKPD;
b. Penyusunan Renstra SKPD;
c. Penyusunan Renja SKPD;
d. Musrenbang Kecamatan;
e. Musrenbang Kelurahan.

Lampiran : PERUBAHAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 53


TAHUN
2012
TENTANG
PEDOMAN
PERENCANAAN
PEMBANGUNAN DAERAH.
I. REMBUG WARGA
A. Pengertian Rembug Warga.
Rembug Warga adalah kegiatan non formal berupa forum musyawarah warga
di tingkat RW yang merupakan wadah untuk melakukan jajak kebutuhan
(need assessment) bagi penyiapan usulan kegiatan pembangunan tahunan di
tingkat Kelurahan.
B. Tujuan diselenggarakannya Rembug Warga.
1. Tujuan umum : mendorong partisipasi masyarakat di tingkat RW dalam
rangka memperkuat kapasitas dan kemandirian masyarakat dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.
2. Tujuan khusus : menghimpun dan melakukan identifikasi permasalahan
serta menetapkan daftar usulan prioritas pembangunan yang akan
menjadi bahan masukan pada pelaksanaan Musrenbang Kelurahan.
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan.
1. Rembug Warga dilaksanakan di setiap RW pada minggu kesatu sampai
minggu kedua bulan Januari. Rembug Warga dapat dilaksanakan
bersamaan dengan pertemuan rutin bulanan warga di tingkat RW.
2. Tempat pelaksanaan kegiatan adalah balai warga atau ruangan yang
dapat menampung jumlah peserta Rembug Warga
D. Unsur-Unsur yang dilibatkan dalam Rembuk Warga.
a. Peserta.
Peserta Rembug Warga terdiri dari :
1. Unsur Kelurahan dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan
(LPMK);
2. Pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM);
3. Pengurus RT dan RW;
4. Tokoh Masyarakat/Agama, perwakilan perempuan, perwakilan warga
miskin;
5. Tokoh Pemuda;
6. Kepala Sekolah swasta atau negeri yang ada di wilayah kelurahan;
7. Pengurus PKK, Pos PAUD, Posyandu dan Karang Taruna di tingkat RW;
8. Peserta lain yang dianggap perlu dan layak ikut dalam Rembug Warga.
b. Narasumber.
Narasumber yang terlibat dalam pelaksanaan Rembug Warga adalah
Pengurus LPM Kelurahan dan Aparat Kelurahan.
c. Pemantau.
Pemantau adalah orang atau sekelompok orang yang berasal dari
kelompok, lembaga, atau organisasi masyarakat yang peduli terhadap
proses perencanaan pembangunan wilayah di Kota Makassar
d. Penyelenggara.
Penyelenggara atau pelaksana kegiatan Rembug Warga terdiri dari:
1) Ketua RW: Sebagai Ketua merangkap penanggung jawab kegiatan
dengan dibantu oleh sekretaris RW dan Anggota pelaksana yang
jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan;
Sekretaris RW: Bertugas mencatat dan merekapitulasi serta
merangkum dan kemudian memasukkan usulan hasil pembahasan
ke dalam form isian hasil Rembug Warga;
Anggota Pelaksana : Membantu ketua dan sekretaris dalam
memfasilitasi kebutuhan perlengkapan/alat bantu, seperti :
Tempat dan kebutuhan penyelenggaraan

Peta wilayah RW (bila ada)


