Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MODUL
PEMBIMBING
Oleh :
Kelompok
: 5 (Lima)
Nama
Kelas
NIM 141411019
2. Oktavia Reni
NIM 141411022
3. Suhermina
NIM 141411029
ABSTRAK
Ektraksi cair-cair atau ektraksi pelarut merupakan proses pemisahan fasa cair
memanfaatkan perbedaan kelarutan suatu zat. Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent
extraction): solute dipisahkan dari cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair.
Campuran diluen dan solven ini adalah heterogen (immiscible, tidak saling campur), jika
dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen (rafinat) dan fase solven (ekstrak). Diasumsikan
bahwa kesetimbangan terjadi pada kedua fasa tersebut. Karakteristik ini dapat
dikualifikasikan dengan suatu nilai yang disebut dengan koefisien distribusi (K). Operasi
ektraksi cair-cair yang baik sangat dipengaruhi oleh karakteristik perpindahan zat terlarut
(solute). Karakteristik ini dapat dikualifikasikan dengan suatu nilai yang disebut dengan
koefisien perpindahan massa. Digunakan asam propionate dari suatu camouran dengan TEC
dengan bantuan immiscible solvent air aquades. Koefisien distribusi pada percobaan adalah
1,31. Perpindahn masa merupakan suatu fenomena yang penting dalam proses ektaksi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan perpindahan massa adalah koefisien
perpindahan massa.
Kata kunci: ektraksi, koefisien distribusi, perpindahan massa
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Dalam suatu proses kimia yang diterapkan pada industri pada umumnya tidak
melibatkan satu jenis bahan kimia saja yang terlibat, tetapi berbagai bahan kimia dengan
komposisi senyawa yang bermacam macam didalamnya. Oleh karena itu, reaksi kimia dalam
suatu industri dapat terjadi dalam fase ganda (heterogen) dan dapat juga terjadi dalam fase
yang sama (homogen). Kendalanya yang sering dihadapi adalah ketika dalam proses reaksi
tersebut hanya membutuhkan salah satu bagian dari sebuah campuran senyawa, maka harus
dilakukan pemisahan terhadap senyawa yang akan direaksikan. Pemisahan tersebut dilakkan
berdasarkan fase senyawa tersebut.
Di antara berbagai jenis metode pemisahan, ekstraksi pelarut atau disebut juga
ekstraksi air merupakan metode pemisahan yang paling baik dan popular. Alasan utamanya
adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro.
Seseorang tidak memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pisah. Prinsip
metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua
pelarut yang tidak saling bercampur, seperti benzene, karbon tetraklorida atau kloroform.
Batasannya adalah zat terlarut dapat di transfer pada jumlah yang berbeda dalam keadaan dua
fase pelarut. Teknik ini dapat digunakan untuk kegunaan preparatif, pemurnian, pemisahan
serta analisis pada semua skala kerja (Khopkar, 2008, hal: 90 dalam Arie, 2012)
Berdasarkan penjabaran di atas maka untuk memperdalam pengetahuan tentang
ekstraksi maka dilakukanlah percobaan tentang ekstraksi pelarut cair-cair.
1.2. Tujuan Percobaan
a. Mengenal dan memahami prinsip operasi ekstraksi cair cair pada kolom berpacking
b. Memahami perpindahan massa yang terjadi dalam kolom ekstraksi dan menentukan
koefisien perpindahan massa.
a.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Ekstraksi
Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan
dengan bantuan pelarut. Ekstraksi juga merupakan proses pemisahan satu atau lebih
komponen dari suatu campuran homogen menggunakan pelarut cair (solven) sebagai
separating agent. Pemisahan terjadi atas dasar kemampuan larut yang berbeda dari
komponen-komponen dalam campuran (Indra, 2012).
Istilah-istilah yang umumnya digunakan dalam teknik ekstraksi menurut Indra
(2012) adalah sebagai berikut ini.
asal dan bahan yang akan dipisah. Secara garis besar, ada dua macam pemisahan (Lumantow,
2013).
1. Ekstraksi padat-cair (leaching) adalah proses pemisahan cairan dari padatan dengan
menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya.
