AYAKAN (SIEVING)
II.TEORI PERCOBAAN
Material padat yang terdapat dalam ukuran yang terlalu besar untuk dilakukan proses
mekanik pada umumnya membutuhkan perlakuan fisik untuk memperkecil ukurannya.
Pengecilan ukuran itu biasanya dimaksudkan untuk memudahkan pemisahan campuran
material padat. Umumnya crushing dan grinding sering dilakukan untuk mengubah ukuran
partikel padatan yang besar menjadi partikel yang lebih kecil.
Dalam industri proses makanan, sejumlah besar produk makanan melibatkan proses
pengecilan ukuran. Roller mill digunakan untuk menggerus gandum menjadi tepung.
Kacang kedelai digiling, dipress dan dihancurkan untuk mendapatkan minyak dan
tepungnya. Hammer mill sering digunakan untuk menghasilkan tepung kentang, tapioca
atau jenis-jenis tepung lainnya. Gula dihancurkan untuk menghasilkan produk yang lebih
lama.
Operasi grinding sangat luas penggunaannya pada proses bijih tambang dan industri
semen. Sebagai contoh bijih tembaga, nikel, kobal dan besi biasanya dilakukan proses
grinding sebelum mengalami proses kimia. Limestone, marble, gypsum, dan dolomite
dihancurkan untuk penggunaan sebagai pengisi kertas, cat dan kertas. Bahan baku untuk
industri semen seperti lime, alumina dan silika digiling dalam skala besar atau dalam
jumlah besar.
Material padat diperkecil ukurannya dengan sejumlah metode perlakuan, compression
atau crushing umumnya untuk memperkecil padatan. Distribusi ukuran partikel sering pula
dinyatakan dalam jumlah kumulatif persen partikel yang lebih kecil dari ukuran yang
ditetapkan terhadap ukuran partikel.
Istilah pemecahan dan penghalusan atau penghancurkan (size reduction) zat padat
meliputi semua cara yang digunakan dimana partikel zat padat dipotong dan dipecahkan
menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil. Produk-produk komersial biasanya harus
memenuhi spesifikasi yang sangat dalam hal ukuran maupun bentuk partikel-partikelnya
menyebabkan reaktifitas zat padat itu meningkat. Pemecahan itu juga memungkinkan
Ayakan (Sieving) | 1
pemisahan komponen yang tak dikehendaki dengan cara-cara mekanik. Pemecahan itu
dapat
digunakan
untuk
memperkecil
bahan-bahan
berserat
guna
memudahkan
penanganannya.
Zat padat dapat diperkecil dengan berbagai cara, namun hanya ada empat cara saja yang
lazim digunakan dalam mesin pemecah penghalus. Cara itu ialah:
Kompresi (tekanan): Pada umumnya kompresi digunakan untuk pemecahan kasar zat
padat keras, dengan menghasilkan relatif sedikit halusan.
Impact (pukulan): Pukulan menghasilkan hasil yang berukuran kasar, sedang dan halus.
Atsiri (gesekan): Atsiri menghasilkan hasil yang sangat halus dari bahan yang lunak dan
tak-abrasif.
Pemotongan: Pemotongan memberikan hasil yang ukurannya pasti, dan kadang-kadang
juga bentuknya dengan hanya sedikit dan tak ada halusan sama sekali.
Kompresi umumnya digunakan utnuk pemecahan kasar zat padat keras, dengan
menghasilkan relatif sedikit halusan. Pukulan menghasilkan hasil yang berukuran kasar,
sedang dan halus.Berdasarkan ukuran zat padat yang akan dikecilkan (umpan), maka
peralatan pemecah atau pengecilan ukuran dibedakan atas
Pemecah kasar, yaitu menghasilkan padatan dengan ukuran umpan antara 2 sampai 96
inchi
Pemecah antara, yaitu menghasilkan padatan dengan ukuran 1 sampai 3 inchi
Pemecah halus , yaitu menghasilkan padatan dengan ukuran 0,25 sampai 0,5 inchi
Jenis-jenis mesin pemecah dan penghalus zat padat ialah:
A. Mesin pemecah (kasar dan halus)
1. Mesin-mesin rahang (jaw crusher)
2. Mesin pemecah giratori atau pemecah kisar (gyratory crusher)
3. Mesin pemecah roi (crushing rolls)
B. Mesin giling (sedang dan halus)
1. Mesin tumbuk palu (hammer mill); impaktor (impactor)
2. Mesin giling rol-kompresi (rolling-compression mill)
a. Mesin giling mangkuk (bowl mill)
b. Mesin giling rol (roll mill)
3. Mesin giling atsiri atau mesin giling kikis (attrition mill)
4. Mesin giling jungkir-guling (tumbling mill)
a. Mesin giling pakai-batang (rod mill)
Ayakan (Sieving) | 2
Ayakan (Sieving) | 3
Dalam proses industri, biasanya digunakan material yang berukuran tertentu dan
seragam. Untuk memperoleh ukuran yang seragam, maka perlu dilakukan pengayakan.
Pada proses pengayakan zat padat itu dijatuhkan atau dilemparkan ke permukaan pengayak.
Partikel yang di bawah ukuran atau yang kecil (undersize), atau halusan (fines), lulus
melewati bukaan ayak, sedang yang di atas ukuran atau yang besar (oversize), atau buntut
(tails) tidak lulus. Pengayakan lebih lazim dalam keadaan kering (McCabe, 1999, halaman
386).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengayakan, yaitu:
Jenis ayakan
Cara pengayakan
Kecepatan pengayakan
Ukuran ayakan
Waktu pengayakan
Sifat bahan yang akan diayak
Permukaan ayakan yang digunakan pada screen bervariasi, yaitu: [Brown,1950]
Plat yang berlubang (punched plate, bahan dapat berupa baja ataupun karet keras.
Anyaman kawat (woven wire), bahan dapat berupa baja, nikel, perunggu, tembaga, atau
logam lainnya.
Susunan batangan logam, biasanya digunakan batang baja (pararel rods).
