Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ak
://
tp
ht
s.
bp
b.
ik
a
ob
.id
go
.id
go
KABUPATEN WAKATOBI
b.
bp
s.
Of Wakatobi Regency
By Industrial Origin
2009-2013
ht
tp
://
ak
at
ob
ik
a
:
:
:
:
74070.1419
9302008.7407
28 x 21 cm
vii + 108 Hal.
.id
Nomor Publikasi
Nomor Katalog
Ukuran Buku
Jumlah Halaman
ik
a
ob
Penyunting :
Seksi Neraca Wilayah dan Analisis
b.
bp
Gambar Kulit :
Seksi Integrasi, Pengolahan, dan Diseminasi Statistik
s.
go
Naskah :
BPS Kabupaten Wakatobi
ak
at
Diterbitkan oleh :
Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi
://
Dicetak oleh
ht
tp
ii
KATA PENGANTAR
.id
Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Wakatobi 20092013 Menurut Lapangan Usaha merupakan lanjutan seri publikasi sebelumnya yang
diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi.
ik
a
b.
bp
s.
go
Data yang disajikan dalam publikasi ini adalah data PDRB atas dasar harga berlaku
dan atas dasar harga konstan 2000 yang mencakup tabel pokok dan tabel turunan. Pada
tabel pokok disajikan nilai nominal PDRB dan tabel turunannya seperti distribusi
persentase, indeks berantai dan indeks implisit. Karena belum lengkapnya data dasar
yang tersedia, maka beberapa angka yang disajikan, terutama untuk tahun 2012 dan
2013 masih angka sementara. Sedangkan angka tahun sebelumnya telah menggunakan
data revisi sesuai dengan data terbaru. Olehnya itu disarankan untuk memperhatikan
dan memakai angka terakhir.
ht
tp
://
ak
at
ob
iii
DAFTAR ISI
URAIAN
HALAMAN
i
...........................................................................................................................
ii
iii
DAFTAR ISI
.......................................................................................................................
iv
DAFTAR TABEL
.................................................................................................................
vi
DAFTAR GRAFIK
...............................................................................................................
vii
BAB I.
go
bp
s.
KATALOG
.id
.................................................................................................................
HALAMAN JUDUL
PENDAHULUAN
(1.1-1.5)
1.2
1.2.
1.2
1.3.
1.4
(2.1-2.15)
ak
2.1.
at
BAB II.
ob
ik
a
b.
1.1.
2.2
2.2
2.1.2.
Output .......................................................................................................................
2.4
2.1.3.
2.5
2.6
://
2.1.1.
tp
2.1.4.
2.7
2.1.6.
2.9
2.1.7.
2.10
2.11
2.2.1.
2.11
2.2.2.
2.13
2.2.3.
2.14
ht
2.1.5.
2.2.
BAB III.
3.1.
(3.1-3.18)
iv
3.2
3.2.
3.4
3.3.
3.5
3.4.
3.6
3.5.
3.7
3.6.
3.7
3.7.
3.9
3.8.
3.13
3.9.
Jasa-Jasa ......................................................................................................................
3.16
PERKEMBANGAN PDRB
(4.1-4.20)
.id
BAB IV.
4.2.
4.6
4.3.
4.11
4.4.
4.16
4.5.
.................................................................................
4.18
4.6.
Ketenagakerjaan
.................................................................................
4.19
b.
ik
a
BAB V.
bp
s.
go
4.1.
4.2
(5.1-5.17)
5.2
5.2.
5.4
5.3.
5.5
5.4.
5.8
5.5.
5.9
5.6.
5.7.
..............................................................................
9.12
5.8.
5.14
5.9.
Jasa-Jasa ......................................................................................................................
5.16
ht
tp
://
ak
at
ob
5.1.
BAB VI.
LAMPIRAN TABEL
9.10
(6.1-5.33)
DAFTAR TABEL
URAIAN
HALAMAN
4.3
4.2. Nilai Tambah Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha ....
4.5
4.3. Distribusi Nilai Tambah Sektor PDRB Atas Dasar Harga Berlaku...................................
4.10
4.12
4.16
4.18
..........................................................
4.19
5.2
s.
go
.id
4.1. Nilai Tambah Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha ..
bp
5.4
5.6
5.4. Nilai Tambah Sektor Listrik dan Air Bersih serta Turunannya.......................................
5.9
5.10
ik
a
b.
5.11
5.7. Nilai Tambah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta Turunannya ......................
5.13
ob
5.6. Nilai Tambah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Turunannya..................
5.16
5.18
ht
tp
://
ak
at
5.8. Nilai Tambah Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan serta Turunannya .
vi
DAFTAR GAMBAR
URAIAN
HALAMAN
..................................
1.3
4.1. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Dan Atas Dasar Harga Berlaku ..........
4.2
4.2.a. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku Menurut Kelompok Sektor .....................
4.7
4.2.b. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku Menurut Sektor ........................................
4.7
......................................
ht
tp
://
ak
at
ob
ik
a
b.
bp
s.
go
.id
vii
4.11
go
.id
Pendahuluan
PENDAHULUAN
ht
tp
://
ak
at
ob
ik
a
b.
bp
s.
BAB I
1.1
Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN
.id
pada masa-masa yang lalu perlu dimonitor dan dilihat hasil-hasilnya. Berbagai data statistik yang
go
merupakan ukuran kuantitas mutlak diperlukan untuk memberikan gambaran tentang keadaan
pada masa yang lalu dan masa kini, serta sasaran-sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan
s.
datang.
bp
Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi suatu kabupaten adalah serangkaian usaha dan
kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas
b.
ik
a
ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor
sekunder dan tersier pada tiap-tiap kabupaten. Dengan perkataan lain arah dari pembangunan
ob
ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat naik secara mantap, dan dengan
tingkat pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mengetahui tingkat dan pertumbuhan
at
pendapatan masyarakat suatu daerah, perlu disajikan statistik Pendapatan Regional secara
ak
berkala, untuk digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan nasional atau regional
khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat dipakai juga sebagai
bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai pihak,
://
tp
Untuk itu, Badan Pusat Statistik Kabupaten Wakatobi menerbitkan publikasi Produk
ht
Domestik regional Bruto dan berbagai indikator turunannya. Tersedianya data PDRB secara
berkala merupakan salah satu instrumen bagi pemerintah daerah Wakatobi dalam mengevaluasi
hasil-hasil pembangunan di Wakatobi.
