Oleh :
Nama
NIM
: 0970121020
Pembimbing
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Vehikulum
Memilih bahan dasar (vehikulum) obat topikal merupakan langkah awal dan terpenting yang
harus diambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada umumnya sebagai pegangan ialah pada
keadaan dermatosis yang membasah dipakai bahan dasar cair atau basah, misalnya kompres.
Dan pada keadaan dermatosis yang kering dipakai bahan dasar padat atau kering, misalnya
salap. Secara sederhana bahan dasar dibagi menjadi cairan, bedak, dan salap. Disamping itu
ada 2 campuran atau lebih bahan dasar, yaitu :1,2,3
a.
b.
c.
d.
Vehikulum cairan terdiri dari solusio dan tingtura. Disebut solusio jika bahan pelarutnya
murni air, sedangkan tingtura bahan pelarutnya berupa alkohol. Pengaplikasian solusio dapat
dibagi dalam tiga cara yaitu:1,2,3
a. Kompres
b. Rendam (bath) misalnya rendam kaki, rendam tangan
c. Mandi (full bath)
Cairan tingtura memiliki sifat antimitotik dan kaustik (membakar). Indikasi penggunaan
tingtura adalah untuk lesi kronik atau kering pada daerah yang berambut. Efek yang
diinginkan setelah penggunaan tingtura adalah penetrasi obat yang baik dan cepat. Misalnya
tink podofilin 15-25% untuk kondiloma akuminata, dan tink LCD 5-10% untuk psoriasis
pada kulit berambut.3
2.2 Prinsip Pengobatan Cairan
Radang akut ditandai dengan eritema berat, edema, vesikel, bula dan krusta. Basis obat yang
dibutuhkan adalah berbentuk cairan yang dipergunakan sebagai kompres, rendam atau
mandi.1,2,3
Kompres bekerja pada radang akut antara lain dengan cara :2,3
1. Penguapan air akan menarik kalor lesi sehingga terjadi vasokonstriksi, yang
mengakibatkan eritema berkurang.
2. Vasokonstriksi memperbaiki permeabilitas vaskuler, sehingga pengeluaran serum dan
edema akan berkurang.
3. Air melunakkan dan melarutkan krusta pada permukaan kulit, sehingga mudah
terangkat bersama kain kasa. Pembersihan krusta ini akan mengurangi sarang
makanan untuk bakteri dari cairan yang terperangkap di bawah krusta.
Hasil akhir pengobatan dengan cairan adalah keadaan yang membasah menjadi kering,
permukaan menjadi bersih sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi
proses epitelisasi. Pengobatan cairan juga berguna untuk menghilangkan gejala, misalnya
rasa gatal dan rasa terbakar yang disebabkan oleh bermacam-macam dermatosis. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tujuan kompres adalah sebagai berikut :1,2,3
1. Membersihkan kulit, menghilangkan kotoran, krusta, skuama, bakteri dan sisa obat
topikal yang dipakai sebelumnya.
2. Melindungi kulit dari pengaruh buruk lingkungan baik kimiawi maupun trauma.
3. Mempercepat proses epitelisasi dengan cara menciptakan lingkungan yang relatif
steril dan lembab.
4. Mengurangi rasa gatal dan nyeri karena terjadi penguapan air kompres.
Pengobatan dengan cairan dapat menyebabkan kulit menjadi terlalu kering, karena itu
pengobatan dengan cairan harus dipantau secara teliti. Jika keadaan sudah mulai kering,
maka pemakaiannya dapat dikurangi atau jika perlu dihentikan dan diganti dengan bentuk
pengobatan lainnya. Cara kompres lebih disukai daripada cara rendam dan mandi, karena
pada kompres terdapat pendinginan dengan adanya penguapan, sedangkan pada rendam dan
mandi dapat terjadi proses maserasi. Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya yang
bersifat astringen dan antimikrobial. Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein.
Cara kompres dikenal dengan dua macam, yaitu kompres terbuka dan kompres tertutup.1,2,3
2.3 Jenis-Jenis Solusio Untuk Kompres
Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya yang bersifat astringen dan antimikrobial.