Sistem bukaan dari permukaan ayakan juga bervariasi, seperti bentuk lingkaran, persegi
ataupun persegi panjang. Penggunaan bentuk bukaan ini tergantung dari ukuran,
karakteristik material, dan kecepan gerakan screen.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan material untuk menerobos ukuran ayakan
adalah:
Ukuran buhan ayakan
Semakin besar diameter lubang bukaan akan semakin banyak material yang lolos.
Ukuran relatif partikel
Material yang mempunyai diameter yang sama dengan panjangnya akan memiliki
kecepatan dan kesempatan masuk yang berbeda bila posisinya berbeda, yaitu yang satu
melintang dan lainnya membujur.
Pantulan dari material
Pada waktu material jatuh ke screen maka material akan membentur kisi-kisi screen
sehingga akan terpental ke atas dan jatuh pada posisi yang tidak teratur.
Ayakan (Sieving) | 4
Kandungan air
Kandungan air yang banyak akan sangat membantu tapi bila hanya sedikit akan
menyumbat screen.
Karakteristik Partikel Zat Padat.
Partikel zat padat secara individu dikarakteristikan dengan ukuran, bentuk dan
densitasnya. Tekanannya tidak sama ke segala arah. Tegangan geser yang diperlakukan
pada permukaan suatu massa ditransmisikan di seluruh massa partikel itu kecuali jika telah
terjadi kegagalan.
Partikel zat padat homogen mempunyai densitas yang sama dengan bahan bongkahan.
Partikel-partikel yang didapatkan dengan memecahkan zat padat campuran, misalnya bijih
yang mengandung logam, mempunyai berbagai densitas, biasanya mempunyai densitas
yang berbeda dari bahan lindaknya. Untuk partikel yang bentuknya beraturan, misalnya
yang berbentuk bola dan kubus, ukuran dan bentuknya dapat dinyatakan dengan mudah.
Tetapi partikel yang bentuknya tidak beraturan (seperti butir-butir pasir dan serpih mika),
istilah ukuran (size) dan bentuk (shape) tidak begitu jelas dan harus didefinisikan
secara acak.
Bentuk Partikel
Bentuk setiap partikel dikarakteristikkan dengan sferisitas atau kebolaan (Sphericity) S ,
yang tidak bergantung pada ukuran partikel. Untuk partikel berbentuk bola
dengan
diameter Dp, = 1; untuk partikel yang tidak berbentuk bola, sferisitas didefinisikan oleh
hubungan:
S=
dimana :
6V p
..(1)
D p x Sp
pemeriksaan mikroskop. Luas permukaan didapatkan dari pengukuran adsorpsi atau dari
penurunan tekanan di dalam hamparan partikel, dan kemudian pers. (1) diterapkan untuk
menghitung S. Untuk kebanyakan bahan pecahan, nilai S berkisar antara 0,6 dan 0,8,
seperti terlihat pada tabel 1; tapi untuk partikel yang telah membulat karena abrasi S bisa
sampai setinggi 0,95.
Untuk kubus dan silinder yang panjangnya L sama dengan diameternya, diameter
ekivalen itu lebih besar dasri L, dan S yang didapatkan dari diameter ekivalen ialah 0,61
untuk kubus dan 0,87 untuk silinder. Untuk bentuk-bentuk itu sebaiknya digunakan
diameter nominal L, karena rasio permukaan terhadap volume ialah 6/Dp, sama dengan
bola, dan hal ini membuat S sama dengan 1,0. Untuk isian kolom (column packing) seperti
cincin dan pelana, juga digunakan ukuran nominal untuk menentukan S.
Ukuran Partikel
Pada umumnya, diameter dapat ditentukan untuk setiap partikel yang ekidimensional.
Partikel yang tidak ekidimensional, yaitu yang panjang pada satu arah ketimbang pada arah
yang lain, partikel itu dikarakterisasi dengan dimensi utama yang kedua terpanjang. Untuk
partikel berbentuk jarum, umpamanya Dp akan menunjukkan tebal partikel, dan bukan pada
panjangnya.
Ukuran partikel manurut konvensi, dinyatakan dalam berbagai satuan, bergantung pada
jangkauan ukuran yang terlibat. Parikel-partikel kasar diukur dalam inci atau milimeter;
partikel halus dengan ukuran ayak, partikel yang sangat halus dengan ukuran mikrometer.
Partikel-partikel yang ultra halus kadang-kadang diberikan dengan luas permukaan per
satuan massa, biasanya dalam meter persegi per gram.
Ayakan (Sieving) | 6
N=
m
..(2)
p X V p
Sifat bentuk
bola
1,0
Cincin Raschig (L =
Dp)
Bahan
Pasir Rounded
0,95
Pasir Ottawa
0,83
Debu Coal
0,73
L = Do, Di = 0,5 Do
0,58
Pasir Hitam
0,65
L = Do, Di = 0,75 Do
0,33
Gelas Crushed
0,65
Pelana Berl
0,3
Sempih Mica
0,28
Luas permukaan partikel-partikel itu ialah, dari pers. (1) dan (2)
A=N S p =
6m
..(3)
S x p x D p
Agar dapat menerapkan pers. (2) dan (3) terhadap partikel yang mempunyai berbagai
ukuran dan berbagai densitas, campuran itu dipilahkan menjadi fraksi-fraksinya, masingmasing dengan densitas konstan dan ukuran yang mendekati konstan. Setiap fraksi ini
ditimbang, atau partikel-partikelnya dicacah atau diukur dengan salah satu cara yang dapat
digunakan. Pers. (2) dan (3) lalu dapat diterapkan terhadap setiap fraksi itu dan hasilnya
kemudian dijumlahkan.
Informasi dari analisis ukuran partikel didaftarkan untuk menunjukkan massa atau
jumlah fraksi yang terdapat didalam setiap tokokan atau pertambahan kecil (increment)
ukuran berbagai fungsi ukuran partikel rata-rata (atau jangkauan ukuran) di dalam tokokan
itu. Analisis yang ditabulasikan dengan cara demikian dinamakan analisis differensial
(differensial analysis). Hasilnya biasanya disajikan dalam bentuk histogram, seperti terlihat
pada gambar 1a, dengan menggunakan kurva kontinu sebagai pendekatan terhadap
distribusi, seperti ditunjukkan oleh garis putus-putus pada gambar itu. Cara kedua untuk
menyajikan informasi itu ialah dengan menggunakan analisis kumulatif (Cumulatif
Analysis) yang didapatkan dengan menjumlahkan tokokan-tokokan itu secara berurutan,
mulai dari yang mengandung partikel terkecil; lalu mendaftarkan atau memetakan jumlah
kumulatif tersebut terhadap diameter maksimum dari partikel yang terdapat di dalam
Ayakan (Sieving) | 7
tokokan itu. Gambar 1b, merupakan pemetaan terhadap analisis kumulatif distribusi yang
terlihat pada gambar 1a. Dalam analisis kumulatif, data itu dapat dinyatakan dengan baik
dalam bentuk kurva kontinu.
