. Achmad Arifin
....
~.
..
..
:
Daftar isi
Babl
Himpunan
..... . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . .
. . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .
Bab3 Grup
3.1 Contoh dan pengertian . . . . . . . .
3.2 Subgrup.................
3.3 Koset...:..............
3.4 Grup kuosien . . . . . . . . . . .
3.5 Homomorfisma grup
.
3.6 Grup simetri. . . . . . . .
Dab 4: Gelanggang
'4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
.
33
33
39
44
52
55
63
71
71
74
81
91
103
6a
Daftar lsi
Bab5
5.1
5.2
5.3
5.4
Perluasan lapangan
115
115
117
120
131
Bab6
0.1
6.2
6.3
Kesemi-sederhanaan
145
Penjurus
145
150
154
168
Prakata
BAB 1
1.1
Hilllpunan
Kita akan senantiasa bekerja dengan himpunan yang keanggotaanya jelas. Artinya, kita senantiasa dapat menentukan apakah suatu objek
. merupakan' anggota himpunan yang kita maksud atau bukan. Himpunan
yang kita maksud dapat berupa himpunan bilangan, himpunan matriks,
himpunan. bangun geometri pada bidang, dan sebagB.!nya.
Dntuk lebih mempertajam, kita ketengahkan tiga pengertian dasar,
yaitu himpunan, anggota, dan relasi keanggotaan E. Misalkan X himpunan dan a anggota. --;Penulisana E X berarti a anggota X, atau X
memuat a. Sebaliknya, penulisan a X berarti a bukan anggota X,
atau X tidak meniuat a. Anggota himpunan X kita katakan juga unsur
himpunan X. Dalam hal ada anggota a yang memenuhi a EX, kita
katakan X mempunyai anggota, atau himpunan tak hampa. Sebaliknya,
dalam hal himpunan X tidak mempunyai anggota, himpunan X kita
sebut himpunan hampa dan kita tandai dengan 0.
Banyaknya anggota dalam suatu himpunan boleh hingga ataupun
tak hingga. Sesuai dengan banyaknya anggota yang dikandung, suatu
himpunan kita katakan hingga atau tak hingga. Himpunan bilangan asH
antara 1 dan 100 merupakan contoh untuk himpunan hingga. Himpuan
hampa, karena tak mempunyai anggota, juga suatu himpunan hingga. Di
lain pihak, himpunan semua bilangan asH merupakan contoh himpunan
tak hingga.
Untuk penggunaan selanjutnya, himpunan bilangan kit a beri tanda
1.2
Membentuk himpunan
Pandang himpunan bilangan bulat Z. Dari himpunan Z ini kita him pun
semua bilangan genap, sehingga kita peroleh himpunan baru dan kita
tandai dengan A. Dari perlakuan kita atas Z ini kit a abstraksikan clua
hal. Yang pertama kita ungkapkan dalarn definisi berikut, yang dikenakan pada dua himpunan. X dan Y yang dibertkan ..
Definisi 1.2.1 Himpunan X disebut subhimpunan dari himpunan Y
jika untuk setiap x E X berlaku x E Y.
Tanda untuk subhimpunan adalah~.
Dari definisi di atas kita punyai X ~ Y. Dalarn contoh sebehunnya, himpunanbilangan genap A
adalah subhimpunan dari himpunan bilangan bulat Z, yaitu A ~ Z.
Adapun subhimpunan dari himpunan Y yang paling besar adalah Y
sendirij dalam hal ini X dan Y mempunyai anggota sarna. Dengan kata
lain,
X ~ Y dan Y ~ X. Untuk ini kita punyai definisi berikut.
Definisi 1.2.2 Dua himpunan X dan Y dikatakan sama jika X ~ Y
dan Y ~ X.
Tanda untuk himpunan X dan'Y yang sarna adalah X = Y. Dalam
hal X ~ Y tetapi X =F Y, berarti terdapat y E Y tetapi y X, kita
katakan X subhimpunan sejati dari Y dan kita tandai dengan X C Y.
Kalau ingin lebih menjelaskan kita tuliskan X ~ Y dan X =F Y.
Yang kedua, himpunan Z bertindak sebagai suatu daerah yang memberikan kemungkinan kepada kita untuk membentuk suatu daerah baru,
himpunan A sebagai misal. Keadaan ini kita perluas menjadi pengertian
himpunan semesta. Dari suatu himpunan semesta kit a bentuk berbagai
himpunan baru. Himpunan semesta senantiasa kita pilih tak hampa.
Misalkan X suatu himpunan semesta dan P suatu sifat yang dipenuhi atau tidak dipenuhi oleh unsur x EX; berturut-turut kita tuliskan
= {x I x
EX, P (x)}
atau
{x E X
I P (x)}
Ix
E X, x ~ A}.