2. Ekstraksi cair-cair adalah proses pemisahan cairan dari suatu larutan dengan
menggunakan cairan sebagai bahan pelarutnya.
2.2 Ekstraksi Cair-Cair
Ekstraksi cair-cair (liquid extraction, solvent extraction) : solute dipisahkan dari
cairan pembawa (diluen) menggunakan solven cair. Campuran diluen dan solven ini adalah
heterogen (immiscible, tidak saling campur), jika dipisahkan terdapat 2 fase, yaitu fase diluen
(rafinat) dan fase solven (ekstrak). Perbedaan konsentrasi solute di dalam suatu fasa dengan
X 1 X 2
X1
ln
X2
Dimana ;
X1 = gaya dorong pada puncak kolom = (X2 - 0)
X2 = gaya dorong pada dasar kolom = (X1 - X1*)
X1* = konsentrasi dalam fasa organik yang setimbang dengan konsentrasi Y1 pada
fasa cair. Angka kesetimbangan dapat diperoleh menggunakan koefisien
distribusi yang didapat dari percobaan pertama.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.
3.2.
Alat
Seperangkat alat ekstraksi cair cair
Corong pemisah 250 ml
Gelas ukur 250 ml (2 buah)
Erlenmeyer 250 ml (20 buah)
Batang pengaduk
Buret
Pipet tetes
Pipet ukur 10 ml
Pipet ukur 25 ml
1.
2.
3.
4.
5.
Bahan
Larutan NaOH 0,5M
Phenolpthalein
TCE
Asam propionat
Air demineral
Skema Kerja
Pencampuran
Dimasukkan ke dalam
corong pisah
Digojog 1 menit
15 Liter air
50 ml asam
propionat
BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Tabel Hasil Percobaan
a. Ekstraksi cair-cair menggunakan corong pemisah
Tabel 4.1 Hasil titrasi asam propionat di fasa air dan fasa organik
No
.
1
2.
3.
4.
5.
Asam Propionat
yang ditambahkan
(ml)
5
10
15
20
25
Konsentrasi
NaOH (M)
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
Volume titran
NaOH di fasa air
(ml)
14,1
28,4
32
47,5
59,9
Volume titran
NaOH di fasa
organik (ml)
7,6
20
31
43,8
51,05
Sampel
Ekstrak-1
Ekstrak-2
Ekstrak-3
Ekstrak-4
Ekstrak-5
Ekstrak-6
Ekstrak-7
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
0,5
1,0
1,5
1,7
1,8
2,0
2,3
2,6
Sampel
Rafinat-1
Rafinat-2
Rafinat-3
Rafinat-4
Rafinat-5
Rafinat-6
Rafinat-7
No
.
1
2.
3.
4.
5.
Asam Propionat
yang ditambahkan
(ml)
5
10
15
20
25
Kd =
Konsentrasi asam
propionat di fasa air
(ekstrak) (mol/L)
0,705
1,42
1,6
2,375
2,995
No
.
1
2.
3.
4.
5.
Koefisien
Distribusi
1,85
1,42
1,03
1,08
1,17
1,31
Pembahasan:
Hukum Distribusi Nernst menyatakan bahwa solut (dalam hal ini asam propionat)
akan mendistribusikan diri di antara dua pelarut yang tidak saling bercampur (dalam hal
ini air dan TEC), sehingga setelah kesetimbangan distribusi tercapai, perbandingan
konsentrasi solut di dalam kedua fasa pelarut pada suhu konstan akan merupakan suatu
tetapan, yang disebut koefisien distribusi (KD),
Dapat diamati pada Tabel 4.5, bahwa nilai koefisien distribusi untuk semua
percobaan (setiap perbedaan volume asam propionat yang ditambahkan) hampir sama dan
dapat diarata-ratakan menjadi 1,31. Hal ini sesuai dengan teori bahwa koefisien distribusi
dipengaruhi oleh temperature yang digunakan, jenis pelarut, jenis terlarut, dan konsentrasi
terlarut. Pada percobaan ini keempat faktor tersebut adalah sama. Meskipun volume asam
propionat yang ditambahkan berbeda, bertambah setiap satu kali percobaan, namun
konsentrasi yang digunakannya tetap sehingga menyebabkan koefisien distribusi relative
sama. Begitu pula dengan temperatur dimana percobaan dilakukan pada temperatur yang
sama, yaitu temperature kamar. Adapun sedikit perbedaan pada nilai koefisien distribusi
disebabkan oleh kurang telitinya praktikan pada saat proses titrasi sehingga ada beberapa
sampel yang titik ekuivalen nya terlewati.
