Pembimbing :
Dr. Yoyos Dias SpOT, MKes,FICS
Oleh:
Windy Soemara
Alvin da Costa
Iwan Setiawan
Ardi Setiawan
Non Traumatik
Cortico-steroid use
Excessive alkkohol comsumtion
Cigarete smoking
Systemic Lupus erythematosus
Sickle cell disease
Familial thrombophilia
Gauchers disease
Organ transplantation
Inflamatory bowel disease
Pregnancy
ON dapat dimasukkan salam kasus traumatic maupun non traumatic. Secara
umum diketahui bahwa traumatik Osteonekrosis dapat menyebabkan kerusakan yang
sementara maupun permanen . Etiologi dari Ostenekrosis non traumatik kurang begitu
dapat dipahami. Mekanisme terjadinya gangguan pada vaskular meliputi 1. Putusnya
pembuluh darah 2 artei vena oklusi 3 injuri yang disebabkan tekanan pada dinding arteri
atau karena arus vena yang terhambat..
Mekanisme dari putusnya pembuluh darah biasanya dapat disebabkan oleh faktor
trauma maupun non traumatik. Oklusi pada arteri bisa disebabkan oleh emboli atau
trombus, nitrogen bubles, atau sel-sel dengan morfologi yang abnormal (Contoh: sicle
cell anemia). Injuri atau tekanan pada dinding arteri dapat disebabkan oleh sumber
extramural (seperti darah, lemak, atau substansi marrow) atau berasal dari pembulu darah
itu sendiri seperti pada vaskulitis, angiospasm atau injury akibat radiasi. Vena oklusi
dapat juga terjadi oleh beberapa kondisi dimana tekanan vena melebihi tekanan arteri.
Jones membagi faktor yang mempengaruhi terjadinya osteonekrosis yaitu stasis,
hypercoagulability, dan endothelial damage. Secara anatomy, beberapa bagian tulang
pada femoral head, talus dan carpalia memungkinkan terjadinya stasis pada pembuluh
darah juga berpengaruh pada end arteri. Hypercoagulant dapat disebabkan oleh naiknya
procoagulant dan aktif procoagulant (proteins C dan S), vasoconstriksi arteriole atau
terhambatnya fibrinolisis endogenous.
Fat
embolism
sering
dihubungkan
dengan
Osteonecrosis,
walaupun
mekanismenya tidak begitu diketahui, namun studi secara in vitro dan in vivo agregasi
platelet terlihat pada permukaan fat globules intravaskular, yang merangsang
pembentukan fibrin trombi.. Fat emboli berhubungan dengan fatty liver,penggaubngan
dengan plasma lipoproteins, kerusakan pada fatty bone marrow atau depot jaringan
adipose.
Perubahan secara histologi
Pada studi binatang menunjukkan bahwa secara histologi perubahan dimulai pada
hari ke 10 sampai 14. Mula-mula terjadi nekrosis pada substansi marrow termasuk
hemopoetik sel, capilary endothelial sel dan liposit. Osteosit yang mati mempunyai
karakteristik khas berupa lakuna yang kosong. Substansi air akan bertambah banyak pada
nekrosis substansi marrow. Perubahan-perubahan ini dapat kita lihat dengan
menggunakan MRI
Remodelling mengikuti fase nekrosis dari tulang. Step pertama dalam proses
perbaikan adalah hyperemis reaktif dan persiapan untuk jaringan fibrous, kemudian
revaskularisasi dari tulang yang nekrosis, kemudian pembuluh darah mensuport cell
mensenkim yang primitf yang akan ber deferensiasi menjadi osteoblast dan osteoclast,
kmudian tumbuh ke medullarty canal dan haversian canal untuk revaskularisasi tulang
cancelous dan tulang cortikal..
Pada tulang cancellous, osteoid terbaring pada permukaan bekas trabeculae yang
nekrotik. Pada tulang kortikal yang nekrotik, mesenchim sel primitive berdiffernsiasi
menjadi osteoclast yang berfungsi untuk meresopsi tulang dengan sistem havers yang
telah nekrotik, setelah itu osteoblast memulai proses pergantian sistem havers tulang yang
baru
growth faktor yang akan mendukung diffrensiasi dari sel mesenkim. Fraktur hematom
mengembangkan matrik kolagen, komposisi beberapa variasi isotype kolagen, yang
mungkin berguna untuk menampilkan citokines seperti TGF-B, PDGF,bFGF, dan BMP.