Perhitungan mengenai ukuran partikel rata-rata, luas permukaan partikel, atau populasi
partikel itu di dalam campuran itu dapat dibuat berdasarkan analisis differensial ataupun
analisis kumulatif. Pada prinsipnya, metode yang didasarkan atas analisis kumulatif lebih
tepat daripada yang didasarkan atas analisis differensial; sebab, bila kita menggunakn
analisis kumulatif, kita tidak perlu lagi mengandaikan bahwa semua partikel yang terdapat
di dalam satu fraksi tertentu mempunyai ukuran yang sama. Namun, dilain pihak ketelitian
pengukuran besar partikel biasanya tidak memadai untuk kita menggunakan analisis
kumulatif, sehingga perhitungan itu hampir selalu didasarkan atas analisis differensial saja.
Permukaan Spesifik Campuran
Jika densitas partikel p dan sferisitas s diketahui, luas permukaan partikel didalam
setiap fraksi dapat dihitung dari pers. (3).
Bila hasilnya untuk semua fraksi dijumlahkan kita akan mendapatkan A, yaitu
permukaan spesifik (spesific surface), artinya luas permukaan total per satuan massa
partikel. Jika p dan s adalah konstan, Aw diberikan oleh :
6X1
6X 2
6X n
...
S p D p1
S p D p2
S p D pn
Aw =
6
S p
xi
i 1
(4)
pi
Ayakan (Sieving) | 8
0.25
0.2
0.15
FRAKSI MASAA
0.1
0.05
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
UKURAN PARTIKEL
Fraksi Mas sa Kumulatif le bih kec il dar i ukura n ya ng ditetapka n
UKURA N PARTIKEL
Ds =
6
S
Aw p
(5)
Ds =
D pi
(6)
Ayakan (Sieving) | 9
Jika jumlah partikel di dalam setiap fraksi N i diketahui, dan bukan fraksi massanya.
Kadang-kadang, digunakan rata-rata lain. Diameter pukul-rata-rata aritmetik (arithmetic
mean diameter) DN ialah :
N
n
D pi
i 1
D pi
i 1
N
n
NT
i 1
(7)
DN =
1
3
Dv =
xi
i 1
3
D pi
(9)
Untuk contoh yang terdiri dari partikel seragam, diameter rata-rata, tentu saja sama.
Tetapi untuk campuran yang terdiri dari partikel berbagai ukuran, masing-masing diameter
rata-rata yang ada itu mungkin sangat berlainan satu sama lain.
Jumlah Partikel Di Dalam Campuran
Untuk menghitung, dari analisa differensial, jumlah partikel yang terdapat didalam
campuran, dapat kita gunakan pers. (2), yaitu persamaan untuk menghitung jumlah partikel
yang terdapat di dalam setiap fraksi. Kemudian N w, yaitu populasi total didalam suatu
massa contoh, didapatkan dengan menjumlahkan senua fraksi. Untuk suatu bentuk partikel
tertentu, volume setiap partikel itu sebanding dengan diameternya pangkat tiga, atau
vp = a Dp3 (10)
dimana a adalah faktor bentuk volume (volume shape factor). Dari pers.(2) dengan
mengandaikan bahwa a tidak bergantung pada ukuran, maka
1
a p
Nw =
xi
i 1
pi
1
a p Dv3
(11)
Ayakan (Sieving) | 10
= 1,41.
Untuk mendapatkan pemisahan ukuran yang lebih rapat, dibuat pula ayak-ayak dengan
4
ukuran ayak standar yang lebih kecil berikutnya. Namun biasanya ayak antara ini tidak
banyak dipakai.
Dalam melakukan analisis, seperangkat ayak standar disusun secara deret dalam suatu
tumpukan, dimana ayak denmgan anyaman paling rapat ditempatkan paling bawah, dan
yang anyamannya paling besar ditempatkan paling atas. Contoh yang dianalisis lalu
dimasukkan ke dalam ayak yang paling atas dan oengayak itu diguncang secara mekanis
selama beberapa waktu tertentu, misalnya selama 20 menit. Partikel yang tertahan pada
setiap ayak dikumpulkan dan ditimbang, dan massa pada setiap tokokan ayak itu
dikonversikan menjadi fraksi massa atau persen massa dari contoh keseluruhan. Setiap
partikel yang dapat lulus dari ayak yang terhalus dikumpulkan didalam suatu panci yang
ditempatkan pada dasar susunan itu.
Ayakan (Sieving) | 11
Hasil dari analisis ayak ditabulasikan untuk menunjukkan fraksi massa pada setiap
tokokan ayak sebagai fungsi dari jangkau ukuran mesh pada setiap tokokan itu. Oleh karena
partikel yang tertahan pada suatu ayak tertentu adalah yang lulus dari ayak yang di atasnya,
maka hanya diperlukan dua angka saja untuk menentukan jangkau ukuran suatu tokokan;
angka yang pertama berdasarkan ayak yang meluluskannya, dan yang kedua ayak yang
14
20
Contoh analisa ayak terlihat pada tabel 2. Dua kolom pertama memberikan ukuran mesh
dan lebar bukaan didalam ayak, kolom ketiga ialahj fraksi massa dari contoh keseluruhan
yang tertahan pada ayak yang bersangkutan. Fraksi itu ditandai dengan xi dimana i ialah
nomor ayak dihitung dari bawah; jadi i = 1 menunjukkan panci dan ayak i + 1 ialah ayak
berikut di atas ayak i. Lambang Dpi berarti diameter partikel, sama dengan besarnya bukaan
anyaman pada ayak i.