An B
= {x I x
A dan x e B} .
Ix
E A atau x
e B}
Ix e A
dan x rf. B }.
Sifat 1.2.1 Misalkan X suatu himpunan semesta dan A dan B subhimpunan dari X. Maka
1. AuAc = X,
2. AnAc=0,
3. AC = X - A,
4. (Act=A,
5. (AnB)c=AcUBC,
6. (AUB)c=Acn{1c.
Bukti. Kita buktikan hubungan nomor 5. Bukti untuk nomor yang
lain penulis serahkan kepada pembaca sebagai latihan.
5. Ambil unsur x E (A n B)c. Kita punyai
(A
n B)C
Dengan demikian (A n Br
= AC u BC.
~
Cara lain untuk membentuk.himpunan adaIah deng~ hasil kali silang.
MisaIkan diketahui dua himpunan A dan B, keduanya t~ hampa. Untuk setiap unsur a E A dan b E B kita bentulf-pasang (a, b). Hasil kali
silang himpunan A dan B, kita tandai dengan A x B, adaIah himpunan
semua pasang (a, b), yaitu
uK=A.
.~
Soal
1. Dengan Z menyatakan himpunan semua bilangan bulat, gambarkan
himpunan Z x Z pada bidang terhadap sistem koordinat tegak lurus
xOy serta beberapa titik ~
menggambarkan unsur himpunan
ZxZ.
x<.y,
2 x:5 Y,
3 x = Y,
4 x> Y,
5 x 2:: y.
Manakah di antara relasi tersebut yang membentuk relasi ekivalen.
i=
i=
i=
i=
3. Misalkan A suatu himpunan tak hampa dengan X, Y, dan Z subhimpunan dari A yang membentuk partisi darihimpunan A. Definisikan suatu relasi ekivalen pada himpuri"anA.
4. Untuk setiap bilan~-bulat.~ dan y di Z didefinisikan bahwa unsur
x dan y mempu~
relasi, ditandai dengan x '" y, jika selisih x - y
adalah bilangan genap. Thnjukkan bahwa '" suatu relasi ekivalen.
Kalau kepada kita diberikan dua himpunan, ada kalanya kita ingin membandingkan kedua himpunan itu. Misalnya kita ingin membandingkan
banyaknya unsur yang dikandung dalam masing-masing himpunan. Pemetaan dapat kita lihat sebagai alat untuk membanding, yaitu melalui
pengaitan unsurhimpunan yang satu dengan unsur himptman yang lain.
Misalkan diketahui dua himpunan S dan T yang keduanya tak hampa.
Pemetaan f dari S ke dalam T, kita tulis f : S -- T, adalah suatu cara
yang mengaitkan setiap unsur xES dengan satu unsur YET. Pengaitan
ini kita tandai dengan f : X 1--+ y.
Pada hakekatnya setiap unsur di S dapat dikaitkan dengan paling
sedikit satu unsur di Y. Misalnya unsur xES dikaitkan dengan unsur
Yl dan Y2 di T yang berbeda. Hal seperti ini tidak dapat terjadi pada
pemetaan f : S -- T. Dengan demikian, pengaitan f : X 1--+ Y untuk
= {y
lyE T, y
=1 (x)
gl
--+
V. Maka komposisinya
memenuhi
= h ((91)
(x))
= h (g (f
(x)))
Maka berlaku
(hg) (f (x))
((hg) I) (x).
--+
--+
1-1
~}
Bukti. (= Misallca.n 1 : S
yET kita definisikan pengaitan
. { y.-.-. X,
9 . Y .-.-. xo,
--+
T bersifat satu-satu.
Untuk setiap
Di sini y
= 1 (X).
9 (f (Xl
(g/) (Xl)
ids (Xl)
Xl
g(/(%2
(gf) (X2)
ids (%2)
X2 .
\,Bab 1 Himpunan
l~c
S
yET
pada
---+
I xES,
unsur
I( x) = y} .
J, : S
---+
T bersifat pada.
i~
S
I
S
(gJ) h
= ids'
h = h.
Pemetaan 9 : T -+ S dalam Sifat 1.3.4 kita namakan balikan (invers) pemetaan I: S -+ T. Dalam haJ S = T, kita punyai g: S -+ S
yang memenuhi gl = Ig = ids
. Pandang himpunan Z, himpunan semua bilangan bulat, dan pemetaan 1 : Z -+ Z yang didefinisikan oleh pengaitan 1 : n ~ 2n untuk
semua n E Z. Dalam pemetaan ini setiap bilangan bulat dikaitkan dengan. bilangan genap. Pemetaan 1 : Z -+ Z bersifat satu-satu, tetapi
tidak pada. Sebaliknya, pemetaan <p : Z -+ Z yang didefinisikan oleh
pengaitan
.{ n
n
<P
1--+
1--+
j, jika n genap,
0, jika n ganjil.
