Anda di halaman 1dari 30

1

PT. DUTARAYA
DINAMETRO

Nama Pekerjaan
Lokasi
Satuan Kerja
Balai Besar Wilayah

: Normalisasi Saluran Induk Tarum Timur BTT 20BTT 22c dan BTT 22- BTT 27, dan BTT 38-43 (3 km) dan
T 47-BTT 50 dan BTT 52-BTT 53 (6 km) Kab. Subang
: Kabupaten Subang
: Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Citarum
Sungai Citarum
: 2015

Tahun Anggaran

A. MAKSUD & TUJUAN


Metode Pelaksanaan proyek pada hakekatnya adalah proses merubah sumber daya
dan dana tertentu secara terorganisasi menjadi hasil pembangunan yang mantap sesuai
dengan tujuan dan harapan-harapan awal. Kesemuanya harus dilaksanakan dalam jangka
waktu terbatas. Sementara itu pada sisi lain disadari bahwa metode pelaksanaan proyek
pada umumnya merupakan suatu rangkaian mekanisme tugas atau kegiatan yang
rumit yang mengandung berbagai permasalahan serta kesulitan tersendiri berdasarkan
atas kondisi yang kompleks tersebut, yang membawa kita kepada suatu pertanyaan
besar, bagaimana agar suatu proyek dapat diselesaikan dengan tepat waktu, tepat
mutu, dan tetap dalam batas-batas anggaran biaya yang telah direncanakan.
Untuk mendukung Satuan Kera Pelaksanaan Jaringan Pemanfaatan Air Citarum
Balai Besar Wilayah Sungai Citarum dalam hal pelaksanaan pekerjaan Normalisasi
Saluran Induk Tarum Timur BTT 20-BTT 22c dan BTT 22-BTT 27, dan BTT 38-43
(3 km) dan T 47-BTT 50 dan BTT 52-BTT 53 (6 km) Kab. Subang, maka kami
sajikan Metode Pelaksanaan Pekerjaan untuk mencapai hasil yang optimal ditinjau
dari kualitas, kuantitas, dan tepat waktu penyelesaiannya.
Maksud dari Metode Pelaksanaan Pekerjaan ini adalah untuk menyelesaikan seluruh
Pekerjaan tersebut, sesuai dengan spesifkasi teknik yang ditetapkan dalam Rencana
Kerja dan Syarat-syarat (RKS) dengan tahap pelaksanaan yang sistimatis berdasarkan
sumber daya yang tersedia.
Tujuan dari Metode Pelaksanaan Pekerjaan ini sebagai pedoman teknis pelaksanaan di
lapangan yang harus diikuti oleh Pelaksana Lapangan dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan sesuai dengan spesifkasi teknis yang telah ditetapkan dalam RKS dan kontrak
yang telah di sepakati, serta memberikan gambaran mengenai tata cara kerja, dengan
sasaran agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan sesuai dengan jadwal waktu yang
telah di sepakati dalam Kontrak serta untuk mendapakan hasil akhir pekerjaan sesuai
dengan harapan bersama.
Pekerjaan tersebut diatas dilaksanakan dengan perkiraan jangka waktu pelaksanaan
selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender. Dengan waktu yang cukup
singkat ini maka untuk schedule pelaksanaan kami sampaikan dalam barchart.

Normalisasi Saluran Induk Tarum Timur BTT 20-BTT 22c dan BTT 22-BTT 27,
dan BTT 38-43 (3 km) dan T 47-BTT 50 dan BTT 52-BTT 53 (6 km)
Kab. Subang

PT. DUTARAYA
Adapun metode
DINAMETRO

pelaksanaan
pelaksanaan pekerjaan.

proyek

ini

meliputi

beberapa

tahap

Normalisasi Saluran Induk Tarum Timur BTT 20-BTT 22c dan BTT 22-BTT 27,
dan BTT 38-43 (3 km) dan T 47-BTT 50 dan BTT 52-BTT 53 (6 km)
Kab. Subang

B. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan Normalisasi Saluran Induk Tarum Timur BTT 20-BTT 22c dan BTT 22BTT 27, dan BTT 38-43 (3 km) dan T 47-BTT 50 dan BTT 52-BTT 53 (6 km) Kab.
Subang meliputi pekerjaan dengan urutan kerja sebagai berikut :
I.

Kontrak dan Surat Perintah Mulai Kerja

(SPMK) II.
lain :

1.
2.
3.
4.

Pekerjaan Pendahuluan, antara


Pembersihan Lahan
Fasilitas Kantor Lapangan/Direksikeet dan Barak Kerja/Gudang
Penyediaan Listrik dan Air Kerja
Pembuatan Shop Drawing

III.
General Item, antara
lain :
1.
Mobilisasi Alat
2.
Survey, Pengukuran/Uitzet, dan Marking/Bouwplank
3.
Kistdam/Dewatering
4.
Papan Nama Proyek
5.
Pelaporan dan Dokumentasi
IV.
Pekerjaan Tanah, antara
lain :
1.
Stripping

2.
Galian Tanah dengan Alat Berat Jarak Buangan 0 1 km (dirapihkan dan
diratakan)
3.
Galian Tanah dengan Alat Berat Jarak Buangan 1 3 km (dirapihkan dan
diratakan)
4.
Galian Tanah dengan Alat Berat Jarak Buangan 3 5 km (dirapihkan dan
diratakan)