Dua kolom terakhir dalam tebel 2 menunjukkan diameter partikel rata-rata D pi pada
setiap tokokan dan fraksi kumulatif yang lebih kecil dari masing-masing nilai Dpi. Dalam
analisis ayak, fraksi kumulatif ini kadang-kadang dituliskan bertolak dari ayak paling atas
dan dinyatakan sebagai fraksi lebih besar dari ukuran tertentu.
Pemetaan secara differensial data yang terdapat di dalam kolom 2 dan 3. Tabel 2
memberikan gambaran yang salah mengenai distribusi ukuran partikel karena jangkau
ukuran partikel yang diliputnya berbeda dari suatu tokokan ke tokokan lain.
Bahan yang terkumpul di atas satu tokokan (ayak Tertentu) lebih sedikit bila jangkau
ukuran setiap jangkau itu masing-masing sama, dan data itu dapat dipetakan secara
langsung. Namun, disini kita akan mendapatkan gambaran yang lebih tepat dengan
memetakan xi/(Dpi+1 Dpi), dimana Dpi+1 Dpi ialah ukuran partikel dalam tokokan i. Hal ini
diilustrasikan oleh gambar 2a yang merupakan pemetaan langsung, dan Gambar 2b yang
merupakan pemetaan yang disesuaikan untuk partikel ukuran 20/28 mesh dan lebih kecil
yang didaftarkan pada table
Tabel 2. Analisis Ayak
Mesh
Bukaan ayak
Dpi, mm
Diameter partikel
rata-rata dalam
tokokan, Dpi, mm
Fraksi kumulatif
partikel yang
lebih kecil dari
Dpi
Ayakan (Sieving) | 12
4
6
8
10
14
20
28
35
48
65
100
148,6
200
Pan
4,699
3,327
2,362
1,651
1,168
0,833
0,589
0,417
0,295
0,208
0,147
0,104
0,074
-
0,0000
0,0251
0,148,60
0,3207
0,2570
0,1590
0,0538
0,0210
0,0102
0,0077
0,0058
0,0041
0,0031
0,0075
4,013
2,845
2,007
1,409
1,001
0,711
0,503
0,356
0,252
0,178
0,126
0,089
0,037
1,0000
0,9749
0,8499
0,5292
0,2722
0,1132
0,0594
0,0384
0,0282
0,0205
0,0147
0,0106
0,0075
0,0000
Grafik kumulatif dibuat dari hasil seperti yang didalam kolom 2 dan 5 dalam tabel 2.
Bila jangkau menyeluruh ukuran partikel itu besar, pemetaan itu sering dilakukan dengan
menggunakan skala logaritmik untuk diameter. Pemetaan kumulatif semilogaritmik
daripada analisis dari tabel 2 diberikan dalam gambar 3.
Pemetaan kumulatif itu dapat pula dibuat di atas kertas probabilitas-logaritmik dimana
skala absis dibagi sesuai dengan distribusi probabilitas menurut Gauss. Analisa ukuran
terhadap hasil dari mesin pemecah atau penggiling biasanya menghasilkan grafik garis
lurus di atas kertas itu, sedikitnya untuk sebagian besar jangkau ukurannya. Grafik seperti
itu dulu digunakan untuk ekstrapolasi ke ukuran partikel yang lebih kecil dari jangkau ayak
penguji, tetapi karena sekarang sudah ada metode untuk mengukur partikel yang sangat
kecil, hal tersebut di atas tidak diperlukan lagi.
Penentuan Ukuran Partikel Yang Sangat Halus
Ukuran partikel yang terlalu halus untuk analisis ayak dapat ditentukan dengan berbagai
metode, antara lain dengan sedimentasi differensial, pengukuran porositas pada hamparan
endapan, absorpsi cahaya di dalam suspensi, adsorpsi gas pada permukaan partikel, dan
dengan mencacah secara visual di baah mikroskop. Dalam salah satu peranti pengukur,
yaitu yang dinamakan pencacah Coulter (Coulter Counter), suspensi encer partikel dibuat
didalam zat cair pembawa yang bersifat penghantar listrik. Suspensi itu dilewatkan secara
perlahan melalui orifice yang sangat halus. Di dalam zat cair melintas orifice itu diberikan
penurunan tegangan listrik; arus yang mengalir diantara hulu dan elektrode hilir lalu diukur.
Ayakan (Sieving) | 13
III.
IV.
PROSEDUR
PERCOBAAN :
1. Ditimbang tokokan dan pan kosong dari alat ayakan.
2. Alat diset sesuai gambar dengan urutan pan paling
bawah dan selanjutnya tokokan yang berurutan
semakin ke atas nilai Mesh-nya makin kecil.
3. Bahan padat /arang (coal) ditimbang sebanyak 10
gram.
4. Arang dimasukkan ke dalam tokokan paling atas.
5. Alat ayakan dinyalakan sampai waktu dan frekuensi
tertentu.
6. Bahan dianalisis dengan dua percobaan berat konstan
dan waktu konstan.
7. Pan yang berisi coal ditimbang.
V.
DATA PENGAMATAN
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
T1 = 1 Menit
T2 = 2 Menit
T3 = 3 Menit
Waktu Konstan = 1 Menit
XI.
XII.
XIII.
Massa 1 = 5 gram
Massa 2 = 6 gram
Massa 3 = 7 gram
Ayakan (Sieving) | 15
XIV.
Data Kalibrasi Mesh
XV.
XVII.
esh
XVIII. 8
(gram)
Mesh (cm)
XX. 0,017
0
XXI. 1
XIX. 118,64
8
XXIII. 0,015
00
XXIV. 1
XXII. 113,94
0
XXVI. 0,012
20
XXVII.
XXV. 106,71
4
XXIX. 0,010
140
XXX. 1
XXVIII.
110,9
4
XXXII.
70
XXXI. 106,52
XXXIII.
Massa Konstan = 7 gram
0,0089
XXXIV.
XXXV.
Mesh
XXXIX.
Mesh (cm)
XL. 0,0178
80
XLIV. 1
XLV. 0,0150
53
40
35
XLVI. 0, XLVII. 0, XLVIII.
00
XLIX. 1
L.