1.2. KERANGKA DASAR EKONOMI REGIONAL
Apabila diperhatikan, transaksi ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari, secara sederhana dapat dibedakan dua kelompok besar yaitu: kelompok
produsen dan kelompok konsumen. Kelompok produsen menggunakan faktor produksi yang
berasal dari kelompok konsumen dan digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sebaliknya
1.2
Pendahuluan
barang dan jasa yang dihasilkan produsen dibeli oleh konsumen dan digunakan untuk memenuhi
kebutuhannya. Kelompok konsumen memiliki faktor produksi; tanah, tenaga, modal dan
kewiraswastaaan yang diberikan pada peusahaan dan menerima balas jasanya berupa sewa
tanah, upah dan gaji, bunga modal dan keuntungan. Balas jasa yang diterima ini disebut nilai
tambah atau pendapatan, yang selanjutnya digunakan oleh konsumen untuk membeli barang
dan jasa dari produsen untuk dikonsumsi. Transaksi dari kedua kelompok ini yang satu
merupakan pemakai barang dan jasa, berkesinambungan sehingga membentuk siklus
perekonomian.
Untuk melihat perputaran perekonomian yang sederhana, diumpamakan terjadi antara
.id
kelompok perusahaan dan kelompok rumahtangga di dalam suatu perekonomian yang tertutup
atau di dalam suatu daerah yang tidak melaksanakan transaksi dengan daerah lain. Gambar di
go
bawah ini menunjukkan transaksi yang terjadi antara rumahtangga dan perusahaan dalam suatu
bp
s.
b.
a. Faktor-faktor produksi;
(Tanah, Tenaga, Modal, Kewiraswastaan)
ik
a
Perusahaan
ob
Rumahtangga
ak
at
c. Pengeluaran konsumsi
(Arus Uang)
tp
://
Gambar 1.1. Siklus Aliran Barang Dan Jasa Dalam Perekonomian Tertutup
ht
Gambar diatas menunjukkan bahwa aliran barang dan jasa yang dihasilkan oleh
perusahaan akan sama dengan aliran uang yang diterima oleh rumahtangga, dan juga sama
dengan besarnya nilai uang yang dibelanjakan oleh rumahtangga. Di dalam kenyataan barang dan
jasa yang digunakan baik untuk konsumsi maupun barang modal, tidak semua berasal dari dalam
negeri tetapi sebagian dari luar negeri. Dan sebaliknya barang dan jasa yang dihasilkan di dalam
negeri tidak semuanya digunakan di dalam negeri tetapi sebagian digunakan di luar negeri, di
mana hal ini akan dicerminkan dalam perekonomian terbuka. Dalam hal pendapatan regional
pengertian luar negeri juga termasuk luar daerah. Untuk perekonomian yang sifatnya terbuka,
perputaran ekonomi akan lebih rumit dibandingkan dengan perekonomian tertutup sederhana.
Dengan melihat siklus ekonomi di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Regional adalah
sebagai berikut:
1.3
Pendahuluan
a)
Kalau ditinjau dari segi produksi, disebut Produk Regional (Region Product), merupakan
jumlah nilai tambah (produk) yang dihasilkan oleh unit-unit produksi yang dimiliki oleh
penduduk suatu daerah dalam jangka waktu yang tertentu (satu tahun).
b) Kalau ditinjau dari segi pendapatan, disebut Pendapatan Regional (Regional Income)
merupakan jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi yang
dimiliki oleh penduduk suatu daerah dalam jangka waktu yang tertentu (satu tahun).
c)
Atau apabila ditinjau dari segi pengeluaran, disebut Pengeluaran Regional (Region
Expenditure), merupakan jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumahtangga, lembaga swasta nirlaba, pemerintah, pembentukan modal tetap, perubahan
.id
stok dan ekspor neto suatu daerah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun).
go
Dalam kenyataannya pendapatan yang dihasilkan oleh daerah belum tentu akan
s.
bp
Sehubungan dengan itu maka timbullah aliran pendapatan dari satu daerah ke daerah lainnya.
b.
Produktivitas suatu daerah dicerminkan oleh produk domestik, sedang tingkat kesejahteraan
at
1.3
ob
ik
a
masyarakat dapat dilihat dari sudut penggunaannya, setelah diperhitungkan aliran pendapatan
ak
Perencanaan ekonomi suatu negara atau daerah umumnya bertujuan mencapai dua hal
pokok, yaitu :
1.
Mengusahakan agar pendapatan tersebut dapat terbagi atau diterima masyarakat secara
tp
2.
://
ht
lebih adil.
Untuk mengetahui hal tersebut secara kuantitatif diperlukan berbagai data statistik,
antara lain statistik Pendapatan Regional yang merupakan ukuran jumlah balas jasa atas
keikutsertaan seluruh faktor produksi dalam proses produksi barang/jasa di suatu wilayah atau
daerah dalam jangka waktu tertentu.
Dengan tersedianya data statistik Pendapatan Regional secara berkala dapat diketahui
hal-hal berikut :
a.
1.4
Pendahuluan
Apabila angka-angka Statistik Pendapatan Regional disajikan atas dasar harga konstan, akan
menunjukkan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah, baik secara menyeluruh
ataupun menurut sektor ekonomi.
b.
.id
go
s.
Salah satu masalah pokok yang selalu dihadapi oleh pemerintah maupun masyarakat adalah
bp
tingkat inflasi yang cenderung selalu tinggi. Peningkatan pendapatan masyarakat secara
b.
nominal akan berkurang artinya apabila diikuti oleh tingkat inflasi yang tinggi, karena bila
ik
a
faktor inflasi diperhitungkan belum tentu terjadi peningkatan secara riil. Tingkat inflasi yang
tinggi secara umum akan menurunkan daya beli masyarakat yang berpenghasilan nominal
ob
tetap. Penyajian PDRB atas dasar harga konstan bersama-sama dengan penyajian atas dasar
harga berlaku dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi atau deflasi yang
Gambaran Struktur Perekonomian
ak
d.
at
terjadi.
perekonomian suatu daerah. Berdasarkan angka masing-masing sektor dapat dilihat peranan
://
atau sumbangan sektor tersebut terhadap jumlah pendapatan secara keseluruhan. Selain itu
tp
ht
macam data dan hal ini bermanfaat dalam usaha kearah perbaikan perstatistikan. Makin
lengkap dan makin baik kualitas data yang disajikan makin baik pula angka Pendapatan
Regional yang disajikan dalam arti dapat memenuhi harapan.
