I.
PENDAHULUAN
Emfisema merupakan salah satu penyakit yang tergolong dalam
COPD (Chronic Obstructive Pulmonal Disease). Emfisema merupakan
kondisi peningkatan ukuran ruang udara, disertai dilatasi dan destruksi
jaringan paru di bagian distal dari bronkus terminal. kadang-kadang
terdapat hubungan defisiensi alfa 1-antitripsin (dimana emfisema secara
dominan menyerang lobus bawah). (R.Patel, 2005)
Udara pernafasan akan terdapat di dalam rongga jaringan
interstitial atau tetap berada di dalam rongga alveoli saja. Proses dapat
berjalan secara akut maupun kronik. Secara umum, emfisema paru- paru
ditandai dengan dipsnoea ekspiratorik, hyperpnoea dan mudahnya
penderita mengalami kelelahan.
II.
ETIOLOGI
Emfisema paling sering terjadi karena pelepasan berlebihan enzim
perusak misalnya tripsin dari makrofag alveolus sebagai mekanisme
pertahanan terhadap pajanan kronik asap rokok atau iritan lain. Pada dalam
keadaan normal terlindung dari kerusakan oleh enzim-enzim ini oleh 1antitripsin, suatu protein yang menghambat tripsin. (Sherwood, 2011)
Namun merokok adalah faktor terpenting. Merokok meningkatkan
produksi mukus dan mengurangi pemindahanannya dari saluran udara,
menghentikan fungsi-fungsi sel saluran udara yang mencerna organisme
penyebab penyakit, menyebabkan infeksi saluran udara, menghancurkan
udara paru-paru dan mengakibatkan pertumbuhan jaringan fibrous yang
tidak normal dalam cabang bronchi. (B.Cooper, 1996)
IV.
ANATOMI
V.
FISIOLOGI
Respirasi terdiri dari dua mekanisme, yaitu inspirasi dan ekspirasi.
Pada saat inspirasi costa tertarik ke kranial dengan sumbu di articulatio
costovertebrale, diafragma kontraksi turun ke caudal, sehingga rongga
thorax membesar, dan udara masuk karena tekanan dalam rongga thorax
yang membesar menjadi lebih rendah dari tekanan udara luar. Sedangkan
ekspirasi adalah kebalikan dari inspirasi (Ganong, 1999).
air.
orang dewasa pada pernapasan biasa kira-kira 500 ml. ketika menarik
napas dalam-dalam maka volume udara yang dapat kita tarik mencapai
1500 ml. Udara ini dinamakan udara komplementer. Ketika kita menarik
napas sekuat-kuatnya, volume udara yang dapat diembuskan juga sekitar
1500 ml. Udara ini dinamakan udara suplementer. Meskipun telah
mengeluarkan napas sekuat-kuatnya, tetapi masih ada sisa udara dalam
paru-paru yang volumenya kira-kira 1500 mL. Udara sisa ini dinamakan
udara residu. Jadi, Kapasitas paru-paru total = kapasitas vital + volume
residu =4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria.
Pertukaran Gas dalam Alveolus
Oksigen yang diperlukan untuk oksidasi diambil dari udara yang
kita hirup pada waktu kita bernapas. Pada waktu bernapas udara masuk
melalu saluran pernapasan dan akhirnyan masuk ke dalam alveolus.
Oksigen yang terdapat dalam alveolus berdifusi menembus dinding sel
alveolus. Akhirnya masuk ke dalam pembuluh darah dan diikat oleh
hemoglobin yang terdapat dalam darah menjadi oksihemoglobin.
Selanjutnya diedarkan oleh darah ke seluruh tubuh.
Oksigennya
dilepaskan
ke
dalam
sel-sel
tubuh
sehingga
PATOFISIOLOGI
Emfisema merupakan kelainan dimana terjadinya kerusakan pada
dinding alveolar, yang mana akan menyebabkan overdistensi permanen
ruang udara. Perjalanan udara terganggu akibat dari perubahan ini.
