Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ASI ZAT
PADAT
KELOMPOK 3
Nazrina DiannisaKELOMPOK
Putri Halimah
Rifky Kurniawan
Dwi Haryadi
Nurhayati
Fitri Zulyana
Mukminatun
Ayu Candika
Sri Ita Lestari Br. Sinulingga
Wella Panggabean
Nurliana
Memberikan informasi
tentang sifat-sifat fisika dan
kimiawi suatu zat padat
KARAKTERISASI
Instrumen elektronik
dan metode
Menghasilkan
pengetahuan baru
mengenai suatu material
Peluang
memanipulasi
SEM
(Scanning Electron
Microscopy)
TEM
(Transmission
Electron
Microscopy)
X-RD
(X-Ray Diffraction)
TGA
(Thermogravimetri
Analizer)
METODE BET
METODE BET
Teori BET diperkenalkan tahun 1938 oleh
Stephen Brunauer, Paul Hugh Emmett, dan
Edward Teller.
METODE BET
Teori BET diperkenalkan tahun 1938 oleh
Stephen Brunauer, Paul Hugh Emmett, dan
Edward Teller.
Teori ini menjelaskan fenomena adsorpsi
molekul gas di permukaan zat padat
(melekatnya molekul gas di permukaan zat
padat). Kuantitas molekul gas yang diadsorsi
sangat bergantung pada luas permukaan yang
dimiliki zat pada tersebut. Dengan demikian,
secara tidak langsung teori ini dapat
dipergunakan untuk menentukan luas
permukaan zat padat.
METODE BET
Metode BET memberikan informasi tentang
luas permukaan spesifik zat padat. Dengan
demikian metode ini dapat digunakan untuk
memperkirakan ukuran rata-rata partikel zat
padat. Untuk material berpori, luas permukaan
spesifik ditentukan oleh porositas zat padat.
Dengan demikian metode BET juga dapat
digunakan untuk menentukan porositas zat
padat.
METODE BET
Landasan utama teori BET adalah
(a) molekul dapat teradsoprsi pada permukaan
zat padat hingga beberapa lapis. Teori ini lebih
umum dari teori adsorpsi satu lapis molekul
dari Langmuir.
(b) Juga dianggap bahwa tidak ada interaksi
antar molekul gas yang teradsorpsi pada
permukaan zat padat.
(c) Lalu, teori adsorpsi satu lapis dari Langmuir
dapat diterapkan untuk masing-masing lapis
gas.
METODE BET
Dengan asumsi di atas, BET mendapatkan
persamaan umum yang menerangkan keadaan
molekul yang teradsorpsi pada permukaan zat
padat.
P = tekanan keseimbangan
P = tekanan saturasi
= jumlah gas yang teradsopsi
m = jumlah gas yang teradsoprsi pada satu lapis
c = konstanta BET yang memenuhi
E1 =kalor adsorpsi lapisan pertama
METODE BET
Berdasarkan nilai m maka dapat dihitung luas
permukaan total sampel yang diukur
METODE
SCHERRER
METODE SCHERRER
METODE SCHERRER
Ketiadaan TEM tidak menghalangi untuk
menentukan ukuran partikel nano meskipun
dengan pendekatan yang tidak terlalu akurat.
Metode yang sering digunakan orang sebagai
alternatif adalah metode Scherrer. Ukuran
kristallin ditentukan berdasarkan pelebaran
puncak difraksi sinar-X yang muncul.
Metode ini sebenarnya memprediksi ukuran
kristallin dalam material, bukan ukuran partikel.
Jika satu partikel mengandung sejumlah
kritallites yang kecil-kecil maka informasi yang
diberikan metiode Schrerrer adalah ukuran
kristallin tersebut, bukan ukuran partikel.
METODE SCHERRER
Berdasarkan metode ini, makin kecil ukuran
kristallites maka makin lebar puncak difraksi
yang
dihasilkan, seperti diilustrasikan pada
gambar.
Makin lebar puncak difraksi sinar-X maka makin
kecil ukuran kristallites. Ukuran kristallites yang
menghasilkan pola difraksi pada
gambar bawah lebih kecil
daripada ukuran kristallites yang
menghasilkan pola difraksi atas.
METODE SCHERRER
Hubungan antara ukuran ksirtallites dengan
lebar puncal difraksi sinar-X dapat diproksimasi
dengan persamaan Schrerer,
Dengan :
D = ukuran (diameter) kristallites
= panjang gelombang sinar-X yang digunakan
B = sudut Bragg
B = FWHM satu puncak yang dipilih
METODE SCHERRER
contoh pola difraksi sinar-X sampel yttrium
oksida (Y2O3) yang dibuat dengan pemanasan
dalam larutan polimer.
Bagaimana menentukan
ukuran kristallin?
METODE SCHERRER
Yang pertama dilakukan adalah menentukan
FWHM. Untuk maksud ini pilih satu puncak
yang paling jelas. Disini puncak yang dipilih
lokasinya sekitar sudut 30o. Gambar ulang pola
difraksi hanya dengan melibatkan data sekitar
sudut 30o.
METODE SCHERRER
Gambar berikut adalah pola difraksi yang
diperoleh dengan mengambil jangkauan sudut
antara 28o sampai 30,5o.
METODE SCHERRER
Dengan fiiiting Lorentzian menggunakan
software Origin Microcal, kita dapatkan hasil
seperti pada gambar. Data yang diperoleh dari
fitting tersebut adalah luas kurva = 616,83,
pusat kurva = 29,205o, FWHM = 0,72371o,
offset = 391,91, dan tinggi = 542,60.
METODE SCHERRER
Karena sumbu datar adalah sudut dinyatakan
dalam 2 maka yang digunakan sebagai B
adalah setengahnya yaitu B = 0,72371o/2 =
0,361855o = 0,361855/180 rad = 0,006312
rad.
Panjang gelombang sinar-X yang digunakan
dalam eksperimen adalah 0,1540598 nm.
Dengan dmikian, perkiraan ukuran kristallin
adalah
D 0,1540598/(0,006312 cos(29,205) 26
nm.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
Karakterisasi zat padat penting
dilaksanakan untuk mengetahui sifat-sifat
fisik ataupun kimia suatu material.
Karakterisasi zat padat dapat dilakukan
dengan berbagai macam instrumen dan
metode. Beberapa diantaranya adalah :
SEM, TEM, TGA, X-RD, Medote BET, Metode
Scherrer
TERIMA KASIH