1.5
ht
tp
://
ak
at
ob
ik
a
b.
bp
s.
go
.id
Pendahuluan
1.6
go
.id
s.
BAB II
ht
tp
://
ak
at
ob
ik
a
b.
bp
2.1
BAB II
KONSEP DAN METODOLOGI
Konsep dan definisi menjadi amat penting untuk memahami lebih lanjut mengenai data
yang tersedia. Arti, wujud fisik, karakteristik, batasan dan sifat kegiatan tentang eksistensi, perubahan dan perpindahan suatu barang & jasa harus tercermin jelas dalam konsep dan definisi.
Definisi yang berbeda akan menghasilkan data yang berbeda pula.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan data statistik yang merangkum
perolehan nilai tambah dari seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB dihitung dalam dua
.id
cara, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku
menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada setiap
go
tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa
s.
tersebut yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun tertentu (tahun dasar), dalam
bp
ik
a
b.
ob
Barang adalah produksi berbentuk fisik yang dapat diraba dan dilihat, sedang jasa adalah
produksi yang tidak dapat diraba dan dilihat. Barang dan jasa diproduksi melalui suatu proses
at
produksi atas partisipasi faktor produksi yang terdiri dari tanah, tenaga kerja, modal dan wiras-
ak
wasta. Proses produksi didefinisikan sebagai suatu proses yang menciptakan atau menambah
nilai, kegunaan atau manfaat baru dari suatu barang dan jasa.
Pada dasarnya barang dan jasa digunakan sebagai bahan dan alat, baik oleh rumahtangga
://
maupun produsen. Disebut sebagai bahan apabila habis dipakai sekali selama proses produksi
tp
dan sebagai alat apabila dipakai berulang-ulang dalam proses produksi. Semua jasa pada
ht
umumnya habis sekali dipakai dalam proses produksi maupun konsumsi. Barang yang diproduksi/digunakan dapat dibedakan antara barang tahan lama dan barang tidak tahan lama.
Barang dan jasa menurut penggunaannya dibedakan atas:
a.
Barang dan jasa untuk memenuhi permintaan antara, yaitu barang dan jasa yang digunakan
sebagai biaya antara di dalam proses produksi;
b.
Barang dan jasa untuk memenuhi permintaan akhir, yaitu barang dan jasa yang digunakan
oleh konsumen akhir. Barang dan jasa ini sebagian digunakan sebagai alat di dalam proses
produksi, dan dikategorikan sebagai barang modal.
Barang dan jasa menurut eksistensinya dibedakan atas:
2.2
Produk utama, yaitu barang dan jasa yang dihasilkan dari suatu proses produksi dengan nilai
a.
yang paling tinggi, atau volume fisiknya atau waktu pengerjaannya paling besar.
Produk sekunder, adalah barang dan jasa yang dihasilkan selain dari produk utama. Produk
b.
.id
go
s.
Perusahaan yang bergerak diberbagai lapangan usaha yang kegiatannya dibelanjai oleh hasil
a.
bp
penjualan barang dan jasa yang dihasilkan. Barang dan jasa tersebut dinilai atas dasar harga
b.
pasar yang umumnya meliputi biaya yang digunakan di dalam proses produksi termasuk ke-
b.
ik
a
untungan normal.
Produsen jasa pemerintah yang menyediakan jasa yang biasanya tidak diproduksi oleh unit
ob
lain, dan tujuannya mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan umum di bidang ekonomi
pemerintah sendiri.
Lembaga swasta yang tidak mencari untung (nirlaba) adalah produsen yang menyediakan
ak
c.
at
dan sosial. Sebagian besar dari jasa yang diproduksi digunakan untuk konsumsi akhir
jasa kepada rumahtangga atas dasar tidak mencari keuntungan dan tidak sepenuhnya
://
tp
ht
Pemakai barang dan jasa terdiri dari perusahaan, pemerintah, lembaga swasta nirlaba, lu-
ar negeri dan rumah tangga. Barang dan jasa digunakan untuk konsumsi antara dan konsumsi
akhir. Perusahaan, pemerintah, lembaga swasta yang tidak mencari untung dan pemakai di luar
negeri menggunakan barang dan jasa untuk konsumsi antara dan konsumsi akhir. Sedangkan
rumahtangga hanya memakai barang dan jasa untuk konsumsi akhir.
Penilaian
Barang dan jasa yang dihasilkan dari proses produksi dinilai atas dasar harga produsen.
Yang dimaksud dengan harga produsen adalah suatu tingkat harga yang diterima oleh produsen
yang terjadi pada transaksi pertama. Harga ini meliputi semua biaya yang dikeluarkan oleh pro-
2.3
dusen untuk memproduksi barang dan jasa termasuk keuntungan normal dan pajak tidak langsung neto. Harga produsen tidak termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan karena
margin perdagangan merupakan output dari kegiatan perdagangan penyaluran, dan biaya
pengangkutan merupakan output kegiatan pengangkutan yang menghubungkan produsen
dengan konsumen.
Para pemakai dalam menilai barang dan jasa yang digunakan adalah atas dasar harga
pembeli, yakni harga barang dan jasa tersebut sampai di tempat pembeli. Dalam harga pembeli
ini termasuk margin perdagangan dan biaya pengangkutan yang dilakukan oleh pihak lain, dan
tidak termasuk biaya pengangkutan yang dilakukan sendiri oleh pembeli. Dalam hal produksi
.id
yang berbentuk jasa, harga produsen sama dengan harga pembeli karena jasa diproduksi dan
go
s.
2.1.2. Output
bp
Cakupan Output
b.