5.
Galian Tanah dengan
diratakan)
6.
Galian Tanah dengan
diratakan)
7.
Galian Tanah dengan
8.
Timbunan Tanah dari
dipadatkan)
9.
Timbunan Tanah dari
dipadatkan)
10.
Timbunan Tanah dari
dipadatkan)
11.
Timbunan Tanah dari
dipadatkan)
12.
Timbunan Tanah dari
dipadatkan)

Alat Berat Jarak Buangan 5 10 km (dirapihkan dan


Alat Berat Jarak Buangan > 10 km (dirapihkan dan
Tenaga Orang (dirapihkan dan diratakan)
Areal Borrow Area dengan Jarak < 1 km (dirapihkan dan
Areal Borrow Area dengan Jarak 1-3 km (dirapihkan dan
Areal Borrow Area dengan Jarak 3-5 km (dirapihkan dan
Areal Borrow Area dengan Jarak 5-10 km (dirapihkan dan
Areal Borrow Area dengan Jarak > 10 km (dirapihkan dan

V.

Pekerjaan Pembetonan, antara lain :


1.
Beton K-175
2.
Bekisting Expose
3.
Besi Tulangan Ulir

VI.

Pekerjaan Pasangan Batu, antara lain :


1.
Pasangan Batu Camp. 1 : 4
2.
Siaran Camp. 1 : 2
3.
Plesteran Camp. 1 : 3

VII.

Pekerjaan Pintu Air, antara lain :


1.
Pintu Sorong b = 0,40 m, h
Gigi)
2.
Pintu Sorong b = 0,50 m, h
Gigi)
3.
Pintu Sorong b = 0,60 m, h
Gigi)
4.
Pintu Sorong b = 0,70 m, h
Gigi)
5.
Pintu Sorong b = 0,80 m, h
Gigi)
6.
Pintu Sorong b = 0,90 m, h
Gigi)
7.
Pintu Sorong b = 1,00 m, h
Gigi)

= 0,50 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda


= 0,50 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda
= 0,50 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda
= 0,50 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda
= 1,00 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda
= 1,00 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda
= 1,00 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda

VIII. Pekerjaan Lain-lain, antara lain :


1.
Wheep Hole (Pipa Peresapan)
2.
Patok Kilometer
3.
Patok Hektometer
4.
Dolken dia. 7 10 cm, L = 3,00 m
IX.

Program Pendukung, antara lain :


1.
Manajemen Mutu
2.
Penerapan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Normalisasi Saluran Induk Tarum Timur BTT 20-BTT 22c dan BTT 22-BTT 27,
dan BTT 38-43 (3 km) dan T 47-BTT 50 dan BTT 52-BTT 53 (6 km)
Kab. Subang

X.

XI.

Pekerjaan Akhir, antara


lain :
1.
Pembuatan As Built Drawing
2.
Demobilisasi
Serah Terima Pekerjaan
(PHO)

Normalisasi Saluran Induk Tarum Timur BTT 20-BTT 22c dan BTT 22-BTT 27,
dan BTT 38-43 (3 km) dan T 47-BTT 50 dan BTT 52-BTT 53 (6 km)
Kab. Subang

FLOW CHART

MULAI
Dokumen Kontrak+ Gambar Tender

Mobilisasi Personil dan Alat

Penentuan Titik BM dan


Pengukuran / Uitzet
Perhitungan MC - 0%

Pembuatan Gambar Kerja

Pekerjaan Normalisasi
Saluran Induk Tarum Timur
Stripping

Galian Tanah dengan Alat


Berat dengan Jarak

Timbunan Tanah dari Borrow


Area dengan Jarak Angkut

Galian Tanah dengan


Tenaga Orang

Pembuatan Kistdam

Pekerjaan Pasangan Batu

Pekerjaan Pintu Air


Pekerjaan Lain-lain

Pekerjaan Pembetonan

Pembongkaran
Ki d

SELESAI

Normalisasi Saluran Induk Tarum Timur BTT 20-BTT 22c dan BTT 22-BTT 27,
dan BTT 38-43 (3 km) dan T 47-BTT 50 dan BTT 52-BTT 53 (6 km)
Kab. Subang

C. RENCANA KERJA DAN TEKNIS


PEKERJAAN
Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, kami sampaikan tahapan/metode pelaksanaan
pekerjaan secara umum. Setelah
ada Serah Terima Lapangan
maka pekerjaan
Normalisasi Saluran Induk Tarum Timur BTT 20- BTT 22c dan BTT 22-BTT 27,
dan BTT 38-43 (3 km) dan T 47-BTT 50 dan BTT 52-BTT 53 (6 km) Kab. Subang
dapat dilaksanakan.
I.
PENDAHULUAN

PEKERJAAN

1.

Pembersihan Lahan
Pekerjaan ini terdiri dari Pembongkaran dan pembuangan segala sesuatu
yang
ada
diatas permukaan tanah meliputi pembersihan semua pohon,
tebangan pohon, pecahan benda, semak belukar dan semua bahan yang tidak
dikehendaki.
Selama jangka waktu kegiatan pembangunan semua daerah disekitar jalur harus
dibersihkan dari
bahan-bahan yang tak terpakai, puing, dan sampah yang disebabkan oleh
kegiatan pembangunan dan bahan itu harus dibuang kecuali ada ketentuan lain
dari Direksi. Kontraktor harus menjaga lapangan dalam keadaan rapi dan teratur
sepanjang waktu.

2.