Astringen mengurangi eksudat akibat presipitasi protein.1,4
1. Aluminium Asetat atau Burow Solution
Aluminium asetat atau Burow solution berisi sekitar 5% aluminium asetat yang diencerkan
1:10 sampai 1:40. Burow solution ini mudah digunakan dan tidak menodai daerah
sekitarnya. Indikasi burow solution adalah inflamasi kulit yang minor. Kerja obat burow
solution adalah sebagai astringen dan efek melembutkan terjadi akibat pendinginan dan
vasokonstriksi. Efek terapeutiknya mengurangi nyeri inflamasi pada kulit. Kontraindikasi
burow solution adalah pada hipersensitivitas. Solusio ini hanya untuk penggunaan luar,
hindari penggunaan pada sekitar mata. Dosis burow solution untuk dewasa dan anak-anak,
diberikan larutan 1:20 atau 1:40 sebagai balutan basah. Sediaan paket berisi larutan 1:40.4
2. Kalium Permanganat (KMnO4)
Kalium permanganat merupakan oksidator kuat yang digunakan sebagai agen antiseptik.
Kalium permanganat berupa kristal ungu dan mudah larut dalam air. Efek kalium
permanganat ialah antiseptik dan astringen. Pada dermatitis dipakai pengenceran 1:10000,
sedangkan pada infeksi digunakan pengenceran 1:5000. Pada dermatitis, kulit telah peka,
karena itu dipakai yang lebih encer. Jika konsentrasinya lebih kuat daripada 1:5000 dapat
mengiritasi kulit. Kalium permanganat adalah agen untuk mengoksidasi bahan-bahan
kimia yang bertanggung jawab terhadap aktivitas germisidal, efek astringen dan fungisida.
Preparat ini dapat mengotori kulit dan baju, kristal yang tidak larut akan mengakibatkan
luka bakar kimia pada kulit. Efek kalium permanganat membantu penyembuhan luka yang
tidak dalam, ulkus tropikum, tinea pedis, pemphigus dan impetigo.4
3. Normal Saline 0,9%
Normal saline 0,9% dapat dibuat dengan menambahkan kurang lebih 1 sendok garam
dalam 480 ml air. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9% merupakan larutan yang
fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl 0,9% merupakan larutan isotonis yang aman
untuk tubuh, tidak iritan, melindungi granulasi jaringan dari kondisi kering, menjaga
kelembaban disekitar luka dan membantu luka dalam proses penyembuhan.4
4. Perak Nitrat (AgNO3)
Perak nitrat berbentuk kristal putih mudah larut dalam air. Perak nitrat 0,1-0,5% adalah
germisid dan astringen yang sangat baik. Larutan perak nitrat dapat Larutan perak nitrat
dapat digunakan untuk ulkus disertai pus yang disebabkan oleh kuman gram negatif. Perak
nitrat dapat memberi warna coklat kehitaman pada kulit tetapi akan menghilang perlahanlahan. Perak nitrat dapat mengakibatkan nyeri apabila diberikan dalam konsentrasi lebih
dari 0,5%. Sifat germisid nya dapat terjadi karena presipitasi dari protein bakteri, dengan
cara melepaskan ion-ion perak.4
5. Povidon Iodine
Povidon-iodine bersifat bakteriostatik dengan kadar 640 g/ml dan bersifat bakterisid pada
kadar 960 g/ml. Povidon-iodine memiliki toksisitas rendah pada jaringan, tetapi detergen
dalam larutan pembersihnya akan lebih meningkat toksisitasnya. Dalam 10% povidon
iodine mengandung 1% iodium yang mampu membunuh bakteri dalam 1 menit dan
membunuh spora dalam waktu 15 menit.4
6. Asam Salisilat
Asam salisilat merupakan antipruritus, keratolitik, dan antiseptik. Asam salisilat yang
digunakan untuk kompres adalah 1%. Mekanisme kerja zat ini adalah pemecahan struktur
desmosom yang menyebabkan disintegrasi ikatan antar sel korneosit. Asam salisilat telah
digunakan secara luas dalam terapi topikal sebagai bahan keratolitik. Kompres dengan
asam salisilat dapat mengurangi jumlah mikroba dalam luka infeksi. Solusio asam salisilat
1:1000 dapat digunakan sebagai kompres pada luka. Solusio asam salisilat lebih nyaman
digunakan daripada solusio permanganas kalikus maupun rivanol, karena tidak mengotori
pakaian atau mewarnai kulit.4
7.