Cakupan output meliputi perusahaan, produsen jasa pemerintah, dan lembaga swasta
ik
a
yang tidak mencari untung. Output perusahaan adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu meliputi baik produksi utama, produksi ikutan maupun produksi
ob
sampingan. Pada umumnya merupakan hasil perkalian antara kuantitas produksi dengan unit
harganya.
at
Barang dan jasa yang diproduksi selama suatu periode tertentu sebagian besar biasanya
ak
dijual pada periode yang sama, juga termasuk barang dan jasa yang dibuat untuk diberikan kepada pegawainya sendiri. Sisanya merupakan stok produsen dalam bentuk barang jadi atau seten-
://
rakitan.
gah jadi. Barang setengah jadi meliputi barang yang masih dalam proses pembuatan atau pe-
tp
Output dari produsen jasa pemerintah adalah sama dengan total pengeluaran untuk
ht
menghasilkan jasa tersebut yaitu merupakan jumlah dari belanja barang & jasa (biaya antara),
upah dan gaji pegawai serta penyusutan barang modal pemerintah. Hampir seluruh output
pemerintah dikonsumsi oleh pemerintah sendiri.
Output dari lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga adalah sama dengan
jumlah pengeluaran untuk menghasilkan jasa tersebut yaitu terdiri dari biaya antara, pembayaran upah dan gaji, penyusutan serta pajak tak langsung (kalau ada). Sebagian terbesar output dari lembaga ini dikonsumsi oleh lembaga itu sendiri.
2.4
.id
output berupa jasa adalah sama dengan nilai yang dibayarkan oleh pembeli jasa tersebut. Output
atas dasar harga produsen dari perdagangan sama dengan nilai penjualan barang dikurangi nilai
go
s.
Output yang tidak dipasarkan atau output dari komoditi yang diproduksi untuk konsumsi
sendiri, sejauh mungkin dinilai atas dasar nilai produsen komoditi yang sejenis dipasarkan. Bila-
bp
mana produsen menjual sebagian dari komoditi yang dihasilkan dan sebagian lagi dikonsumsi
b.
sendiri, harga produsen dari penjualan komoditi di pasar mungkin termasuk biaya transpor, jasa
ik
a
distribusi yang dilakukan oleh perusahaan yang memproduksi barang tersebut. Apabila produsen
sama sekali tidak menjual produksinya maka harga yang digunakan adalah harga yang berlaku di
ob
daerah tersebut untuk jenis barang yang sama. Biasanya harga yang tersedia adlah harga eceran,
ak
at
Biaya antara terdiri dari barang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan di dalam proses
produksi. Barang tidak tahan lama adalah barang yang mempunyai suatu perkiraan umur
Biaya antara disatu pihak, dengan balas jasa pegawai. suatu perusahaan sering mencatat
tp
a.
://
penggunaan kurang dari satu tahun. Beberapa kasus batas dalam penentuan biaya antara
ht
barang dan jasa yang diberikan kepada pegawai, sebagai biaya antara. Seharusnya, pengeluaran ini dimasukkan di dalam balas jasa pegawai.
b.
Pengeluaran konsumsi rumahtangga atau pembentukan modal tetap bruto di lain pihak.
Pengeluaran pegawai ke dan dari tempat bekerja dimasukkan sebagai pengeluaran konsumsi rumahtangga. Perlakuan ini dipakai karena pengeluaran tersebut sepenuhnya merupakan
keputusan yang dilakukan oleh pegawai. Penggantian uang perjalanan, makan dan sejenisnya yang diadakan oleh pegawai dalam hubungannya untuk melaksanakan tugas, diperlakukan sebagai biaya antara. Pengeluaran perusahaan untuk jasa kesehatan, obat-obatan
dan rekreasi untuk pegawainya pada umumnya diperlakukan sebagai biaya antara, karena
2.5
pengeluaran ini adalah untuk kepentingan perusahaan dan bukan kepentingan pegawai
secara individu.
c.
Perbaikan kecil yang dimasukkan sebagai biaya antara, dengan perbaikan besar yang dimasukkan sebagai pembentukan barang modal tetap. Perbaikan kecil mencakup pekerjaan
yang dilakukan untuk memperbaiki kerusakan dan penggantian suku cadang barang modal
tetap yang sudah aus, sedang perbaikan besar mencakup pekerjaan yang menambah umur
penggunaan suatu barang modal tetap atau meningkatkan produktivitasnya.
d.
.id
jaan irigasi, perluasan tempat dan penggalian pertambangan, penanaman dan pengusahaan
baru dari tanaman keras, dimasukkan sebagai pembentukan modal tetap.
go
Penilaian dan waktu pencatatan komoditi yang digunakan sebagai biaya antara, pada prin-
s.
sipnya adalah atas dasar harga pembeli, pada saat barang tersebut digunakan.
bp
b.
Nilai tambah bruto secara sederhana adalah pengurangan output dengan biaya antaranya.
ik
a
Namun untuk sektor-sektor yang sulit dihitung outputnya, nilai tambah dihitung berdasarkan
komponennya. Komponen nilait tambah bruto terdiri dari pendapatan faktor, penyusutan ba-
at
Pendapatan Faktor
ob
ak
a.
://
jasa pegawai. Seluruh pembayaran yang diterima pegawai secara langsung sehubungan
tp
dengan pekerjaannya, baik dalam bentuk uang maupun barang, dimasukkan sebagai upah
ht
dan gaji, sebelum dipotong iuran jaminan sosial dan sejenisnya, pajak upah dan sebagainya.
b.
Sewa tanah sebagai balas jasa tanah. Sewa dibayar untuk tanah pertanian ataupun tanah
lainnya yang digunakan dalam kegiatan usaha. Dalam sewa termasuk juga royalti yaitu
pembayaran untuk hak paten, hak cipta, merk dagang, hak pengusahaan hutan dan sebagainya.
c.
Bunga sebagai balas jasa modal. Bunga modal adalah pengeluaran perusahaan untuk membayar bunga dari modal yang dipinjam yang digunakan dalam kegiatan usaha.
d.
Keuntungan sebagai balas jasa kewiraswastaan. Keuntungan perusahaan mencakup keuntungan perusahaan sebelum dipotong pajak perusahaan dan pajak langsung lainnya dan
2.6
sebelum dibagikan sebagai deviden. Keuntungan perusahaan di sini merupakan selisih antara surplus usaha dengan sewa tanah dan bunga modal.
Penyusutan Barang Modal
Barang-barang modal yang dipakai dalam proses produksi selalu mengalami kerusakan
dan pada suatu waktu tidak berfungsi lagi dan akhirnya akan menjadi barang bekas yang kalau
dijual tidak akan memberikan nilai yang berarti. Di samping itu untuk barang modal yang belum
sempat dipakai dalam proses produksi, pada masa mendatang akan mengalami penurunan nilai
walaupun tidak secepat jika dipakai.