Melalui nilai koefisien distribusi yang didapatkan pada percobaan ini, yaitu sebesar
1,31, juga dapat diketahui bahwa asam propionat lebih mudah larut ke dalam air
dibandingkan dengan TEC.
b. Kecepatan perpindahan massa asam propionat
Tabel 4.6 Konsentrasi asam propionat di ekstrak dan rafinat
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sampel
Sampel-1
Sampel-2
Sampel-3
Sampel-4
Sampel-5
Sampel-6
Sampel-7
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sampel
Sampel-1
Sampel-2
Sampel-3
Sampel-4
Sampel-5
Sampel-6
Sampel-7
4,05 x 10-4
6,3 x 10-4
7,2 x 10-4
7,73 x 10-4
8,67 x 10-4
10,12 x 10-4
11,6 x 10-4
Pembahasan:
Perpindahan massa fasa cair-cair merupakan suatu fenomena penting dalam proses
ekstraksi. Salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan perpindahan massa adalah
koefisien perpindahan massa (Indra, 2012). Pengaruh tersebut dapat diamati pada Tabel
4.7 dan Tabel 4.8, bahwa perpindahan massa dan koefisien perpindahan massa sebanding,
maksudnya pada 7 sampel yang dianalisis semuanya menunjukkan bahwa semakin lama
proses berlangsung pada packde column (nomor sampel semakin besar) semakin besar
pula nilai perpindahan massa dan koefisien perpindahan massa nya.
Namun, dapat diamati kembali pada Tabel 4.7 dan Tabel 4.8, pada sampel-1, jarak
nilainya dengan sampel yang lain lebih besar dibandingkan dengan yang lain.
Diperkirakan hal ini terjadi karena, pengambilan sampel yang terlalu cepat sehingga asam
propionat belum berpindah atau larut dalam fasa air. Kemungkinan yang kedua adalah
kesalahan praktikan pada saat titrasi sehingga hasil nya menjadi kurang tepat.
BAB V
KESIMPULAN
5.1.
Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ekstraksi cair-cair dengan fasa air sebagai fasa
kontinyu didapatkan beberapa kesimpulan, yaitu:
a. Ekstraksi cair-cair pada percobaan ini adalah pemisahan asam propionat dari suatu
campurran TEC dan asam propionat dengan bantuan immiscible solvent. Immiscible
solvent yang digunakan adalah air aquades. Asam propionat dalam campuran akan
lebih larut terhadap air, membentuk ekstrak, dibandingkan terhadap TEC.
b. Koefisien distribusi pada percobaan ini adalah 1,31
c. Kecepatan dan koefisien perpindahan massa pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
Tabel 5.1 Nilai kecepatan dan koefisien perpindahan massa
No
.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sampel
Sampel
-1
Sampel
-2
Sampel
-3
Sampel
-4
Sampel
-5
Sampel
-6
Sampel
-7
Kecepatan
perpindahan
massa
(mol/menit)
0,01
0,015
0,017
0,018
0,02
0,023
0,026
Koefisien
perpindahan
massa
4,05 x 10-4
6,3 x 10-4
7,2 x 10-4
7,73 x 10-4
8,67 x 10-4
10,12 x 10-4
11,6 x 10-4
DAFTAR PUSTAKA
Arie. 2012. Laporan Ekstraksi Cair-Cair http://arikimia.blogspot.co.id/2013/06/laporanekstraksi-pelarut-cair-cair.html [31 Desember 2015].
Indra, Wibawa. 2012. Ekstraksi Cair-Cair https://indrawibawads.files.wordpress.com/
2012/01/ekstraksi-cairindra-wibawa-tkim-unila.pdf [31 Desember 2015].