Terdapat 4 perubahan patologik yang dapat timbul pada pasien emfisema,
yaitu :
Hilangnya elastisitas paru
KLASIFIKASI
Emfisema dibagi menurut pola asinus yang terserang. Ada dua
bentuk pola morfologik dari emfisema yaitu:
1. CLE (emfisema sentrilobular)
CLE ini secara selektif hanya menyerang bagian bronkhiolus
respiratorius. Dinding-dinding mulai berlubang, membesar, bergabung
dan akhirnya cenderung menjadi satu ruang. Mula-mula duktus
alveolaris yang lebih distal dapat dipertahankan penyakit ini sering
kali lebih berat menyerang bagian atas paru-paru, tapi cenderung
menyebar tidak merata. CLE lebih banyak ditemukan pada pria
dibandingkan dengan bronchitis kronik, dan jarang ditemukan pada
mereka yang tidak merokok (Sylvia A. Price 1995).
2. PLE (emfisema panlobular)
Merupakan bentuk morfologik yang lebih jarang, dimana
alveolus yang terletak distal dari bronkhiolus terminalis mengalami
pembesaran serta kerusakan secara merata. PLE ini mempunyai
gambaran khas yaitu tersebar merata diseluruh paru-paru. PLE juga
ditemukan pada sekelompok kecil penderita emfisema primer, Tetapi
dapat juga dikaitkan dengan emfisema akibat usia tua dan bronchitis
kronik. Penyebab emfisema primer ini tidak diketahui, tetapi telah
diketahui adanya devisiensi enzim alfa 1-antitripsin. Alfa-antitripsin
adalah anti protease. Diperkirakan alfa-antitripsin sangat penting
2.
3.
4.
5.
Batuk kronis
Kehilangan napsu makan sehingga berat badan menurun
Kelelahan
Menghasilkan dahak kuning atau hijau, bibir dan kuku mereka
mungkin biru atau abu-abu yang rendah menunjukkan oksigen
dalam tubuh
6. Volume paru-paru lebih besar
7. Dan seperti tong (barel chest)
VII.2. DIAGNOSIS RADIOLOGIK
Berdasarkan radiologik
o Emfisema obstruktif :
a. Akut
b. Kronik
c. Bullous
o Emfisema non-obstruktif :
a. Kompensasi
b. Senilis (postural)
mucus
bronkus,
(mucous
pada
bagian
bronchial
yang
tebal,
mukosa
paru
radiologiknya
berupa
bayangan
d. Emfisema bulla
Bulla merupakan emfisema vesikuler setempat dengan ukuran
antara 1-2 cm atau
dibedakan
dengan
lebih
besar,
yang
kadang-kadang
sukar
radiologik
berupa
suatu
kantong
radiolusen
di
perifer lapangan paru, terutama bagian apeks paru dan bagian basal
paru dimana jaringan paru normal sekitarnya akan terkompresi sehingga
menimbulkan keluhan sesak nafas. (Malueka, 2006)
ini
merupakan
usaha
tubuh
secara
fisiologik
bertambah
sedangkan tinggi
toraks
secara
vertical
tidak
secara
lebih
radiologi
tampak
toraks
yang
radiolusen,
corakan
11
PEMERIKSAAN
X-Ray: dapat
1. Chest
menunjukkan hiperinflation
paru, flattened
(emfisema),
peningkatan
bentuk
bronchovaskular
dan PaCO2 normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) tetapi
seringkali menurun pada asthma, pH normal atau asidosis, alkalosis
respiratori ringan sekunder terhadap hiperventilasi (emfisema sedang atau
asthma).
7. Bronchogram: dapat menunjukkan dilatasi dari bronchi saat inspirasi,
eosinofil (asthma).
9. Kimia Darah: alpha 1-antitrypsin dilakukan untuk kemungkinan kurang
pada emfisema primer.
12
Sputum
10.
Kultur:
untuk
menentukan
adanya
infeksi,
disritmia (bronchitis), gel. P pada Leads II, III, AVF panjang, tinggi (bronchitis,
emfisema), axis QRS vertikal (emfisema).
12.
Exercise ECG, Stress Test: menolong mengkaji tingkat disfungsi
pernafasan,
mengevaluasi
keefektifan
obat
bronchodilator,
merencanakan/evaluasi program.
X.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan utama
pada
pasien
emfisema
adalah
untuk
paru
Memelihara kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk
memfasilitasi pernafasan.
Support psikologis
Patient education and rehabilitation.
Jenis obat yang diberikan :
Bronchodilators
Aerosol therapy
Treatment of infection
Corticosteroids
Oxygenation
DAFTAR PUSTAKA
B.Cooper, D. (1996). Disease penyakit. Jakarta: Gramedia.
