Anda di halaman 1dari 3

Terjemahan Al-Qiyamah: 16-25

Kata ganti dalam frasa { }merujuk kepada al-Quran. Saat mendengarkan


bacaan al-Quran dari Jibril, Rasulullah Saw menandingi bacaan al-Quran Jibril.
Beliau Saw tidak sabar menunggu sampai Jibril selesai membaca, karena
ingin cepat hafal dan takut tak bisa mengikuti bacaannya. Maka Allah Swt
meminta beliau Saw untuk diam mendengarkan secara penuh dengan hati
dan pendengarannya, sampai wahyu itu selesai (dibacakan). Kemudian
dimulailah proses pembelajaran sampai wahyu tersebut meresap ke dalam
hati beliau Saw.
Ayat tersebut bermakna: janganlah engkau menggerakkan lidahmu untuk
membaca wahyu, selagi Jibril as masih membaca { } sehingga kamu
terburu-buru mengambilnya, agar kamu bisa mengikutinya.
Kemudian Allah Saw memberitahukan alasan beliau Saw dilarang terburuburu dengan berfirman { } di dadamu dan melengketkan
bacaannya di lidahmu. { } Di sini Allah menyamakan bacaan Jibril
dengan bacaan-Nya. Al-Quran adalah bacaan. { } maka ikuti saja
dan jangan menandingi bacaannya.
Tenangkan dirimu karena dia tetap akan bisa dihafalkan. Itu sudah menjadi
jaminan kami.
{ } kalau ada maknanya yang sulit bagimu tampaknya Nabi
Muhammad Saw terburu-buru ingin cepat-cepat menghafal sekaligus
menguasai maknanya. Seperti terlihat pada sebagian mahasiswa yang
terlalu bersemangat menuntut ilmu. Semakna dengan ayat {
} .
{ }adalah peringatan kepada Rasulullah Saw terhadap kebiasaan tergesagesa, sekaligus bentuk pengingkaran, serta motivasi untuk bersikap tenang
dan pelan. Peringatan tersebut semakin jelas karena diikuti oleh firman-Nya
Swt: {} . Seolah-olah Dia Swt bertitah: tetapi kalian semua,
wahai anak cucu Adam, suka tergesa-gesa, karena kalian memang
diciptakan dengan karakter dan tabiat seperti itu.
{} , ayat ini juga dibaca dalam qiraah lain dengan ya1, sehingga
maknanya menjadi lebih jelas. Kalau ada pertanyaan, apa hubungannya
firman Allah Swt { } dan seterusnya dengan peristiwa kiamat?
Pertanyaan itu akan saya jawab bahwa hubungannya dapat dilihat dari sisi
1 Artinya, yadzaruuna l-aakhirah (penerjemah)

melepaskan diri dari sikap tersebut, pengingkaran terhadap sikap suka


tergesa-gesa dan tidak mempedulikan akhirat.
Kata al-wajh merupakan potongan dari kalimat (utuh),2 sedangkan annadhirah berasal dari makna terang benderangnya surga naim. {
}memandang kepada Tuhan semata, tidak kepada yang lain. Poin ini
diambil dari posisi objek (maf`ul) yang berada di depan. Coba perhatikan
firman Allah Swt: {} , lalu {} , dan {
} atau {} , {} , dan {
}.
Bagaimana bisa perubahan posisi menjadi di depan (at-taqdiim) bisa
bermakna hanya? Tentu saja, mereka melihat sesuatu yang tidak bisa
dihingga dan tidak dihitung di padang mahsyar, tempat berkumpulnya
semua makhluk. Orang-orang mukmin (dapat) melihat pada hari itu karena
mereka merasa aman, tidak memiliki rasa takut ataupun menyimpan rasa
sedih. Maka pandangan mereka yang khusus kepada Allah, seandainya Dia
bisa dilihat,3 adalah sesuatu yang mustahil. Itulah sebabnya, hal ini harus
dipahami sebagai suatu yang bersifat khusus.
Maka dari itu, ia bisa dimaknai seperti dalam kalimat:

2 Mahmud berpendapat: Kata al-wujuuh merupakan bentuk kiasan dari sebuah


kalimat. Kata ini diletakkan di depan untuk memberi makna terbatas. Ahmad juga
berkisah: Betapa lidahnya sulit mengungkapkan maksud dari ayat ini. Sudah sering
dia berusaha untuk membantah kemampuan melihat (Allah) ini, menelusuri makna,
dan mendalaminya, tapi begitu menghadapi ayat ini, dia tidak dapat berkata apaapa lagi. Kalau memang maksudnya adalah melihat (Allah), tentu tidak akan
dibatasi dengan meletakkan objek (maf`ul bih) di depan. Sebab, itu berarti tidak
terbatas pada kemampuan melihat Allah. Sudah barang tentu bahwa orang yang
meresapi nikmatnya melihat keindahan wajah Allah tidak akan beralih
pandangannya, tidak akan terpengaruh pada apapun, dan tidak tertarik
memandang apapun selain-Nya. Tentu sudah seharusnya dia hanya melihat Dzat
yang tidak diserupai oleh apapun. Di dunia saja kita melihat seorang kekasih yang
sempat melihat kekasihnya pasti tidak akan berpaling darinya. Bandingkan dengan
seseorang yang mencintai Allah mendapat kesempatan memandang wajah-Nya
yang Maha Mulia. Kita memohon kepada Allah Yang Maha Besar agar tidak
memalingkan wajah-Nya dari kita dan melindungi kita dari bid`ah dan syubhat yang
licin. Cukuplah Dia bagi kita dan Dialah sebaik-baik pelindung.
3

Saya menunggu apa yang dilakukan oleh orang itu kepada saya, yang
bermakna menunggu dan berharap. Pola yang sama dapat ditemukan dalam
syair (dikutip dari al-Kamil):
Kalau aku melihatmu sebagai rajasedang di bawahmu ada laut,
bertambahlah nikmat-Mu kepadaku4
Saya pernah mendengar seorang musafir (malam) minta tolong. Saat orangorang tertidur pulas di waktu zhuhur dan mengelindur di tempat tidur
mereka, dia berujar: Saya dibuat susah melihat Allah dan kalian. Arti dari
ucapan ini adalah mereka hanya berharap nikmat dan kemurahan dari Tuhan
mereka. Sebagaimana halnya di dunia, mereka hanya takut dan berharap
kepada Allah Swt.
Al-baasir: orang yang pencemberut. Al-baasil: orang yang lebih pencemberut
lagi. Tapi sifat seperti ini lebih sering ditemukan pada laki-laki pemberani
saat merasa sangat sakit hati.
{ }mengira dia akan mendapat perlakuan yang sangat keras dan kejam.
{ }mala petaka yang luar biasa dahsyat.5
Sebaliknya, wajah-wajah yang cemerlang berharap akan mendapat
perlakuan yang baik.

4
5 [ ] berarti musibah yang luar biasa (sumber: Arabic Modern
Dictionary).

Anda mungkin juga menyukai