4. Balutan jangan terlalu tebal dan ketat, juga jangan menggunakan kapas karena kapas
dapat melekat pada lesi dan menghambat penguapan
5. Kasa dicelupkan ke dalam cairan kompres, diperas, lalu dibalutkan dan didiamkan,
biasanya sehari dua kali selama 3 jam. Bila kering, kasa diangkat dan dibasahkan lagi,
kemudian ditempelkan kembali pada lesi yang dikompres, demikian diulangi beberapa
kali selama 3 jam.
6. Hati-hati kasa jangan dibiarkan menempel pada lesi kulit sampai terlalu kering, sebab
dapat mengakibatkan lesi menjadi berdarah bila kain kasa yang kering dan lengket
diangkat.
7. Tidak boleh mengaplikasikan kompres lebih dari 1/3 bagian tubuh, karena dapat
menyebabkan hipotermi.
b. Kompres Tertutup
Kompres tertutup disebut juga kompres impermeabel. Dasarnya adalah vasodilatasi, bukan
untuk penguapan. Fungsi dari kompres tertutup adalah menjaga kehangatan kulit dan
mencegah evaporasi. Indikasi penggunaan kompres tertutup adalah pada kelainan yang
cukup dalam dan berpotensi untuk mengalami infeksi seperti limfogranuloma venerium.
Efek samping dari kompres tertutup adalah terjadinya maserasi pada lesi.1,2,3,4
Cara pengaplikasian kompres tertutup adalah :1,4
1. Gunakan kasa yang cukup tebal sebagai pembalut.
2. Kasa tersebut dibasahi dengan cairan kompres kemudian gunakan untuk menutupi lesi
3. Tempatkan penutup dengan bahan impermeabel misalnya selofan atau plastik diatas
kasa tersebut.
4. Kencangkan ikatan untuk menyingkirkan udara.
5. Plaster ujung-ujung plastik tersebut.
6. Diamkan selama 6-8 jam, buka kompres tertutup pada pagi hari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kompres dapat diaplikasikan pada manifestasi penyakit kulit yang berada pada stadium akut,
yang ditandai dengan eritema berat, edema, vesikel, bula dan krusta. Hasil akhir pengobatan
dengan kompres adalah keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih
sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi proses epitelisasi. Selain itu
juga berguna untuk menghilangkan gejala, misalnya rasa gatal dan rasa terbakar yang
disebabkan oleh bermacam-macam dermatosis.
Ada dua cara kompres yaitu kompres terbuka dan kompres tertutup. Indikasi kompres
terbuka adalah dermatosis yang basah dan akut, infeksi kulit dengan eritema yang mencolok
misalnya erisipelas, ulkus kotor yang mengandung pus dan krusta. Sedangkan kompres
tertutup indikasinya adalah pada kelainan yang cukup dalam dan berpotensi untuk mengalami
infeksi seperti limfogranuloma venerium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., et al. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
edisi ke 6. Jakarta: Penerbit FKUI.
2. Hatami, Esti. 2010. Pengobatan Topikal Penyakit Kulit. Departemen Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin FK UNSRI. Palembang.
3. Asmara A. 2012. Vehikulum Dalam Dermatologi Topikal. Bagian Ilmu Kesehatan
Kulit dan Kelamin FK UI. Jakarta.
4. Sulistyaningrum K. 2011. Beberapa Jenis Larutan Kompres dan Cara Aplikasinya.
Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNPAD. Bandung.