0,0124
LI.
20
LIV. 1
LV.
0,0104
11
10
06
LVI. 0, LVII. 0, LVIII. 0,
0,0089
09
07
04
LXI. 0, LXII. 0, LXIII. 0,
40
LIX. 1
XXXVI.
12
LX.
70
LXIV. Total
XXXVII. XXXVIII.
14
0,09
0, LII. 0, LIII. 0,
06
05
03
LXV. 6, LXVI. 6, LXVII.6,
91
76
LXX. 5
LXXI. 6
57
LXIX.
Mesh (cm)
gram
gram
LXXIV.
0 LXXV.4, LXXVI.
,0178
47
5,17
LXXII.
7 gram
LXXVII.
5,96
LXXVIII. LXXIX.
0 LXXX.
LXXXI.
100
,0150
LXXXIII. LXXXIV.
0,20
0 LXXXV.
0,27
0,35
LXXXVI. LXXXVII.
120
,0124
LXXXVIII.LXXXIX.
0,14
0,20
0,27
0 XC. 0, XCI. 0, XCII. 0,
140
XCIII. 1
,0104
XCIV. 0,0089
70
XCVIII.
Total
LXXXII.
08
13
19
XCV. 0, XCVI. 0, XCVII.
03
07
0,12
XCIX. 4, C.
5, CI.
6,
92
84
89
CII.
CIII.
Perhitungan
CIV.
CV.
= 0,73
= 1,4 g/cm3
CVI.
CVII. Aw Kumulatif:
Mesh gr mesh 80 gr mesh 100 gr mesh120 gr mesh 140 gr mesh170
x(
+
+
+
+
)
total gr
total gr
total gr
total gr
total gr
( s+ p )
CVIII.
CIX.
CX. Aw Differensial:
CXI.
Mesh
gr mesh80 gr mesh 80+ gr mesh100 gr mesh 100+ gr mesh120 gr mesh 120+ gr mesh 140
x
+
+
+
total gr
total gr
total gr
total gr mesh 120
( s + p)
CXII.
CXIII.
Variasi Massa:
Pada 5 gram
Mesh 80
CXIV.
CXV.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
Mesh 100
( 4,47+0,20+0,14 +0,08+0,03)
0,0178
x
=8,357. 1003
(1,4 +0,73)
4,92
Aw Kumulatif =
CXVI.
CXVII.
Aw Differensial=
Mesh 120
CXVIII.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
CXIX.
( 4,47+0,20+0,14 +0,08+0,03)
0,0150
x
=7,042.1003
(1,4 +0,73)
4,92
( 4,47+0,20+0,14 +0,08+0,03)
0,0124
x
=5,822.1003
(1,4 +0,73)
4,92
Mesh 140
( 4,47+0,20+0,14 +0,08+0,03)
0,0104
=4,883.1003
CXX. Aw Kumulatif = (1,4 +0,73) x
4,92
CXXI.
Aw Differensial=
Mesh 170
Aw Kumulatif =
CXXII.
CXXIII.
( 4,47+0,20+0,14 +0,08+0,03)
0,0089
x
=4,178.1003
(1,4 +0,73)
4,92
Aw Differensial=
CXXIV.
Pada 6 gram
Mesh 80
(5,17+ 0,27+0,20+0,13+ 0,07)
0,0178
=8,357.1003
CXXV. Aw Kumulatif = (1,4 +0,73) x
5,84
Aw Differensial=
CXXVI.
Mesh 100
Aw Kumulatif =
CXXVII.
Aw Differensial=
CXXVIII.
(5,17+5,44+ 0,47+0,33+0,2)
0,0178
x
=0,0167
(1,4+0,73)
5,84
(5,17+ 0,27+0,20+0,13+ 0,07)
0,0150
x
=7,042.1003
(1,4 +0,73)
5,84
(5,17+5,44+ 0,47+0,33+0,2)
0,0150
x
=0,0141
(1,4+0,73)
5,84
Mesh 120
CXXIX.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
CXXX.
CXXXI.
Mesh 140
(5,17+ 0,27+0,20+0,13+ 0,07)
0,0104
x
=4,883.1003
(1,4 +0,73)
5,84
CXXXII.
Aw Kumulatif =
CXXXIII.
Aw Differensial=
(5,17+5,44+ 0,47+0,33+0,2)
0,0104
x
=9,765. 1003
(1,4+0,73)
5,84
Mesh 170
CXXXIV.
CXXXV.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
CXXXVI.
Pada 7 gram
Mesh 80
CXXXVII.
CXXXVIII.
Aw Kumulatif =
Mesh 120
Aw Kumulatif =
CXLI.
Aw Differensial=
Aw Differensial=
CXL.
CXLII.
Mesh 100
CXXXIX.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
Mesh 140
CXLIII.
CXLIV.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
Mesh 170
Aw Kumulatif =
CXLV.
CXLVI.
Aw Differensial=
CXLVII.
CXLVIII. Variasi Waktu
Pada 1 menit
Mesh 80
CXLIX.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
CL.
( 6,53+6,65+ 0,23+0,2+0,15 )
0,0178
x
=0,0167
6,91
( 1,4 +0,73 )
Mesh 100
Aw Kumulatif =
CLI.
CLII.
Aw Differensial=
( 6,53+6,65+ 0,23+0,2+0,15 )
0,0150
x
=0,0141
6,91
( 1,4 +0,73 )
Mesh 120
CLIII.
CLIV.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
( 6,53+6,65+ 0,23+0,2+0,15 )
0,0124
x
=0,0116
6,91
( 1,4 +0,73 )
Mesh 140
CLV.
CLVI.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
( 6,53+6,65+ 0,23+0,2+0,15 )
0,0104
x
=9,765. 1003
6,91
( 1,4 +0,73 )
Mesh 170
CLVII.
CLVIII.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
CLIX.
Pada 2 menit
Mesh 80
( 6,53+6,65+ 0,23+0,2+0,15 )
0,0089
x
=8,357. 1003
6,91
( 1,4 +0,73 )
Aw Kumulatif =
CLX.
Aw Differensial=
CLXI.
Mesh 100
CLXII.
CLXIII.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
Mesh 120
CLXIV.