.id
go
tersebut. Dengan demikian pada waktu barang modal yang lama tersebut sudah tidak bisa dipa-
s.
kai lagi, uang yang disisihkkan itu dapat dipakai untuk membeli barang modal yang baru. Penye-
bp
diaan biaya ini dalam perhitungan pendapatan regional disebut penyusutan barang modal.
b.
ik
a
Pajak tidak langsung neto adalah merupakan selisih antara pajak tidak langsung dengan
2.1.5.
ob
subsidi.
at
Wilayah perekonomian yang akan diteliti untuk membuat suatu perhitungan pendapatan
ak
nasional adalah suatu negara, sedang untuk membuat suatu perhitungan pendapatan regional
adalah suatu daerah dari suatu negara. Pengertian daerah disini dapat merupakan Daerah Ting-
://
Transaksi ekonomi yang akan dihitung adalah transaksi yang terjadi dalam wilayah do-
tp
mestik suatu daerah, dan transaksi yang dilakukan oleh masyarakat (resident) dari daerah terse-
ht
but.
2.7
Namun, kenyataan menunjukkan bahwa sebagian dari faktor produksi yang digunakan dalam kegiatan produksi di suatu daerah berasal dari daerah lain atau dari luar negeri, demikian
juga sebaliknya faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk daerah tersebut ikut serta dalam
proses produksi di daerah lain atau di luar negeri. Hal ini menyebabkan nilai produk domestik
yang timbul di suatu daerah tidak sama dengan pendapatan yang diterima penduduk daerah tersebut. Dengan adanya arus pendapatan yang mengalir antar daerah ini (termasuk juga dari dan
ke luar negeri) yang pada umumnya berupa upah/gaji, bunga, deviden dan keuntungan maka
timbul perbedaaan antara produk domestik dan produk regional.
Produk regional suatu wilayah adalah produk domestik ditambah dengan pendapatan yang
.id
diterima dari luar daerah/negeri dikurang dengan pendapatan yang dibayarkan ke luar daerah/negeri tersebut. Jadi produk regional merupakan produk yang ditimbulkan oleh faktor
s.
go
bp
Penduduk suatu daerah adalah individu-individu atau anggota rumahtangga yang berWisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) daerah lain yang
ik
a
a.
b.
tinggal di wilayah domestik daerah tersebut kurang dari 6 bulan yang bertujuan untuk ber-
ob
tamasya atau berlibur, berobat, beribadah, kunjungan keluarga, pertandingan olahraga nasional/internasional dan konferensi- konferensi atau pertemuan lainnya, dan kunjungan da-
at
ak
b. Awak kapal laut dan pesawat udara luar negeri/luar daerah yang kapalnya sedang masuk
dok atau singgah di daerah tersebut.
Pengusaha asing dan pengusaha daerah lain yang berada di daerah tersebut kurang dari 6
c.
://
bulan; pegawai perusahaan asing dan pegawai perusahaan daerah lainnya yang berada di
tp
wilayah domestik daerah tersebut kurang dari 6 bulan, misalnya untuk tujuan memasang
ht
d. Pekerja musiman yang berada dan bekerja di wilayah domestik daerah tersebut, yang bertujuan sebagai pegawai musiman saja.
e.
Anggota Korps Diplomatik, konsulat, yang ditempatkan di wilayah domestik daerah tersebut.
f.
Orang-orang yang tersebut di atas dianggap sebagai penduduk dari negara atau daerah di mana
dia biasanya bertempat tinggal.
2.8
2.1.6.
go
.id
tadi, akan diperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar.
s.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga pasar dikurangi penyusutan akan diperoleh Produk Domestik Regional Neto atas dasar harga pasar. Penyusutan yang dimaksud di
bp
sini ialah nilai susutnya (ausnya) barang-barang modal yang terjadi selama barang-barang modal
ik
a
b.
ob
Konsep biaya faktor memasukan unsur pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah
dan subsidi yang diberikan oleh pemerintah kepada unit-unit produksi. Pajak tidak langsung neto
at
merupakan pajak tidak langsung yang dipungut pemerintah dikurangi dengan subsidi
ak
pemerintah. Pajak tidak langsung ini meliputi pajak penjualan, bea ekspor dan impor, cukai dan
lain-lain pajak, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseorangan. Pajak tidak langsung dari
unit-unit produksi dibebankan pada biaya produksi atau pada pembeli hingga langsung berakibat
://
menaikkan harga barang. Produk Domestik Regional Neto atas dasar harga pasar dikurangi
tp
dengan pajak tidak langsung neto, maka hasilnya adalah Produk Domestik Regional Neto atas
ht
2.9
jadi pendapatan dari pemilik modal tadi. Kalau Produk Domestik Regional Neto atas dasar biaya
faktor dikurangi dengan pendapatan yang mengalir ke luar dan ditambah dengan pendapatan
yang mengalir ke dalam tadi, maka hasilnya akan merupakan Produk Regional Neto yaitu merupakan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima oleh seluruh penduduk yang tinggal di daerah yang dimaksud. Produk Regional Neto inilah yang merupakan Pendapatan Regional.
Pendapatan Regional Perkapita
Bila Pendapatan regional ini dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu,
.id
go
Kegiatan ekonomi yang terjadi di suatu daerah beraneka ragam sifat dan jenisnya.
s.
Berbagai kegiatan yang bercorak ragam ini perlu dikelompokkan sesuai dengan jenis kegiatan
yang sama, sehingga dengan demikian dapat ditentukan apakah suatu kegiatan termasuk dalam
bp
kelompok kegiatan ekonomi tertentu seperti misalnya pertanian, industri, jasa-jasa dan se-
b.
bagainya. Pengelompokkan kegiatan ekonomi sering pula disebut Klasifikasi Sektor Lapangan
ik
a
Usaha.