Fasilitas Kantor Lapangan/Direksikeet dan Barak Kerja/Gudang


Sebelum melangkah kepada pekerjaan Fisik Bangunan akan dibuat Direksikeet atau
Kantor Lapangan, yang dilengkapi dengan Furniture Sederhana, Papan Tulis,
Rak Buku. Untuk Penempatan Direksikeet akan ditempatkan pada area yang
strategis terhadap pekerjaan dan tidak mengganggu kelancaran kendaraan logistik
ke dalam dan dari luar Lokasi Pekerjaan.
Gudang harus dibuat tertutup dan terlindung dari pengaruh cuaca, dan
memenuhi persyaratan, dan kondisinya harus dijaga agar tetap kering dan
tidak lembab. Penyimpanan bahan harus diatur sedemikian rupa agar material
yang lebih dulu datang dapat lebih awal digunakan.

3.

Penyediaan Listrik dan Air Kerja


Penyediaan Listrik Kerja yang merupakan kebutuhan dalam melakukan
aktivitas pekerjaan terutama untuk mesin-mesin, serta untuk penerangan di
malam hari bila kerja lembur juga untuk kebutuhan lain seperti pemakaian
komputer dan lain-lain.

Normalisasi Saluran Induk Tarum Timur BTT 20-BTT 22c dan BTT 22-BTT 27,
dan BTT 38-43 (3 km) dan T 47-BTT 50 dan BTT 52-BTT 53 (6 km)
Kab. Subang

Listrik kerja tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan Genset atau


dapat juga dengan melakukan penyambungan sementara dari PLN yang tersedia
dilengkapi dengan meteran. Penyediaan Air Kerja untuk pekerjaan ini dilakukan
dengan 2 alternatif yaitu dengan membuat sumur pantek atau menyambung dari
sumber air yang ada, sehingga dapat digunakan sebagai air minum, mandi, dan
cuci.
Air kerja tersebut harus benar-benar bersih dan terbebas dari zat-zat kimiawi,
serta zat-zat organik lainnya yang dapat mebahayakan bagi manusia serta
bangunan.
Untuk
menjamin kebersihan air tersebut terlebih dahulu agar
dilakukan Tes Laboratorium.

Normalisasi Saluran Induk Tarum Timur BTT 20-BTT 22c dan BTT 22-BTT 27,
dan BTT 38-43 (3 km) dan T 47-BTT 50 dan BTT 52-BTT 53 (6 km)
Kab. Subang

4.

II.
1.

Pembuatan Shop Drawing


Untuk menjaga hal hal yang tidak di inginkan di dalam pelaksanaan
pekerjaan, maka kontraktor Akan membuat shop drawing yang di setujui oleh
Konsultan Pengawas, Konsultan Perencana, dan Owner. Shop drawing harus di
periksa dan disetujui oleh direksi pekerjaan untuk dilakukan perhitungan volume
actual (MC-0) dan pelaksanaan dilapangan. Shop drawing dibuat/didesain
berdasarkan data hasil pengukuran lapangan yang telah dilakukan.

GENERAL
ITEM
Mobilisasi
Peralatan dan material akan dimobilisasi ke lokasi pekerjaan dengan
penempatan stock pile material di tempat yang aman disisi lokasi pekerjaan.
Untuk direksikeet dan barak kerja akan ditempatkan di dekat lokasi pekerjaan.
Seluruh fasilitas lapangan akan dimobilisasi bersamaan dengan seluruh personil
kontraktor.
Selama masa mobilisasi pihak Kontraktor akan melakukan koordinasi dan
meminta ijin lokasi dengan masyarakat setempat, sebagai pencegahan terhadap
polusi, mobilisasi material dan suara bising yang timbul selama masa pekerjaan.
Peralatan yang akan dimobilisasi antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

2.

Bulldozer
Excavator Standar
Excavator Long Arm
Vibro Roller
Stamper

6.
7.
8.
9.
10.

Concrete Mixer
Concrete Vibrator
Water Pump
Ponton
Dump Truck

Survey, Pengukuran/Uitzet, dan Marking/Bouwplank


a. Pekerjaan Survey/Identifkasi Lapangan
Pekerjaan survey lapangan dilaksanakan guna untuk mengetahui tentang
adanya instalasi atau utilitas dibawah tanah atau diatas tanah yang
menempati lahan proyek yang akan langsung mengganggu pelaksanaan
pekerjaan. Utilitas dapat berupa seperti instalasi listrik, instalasi gas, instalasi

air, instalasi telepon dan instalasi lainnya, sehingga dapat dilindungi


keberadaannya dan tetap dapat melayani fungsinya masing-masing dan jika
terpaksa harus dipindahkan maka diperlukan relokasi utilitas tersebut ke
daerah yang lebih aman dan dapat berfungsi seperti sedia kala.