Lumantow, Chindy Alies Chinthya. 2013. Ekstraksi http://nurul.kimia.upi.edu/arsipkuliah/
web2013/1106139/blog-single-with-image-ekstraksi.html [31 Desember 2015].
Permana, Andhika. 2014. Ekstraksi Cair-Cair https://dikapmn.wordpress.com/2014/09/13/
ekstraksi-cair-cair/ [31 Desember 2015].
Topandi, Abdussalam dkk. 2014. Laporan Praktikum Ekstraksi Cair-Cair. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung.
LAMPIRAN
1. Ekstraksi Cair-Cair dengan menggunakan corong pemisah
a. Titrasi ekstrak dan rafinat
1) Volume asam propionat = 5 ml
Ekstrak
V1 x M1
= V2 x M2
10 ml x M1 = 14,1 ml x 0,5M
M1
14,1 ml x 0,5 M
10 ml
= 0,705 M
Rafinat
V1 x M1
= V2 x M2
10 ml x M1 = 7,6 ml x 0,5M
M1
7,6 ml x 0,5 M
10 ml
= 0,38 M
28,4 ml x 0,5 M
10 ml
= 1,42 M
Rafinat
V1 x M1
= V2 x M2
10 ml x M1 = 20 ml x 0,5M
M1
20 ml x 0,5 M
10 ml
=1M
32 ml x 0,5 M
10 ml
= 1,6 M
Rafinat
V1 x M1
= V2 x M21
10 ml x M1 = 31 ml x 0,5M
M1
31 ml x 0,5 M
10 ml
= 1,55 M
Ekstrak
V1 x M1
= V2 x M21
10 ml x M1 = 47,5 ml x 0,5M
M1
47,5 ml x 0,5 M
10 ml
= 2,375 M
Rafinat
V1 x M1
= V2 x M21
10 ml x M1 = 43,8 ml x 0,5M
M1
43,8 ml x 0,5 M
10 ml
= 2,19 M
59,9 ml x 0,5 M
10 ml
= 2,995 M
Rafinat
V1 x M1
= V2 x M21
10 ml x M1 = 51,05 ml x 0,5M
M1
51,05 ml x 0,5 M
10 ml
= 2,5525 M
0,705
=
1,85
0,38
2) Asam Propionat 10 ml
konsentrasiasam asetat pada ekstrak
1,42
=
Kd = konsentrasi asam asetat pada rafinat = 1
1,42
3) Asam Propionat 15 ml
konsentrasiasam asetat pada ekstrak 1,6
=
=
Kd = konsentrasi asam asetat pada rafinat 1,55
1,03
4) Asam Propionat 20 ml
konsentrasiasam asetat pada ekstrak 2,375
=
Kd = konsentrasi asam asetat pada rafinat 2,19 = 1,08
5) Asam Propionat 25 ml
Kd =
= V2 x M2
= 1,5 ml x 0,5M
1,5 ml x 0,5 M
=
10 ml
= 0,075 M
= V2 x M2
= 1,7 ml x 0,5M
1,7 ml x 0,5 M
=
10 ml
= 0,085 M
= V2 x M2
= 1,8 ml x 0,5M
1,8 ml x 0,5 M
=
10 ml
= 0,09 M
= V2 x M2
= 2,0 ml x 0,5M
2,0 ml x 0,5 M
=
10 ml
= 0,1 M
= V2 x M2
= 2,3 ml x 0,5 M
2,3 ml x 0,5 M
=
10 ml
= 0,115 M
M1
= V2 x M2
= 2,6 ml x 0,5M
2,6 ml x 0,5 M
=
10 ml
= 0,13 M
b. Titrasi rafinat
1) Rafinat-1
V1 x M1
10 ml x M1
= V2 x M2
= 0,9 ml x 0,5 M
M1
3) Ekstrak-3
V1 x M1
10 ml x M1
M1
4) Ekstrak-4
V1 x M1
10 ml x M1
M1
5) Ekstrak-5
V1 x M1
10 ml x M1
M1
6) Ekstrak-6
V1 x M1
10 ml x M1
M1
7) Ekstrak-7
V1 x M1
10 ml x M1
M1
2) Rafinat-2
V1 x M1