Pembagian kegiatan ekonomi ke dalam sektor didasarkan pada kesamaan dan kebiasaan
ob
satuan ekonomi dalam cara berproduksi, sifat dan jenis barang dan jasa yang dihasilkan oleh
masing-masing sektor dan penggunaan barang dan jasa bersangkutan. Yang dimaksud dengan
at
cara berproduksi dalam penyusunan klasifikasi ini adalah yang berkaitan dengan proses, teknolo-
ak
tara data yang dihasilkan, sehingga gambaran mengenai perkembangan dan perbedaan antar
://
tp
Dalam upaya memperoleh keterbandingan data yang dihasilkan oleh berbagai negara, PBB
ht
menerbitkan publikasi mengenai Klasifikasi Lapangan Usaha yang berjudul: International Standard Industrial Classification of All Economic Activities (ISIC).
Untuk pengumpulan data secara nasional, biasanya terhadap klasifikasi yang diterbitkan
oleh PBB ini dilakukan penyesuaian sesuai dengan kondisi yang berlaku di tiap negara. Demikian
juga halnya dengan di Indonesia, BPS menerbitkan Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI)
yang menjadi pegangan bagi pengumpulan statistik di Indonesia. Dalam penyusunan pendapatan
nasional ataupun pendapatan regional, klasifikasi sektor yang dipakai terdiri dari 9 sektor sebagai
berikut:
(1) Pertanian;
(2) Pertambangan dan Penggalian;
2.10
2.2.1.
.id
go
Metode yang diterapkan dalam penghitungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
s.
sangat tergantung pada data yang tersedia dan asumsi serta pertimbangan pertimbangan tertentu. Produk Domestik Regional Bruto dihitung melalui dua metode yaitu metode langsung dan
bp
b.
Penyajian dalam bentuk seperti ini memperlihatkan besaran dari nilai tambah bruto maspenilaian
ik
a
ing-masing sektor, sesuai dengan keadaan pada tahun yang sedang berjalan. Dalam hal ini
terhadap produksi, biaya antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan
ob
menggunakan harga yang berlaku pada masing-masing tahun yang bersangkutan. Pada harga
berlaku bila data dilihat secara runtun waktu (series), perkembangan PDRB/Pendapatan
at
Regional yang meningkat dapat diartikan bahwa disamping peningkatan karena terjadinya
ak
peningkatan produksi, perkembangan tersebut juga dapat disebabkan karena adanya peningkatan harga. Oleh karena itu penyajian PDRB atas dasar harga berlaku masih dipengaruhi oleh
://
faktor inflasi/deflasi.
tp
ht
Metode langsung adalah penghitungan nilai tambah dari suatu lapangan usaha/sektor
dengan mempergunakan data yang tersedia di daerah baik didapat melalui sensus maupun melalui survei dan inventarisasi data dari instansi-instansi pemerintah/swasta yang ada di daerah.
Penghitungan ini mencakup semua produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh daerah sehingga
karekteristik daerah akan tercermin melalui penggunaan metode ini.
Metode ini dapat diperoleh dengan menggunakan tiga pendekatan, yaitu pendekatan
produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan pengeluaran.
Pendekatan Produksi
2.11
PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi
di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Penghitungannya adalah dengan
menjumlahkan nilai tambah dari barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi
dengan cara mengurangkan biaya antara masing-masing total produksi bruto tiap-tiap sektor
atau sub sektor. Sektor yang dihitung dikelompokkan menjadi 9 sektor yaitu : Sektor pertanian,
sektor Pertambangan dan Penggalian, Sektor Industri Pengolahan, Sektor Listrik, Gas, dan Air
Bersih, Sektor Bangunan/Konstruksi, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, Sektor Pengangkutan, dan komunikasi dan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-
.id
jasa.
Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)
go
Pendekatan dari segi pengeluaran bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan
s.
jasa yang diproduksi sendiri di dalam suatu wilayah. Dalam hal ini perlu dipedomani bahwa total
suplai atau penyediaan dari barang dan jasa merupakan penjumlahan dari penggunaan barang
bp
dan jasa sebagai input produksi (penggunaan antara) dan penggunaan akhir. Komponen penge-
b.
luaran yaitu Pengeluaran konsumsi rumah tangga, Pengeluaran konsumsi pemerintah, Penge-
ik
a
luaran konsumsi lembaga swasta nirlaba, Pembentukan modal tetap domestik bruto, Perubahan
ob
at
Pada pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan ekonomi diperkirakan
ak
dengan jalan menjumlahkan semua balas jasa faktor produksi seperti upah dan gaji, surplus
usaha serta penyusutan dan pajak tak langsung neto. Sektor pemerintahan dan usaha-usaha yang
sifatnya tidak mencari untung, surplus usahanya biasanya tidak diperhitungkan. Adapun yang
://
termasuk dalam surplus usaha di sini adalah bunga neto, sewa tanah dan keuntungan. Mengingat
tp
data pendapatan menurut pelaku ekonomi belum tersedia, maka penyusunan PDB/PDRB dengan
ht
2.12
erat kaitannya dengan sektor yang dihitung. Sektor-sektor yang dihitung dengan menggunakan
cara ini antara lain adalah sektor perbankan dan sektor pemerintahan umum.
2.2.2.
tahun dasar. Semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara yang digunakan ataupun nilai
tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan pada harga tahun dasar. Penyajian seperti ini
akan memperlihatkan perkembangan produktifitas secara riil karena pengaruh perubahan harga
inflasi/deflasi sudah dihilangkan. Penyajian atas dasar harga konstan berguna antara lain untuk
.id
memberikan gambaran tentang perkembangan ekonomi baik secara keseluruhan maupun secara
sektoral, untuk melihat perubahan struktur perekonomian serta perencanaan ekonomi lainnya.
s.
go
Beberapa metode yang digunakan untuk menghitung PDRB atas dasar konstan adalah
bp
Metode Revaluasi
b.
Metode revaluasi ini merupakan perkalian kuantum (output) produksi tahun yang berjalan
ik
a
dengan harga tahun dasar sehingga menghasilkan PDRB konstan. Dalam rumus dapat dinyatakan
at
ak
ob
sebagai berikut:
Metode Ekstrapolasi
://
Metode ekstrapolasi ini merupakan perkalian output produksi harga tahun dasar dengan
ht
tp
suatu indeks produksi dibagi 100. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut:
100)
Metode Deflasi
Metode deflasi ini merupakan pembagian output produksi harga tahun berjalan dengan
suatu indeks harga dibagi 100. Dalam rumus dapat dinyatakan sebagai berikut:
100)
2.13
100)
100)
s.