CLXV.
Aw Kumulatif =
Aw Diff erensial=
Mesh 140
CLXVI.
CLXVII.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
Mesh 170
CLXVIII.
CLXIX.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
CLXX.
Pada 3 menit
Mesh 80
CLXXI.
CLXXII.
Aw Kumulatif =
Aw Differensial=
( 6,35+6,44 +0,15+0,1+0,07 )
0,0178
x
=0,0167
6,57
( 1,4 +0,73 )
Mesh 100
CLXXIII.
Aw Kumulatif =
CLXXIV.
Aw Differensial=
( 6,35+6,44 +0,15+0,1+0,07 )
0,0150
x
=0,0141
6,57
( 1,4 +0,73 )
Mesh 120
CLXXV.
CLXXVI.
A w Kumulatif =
Aw Differensial=
( 6,35+6,44 +0,15+0,1+0,07 )
0,0124
x
=0,0116
6,57
( 1,4 +0,73 )
Mesh 140
CLXXVII.
Aw Kumulatif =
CLXXVIII.
Aw Differensial=
( 6,35+6,44 +0,15+0,1+0,07 )
0,0104
x
=9,765.1003
6,57
( 1,4 +0,73 )
Mesh 170
(6,35+ 0,09+ 0,06+0,04 +0,03)
0,0089
=4,178.1003
CLXXIX. Aw Kumulatif = (1,4 +0,73) x
6,57
CLXXX.
Aw Differensial=
( 6,35+6,44 +0,15+0,1+0,07 )
0,0089
x
=8,357.1003
6,57
( 1,4 +0,73 )
CLXXXI.
Variasi Massa
CLXXXIV.
CLXXXVII.
5
gram
gram
CXCII.D
i
CXCV.K
f
f
e
r
CLXXXII.
CLXXXIII.
N
u
CXCIII.
Kumula
e
n
CXCIV.
Differensi
al
80
Kumulat
CCIV. 0
CCII. 0,
CCI.
03
8,357.10
01
67
CCIII.
0
03
8,357.10
CCV.
03
8,357.10
CCVII.
CCVI.
CCVIII.
10
2
0,0140
l
0
CXCVIII.
CXCIX.
CXCVII.
Differen
CC.
CXCVI.
7
CCXII.0
CCIX.
7,042.1003
CCX. 0,
01
41
CCXI.
7,042.1003
,
0
1
CCXIII.
7,042.1003
4
1
CCXV.
CCXIV.
CCXVI.
12
3
0,0116
CCXVII.
5,822.1003
CCXVIII.
0,0116
CCXIX.
5,822.1003
CCXXIII.CCXXIV.
CCXXV.
CCXXVI.
CCXXII.
14
9,765.1003 4,883.1003 9,765.1003
4
CCXXVII.
CCXXXI.
CCXXXII. CCXXXIII. CCXXXIV.
CCXXX.
17
8,357.1003 4,178.1003 8,357.1003
5
CCXXXV.
CCXXXVIII.
4,883.1003
4,178.1003
CCXX.
0,0116
CCXXVIII.
9,765.1003
CCXXXVI.
8,357.1003
CCXXI.
5,822.1003
CCXXIX.
4,883.1003
CCXXXVII.
4,178.1003
Variasi Waktu
CCXLI.
CCXLIV. 1 menit
CCL. K
CCXLIX.
CCXXXIX.
CCXL. Differen
N
M
s
i
a
l
CCLV.CCLVI. CCLVII.
1
80
0,0167
ff
er
en
si
al
i
f
CCLVIII.
CCLIX.
03
8,357.10
CCLXIV.
CCLXIII.
CCLXV.
10
2
0,0140
CCLXVI.
CCLXXII.
CCLXXI.
CCLXXIII.
12
3
0,0116
CCLXXIV.
7,042.1003
5,822.1003
0,0167
CCLXVII.
0,0141
CCLXXV.
0,0116
CCLIII.
Differen
u
l
a
t
CCLIV.
Kumulat
i
f
CCLX.
CCLXI.
03
8,357.10
CCLXVIII.
7,042.1003
CCLXXVI.
5,822.1003
0,0167
CCLXIX.
0,0141
CCLXXVII.
0,0116
CCLXII.
03
8,357.10
CCLXX.
7,042.1003
CCLXXVIII.
5,822.1003
CCLXXX.
CCLXXXI. CCLXXXII. CCLXXXIII.
CCLXXIX.
14
9,765.1003 4,883.1003 9,765.1003
4
CCLXXXVIII.
CCLXXXIX. CCXC.
CCXCI.
CCLXXXVII.
17
8,357.1003 4,178.1003 8,357.1003
5
CCXCII.
4,883.1003
4,178.1003
9,765.1003
CCXCIII.
8,357.1003
4,883.1003
CCXCIV.
4,178.1003
CCXCV.
CCXCVI.
CCXCVII.
CCXCVIII.
VI. PEMBAHASAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa percobaan ini
bertujuan untuk memisahkan bahan atas dasar ukuran partikel untuk memperoleh bahan dengan
ukuran partikel lebih uniform dari suatu material hasil proses penghancuran (grinding)
berdasarkan pada standard ayakan tyler. Pada Praktikum kali ini material yang akan dipastikan
adalah arang aktif.
CCXCIX.
Pengayakan dilakukan dengan dua percobaan berat konstan dan waktu konstan.
Partikel yang lolos melalui tangan tertentu disebut sebagai undersize dan partikel yang tertahan
diatas disebut oversize. Pada alat pengayakan, susuanan alat disusun dengan urutan pan paling
bawah dan selanjutnya tokokan yang berurutan semakin keatas nilai Mesh-nya makin kecil.
Dimana semakin besar ukuran ayakan maka semaki kecil ukuran lubang dalam inchi atau meter.
CCC. Pada percobaan jumlah arang aktif yang akan diayak yaitu 5 gram, 6 gram, dan 7 gram.
Kemudian arang dimasukkan ke dalam tokokan paling atas, lalu diatur waktunya selama 5 menit.
Selanjutnya diayak lagi dengan massa konstan yaitu 7 gram dengan variasi waktu 1 menit, 2
menit, dan 3 menit.