10 ml x M1
M1
3) Rafinat-3
V1 x M1
10 ml x M1
M1
4) Rafinat-4
V1 x M1
10 ml x M1
M1
5) Rafinat-5
V1 x M1
10 ml x M1
M1
6) Rafinat-6
V1 x M1
10 ml x M1
M1
7) Rafinat-7
V1 x M1
10 ml x M1
M1
0,9ml x 0,5 M
10 ml
= 0,045 M
= V2 x M2
= 0,7 ml x 0,5 M
0,7 ml x 0,5 M
=
10 ml
= 0,035 M
= V2 x M2
= 0,6 ml x 0,5M
0,6 ml x 0,5 M
=
10 ml
= 0,03 M
= V2 x M2
= 0,5 ml x 0,5M
0,5 ml x 0,5 M
=
10 ml
= 0,025 M
= V2 x M2
= 0,45 ml x 0,5M
0,45ml x 0,5 M
=
10 ml
= V2 x M2
= 0,4 ml x 0,5M
0,4 ml x 0,5 M
=
10 ml
= V2 x M2
= 0,35 ml x 0,5M
0,35ml x 0,5 M
=
10 ml
= 0,0225 M
= 0,02 M
= 0,0175 M
Vw (Y1 0)
gr
Mr
: Vlarutan
1,0
73
: 100 ml
1,0
73
: 0,1 L
= 0,137 M
X1 = 0,137 M
e. Penentuan koefisien perpindahan massa
1) Sampel-1
Driving force rata-rata (DFav)
( X 1 X 2 )
X1
Log[DFav] =
ln
X2
X1* =
( 0,0450,09883 )
0,045
ln
0,09883
Log[DFav] =
0,05383
0,7867
= 0,0684
kecepatan perpindahanmassa
volume x DF av
0,01
21,1 x 1,1706
= 4,05 x 10-4
2) Sampel-2
Driving force rata-rata (DFav)
( X 1 X 2 )
X1
Log[DFav] =
ln
X2
X1* =
( 0,0350,07975 )
0,035
ln
0,07975
Log[DFav] =
0,04475
0,8235
= 0,0543
kecepatan perpindahanmassa
volume x DF av
0,015
21,1 x 1,1331
= 6,3 x 10-4
3) Sampel-3
Driving force rata-rata (DFav)
( X 1 X 2 )
X1
Log[DFav] =
ln
X2
X1* =
( 0,030,072 )
0,03
ln
0,072
Log[DFav] =
0,042
= 0,8755
= 0,048
kecepatan perpindahanmassa
volume x DF av
0,017
21,1 x 1,117
= 7,2 x 10-4
4) Sampel-4
Driving force rata-rata (DFav)
( X 1 X 2 )
X1
Log[DFav] =
ln
X2
X1* =
( 0,0250,0683 )
0,025
Log[DFav] =
ln
0,0683
0,0433
1,005
= 0,043
kecepatan perpindahanmassa
volume x DF av
0,018
21,1 x 1,1041
= 7,73 x 10-4
5) Sampel-5
Driving force rata-rata (DFav)
( X 1 X 2 )
X1
Log[DFav] =
ln
X2
X1* =
( 0,02250,06067 )
0,0225
Log[DFav] =
ln
0,06067
0,03817
= 0,9919
= 0,0385
kecepatan perpindahanmassa
volume x DF av
0,02
21,1 x 1,0927
= 8,67 x 10-4
6) Sampel-6
Driving force rata-rata (DFav)
( X 1 X 2 )
X1
Log[DFav] =
ln
X2
X1* =
( 0,020,04922 )
0,02
ln
0,04922
Log[DFav] =
0,02922
0,9005
= 0,0324
kecepatan perpindahanmassa
volume x DF av
0,023
21,1 x 1,077
= 10,12 x 10-4
7) Sampel-7
Driving force rata-rata (DFav)
( X 1 X 2 )
X1
Log[DFav] =
ln
X2
X1* =
( 0,01750,03776 )
0,0175
ln
0,03776
Log[DFav] =
0,02026
0,769
kecepatan perpindahanmassa
volume x DF av
0,026
21,1 x 1,0625
= 11,6 x 10-4
= 0,02634