b.
Pekerjaan
Pengukuran/Uitzet
Pengukuran dan pematokan daerah batas pekerjaan dan ketinggiannya
untuk perencanaan dan pembuatan gambar kerja (shop drawing) sebagai
acuan lapangan,
dengan
berpedoman pada dokumen tender dengan
menyesuaikan kondisi di lapangan, jika terjadi perubahan- perubahan dilakukan
asistensi ke direksi lapangan.
c.
Pekerjaan
Marking/Bouwplank
Pemasangan bouwplank dilakukan dengan menggunakan kayu kelas 2
dengan tiang dari dolken dia. 7-10 cm, jarak tiang berkisar antara 2 meter.
Permukaan bagian atas dibuat rata/Waterpass. Pada titik As rencana dipasang
tanda-tanda dari paku, dan setelah dilakukan pengecekan kembali bersama
direksi lapangan/konsultan pengawas, atas kebenarannya dari semua ukuran
segera diberi tanda dengan cat merah.
Pekerjaan Pengukuran (setting out) akan dilaksanakan untuk
mengetahui :
1.
Batas - batas
pekerjaan
2. Posisi bangunan yang
ada.
3. Menentukan elevasi dan koordinat konstruksi yang akan
dikerjakan.
Pelaksanaan
pekerjaan :
Tim pengukuran yang bertugas untuk mengecek gambar yang ada dan
membuat data awal.
Data awal akan dipakai dalam pembuatan Shop Drawing untuk pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
- Pengecekan titik-titik referensi (existing BM) dengan theodolite dan waterpass
sehingga dapat diketahui koordinat (x,y,z) titik-titik BM yang sesungguhnya
lalu dibandingkan dengan data- data titik BM dalam gambar untuk
mengatahui apakah BM tersebut masih baik atau sudah rusak.
Pembuatan/pemasangan BM permanent di tempat yang aman dan mudah
terlihat agar tidak
terganggu
selama
masa
pekerjaan.
- Pelaksanaan pengukuran akan dilakukan team pengukuran yang dikoordinir
oleh seorang surveyor yang sudah berpengalaman pada bidangnya.
Alat yang digunakan adalah Theodolite dan Waterpass lengkap dengan baak
ukur allumunium panjang 4 m.
Hasil pengukuran akan dilaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi
Pekerjaan untuk mendapatkan comments atau approval.
Untuk selanjutnya data hasil pengukuran/survey lapangan tersebut dapat dipakai
sebagai bahan untuk menyiapkan rekayasa engineering, dan perhitungan
volume MC-0, serta sebagai acuan dalam pelaksanaan pekerjaan fsik.

3.

Kistdam/Dewatering
Kistdam dibuat untuk menahan air sementara agar lokasi pekerjaan dapat
dikeringkan. Kisdam dapat dibuat dari cerucuk, dan bahan yang dapat ditimbun
untuk mengelakkan air. Penimbunan dilakukan dengan Excavator. Setelah
kistdam selesai dibuat untuk seterusnya lokasi pekerjaan dikeringkan dengan
menyedot air menggunakan pompa air.

4.

Papan Nama Proyek


Papan Nama Proyek dibuat untuk memberikan informasi seluas luas nya
kepada masyarakat tentang keberadaan pekerjaan.
Papan nama terbuat dari multyplek dan kayu kaso dengan pondasi adukan
semen, pasir dan split.

5.

Pelaporan dan Dokumentasi


Pengambilan
gambar pada saat kondisi
0%, 50%, dan 100% sebagai
dokumentasi
proyek dan kelengkapan pada pelaporan pekerjaan yang
dilaksanakan, yang dibuat dalam rangkap 5 serta file digital.
Penentuan lokasi untuk pekerjaan utama yang akan difoto dapat dengan
persetujuan Direksi.

III. PEKERJAAN TANAH


1.

Stripping
Yang dimaksud dengan pekerjaan pengupasan tanah lapis atas (stripping)
adalah pengupasan tanah lapis atas yang banyak mengandung bahan organik:
rumput, akar-akaran maupun bahan non-organik dan membuang material hasil
kupasan tersebut dari lokasi pekerjaan atau lokasi lain. Pengupasan lapisan
tanah bagian atas dilaksanakan setebal 20 cm atau sesuai dengan gambar
kerja kecuali bila ditentukan lain oleh Pengguna Jasa. Kami sebelum melaksanakan
pekerjaan ini terlebih dahulu harus mendapatkan persetujuan Pengguna Jasa
tentang batas wilayah yang tanah lapisan atasnya akan dikupas dan lokasi
pembuangan material hasil kupasan. Sebelum timbunan dilaksanakan, stripping
dahulu permukaan humus/top soil agar tidak terjadi settlement,
Pekerjaan
stripping membuang top soil yang jelek, agar timbunan tidak mengalami
penurunan.
Metode
pelaksanaan :
- Survey dan setting
out
Tentukan batas batas
pekerjaan
Penyiapan lahan
disposal
- Pembongkaran, pengupasan, pengangkutan, dan pembuangan ke
disposal area.
Alat yang digunakan Bulldozer, Dump
Truck.
Untuk perapihan dan pekerjaan minor dilakukan dengan
tenaga manusia
Bulldozer

2.
-

Galian
Jarak
Jarak
Jarak
Jarak
Jarak

Hasil kupasan tanah

Tanah dengan Alat Berat dan Dibuang (Dirapihkan dan Diratakan)


Buangan 0 1 Km
Buangan 1 3 Km
Buangan 3 5 Km
Buangan 5 10 Km
Buangan > 10 Km

Pekerjaan ini mencakup galian tanah dengan alat berat termasuk


penanganannya. Cara Pelaksanaannya :
- Siapkan gambar kerja/shop drawing bersama dengan Direksi Pekerjaan.
- Persiapkan peralatan yang akan digunakan ke lokasi pekerjaan.

Ijin ke Direksi Pekerjaan untuk melaksanakan


pekerjaan galian untuk
mendapat persetujuan cara, section, dan alat untuk menggali.
Sebelum pekerjaan galian dimulai dilakukan inspeksi kondisi alat, alat
pelindung diri (sepatu safety, helm), rambu-rambu berserta petugas pengatur
lalu lintas dilengkapi bendera merah dan semua harus dipersiapakan terlebih
dahulu. Penggalian dilakukan dengan menggunakan Excavator.
Tentukan lokasi/jalan alat untuk masuk ke dalam sungai.