Kolagen type 1 dan type 2, yang merupakan kolagen mayor berhubungan erat dengan
integritas dari nonkartilago dan kartilago extra sellular matrix (ECM). Mesenchym sel
membentuk agregat mengekspresikan faktor seperti sox9 dan col2. Sel-sel ini
berdiferensiasi menjadi chondrocytes (soft kallus) yang menstabilisasi fraktur melalui
pembentukan kallus pada kartilago.
Kondrosit menjadi matang lalu berubah menjadi hipertrofi, sell mulai
mengekspresikan kolagen type X dan melepaskan proteases yang akan mendegradasi
ECM. Hyperthropi kondrosit juga mengekspresikan faktor seperti runx2, a transcription
factor yang berefek pada diferensiasi sel dengan protein ECM seperti osteoclacin dan
osteopontin yang sangat berguna untuk suatu proses osifikasi
Konversi dari hypertrofi kartilago menjadi tulang sangat komplek melalui
koordinasi dari kondrosit, apoptosis, ECM degradasi, angiogenesis dan osteogenesis.
Kondrosit yang hypertrofi tersebut berdifferensiasi, terjadi apoptosis, ECM degradasi,
angiogenesis dan osteogenesis.. Hypertofi kondrosit berdiferensiasi, kartilago terjadi
kalsifikasi pada jaringan kartilago yang matur dan pembentukan woven bone. Ketika
hipertofi kondrosit mencapai akhir dari diferensiasi, cell terjadi apoptosis, ECM
degradasi dan pembuluh darah yang baru menginvasi jaringan-jaringan dari proses
sebelumnya.
Kartilago yang hipertofi kemudian digantikan oleh tulang dan variasi dari
osteoblast (BMPs,TGF-B, Insulin growth factors (IGFs) dan osteo calcin) dan kolagen
related gen (termasuk tipe I, V, dan XI) berlanjut berekpresi di dalam kallus. Woven bone
yang baru terbentuk tidak dapat dibedakan dari tulang sekeliling dan termasuk ke dalam
growth faktor termasuk TGF-B, BMPs dan IGFs
Kebutuhan biologi untuk perbaikan skeletal tissue
Dari sudut pandang biologis, terdapat kebutuhan yang jelas untuk pembentukan formasi
skeletal tissue, yang terjadi pada masa pertumbuhan dan perbaikan fraktur pada dewasa :
(1) Skeletal progenitor sel muncul pada waktu dan tempat yang benar untuk menerima
signal molekul dan mekanikal stimuli yang akan merangsang diferensiasi ke kartilago
atau tulang. (2) ECM berfungsi sebagai tempat dimana skeletal progenitor cell dapat
menempel, juga sebagai gudang dari growth faktor dan sitokin dimana memegang
peranan yang penting dan kadang peranan kritikal dalam stem cell differentiation.
(3)beberapa molekul terlibat dalam pembentukan formasi tulang tulang
BMPs
TGF-B
GDFs
PDGF
FGFs
IGF
VEGF
GH
PTH
Prostaglandin
Hh
Wnt
Chondrogenic
+
+
+
+
+
+
Anti/+
+
+
+
+
Osteogenic
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
?
Angiogenic
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
?
Runx2
Sox
Hox
Osterix (osx)
+
+
?
+
Anti
Anti/+
+
Possibly
+
?
(4) Vaskular yang intak terlibat untuk menghantarkan oksigen dan nutrisi esensial
(growth faktor, hormon dan sitokin) seperti progenitor sel ke jaringan dimana terjadi
perkembangan skeletal.
Skeletal Progenitor Cells
Selama perbaikan pada tulang yang fraktur, esenkim sel dari sekitar jaringan
menginvasi daerah yang terluka, dimana mereka berproliferasi, condense dan
differensiasi menjadi kartilago atau tulang. Beberapa bukti mendukung hal tersebut,
dengan respon pada growth faktor dan sitokin yang diproduksi oleh jaringan tetangga dan
lebih
beraksi untuk mempromosikan diferensiasi dari osteoblast. Expresi dari molekul tersebut
di dalam dan di sekitar tulang yang berkembang banyak dilaporkan.