CCCI. Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa semakin besar ukuran mesh pada ayakan
maka semakin kecil bukaan ayak
D pi , mm
lubang ayakan, celah dan interval ayakan, ukuran partikel, kapasitas ayakan dan keefektifan dan
variabel dalam proses pengayakan.
CCCII.
CCCIII.
CCCIV.
CCCV.
CCCVI.
CCCVII.
VII. KESIMPULAN
CCCVIII.
Pengecilan ukuran adalah penghancuran dan pemotongan mengurangi ukuran bahan padat
dengan kerja mekanis, yaitu membaginya menjadi partikel-partikel yang lebih kecil.
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik berdasarkan perbedaan
ukuran.
Beberapa yang perlu diperhatikan dalam pengayakan yaitu jenis ayakan, cara pengayakan,
kecepatan pengayakan, ukuran ayakan, waktu pengayakan, serta sifat bahan yang akan diayak.
Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa semakin besar guncangan yang diberikan maka luas
permukaan spesifik yang didapat semakin besar.
Pada percobaan operasi ayakan ini diperlukan kelihaian dan kejelian dalam penimbangan yang
didapat.
Faktor penyebab berkurangnya jumlah bahan yang diayak haruslah dihindarkan sedini
mungkin, seperti angin, kesalahan penimbangan (bisa diakibatkan oleh alat yang tidak layak),
atau faktor akurasi lainnya.
CCCIX.
CCCX.
CCCXI.
CCCXII.
CCCXIII.
CCCXIV.
CCCXV.
CCCXVI.
CCCXVII.
CCCXVIII.
CCCXIX.
CCCXX.
CCCXXI.
CCCXXII.
CCCXXIII.
CCCXXIV.
CCCXXV.
CCCXXVI.
CCCXXVII.
CCCXXVIII.
CCCXXIX.
CCCXXX.
CCCXXXI.
CCCXXXII.
1995. Teknologi Kimia. Bagian 2. Diterjemahkan oleh Dr. Ir. Lienda Handojo, M. Eng.
Jakarta :PT Pradnya Paramita.
CCCXXXIII.
CCCLVII.
1
IX. TUGAS
Akurasi penimbangan yang kurang akibat alat sudah tidak layak (rusak).
Faktor angin sehingga menyebabkan pada saat ditimbang kemungkinan akan jatuh
kebawah.
Human error.
CCCLIX.
CCCLXI.
CCCLXII.
Prinsipnya seperti pemecahan menggunakan palu. Prinsip kerja hammer mill adalah rotor
dengan kecepatan tinggi akan memutar palu-palu pemukul di sepanjang lintasannya. Bahan
masuk akan terpukul oleh palu yang berputar dan bertumbukan dengan dinding, palu atau
sesama bahan. Akibatnya akan terjadi pemecahan bahan. Proses ini berlangsung terus
hingga didapatkan bahan yang dapat lolos dari saringan di bagian bawah alat. Jadi selain
gaya pukul dapat juga terjadi sedikit gaya sobek.
CCCLXIII.
dapat digunakan untuk bahan kristal padat, bahan berserat dan bahan yang agak lengket.
Pada skala industri penggiling ini digunakan untuk lada dan bumbu lain, susu kering, gula
dan lain-lain (Wiratakusumah, 1992).
CCCLXIV.
Konstruksinya sederhana
Tidak mudah rusak dengan adanya benda asing dalam bahan dan beroperasi tanpa bahan
Biaya operasi dan pemeliharaan lebih murah dibandingkan dengan burr mill
CCCLXV.
adalah:
Biaya pemasangan mula-mula lebih tinggi dari pada menggunakan burr mill
Untuk gilingan permulaan atau gilingan kasar dibutuhkan tenaga yang relatif besar
sampai batas-batas tertentu
CCCLXVI.
material besar menjadi potongan kecil. Mesin ini memiliki banyak macam aplikasi di
banyak industri, termasuk:
Etanol tanaman (jagung)
Sebuah mesin pertanian, yang pabrik gandum menjadi tepung kasar untuk diberi makan
kepada ternak
Fluff produksi bubur kertas
Jus buah produksi
Grinding palet pengiriman digunakan untuk mulsa
Penggilingan gabah
Penggergajian, ukuran pengurangan skrap trim dan serutan planet menjadi bahan bakar
boiler atau mulsa
Pencabikan kertas
CCCLXVII.
CCCLXVIII.
CCCLXIX.
Jaw Crusher (compressive crusher)
CCCLXX.
CCCLXXI.
bekerja mengandalkan kekuatan motor. Melalui roda motor, poros eksentrik digerakkan
oleh sabuk segitiga dan slot wheel untuk membuat jaw plate bergerak seirama. Oleh karena
itu, material dalam rongga penghancuran yang terdiri dari jaw plate, jaw plate yang
bergerak dan side-lee board dapat dihancurkan dan diberhentikan melalui pembukaan
pemakaian.
CCCLXXIII. Jaw Crusher adalah type crusher yang paling umum, dimana sistem
kerjanya memampatkan/menghimpit material hingga hancur, biasa digunakan untuk
menghancurkan batu jenis batu yang keras, seperti batu kali, batu pegunungan, batu
mineral, batu emas, batu mangan, batu besi, dsb. Unjuk kerja dari Jaw Crusher sangatsangat ditentukan oleh ukuran Fly wheel (Roda Gila) nya dan kekuatan Shaft, karena
kedua komponen tersebut berperan vital. Untuk operasional produksi penambangan Jaw
Crusher ini tidak bisa berdiri sendiri, harus didukung dengan peralatan2 yang lain.
CCCLXXIV.
Cone crusher
CCCLXXV.
CCCLXXVI.
CCCLXXVII.
penghancur
yang
digunakan
dalam
pertambangan,
1. Cone crusher memiliki karakteristik kekuatan tarik besar, efisiensi tinggi, kapasitas
crushing tinggi, biaya operasi yang rendah dan umur panjang. Hal ini mudah untuk
beroperasi dan ekonomis.
2. Bahan hancur adalah dengan ukuran yang sama, sehingga mengurangi beban beredar.
3. Penghancur besar dan menengah mengadopsi hidrolik ruang pembersih sistem, yang
akan membantu mengurangi down time.