Persiapkan Truck Crane sedemikian rupa sehingga bisa mengangkat


alat yang akan digunakan untuk menggali (Ponton dan Excavator Long Arm)
dengan tidak menganggu (merusak) utilitas di sekitar pekerjaan.
- Ponton yang sudah siap diangkat dengan Truck Crane kedalam sungai
kemudian disusul
Excavator Long Arm yang ditempatkan diatas ponton.
- Hasil galian dari Excavator Long Arm diatas Ponton dibawa ke pinggir sungai
dengan cara estafet.
- Tempatkan Excavator Standart untuk loading di tempat penumpukan
sementara hasil galian alat berat dengan posisi sebaik mungkin sehingga
excavator dapat bergerak/bermanuver dengan maksimal.
- Hasil galian sementara di loading dengan Excavator ke Dump Truck yang telah
disiapkan.
- Dump Truck yang digunakan untuk mengangkut hasil galian pada bagian
baknya di lapisi terpal agar tidak tercecer selama di perjalanan menuju
ke Dumping Area yang telah ditentukan.
- Dalam perjalanan ke Dumping Area, operator Dump Truck harus
memperhatikan
hasil muatan dan memastikan muatan hasil galian tidak
tercecer di jalan.
- Setelah sampai di Dumping Area hasil galian ditempatkan pada area yang telah
ditentukan.
- Untuk perapihan di Dumping Area menggunakan Bulldozer dan Excavator.
- Setelah pekerjaan selesai, pengukuran bersama hasil pekerjaan dilakukan
dengan
Direksi Pekerjaan dan setelah disetujui dapat dibuat berita acara
pemeriksaan pekerjaan sebagai dasar untuk menjadikan hasil pekerjaan pada
prestasi pekerjaan.
-

3.

Galian Tanah dengan Tenaga Orang


Pekerjaan Galian tanah ini dilakukan dilokasi pekerjaan saluran pada bangunan
sehingga memerlukan galian yang sangat hati-hati terhadap ukuran galian yang
diinginkan sesuai gambar rencana.

Pekerjaan galian dianggap selesai setelah di cek hasil galian tersebut sesuai
dengan ukuran yang ditetapkan digambar.
Buangan tanah hasil galian dikondisikan ditempat aman dari pekerjaan
selanjutnya.

4.
-

Timbunan Tanah dari Areal Borrow Area (Dirapihkan dan Dipadatkan)


Jarak Angkut < 1 Km
Jarak Angkut 1 3 Km
Jarak Angkut 3 5 Km
Jarak Angkut 5 10 Km
Jarak Angkut > 10 Km

Pekerjaan timbunan yang dimaksud adalah timbunan yang materialnya bisa


diambil dari luar lokasi pekerjaan (didatangkan dari luar) atau diambil dari hasil
galian dan kemudian dipadatkan.
Cara pelaksanaan :
Material untuk timbunan harus memenuhi persyaratan spesifkasi, bebas
dari bahan-bahan organic dan mendapat persetujuan dari Direksi.
Dasar tanah yang akan ditimbun dipadatkan seperlunya sesuai persyaratannya.

Excavator akan memuat material timbunan pilihan ke dalam dump truck di


lokasi quarry atau lokasi galian.

Dump truck akan mengangkut


material
tersebut
dari quarry dan
menuangkannya ke lokasi pekerjaan.
Pastikan bahwa lokasi yang akan dipasang timbunan pilihan sudah bersih
dari sampah organik atau kotoran.
Pasang
patok
yang diperlukan
sebagai
acuan
untuk
menentukan
panjang, lebar, dan ketebaalan timbunan pilihan.
Material timbunan harus ditempatkan ke permukaan yang telah disiapkan dan
disebar dalam lapisan yang merata yang bila dipadatkan akan memenuhi
toleransi tebal lapisan yang disyaratkan.
Bilamana timbunan dihampar lebih dari satu lapis, lapisan-lapisan tersebut
sedapat mungkin dibagi rata sehingga sama tebalnya.
Tumpahan tanah timbunan dari dump truck digusur dan diratakan dengan
bulldozer untuk mencapai ketebalan hamparan lebih kurang 30cm.
Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis
harus dipadatkan dengan peralatan pemadat yang memadai dan disetujui
sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.
Pemadatan
dilakukan
menggunakan
Vibro
roller
dengan
lintasan
sebanyak percobaan pemadatan yang telah dilakukan.
Bidang
pemadatan
harus
overlapping
lebih kurang
15 cm agar
seluruh permukaan dapat dipastikan telah padat.
Tepi hamparan dan level permukaan akan dirapikan oleh sekelompok pekerja
dengan menggunakan alat Bantu.

Lapisan pertama yang telah selesai dipadatkan diambil setiap jarak 50


meter dan diperiksa kepadatannya dan dibandingkan dengan kepadatan
standar.
Bila kepadatannya telah mencapai dan memenuhi persyaratan, maka
lapisan berikutnya baru boleh dihampar.

Gambar : Pekerjaan Timbunan, Gelaran, dan Pemadatan


Diagram Pekerjaan
Pemadatan :

Timbunan,

Gelaran,

dan

IV. PEKERJAAN PEMBETONAN


1.