2.2.3.
go
.id
bp
angka absolut, disajikan juga dalam bentuk angka indeks. Secara rinci angka indeks tersebut ada-
ik
a
b.
ob
Diperoleh dengan cara membagi nilai masing-masing sektor/sub sektor dengan nilai total
seluruh sektor PDRB dikalikan 100 pada tahun yang bersangkutan (baik atas dasar harga berlaku
ak
at
Diperoleh dengan membagi nilai-nilai PDRB masing-masing tahun dengan nilai pada tahun
://
dasar,dikalikan 100% untuk masingmasing sektor / subsektor. Indeks ini menunjukkan tingkat
ht
tp
lumnya dikalikan 100% untuk masingmasing sektor/subsektor. Apabila angka ini dikalikan dengan
angka 100 dan hasilnya dikurangi 100, maka angka ini menunjukkan tingkat pertumbuhan
produksi untuk masing-masing tahun.
Indeks Harga Implisit
2.14
Diperoleh dengan membagi nilai PDRB atas dasar harga berlaku dengan nilai PDRB atas
dasar harga konstan untuk masing-masing tahun dikalikan dengan 100. Indeks ini menunjukkan
tingkat perkembangan harga dari agregat pendapatan terhadap harga pada tahun dasar.
Inflasi
Diperoleh dari indeks harga implisit dengan membuatkan indeks berantainya dari tahun ke
tahun. Angka ini akan menunjukkan tingkat perkembangan harga setiap tahun terhadap tahun
sebelumnya. Angka-angka tersebut juga menunjukkan secara berkala besaran inflasi yang men-
ht
tp
://
ak
at
ob
ik
a
b.
bp
s.
go
.id
cakup seluruh barang dan jasayang diproduksi dalam wilayah penghitungan PDRB.
2.15
ht
tp
://
ak
at
ob
ik
a
b.
bp
s.
go
.id
2.16
s.
go
.id
bp
BAB III
ht
tp
://
ak
at
ob
ik
a
b.
3.1
BAB III
RUANG LINGKUP SEKTOR-SEKTOR PDRB
Salah satu kendala dalam memahami publikasi PDRB adalah masalah konsep dan definisi
serta ruang lingkupnya yang memuat data dan informasi statistik. Padahal dalam perencanaan
pembangunan sangat diperlukan data-data statistik, karena selain dibutuhkan untuk strategi
pembangunan, juga digunakan untuk bahan evaluasi kebijakan.
.id
go
Sektor pertanian mencakup segala pengusahaan yang didapat dari alam dan merupakan
s.
barang-barang biologis atau hidup, dimana hasilnya akan digunakan untuk memenuhi hidup
sendiri atau dijual kepada pihak lain, tidak termasuk kegiatan yang tujuannya untuk hobi saja.
bp
Sektor pertanian meliputi: sub sector tanaman bahan makanan, tanaman perkebunan rakyat,
b.
tanaman perkebunan besar, peternakan dan hasil-hasilnya, kehutanan, perikanan dan jasa
ob
3.1.1.
ik
a
pertanian
Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan misalnya padi, jagung, ketela
at
pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, dan hasil-hasil
ak
produksi ikutannya. Termasuk hasil pengolahan yang dilakukan secara sederhana misalnya,
gaplek dan sagu. Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertanian
Tanaman Pangan. Data harga ditingkat produsen diperoleh dari Badan Pusat Statistik.
://
Nilai Tambah Bruto (NTB) atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara Pendekatan
tp
Produksi. Output diperoleh dengan mengalikan setiap jenis kuantum produksi dengan masing-
ht
masing harganya. Nilai tambah diperoleh dengan mengurangkan output dengan biaya antara.
Biaya antara diperoleh dari perkalian rasio biaya antara dengan nilai outputnya. Bila harga yang
tersedia hanya ditingkat konsumen maka output diperoleh dengan mengalikan produksi tahun
yang bersangkutan dengan harga pada tahun yang sama ditambah dengan produk ikutan,
produks sampingan dan mark up, kemudian dikurangi biaya pengangkutan dan margin
perdagangan. Rasio produksi ikutan dan sampingan, rasio biaya pengangkutan dan margin
perdagangan serta rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional
(SKPR) yang dilakukan BPS. Rasio mark up bisa diperoleh dari Dinas Pertanian.
NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi yaitu mengalikan
kuantum produksi masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangi
3.2
berbadan hukum) dan semua jenis kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan perkebunan yang
mempunyai bentuk badan hukum dan dilakukan secara profesional komoditi yang dihasilkan
seperti kelapa, kopi, cengkeh, cokelat, jambu mete, dan sejenisnya. Data produksi diperoleh dari
Dinas perkebunan kabupaten, sedangkan data harga diperoleh dari BPS Kabupaten.
Output atas dasar harga berlaku subsektor ini diperoleh dengan cara mengalikan produksi
.id
dengan harga pada tahun yang bersangkutan, kemudian dikurangi dengan biaya pengangkutan
dan margin perdagangan (bila hanya tersedia harga konsumen). Nilai tambah bruto atas dasar
go
harga berlaku subsektor perkebunan rakyat diperoleh dengan metode produksi yaitu
s.
mengurangkan output dengan biaya antaranya. Biaya antara diperoleh dengan menggunakan
ik
a
3.1.3.
b.
bp
rasio biaya antara terhadap output yang diperoleh dari hasil SKPR. Output dan nilai tambah atas
Subsektor ini mencakup kegiatan pemeliharaan segala jenis ternak dan unggas dengan
ob
tujuan untuk dikembangbiakan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasil-hasilnya baik yang
dilakukan oleh rakyat maupun oleh perusahaan peternakan. Perkiraan produksi peternakan
at
diperoleh dengan perkiraan jumlah pemotongan ternak ditambah kenaikan stok (populasi ternak
ak
akhir dikurangi ternak awal tahun) ditambah ekspor netto (ternak keluar dikurangi ternak
masuk). Data jumlah ternak dipotong, kenaikan stok, ekspor netto dan produk ikutan ternak
diperoleh dari dinas peternakan kabupaten, sedangkan data harga diperoleh dari BPS. Produk
://
tp
NTB atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara Pendekatan Produksi yaitu
ht
mengalikan setiap jenis produksi ternak dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi
dengan biaya antara. Biaya antara diperoleh dari hasil SKPR yang dilakukan BPS. NTB atas dasar
harga konstan 2000 dihitung dengan cara Revaluasi.