13
LAPORAN KASUS
14
I.
II.
IDENTIFIKASI
Nama
: Tuan A
Umur
: 40 tahun
Jenis kelamin
: Laki - laki
Alamat
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Buruh bangunan
Agama
: Islam
ANAMNESA
Keluhan utama
Sesak napas
Riwayat perjalanan penyakit
Tuan A tinggal bersama istri dan dua anaknya. Tuan A mengeluh sesak
napas, batuk, dan nyeri di daerah dada sebelah kanan pada saat bernafas. Banyak
sekret keluar ketika batuk, berwarna kuning kental. Tuan A tampak kebiruan pada
daerah bibir dan dasar kuku. Tuan A merasakan sedikit nyeri pada dada. Tuan A
cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas.
Riwayat penyakit dahulu:
Tuan A selama 3 tahun terakhir mengalami batuk produktif dan pernah menderita
pneumonia
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: compos mentis
: 130/80 mmHg
15
Nadi
: 102 kali/menit
Pernafasan
: 20 kali/menit
Suhu
: 37,40 C
Berat badan
: 55 kg
Tinggi badan
: 170 cm
RBW
: 78,6% (underweight)
Keadaan spesifik
Kulit
Warna sawo matang, turgor kembali cepat, ikterus pada kulit (-), sianosis (-),
scar(-), keringat umum(+), keringat setempat (-), pucat pada telapak tangan
dan kaki (-), pertumbuhan rambut normal.
KGB
Tidak ada pembesaran KGB pada daerah aksila, leher, inguinal dan
submandibula serta tidak ada nyeri penekanan.
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi sakit sedang, warna rambut hitam dan
deformasitas (-)
Mata
Eksoftalmus dan endoftalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra
pucat (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek cahaya normal, pergerakan
mata ke segala arah baik.
Hidung
16
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan
baik, tidak ditemukan penyumbatan maupun perdarahan, pernapasan cuping
hidung(-).
Telinga
Tophi (-), nyeri tekan processus mastoideus (-), pendengaran baik.
Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), gusi
berdarah (-), stomatitis (-), rhagaden (-), bau pernapasan khas (-), faring tidak
ada kelainan.
Leher
Pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, JVP (5-2)cmH20, kaku kuduk (-).
Dada
Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
Paru-paru
I : bentuk dada : barrel chest
retraksi otot bantu napas: ada
P:
P : hipersonor pada lapangan paru
A: wheezing (+),
Jantung
I : Iktus kordis tidak terlihat.
P : Iktus kordis tidak teraba, thrill (-).
17
18
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Sinar x dada : Xray tanggal 12 November dengan hiperinflasi paru-paru;
mendatarnya diafragma; peningkatan area udara retrosternal; penurunan tanda
vascularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler (bronchitis),
hasil normal selama periode remisi. (asma)
Kesimpulan :
b) Tes FEV1 menurun
Rontgen Thorax PA
Interpretasi
o Kondisi foto baik
o Trachea di tengah
o Asimetris kanan kiri
o Tampak hiperlusen vaskuler pada kedua lapangan paru
Sela iga melebar pada kedua lapangan paru
o Jantung : pinggang jantung ramping
o Diafragma letak rendah dan mendatar
o Costa tampak mendatar
o Sinus lancip
o CTR < 50%
Kesan : Emfisema paru
V.
DIAGNOSIS KERJA
Emfisema
VI.
DIAGNOSIS BANDING
Pneumothorax
19
VII.
PENATALAKSANAAN
Inhalasi bronkodilator
Kortikosteroid
Agen mukolitik
Oksigenasi
VIII.
IX.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: dubia ad bonam
RESUME
Seorang laki-laki berinisial A, berumur 40 tahun, MRS dengan keluhan
utama sesak napas.
3 bulan SMRS, Tn A mengeluh batuk, dahak (+) dan jumlahnya banyak,
warna dahak kuning kental, dan merasakan nyeri pada dada, cepat merasa lelah
saat melakukan aktivitas. BAB dan BAK biasa.
Riwayat penyakit selama 3 tahun terakhir mengalami batuk produktif dan
pernah menderita pneumonia
Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien tampak baik, dan
kesadaran compos mentis. Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 102x/menit,
20
21