Beton K-175
Sistem pencampuran beton dibuat dengan site mix yaitu dengan campuran yang
dipakai sesuai dengan mutu dan kekuatan dari gambar rencana yang ada,
dan dengan uji dan tes yang mendapat persetujuan dari Direksi.

Cara pelaksanakan :
Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan yang berkaitan dengan
pengecoran telah di setujui oleh Direksi.
Permukaan cetakan harus bersih dari kotoran kotoran.
Setelah beton dituangkan dalam cetakan segera dipadatkan dengan alat
penggetar secara merata.
Jika ada penyambungan tulangan pada bagian tertentu harus dikonsultasikan
dengan Direksi
Cara pengujian beton :
Pengujian mutu dilakukan berdasarkan ketentuan yang ada dalam SNI, PUBI, &
NI-2
Uji kerucut beton untuk mutu adukan harus dilaksanakan berdasarkan pasal 4.4
NI-2
Uji kubus beton untuk mengetahui tekanan karakteristik beton, harus
dilakukan berdasarkan pasal 4.5. NI 2
BAGAN ALIR PEKERJAAN BETON :

2.

Bekisting Expose
Cara pembuatan dan pembukaan Bekisting :
Cetakan dibentuk menyesuaikan dengan bentuk beton yang akan dicor.
Bahan yang dipakai lembaran multiplek 9 mm atau dari papan yang diserut
halus
Cetakan permukaan harus dilapisi oil form guna menghasilkan permukaan
beton yang halus dan rata
Pembongkaran bekisting dari beton harus seijin direksi.
Kayu penguat harus ditempatkan disudut dari cetakan untuk menghasilkan
tepi tepi yang melereng pada permukaan beton yang selalu kelihatan.

3.

Besi Tulangan Ulir


Bahan tulangan yang dipakai adalah batang tulangan ulir berpenampang
bulat polos dengan spesifkasi ST 1400 (60kg) / m3 beton.
Pembengkokan Tulangan :
Tulangan harus bersih dari kotoran karat, minyak oli dan lapisan yang
mengurangi daya lekat beton
Tulangan harus dibengkokan sesuai gambar rencana
Tulangan yang sudah ditekuk tidak boleh diluruskan atau dibengkokan lagi
Pemasangan Tulangan :
Pemasangan tulangan ditempatkan secara tepat dan tahan terhadap
pergeseran dengan menggunakan ikatan kawat yang sesuai.
Jarak minimum antar batang tulangan yang sejajar dalam satu lapisan sama
dengan diameter batang terbesar.
BAGAN ALIR PEKERJAAN
PEMBESIAN

V.

PEKERJAAN PASANGAN
BATU

1.

Pasangan Batu Camp. 1 : 4


Cara Pelaksanaannya :
o Pekerjaan Pasangan Batu Camp. 1Pc : 4Psr ini dilaksanakan setelah hasil
galian pondasi selesai dilaksanakan dan telah di cek kedalaman galian tersebut
sudah sesuai dengan gambar kerja.
o Profil untuk konstruksi pasangan batu telah terpasang dan telah sesuai
dengan rencana gambar.
o Material kebutuhan untuk pasangan batu 1Pc : 4Psr sudah dinyatakan baik dan
layak untuk digunakan sebagai Camp. 1Pc : 4Psr.
o Tenaga kerja sudah sesuai dengan kebutuhan.
o Peralatan adukan/molen siap pakai.
o Tempat kotak adukan sudah tersedia.
o Dolak takaran pasir ukuran 25 x 40 x 40 cm siap ada.
o Batu di buat profl-profil yang berfungsi sebagai pedoman kemiringan dan arah
pasangan batu dan profl -profl tersebut diperiksa dan mendapat ijin dari
direksi.
o Penyusunan batu harus kokoh disusun bergigi dan tidak boleh terdapat
celah/rongga.
o Tembok pasangan bagian luar yang terlihat, permukaan tembok tersebut dapat
dipasang batu
muka yang disusun baik dengan ukuran rata-rata sama besar dengan bentuk
tidak harus sama,
tidak bersinggangan antara batu dan batu lain dengan jarak 2 cm,
ruang tersebut diisi dengan spesi camp. 1Pc : 2Psr.
o Pada pekerjaan finishing , permukaan atas harus rata/tidak bergelombang.
o Bagian tembok yang akan ditimbun tanah, permukaannya di barabe dengan
adukan spesi 1Pc
: 4Psr. Sehingga rongga maupun celah yang ada tertutup dengan adukan.

2.

Siaran Camp. 1 : 2
Pekerjaan Siaran Camp. 1 Pc : 2 Psr ini dilaksanakan pada tembok bagian
luar/yang terlihat, sebelum pelaksanaan kegiatan dimuali celah ruang antara batu
dan batu jarak rata-rata 2 Cm dikorek terlebih dahulu dibersihkan dari adukan
yang terkorek dengan cara disiram air.
Celah ruang antara batu tersebut disiar dengan menggunakan adukan spesi
Camp. 1 Pc : 2 Psr. Pada bagian siar tegak maupun arah mendatar, tidak bleh
harus melebihi dua permukaan batu, karena akan mengurangi estetika yang
baik.

3.

Plesteran Camp. 1 : 3
Pekerjaan Plesteran ini dilaksanakan pada tembok bagian permukaan top
atas, pinggul ujung pasangan atau bagian-bagian yang memang perlu untuk di
plester.