4. Cone crusher dengan kamar yang berbeda yang tersedia, untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan kami.
5. Segel Grease efektif dapat menghindari penyumbatan sistem air makan dan sistem
drainase, serta pencampuran air dan minyak.
6. Sebagai perangkat perlindungan overload, alat pengaman pegas memungkinkan benda
asing dan potongan besi untuk melewati ruang menghancurkan tanpa membahayakan
mesin.
CCCLXXIX.
CCCLXXX.
lengan eksentrik, dinding menghancurkan atas (las kerucut), turun menghancurkan dinding
(bergerak kerucut), kopling fluida, sistem pelumas, sistem hidrolik dan sistem kontrol.
CCCLXXXI.
Prinsip Kerja dari Cone Crusher:
1. Ketika kerucut crusher bekerja, motor lengan eksentrik berputar. Lengan eksentrik
menggerakkan poros transmisi dan bagian kerucut untuk membuat gerakan ayunan.
Ketika akan berayun sampai permukaan dinding menghancurkan dengan dinding mortir
gulungan, batuan dan bijih yang ditekan dan dihancurkan.
2. Bersama antara lengan dan frame dikompresi dengan logam. Ketika blok logam dan
bahan lainnya yang tidak dapat hancur jatuh ke crusher, logam akan keluar dari
penghancur dan debit objek.
3. Ketika bahan yang tidak dapat dihancurkan melewati ruang menghancurkan atau
overload mesin, sistem keselamatan logam membuat lubang kerucut pemakaian
menjadi lebih besar. Saat objek keluar dari ruang menghancurkan, lubang pemakaian
secara otomatis akan reset. Cone crusher melanjutkan operasi normal.
4. Permukaan menghancurkan ruang ditutupi dengan memakai pelat baja, menolak lapisan
tinggi. Ukuran pemakaian lubang dapat disesuaikan hidrolik atau manual.
CCCLXXXII.
Roller Mills
CCCLXXXIII.
CCCLXXXIV.Prinsip kerja penggilingan. Hal ini digunakan untuk menggiling dan
menghancurkan gandum di tanaman sereal pengolahan. Hal ini dirancang untuk
mendapatkan tepung dan semolina dalam tepung dan pabrik semolina dengan mengolah
gandum dibersihkan. Aplikasi bidang:
Pada industri makanan lainnya untuk rolling, menghancurkan dan proses serupa
lainnya.
CCCLXXXV.
CCCLXXXVI.
Prinsip kerja:
CCCLXXXVII.
sistem pneumatik yang digerakkan oleh sebuah unit kontrol elektronik. Gandum bersih
memasuki pabrik rol dalam cermin suatu cerat dan proses penggilingan dimulai. Indikator
tingkat Capacitive menyesuaikan jumlah butir, yang memasuki pabrik rol dari inlet, yang
mengontrol gulungan makan. Biji-bijian, yang mengalir secara teratur melalui gulungan,
mengalami pengolahan. Sistem penyesuaian, yang menyediakan pendekatan yang sangat
tepat dari gulungan satu sama lain, dapat dengan mudah diintegrasikan dengan sistem
otomatisasi. Udara, yang tersedot melalui sistem pneumatik melalui saluran udara khusus
diciptakan, menyediakan aliran biasa gabah antara gulungan. Efisiensi dari pabrik rol
meningkat karena fitur tersebut.
ditempatkan di bawah pabrik rol dan kemudian disampaikan melalui suatu sistem
pneumatik.
CCCLXXXVIII.
Ball Mill
CCCLXXXIX.
CCCXC.
CCCXCI.
CCCXCII.
CCCXCIII.
CCCXCIV.
CCCXCV.
industry yang paling sangat dibutuhkan untuk hasil yang maksimal dalam kategori
penghancuran tingkat halus karena mesin grinding ball mill ini menggunakan teknologi
Balls (bolabola) yang di rancang sehingga memiliki luas permukaan per unit lebih dari
rod untuk menghasilkan bahan baku material yang lebih halus. Seperti halnya dalam pabrik
semen yang menerapkan teknologi ball mill pada mesin industri semen yang dikelola.
CCCXCVI.
Prinsip kerja Ball mill adalah memutarkan tabung berisi dengan peluru
besi seperti bolabola yang sudah diisikan di dalam mesin grinding tersebut terbuat dari
baja. Proses penghaluskan terjadi karena mesin grinding yang berputar sehingga ball di
dalamnya ikut menggelinding, menggerus dan menggiling seluruh material di dalam
grinding sampai halus. Jika kecepatan putaran terlalu cepat maka bola bola yang ada di
dalam mesin grinding akan menempel pada tabung dan hasil yang dihasilkan tidak akan
bagus jadi pengaturan harus disesuaikan untuk hasil yang maksimum.
CCCXCVII.
CCCXCVIII. Bola - bola penggiling yang terbuat dari baja, baik itu dari baja tempa,
baja paduan, baja karbon tinggi atau baja cor-coran dan konsumsi berat perbola berkisar
antara 0.1 sampai 1.0 kg per ton bijih tergantung dari kekerasan bijih yang akan digerus
hingga halus. Pengisian bola - bola besi ini dilakukan sebesar 40 sampai dengan 50% dari
volum mill (maksudnya dari volume silnder tempat penampungan material) dan sekitar
40% lagi adalah ruang kosong yang difungsikan sebagai ruang udara.
CCCXCIX. Silinder penampungan juga terbuat dari bahan besi yang berkualitas
terbaik untuk menghasilkan material / bijih yang maksimum, dengan volume yang berbeda
- beda tergantung kebutuhan konsumen karena ada juga industri penggerusan tingkat
rumahan ( misal seperti pembijihan air raksa, dan berujung dengan logam mulia) sampai
dengan industri besar seperti pemproduksi semen.
CD.
Mesin Ball Mill standart biasanya bekerja dengan kecepatan yang sudah
disetting secara default 70 sampai 80% dari kecepatan rata - rata kritis. Seperti halnya
dengan mesin rod mill, mesin grinding ball mill juga memliki klasifikasi jenis seperti
peripheral dicharge mill, offerflow mill dan grate mill.