Target umum dari BMP2 seperti TGF-B1 adalah runx2. Noggin yang
menghubingkan BMP dan memblok aktifitas, serta, serta menghambat formasi kartilago
pada dasar cranial. Secara kontras BMP4 menyebabkan upregulasi dari sox9 dan col2 dan
mempromosikan proliferasi dari kondrosit dan pembentukan kartilago. FGFS dapat juga
mengupregulasi runx2. Ekspresi dari sox9 dalam mesenkin yang undifferensiasi dan
kondrosit dapat di induksi oleh BMPs dan FGFs.
Vaskulariasasi
Pentingnya aliran darah untuk pembentukan tulang sangatlah vital dan
terkoordinasi dengan baik. Bagaimanapun interaksi molekul dan celular antara
endothelial cell dan osteoblast belum sepenuhnya dimengerti. Injuri skeletal secara umum
berhubungan dengan terputusnya pembuluh darah, bagaimanapun proses perbaikan
memerlukan angiogenesis.
Selama enchondral osifikasi, hypertropic cartilago menjadi tervaskularisasi untuk
kemudian diganti oleh jaringan tulang. Beberapa molekul memeegang peranan dalam
perbaikan tulang dan tergantung dengan angiogenic regulator seperti vaskular endothelial
growth faktor (VEGF), Para tyroid hormon dan anggota dari TGF, BMP,FGF, IGF, dan
PDGF famili. VEGS berperan langsung dalam sel endotel dan sel tulang untuk regulasi
dalam penyembuhan fraktur. Faktor lain seperti BMPs meningkatkan angiogenesis
indirek melalui upregulasi dari VEGF
Faktor penentu dalam incasi vaskular dalam berbagai proses fisiologi termasuk
penyembuhan pada tulang adalah meningkatkan aktifitas dari matrix degradasi enzim
seperti MMPs. Mutasi pada MMP9, MMP13 dan membran type-1 MMP mempengaruhi
invasi vaskular selama perkembangan dari tulang panjang dan perkembangan kranial
skeletal.
Bone Graft dan Faktor pertumbuhan
Secara histologi, autogen bone graft dari iliac crest atau sumber lokal lainnya
merupakan material yang paling cocok untuk terapi dari kehilangan jaringan tulang yang
parah, delayed union dan nonunions dan untuk mempromosikan bone healing setelah
arthodesis. Autogene bone graft bagaimanapun terbatas oleh jumlah tulang yang tersedia
dan meningkatkan morbiditas sampai 30%. Pembatasan ini yang membuat adanya
pengganti lain selain autograft tulang.
Pengganti tulang yang ideal harus bersifat (1)osteogenik (2)biokompatibel (3)
bioabsordeble (4) dapat mensupport stuktur tulang (5) mudah untuk digunakan secara
klinis dan (6) harga yang efektif. Tergantung di mana digunakan, berbagai propertis dapat
disesuaikan dengan kebutuhan. Sebagai contoh material yang digunakan untuk defek dari
metafiseal bone defect yang secara biologi dan dan mekanik berbeda dengan material
yang digunaknn untuk fraktur nonunion atau fusi spinal. Treatment untuk nonunioun
secara kontras memeerlukan stimulasi dari pertumbuhan serta simple osteokonduksi
daripada jaringan tulang.
Beberapa material yang umumnya digunakan dalam operasi orthopedi dan beberapa sifat
sifatnya:
Class
Contoh
Osteokondusi
Osteoinduksi
Stuktural
Remodel
Variable
Allograft
Structural,partic
Variable
support
variable
Calcium
ulate,DBM
Osteoset
Resorbs
Sulfate
Calcium
Norian SRS,
variable
fosfat
Kolagen
a-BSM
Healos,
kalsium
Polymer
Collagraft
IMMIX Cortoss
Variable
BMP-7/OP-1
carrier
Kesimpulan
Selama beberapa dekade progress telah terjadi
signifikan. Berbagai fungsi dan mekanisme molekuler dan seluler telah banyak diketahui.
Berbagai tehnik bone graft untuk memperbaiki bone gap telah mempunyai banyak pilihan
dan terapi-terapi lain juga berkembang dengan pesat yang memungkinkan terjadinya
perbaikan tulang yang baik. Teknologi terus berkembang memungkinkan penggunaan
teknik yang lebih baik.