Sebelum kegiatan plesteran dilaksanakan, maka bagian bidang yang akan di


plester harus bersih dari kotoran dan lumat/jamur dan disiram dengan air.
Setelah itu baru pekerjaan plesteran camp. 1 Pc : 3 Psr dapat dilaksanakan
sesuai kebutuhan gambar kerja dengan ketebalan 1.5 Cm.
Hasil pekerjaan plesteran tersebut merupakan bagian akhir dari pasangan
tembok, maka hasil permukaannya rata (water pass) kuat dan tidak kopong bila
diketo-ketok.
Untuk menghindari retak-retak maka setelah jadi plesteran tersebut harus sering
disiram air, agar panas matahari tidak terlalu tinggi terhadap tembok tersebut.

VI. PEKERJAAN PINTU


AIR
1.

Pintu Sorong
- Ukuran b = 0,40
Gigi)
- Ukuran b = 0,50
Gigi)
- Ukuran b = 0,60
Gigi)
- Ukuran b = 0,70
Gigi)
- Ukuran b = 0,80
Gigi)
- Ukuran b = 0,90
Gigi)
- Ukuran b = 1,00
Gigi)

m, h = 0,50 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda


m, h = 0,50 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda
m, h = 0,50 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda
m, h = 0,50 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda
m, h = 1,00 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda
m, h = 1,00 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda
m, h = 1,00 m (Satu Poros Pemutar Biasa tanpa Roda

Semua pintu dipasang dengan komponen lain yang


diperlukan. Pintu tersebut direncanakan mampu
menahan :
- Beban Air
- Beban Tanah dan Pasir
- Beban beban yang disebabkan naik turunnya pintu termasuk gesekan
- Berat sendiri
Rangka Pengarah akan menahan beban kejut dikarenakan kedudukan pintu
pada kecepatan mendadak.
Pengangkatan yang dioperasikan dengan tangan harus sanggup untuk
menaikkan atau
menurunkan pinrtu termasuk semua bahan gesekan dan gaya tarik kebawah
selama operasi. Dalam pemasangannya pintu sorong dipasang Blockout
menurut gambar rencana. Rangka pengarah akan diangkut ke beton dasar
dan ankur harus kuat dan tetap ditempatnya selama beton atau adukan
dituangkan.
VII. PEKERJAAN LAINLAIN
1.

Wheep Hole (Pipa Peresapan)


Wheep hole terbuat dari pipa PVC dia. 2 yang dipotong sepanjang 30-40 cm atau
disesuaikan dengan lebar konstruksi kemudian diisi ijuk, split, dan pasir. Sulingsuling dipasang diantara pasangan batu/konstruksi beton dan sesuai petunjuk
Direksi. Fungsi dari suling-suling ini adalah untuk mengalirkan air hujan yang
masuk kedalam pori-pori tanah di sisi pasangan batu kali tanpa membawa
butiran-butiran tanahnya sehingga dapat mengurangi daya dorong tanah
terhadap pasangan batu tersebut.

2.

Patok Kilometer
Cara Pelaksanaannya :

o Patok Kilometer terbuat dari beton bertulang K 175 ditandai dengan nomor
dan informasi tentang kilometer Saluran Induk Tarum Timur seperti yang
ditunjukkan dalam gambar kerja.
o Patok Kilometer dipasang setiap 1.000 m di atas tanah setelah pekerjaan
konstruksi selesai.
o Patok Kilometer ditempatkan di lokasi yang tidak mudah terganggu dan
atas persetujuan
Direksi
Pekerjaan.
3.
Patok
Hektometer
Cara Pelaksanaannya :
o Patok Hektometer terbuat dari beton bertulang K 175 ditandai dengan nomor
dan informasi tentang hectometer Saluran Induk Tarum Timur seperti yang
ditunjukkan dalam gambar kerja.

o Patok Hektometer dipasang disepanjang Saluran Induk Tarum Timur dengan


jarak 100 m antara patok hectometer di atas tanah setelah pekerjaan
konstruksi selesai.
o Patok Hektometer ditempatkan di lokasi yang tidak mudah terganggu dan
atas persetujuan
Direksi Pekerjaan.
4.

Dolken dia. 7 10 cm, L = 3,00 m


Syarat bahan : kayu yang berkualitas seperti RKS, Tua, harus diupas dan
tidak cacat, tidak busuk, tidak retak melingkar.
Tampang yang mengecil tiba-tiba tidak boleh lebih dari sepertiga diameter
rata-rata tiang.
Cara
Pemancangan :
a.
Letak/posisi titik pancang ditentukan terlebih dahulu dengan
persetujuan dari direksi.
b. Setelah posisi titik final kayu dipasang pada titik tersebut dan pemancangan
dilakukan dengan mendorong/menusuk kayu dolken menggunakan bucket
excavator.
c. Pekerja akan menjaga posisi pemancangan agar kayu dolken tidak
meleset dari titik pemancangan.
d.
Segala perlengkapan cara pemancangan tersebut harus
disetujui oleh direksi.

Gambar : Pemancangan Tiang Kayu


Dolken
VIII. PROGRAM PENDUKUNG
1.

