Anda di halaman 1dari 3

PEMIMPIN YANG IDEAL DI ZAMAN KALI YUGA BERDASARKAN AGAMA HINDU

Oleh : Anggun Saputri


(Pengantar)
Sekar Pucung:
Janma Agung
Tan mangon ing pangkatipun
Miwah raja brana
Gumantung aneng pakarti
Jro Laksana angagungken kamanungsan
Terjemahan :
Orang yang di sebut besar, bukan dikarenakan pangkatnya, bukan pula kekayaan, ditentukan oleh
perbuatan yang selalu berdasar kemanusiaan..
~~~
Om Swastiastu,
Om Awignam Astu Namo Sidham.

Umat sedharma yang saya hormati, mari sejenak kita menghaturkan mantra puja guru terlebih
dahulu. Cakupkan tangan di ajna cakra yaitu di tengah-tengah kedua kening :
Om Gurur Brahma Gurur Wishnu
Gurur Dewo Maheswara
Gurur Sakshat Parambrahma
Tasmai Sri Guruwe Namah
Arti: Aku bersujud kepada Hyang Guru yaitu Hyang Brahma, Wishnu dan Siwa, yang adalah Hyang
Maha Esa itu sendiri.
Bapak ibu, umat sedharma yang berbahagia.
Izinkan saya untuk menyampaikan sebuah dharma wacana yang berjudul:
Pemimpin Yang Ideal di zaman kali yuga berdasarkan Agama Hindu
Istilah pemimpin berasal dari kata dasar pimpin yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) diartikan sebagai bimbing atau tuntun. Kata kerja dari kata dasar ini, yaitu memimpin
yang berarti membimbing atau menuntun. Dari kata dasar ini pula lahirlah istilah pemimpin

yang berarti orang yang memimpin .Kata pemimpin mempunyai padanan kata dalam Bahasa
Inggris leader.
Sedangkan Kali yuga adalah merupakan zaman terakhir di dalam catur yuga: yaitu setelah Satya
Yuga, Treta Yuga, dan Dwapara Yuga.Para Sarjana tradisional Weda menyatakan bahwa zaman kali
yuga dimulai pada tanggal 18 Februari 3102 SM, yaitu ketika raja Parikesit (putra dari Abimanyu
dan cucu dari Arjuna) naik tahta kerajaan Hastinapura.
Didalam bhagavata purana disebutkan bahwa Kali yuga merupakan jaman tamas yaitu zaman yang
penuh

kegelapan atau kebodohan dimana dharma semakin merosot

dan adharma semakin

merajalela

Pada zaman Satya [kejujuran] keempat kakimu ditopang oleh empat prinsip yaitu pertapaan,
kesucian, karunia, dan kejujuran. Tetapi tampak bahwa tiga kakimu patah disebabkan oleh
merajalelanya adharma dalam bentuk kesombongan, nafsu birahi, dan mabuk-mabukkan.
Maka dalam kali yuga diperlukan seorang yang memimpin dengan hati
Kebahagiaan itu bisa dibeli, bukan dengan uang, melainkan dengan sikap rendah hati
SB 1.17.25 : Engkau berdiri hanya dengan satu kaki, yaitu kejujuran-mu, dan dengan satu dan lain
cara engkau berjalan tertatih-tatih. Namun, kepribadian pertengkaran [Kali], yang dibuat subur oleh
penipuan, juga sedang berusaha menghancur-kan kaki yang tinggal satu itu.
Sulit membantah dugaan yang menyebut zaman ini zaman gelap. Jangankan uang dan kekuasaan,
bahkan agama pun digunakan sebagai alat kekerasan.
Pemimpin Sebagai Cahaya
Pemimpin yang baik, pemimpin yang mendengar
Catur Kotamaning Nrpati
Catur Kotamaning Nrpati merupakan konsep kepemimpinan Hindu pada jaman Majapahit
sebagaimana ditulis oleh M. Yamin dalam buku Tata Negara Majapahit. Catur Kotamaning
Nrpati adalah empat syarat utama yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Adapun keempat
syarat utama tersebut adalah :

Jana Wisesa Suddha, artinya raja atau pemimpin harus memiliki pengetahuan yang luhur
dan suci. Dalam hal ini ia harus memahami kitab suci atau ajaran agama (agama agming
aji).

Kaprahitaning Praja, artinya raja atau pemimpin harus menunjukkan belas kasihnya kepada
rakyatnya. Raja yang mencintai rakyatnya akan dicintai pula oleh rakyatnya. Hal ini
sebagaimana perumpamaan singa (raja hutan) dan hutan dalam Kakawin Niti Sastra I.10
berikut ini :

Singa adalah penjaga hutan, akan tetapi juga selalu dijaga oleh hutan. Jika singa dengan hutan
berselisih, mereka marah, lalu singa itu meninggalkan hutan. Hutannya dirusak binasakan orang,
pohon-pohonnya ditebangi sampai menjadi terang, singa yang lari bersembunyi dalam curah, di
tengah-tengah ladang, diserbu dan dibinasanakan.

Kawiryan, artinya seorang raja atau pemimpin harus berwatak pemberani dalam
menegakkan kebenaran dan keadilan berdasarkan pengetahuan suci yang dimilikinya
sebagainya disebutkan pada syarat sebelumnya.

Wibawa, artinya seorang raja atau pemimpin harus berwibawa terhadap bawahan dan
rakyatnya. Raja yang berwibawa akan disegani oleh rakyat dan bawahannya.

Anda mungkin juga menyukai