Contoh di atas dimungkinkan oleh himpunan Z yang tak hingga. Untuk himpunan 8 yang hingga dan tak harnpa kita punyai sifat berikut.
Sifat 1.3.5 Misalkan 8 suatu himpunan hingga yang tak hampa. Pemetaan f : 8 8 bersifat satu-satu jika dan hanya jika pemetan
f : 8 - S bersifat pada.
Bukti. Misalkan S memuat n unsur dan tulis S = {al,'" ,Un}.
(== Misalkan f : S S bersifat satu-satu; dan andaikan f :
8 8 tidak bersifat pada. Ini berarti peta f (al) , ... , f (Un) tidak
semuanya berbedaj terdapat indeks i dan j, i =F j, dengan f (lli) = f (aj).
Karena f : S S satu-satu, mam berlaku ai = aj. Kesamaan yang
terakhir ini mustahil. Dengan demikian haruslah pemetaan f : 8 S
bersifat pada.
'.
(<=) Misalkan f : S 8 bersifat pada. Kita punyai
Kita lihat lagi Sifat 1.3.4, khususnya untuk himpunan 8 dan T yang
sarna. Pemetaan f : 8 8 mempunyai balikan, yaitu pemetaan 9 :
8 8. Sebaliknya, pemetaan 9 : S $ juga mempunyai balikan,
yaitu f : 8 S. Dengan demikian, pemetaan 9 : 8 S juga bersifat
satu-satu dan pada. Lebih dari itu, pemetaan identitas ids : 8 S
juga bersifat satu-satu dan pada. Sehubungan dengan ini dapat kita
katakan komposisi gf : 8 8 bersifat satu-satu dan pada. Untuk hal
yang umum kita punyai sifat berikut.
Sifat 1.3.6 Misalkan 8, T, dan U adalah himpunan tak hampa.
a. Jika pemetaan f : S T dan 9 : T U bersifat satu-satu, maka
komposisi 9f : S U juga bersifat satu-satu.
b. Jika pemetaan f : 8 T dan 9 : T U bersifat pada, maka
komposisi 9f : S U juga bersifat pada.
Bukti. a. Menurut Sifat 1.3.2 terdapat pemetaan il :T 8 dan
T yang berturut-turut memenuhi hubungan ilf = ids dan
gl : U -
(gf)
= fl
((gIg) J)
= fI (idT
S. Dengan menggunakan
. J)
= fI! = ids
Soal
1. Diketahui himpunan A dan B yang tak hampa. Berikan syarat
untuk relasi R ~ A x B yangmempunyai sifat: untuk setiap unsur
(x, Y) E R pengaitan f : x ......- y mendefinisikan pemetaan f :
A --. B.
2. Tanda lR menyatakan himpunan bilangan nyata. Gambarkan himpunan'lR x lRpada bidang terhadap sistem koordinat xOy. Dengan
merujuk kepada soal nomor 1, gambarkan relasi S dari lRx lRyang
memberikan pemetaan f : lR --. lR yang bersifat :
a. Satu-satu tetapi tidak pada.
b. Pada tetapi tidak satu-satu.
c. Tidak sat4-satu::dan tidak pada.
d. Satu-satu dan pada.
3. Jika pemetaan 9 : R. --.lR bersifat konstan, gambarkan relasi S ~
lR x lR yang mendefinisikan pemetaan 9 : lR --. lR tersebut.
1.4
Sistem matematika
S x S = {(x,y)
I x,
y di S}.
:F
= {I I 1 : 8 --+ 8} .
1 E F.
Pembaca dianjurkan untuk memeriksa keberlakuan Sifat 1.4.1 di atas.
Selanjutnya, pandang subhimpunan F' dari F, yaitu
dan pada}.
Menurut Sifat 1.3.6, dua pemetaan yang masing-masing bersifat satusatu dan pada, komposisinya juga bersifat satu-satu dan pada. Dengan
demikian, subhimpunan :F' tertutup terhadap operasi kali di F, dan kita
punyai subsistem (F', x) dari (F, x). Berdasarkan Sifat 1.3.4 dan Sifat
1.4.1 kita punyai sifat berikut.
:F' = {I
I I : S ---+ S
I untuk semua
IE:F'.
3. Untuk setiap I E :F' terdapat 9 E ;:" yang memenuhi Ig
= gl = ids.