Manajemen Mutu
Dalam usaha untuk memenuhi tuntutan mutu maka akan ditunjuk seorang petugas
sebagai pengendali mutu. Pengendalian mutu merupakan salah satu langkah
untuk pencapaian sasaran akhir perusahaan dalam menyelesaikan setiap proyek
yang ditangani yaitu Biaya Hemat, Mutu Cermat, dan Waktu Tepat. Perusahaan
sudah menerapkan standar pengendalian mutu dalam bagian alir pengendalian
mutu

Proses pengendalian mutu mencakup segala bidang yang terlibat dalam


proses produksi baik
SDM, material, peralatan, proses, sarana kerja dan
subkontraktor. a. SDM
Memilih SDM yang bermoral baik dan mempunyai pengalaman sejenis
Pengarahan dan pembinaan
Monitor dan
pelaporan b. Material
Pengujian sampel bahan
Pemilihan sumber material (kuantitas dan kualitas) yang memadai
Pemilihan supplier
Jadwal kebutuhan material
Cara penyimpanan
Cara handling
Monitor dan
pelaporan c. Peralatan
Pemilihan jenis alat yang sesuai
Kalibrasi untuk alat tertentu (ukuran, takaran, timbangan)
Pemilihan sumber alat (kuantitas, umur dan kualitas) yang memadai
Pemilihan supplier alat yang baik
Pemilihan operator yang baik dan berpengalaman
Jadwal kebutuhan alat
Penyediaan bahan bakar
Penyediaan suku cadang
Control service
Monitor dan
pelaporan d. Proses
Trial mix, trial embankment, job mix
Peralatan yang sesuai
Kompososi yang sesuai
Standar proses
Metode Pelaksanaan
Cek hasil
Monitor dan pelaporan
2.

Penerapan Program Keselamatan dan


Kesehatan Kerja (K3)
Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor melakukan survei untuk mengetahui lebih
detail situasi lalulintas di lokasi proyek, untuk merencanakan
pengaturan lalu
lintas (traffic management). Diharapkan dengan pengaturan lalulintas yang
terencana baik kondisi kemacetan dapat tereliminir.
Ditempatkan petugas untuk mengatur lalulintas kendaraan di lokasi pekerjaan
dimana pekerja
harus memakai rompi kerja, serta rambu-rambu peringatan bagi pengendara
dan traffic cone harus dipasang untuk keamanan dan keselamatan pekerja dan
juga pengguna transportasi yang lewat.
Rambu peringatan bagi pengendara yang akan melewati lokasi pekerjaan
dipasang dari jarak yang cukup jauh dari lokasi pekerjaan hingga mendekati
lokasi pekerjaan dengan interval jarak yag cukup untuk tiap tiap rambu.
Sedangkan trafk cone dipasang disekitar lokasi pekerjaan sehingga kendaraan
yang lewat dapat mengantisipasi para pekerja di lokasi pekerjaan.
Untuk memberi batas antara lokasi pekerjaan dan jalur lalulintas yang
bisa dilalui oleh

kendaraan umum digunakan pagar seng gelombang rangka kayu dan


sebagian kecil dengan concrete barrier dilokasi jalan yang dikerjakan. Pagar
dilengkapi dengan lampu bohlam.
Untuk menjaga keselamatan kerja seluruh staf dan pekerja yang terlibat dalam
kegiatan proyek, akan dibentuk unit K-3. Dalam menanggulangi gangguan
keselamatan kerja yang mungkin

terjadi, maka unit K-3 akan bekerja sama dengan instansi yang terkait dalam
keselamatan kerja. Unit K-3 mempunyai tugas antara lain untuk :
a.
Mengawasi kebersihan
daerah kerja
b.
Mengawasi penggunaan sarana keselamatan pekerja (helm, safety
belt, sepatu , dll)
c.
Mengawasi sarana keselamatan kerja (perlengkapan P3K, pemadam api,
bak sampah, dll)
d.
Menandai daerah bahaya
kecelakaan kerja
e.
Melakukan tindakan pertolongan pertama jika terjadi
kecelakaan

Cara
pelaksanaan :
Pada lokasi pekerjaan disediakan peralatan K3, seperti kotak P3K dan
APAR (Alat
Pemadam Api Ringan), dan ditempatkan pada tempat yang mudah
dijangkau.
Setiap orang baik personil, tenaga kerja maupun tamu yang berkunjung ke
lokasi pekerjaan wajib menggunakan perangkat keselamatan, seperti
pelindung kepala dan pelindung kaki.
Setiap area berbahaya yang terdapat di lokasi pekerjaan harus diberi
tanda peringatan.
Pada pintu gerbang atau akses menuju jalan raya diberi tanda TEMPAT
KELUAR / MASUK KENDARAAN PROYEK untuk memperingatkan kendaraan
lain yang sedang melintas.
Untuk pengaturan lalu lintas maka disediakan rambu dan tanda
peringatan,
traffic
cone, light cone, serta ditempatkan personil untuk
mengatur lalu lintas yang dilengkapi peralatan keselamatan, seperti jaket,
lampu.
IX. PEKERJAAN
AKHIR

1.

Pembuatan As Built Drawing


Pekerjaan As Built Drawing adalah membuat gambar yang telah dikerjakan
berdasarkan dari data-data pengukuran lapangan yang telah disepakati
bersama-sama oleh setiap pihak yang terlibat.

2.

Demobilisasi
Setelah seluruh pekerjaan telah selesai dilaksanakan dan diterima oleh Direksi
maka pekerjaan terakhir yang dilakukan adalah melakukan pembersihan akhir di
seluruh lokasi pekerjaan dengan melakukan demobilisasi bahan (yang sisa) dan
peralatan dari lokasi pekerjaan dalam waktu 1 minggu.

Anda mungkin juga menyukai