Format isian usulan RT/RW untuk Pemerintahan Umum,
Bidang Ekonomi, Fisik Prasarana, dan Sosial Budaya.
Alat tulis, kertas plano, spidol besar, isolasi, dan lain-lain.
2) Anggota Tim/Panitia Penyelenggara
Anggota tim/Panitia Penyelenggara Rembug Warga dapat diambil
dari warga masyarakat RW setempat dengan kriteria mempunyai
kemampuan dan komitmen untuk membantu penyelenggaraan
Rembug Warga serta tidak memiliki tendensi dan kepentingan
pribadi tertentu.
e. Keluaran Rembug Warga adalah merumuskan solusi atau usulan
program, dan rencana sumber pendanaannya. Usulan program/kegiatan
terdiri dari:
1) Daftar Usulan Pemerintahan Umum.
2) Daftar Usulan Bidang Fisik Prasarana.
3) Daftar Usulan Bidang Sosial Budaya.
4) Daftar Usulan Bidang Ekonomi.
f. Mekanisme Pelaksanaan Rembug Warga.
1) Persiapan.
2) Pelaksanaan Rembug Warga dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut :
a. Pembukaan oleh Ketua RW dilanjutkan dengan penjelasan maksud
dan tujuan Rembug Warga, meliputi :
1. Menjelaskan makna dan tujuan pelaksanaan Rembug Warga;
2. Menjelaskan bahwa dana yang tersedia untuk perencanaan
kegiatan di tingkat RW didapat dari swadaya atau sumber lain.
b.Pembahasan masalah dan solusi dilakukan dengan cara:
3) Daftar Skala Prioritas. Kesepakatan hasil Rembug Warga kemudian
dimasukkan dalam form isian Daftar Skala Prioritas usulan;
4) Penandatanganan Berita Acara. Berita Acara Rembug Warga disetujui
dan ditandatangani oleh Ketua RW, Sekretaris RW dan satu orang
perwakilan warga yang diusulkan dan disepakati oleh warga;
5) Penetapan delegasi. Selanjutnya membahas dan menetapkan delegasi
tingkat RW untuk mengikuti Musrenbang Kelurahan. Delegasi RW
terdiri dari tiga orang yang dianggap mampu untuk menyampaikan
dan membahas usulan pada Musrenbang Kelurahan. Delegasi RW
sekurang-kurangnya terdapat satu orang perempuan sebagai
representasi keterwakilan perempuan.
6) Penutupan Rembug Warga oleh ketua RW.
g. Dokumen akhir. Rembug Warga berupa :
1. Berita Acara Rembug Warga
2. Daftar Usulan Bidang Pemerintahan Umum, Bidang Ekonomi, Fisik
Prasarana, dan Sosial Budaya di wilayah RW.
3. Delegasi RW untuk mengikuti Musrenbang Kelurahan
h. Anggaran / Pendanaan.
Kegiatan Rembug Warga ini didanai secara mandiri dari dan oleh
partisipasi masyarakat. Kegiatan ini dapat juga dilaksanakan bersamaan
dengan forum pertemuan rutin bulanan di tingkat RW.
i. Buku Petunjuk Teknis Musrenbang. Ketentuan lain dalam Lampiran
Peraturan Walikota Nomor 73 Tahun 2015 tentang Pedoman Perencanaan
Pembangunan Daerah (Berita Daerah Nomor 73 Tahun 2012) terdapat
dalam Buku Petunjuk Teknis Musrenbang yang merupakan satu
kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Peraturan Walikota ini.

II. MUSRENBANG KELURAHAN.


A. Operator SIM Musrenbang Online, sebanyak 1 (satu) orang yang ditunjuk
oleh Lurah dan ditetapkan oleh Surat Keputusan Walikota yang mempunyai
tugas menginput data hasil usulan Musrenbang yang telah disepakati
kedalam Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah (SIPPD).
Operator SIM Musrenbang Online berasal dari unsur Pemerintah Kelurahan
dan Kecamatan;
B. Tim Perumus.
Untuk mendukung pelaksanaan Musrenbang Kelurahan, Lurah bersama
Ketua LPM Kelurahan menunjuk Tim Perumus. Tim Perumus
mempunyai tugas:
a) Memfasilitasi jalannya diskusi pelaksanaan Musrenbang Kelurahan;
b) Menjaga ketepatan waktu dalam pembahasan materi sehingga seluruh
materi pembahasan mendapatkan proporsi waktu yang seimbang;
c) Mengarahkan pelaksanaan Musrenbang Kelurahan agar sesuai
dengan petunjuk pelaksanaan;
d) Menjaga agar kesepakatan jalannya rapat dipenuhi oleh semua
peserta sidang;
e) Membantu Tim Penyelenggara dalam merumuskan dan menyusun
hasil-hasil kesepakatan Daftar Skala Prioritas (DSP) dalam
Musrenbang Kelurahan. Tim perumus sebanyak 5 (lima) orang yang
terdiri dari :
2 (dua) orang unsur LPM Kelurahan;
1 (satu) anggota masyarakat / LSM yang memiliki
kemampuan dan pemahaman terhadap mekanisme
pelaksanaan Musrenbang;
1 (satu)orang unsur Kelurahan;
1 (satu)orang dari unsur perempuan.
C. Buku Petunjuk Teknis Musrenbang.
Ketentuan lain dalam Lampiran Peraturan Walikota Nomor 73 Tahun
2015 tentang Pedoman Perencanaan Pembangunan Daerah (Berita Daerah
Nomor 73 Tahun 2012) terdapat dalam Buku Petunjuk Teknis Musrenbang
yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Peraturan
Walikota ini.
III. MUSRENBANG KECAMATAN
A. Operator SIM Musrenbang Online, sebanyak 1 (satu) orang yang ditunjuk
oleh Camat dan ditetapkan oleh Surat Keputusan Walikota yang mempunyai
tugas menginput data hasil usulan Musrenbang yang telah disepakati
kedalam Sistem Informasi Perencanaan Pembangunan Daerah (SIPPD).
Usulan penginput berasal dari unsur Pemerintah Kelurahan dan
Kecamatan.
B. Buku Petunjuk Teknis Musrenbang.
Ketentuan lain dalam Lampiran Peraturan Walikota Nomor 73 Tahun
2015 tentang Pedoman Perencanaan Pembangunan Daerah (Berita Daerah
Nomor 73 Tahun 2012) terdapat dalam Buku Petunjuk Teknis Musrenbang
yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan Peraturan
Walikota ini.
C. Tim Perumus.
Untuk mendukung pelaksanaan Musrenbang Kelurahan, Lurah bersama
Ketua LPM Kelurahan menunjuk Tim Perumus. Tim Perumus mempunyai
tugas:

1. Memfasilitasi jalannya diskusi pelaksanaan Musrenbang Kelurahan;


2. Menjaga ketepatan waktu dalam pembahasan materi sehingga seluruh
materi pembahasan mendapatkan proporsi waktu yang seimbang;
3. Mengarahkan pelaksanaan Musrenbang Kelurahan agar sesuai
dengan petunjuk pelaksanaan;
4. Menjaga agar kesepakatan jalannya rapat dipenuhi oleh semua peserta
sidang;
5. Membantu Tim Penyelenggara dalam merumuskan dan menyusun hasilhasil kesepakatan Daftar Skala Prioritas (DSP) dalam Musrenbang
Kelurahan. Tim perumus sebanyak 5 (lima) orang yang terdiri dari :
2 (dua) orang unsur LPM Kelurahan;
1 (satu) anggota masyarakat / LSM yang memiliki
kemampuan dan pemahaman terhadap mekanisme
pelaksanaan Musrenbang;
1 (satu)orang unsur Kelurahan;
1 (satu)orang dari unsur perempuan.
IV. PRA-MUSRENBANG KOTA.
A. Pengertian Pra-Musrenbang Kota.
Pra-Musrenbang Kota adalah forum perencanaan dalam rangka
menyusun rencana pembangunan sebelum dilaksanakan Musrenbang Tingkat
Kota. Pra-Musrenbang Kota dilakukan untuk mematangkan rancangan RKPD
Kota berdasarkan Renja-SKPD hasil Forum SKPD dengan cara meninjau
keserasian antara rancangan Renja-SKPD yang hasilnya digunakan untuk
pemutakhiran Rancangan RKPD. Pelaksanaan Pra-Musrenbang Kota
memperhatikan hasil pembahasan Rembug Warga, Musrenbang tingkat
Kelurahan, Kecamatan, hingga Forum SKPD, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah/Renstra SKPD, kinerja pembangunan tahun berjalan dan
masukan dari para peserta.
B. Tujuan Pelaksanaan Pra-Musrenbang Kota.
Tujuan umum; dilaksanakan untuk penajaman, penyelarasan, klarifikasi
dan kesepakatan terhadap rancangan RKPD Kota Makassar, mencakup :
Prioritas dan sasaran pembangunan daerah Kota Makassar dengan arah
kebijakan, prioritas dan sasaran pembangunan daerah Provinsi Sulsel.
Usulan program dan kegiatan yang telah disampaikan masyarakat kepada
pemerintah daerah pada Musrenbang Kecamatan dan/atau sebelum
Musrenbang RKPD Kota Makassar dilaksanakan.
Indikator kinerja program dan kegiatan prioritas Kota Makassar
Prioritas pembangunan daerah serta program dan kegiatan prioritas
daerah
Sinergi dengan RKP dan RKPD Provinsi Sulsel.
Tujuan khusus:
1. Mendapatkan
sinkronisasi
hasil-hasil
Musrenbang
Kelurahan,
Kecamatan, dan forum SKPD untuk menjadi prioritas program/kegiatan
pembangunan Kota Makassar;
2. Memadukan perencanaan dan penganggaran di tingkat Kota.
3. Mendapatkan rincian rancangan awal RKA SKPD dan rincian rancangan
awal Kerangka Regulasi menurut SKPD yang berhubungan dengan
pembangunan (Forum SKPD).

Anda mungkin juga menyukai