3.1.4.
Subsektor Kehutanan
Subsektor ini meliputi kegiatan penebangan kayu serta pengambilan getah-getahan dan
akar-akaran. Hasil penebangan lainnya adalah kayu bakar, arang dan bambu. Data produksi
kehutanan diperoleh dari dinas kehutanan kabupaten, sedangkan data harga produk kehutanan
diperoleh dari BPS.
NTB atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara Pendekatan Produksi yaitu mengalikan
3.3
produksi kehutanan dengan masing-masing harganya, kemudian dikurangi biaya antara. Biaya
antara diperoleh dari hasil SKPR. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara
Revaluasi.
3.1.5.
Subsektor Perikanan
Subsektor ini mencakup semua kegiatan penangkapan, pembenihan dan budidaya segala
jenis ikan dan biota air lainnya. Komoditi hasil perikanan antara lain: ikan tuna dan jenis ikan laut
lainnya; ikan mas dan jenis ikan darat lainnya; ikan bandeng dan jenis ikan air payau lainnya;
udang dan binatang berkulit keras lainnya; cumi-cumi dan binatang lunak lainnya; rumput laut
.id
go
sebelumnya, yaitu penghitungan atas dasar harga berlaku menggunakan metode produksi dan
s.
b.
bp
ik
a
ob
mineral dan barang galian yang tersedia di alam, baik berupa benda padat, benda cair maupun
gas. Penambangan dan Penggalian ini dapat dilakukan dibawah tanah maupun diatas permukaan
at
bumi. Sifat dan tujuan dari kegiatan tersebut adalah untuk menciptakan nilai guna dari barang
ak
tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, dijual atau diproses lebih
lanjut. Seluruh jenis komoditi yang dicakup dalam sektor pertambangan dan penggalian,
dikelompokkan dalam tiga subsektor, yaitu: pertambangan minyak dan gas bumi (migas),
://
pertambangan bukan migas dan penggalian. Komoditas yang diusahakan di Wakatobi hanya
ht
tp
penggalian.
Subsektor Penggalian
Kegiatan penggalian mencakup penggalian dan pengambilan segala jenis barang galian
seperti batu-batuan, pasir dan tanah yang pada umumnya berada pada permukaan bumi dan
biasa disebut dengan golongan C. Hasilhasil kegiatan ini antara lain adalah batu gunung, batu
kerikil, pasir bahan bangunan, tanah timbunan, tanah liat dan sebagainya. Data produksi
bersumber dari dinas pertambangan kabupaten dan estimasi survei penggalian dari BPS. Data
harga bersumber dari survei harga BPS.
Metode penghitungan output penggalian dilakukan dengan berbagai pendekatan yaitu
pendekatan produksi, rasio dari permintaan sektor lain, dan pendapatan. Dalam metode
3.4
produksi, output diperoleh dengan perkalian antara kuantum barang galian yang dihasilkan
dengan harga per unit barang tersebut. Rasio biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus
Pendapatan Regional (SKPR) yang dilakukan BPS.
Output sektor penggalian juga dapat diperkirakan dari permintaan sektor lain yang
menggunakan hasil kegiatan penggalian, misalnya sektor industri batu-bata menggunakan tanah
liat sebagai bahan bakunya; sektor industri batako menggunakan pasir, dan sektor konstruksi
membutuhkan pasir, batu koral, tanah urug, dan sebagainya untuk bahan bakunya. Rasio
penggunaan produk galian sebagai input sektor lainnya diperoleh dari survei khusus BPS.
Cara lain untuk memperoleh ouput sektor penggalian adalah dengan menggunakan
.id
pendapatan/ pajak galian golongan C sebagai pembanding. Data galian golongan C dapat
diperoleh di Dinas pendapatan daerah kabupaten.
go
Perhitungan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan untuk pengalian bisa
s.
menggunakan meode revaluasi atau bisa juga dengan metode deflasi, dengan indeks harga
bp
b.
ik
a
Kegiatan industri adalah kegiatan untuk merubah bentuk baik secara mekanis maupun
kimiawi dari bahan organik atau anorganik menjadi produk baru yang lebih tinggi mutunya.
ob
Industri pengolahan dibagi menjadi industri pengolahan migas dan industri pengolahan bukan
migas. Kegiatan industri yang diusahakan di Wakatobi adalah industri pengolahan bukan migas.
at
Berdasarkan jumlah tenaga kerjaya, industri pengolahan dibagi menjadi 2 yaitu industri
ak
besar/sedang mencakup perusahaan dengan pekerja 20 orang keatas serta industi kecil/ rumah
tangga dengan pekerja kurang dari 20 orang.
://
dikelompokkan menjadi sembilan kelompok komoditi yaitu 1) Industri Makanan, Minuman dan
tp
Tembakau; 2) Industri tekstil, Pakaian Jadi dan Kulit; 3) Industri Kayu, bambu, Rotan, dan Perabot
ht
Rumahtangga; 4) Industri Kertas dan barang-barang dari kertas, Percetakan dan Penerbitan; 5)
Industri Kimia dan barang-barang dari Bahan Kimia, Minyak Bumi, Batu-bara, Karet dan Plastik; 6)
Industri Barang-barang Galian Bukan Logam, Kecuali Minyak Bumi dan Batu-bara; 7) Industri
Logam Dasar 8) Industri Barang dari Logam, Mesin dan Peralatannya; serta 9) Industri Pengolahan
lainnya.
NTB atas dasar harga berlaku untuk industri besar dan sedang menggunakan Pendekatan
Produksi yaitu nilai output dikurangi biaya antara. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari
Survei Tahunan Industri Besar dan Sedang yang setiap tahun dilakukan oleh BPS. Industri kecil
dan rumah tangga diestimasi berdasarkan indikator jumlah tenaga kerja dan rata-rata output per
tenaga kerja, yang bersumber dari Survei Industri Mikro Kecil (IMK) triwulanan dan tahunan oleh
3.5
BPS. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung menggunakan metode deflasi, dengan
deflatornya Indeks Harga barang-barang Industri menurut kelompok industri.
3.4. SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH
Subsektor ini yang diusahakan di Wakatobi adalah subsektor listrik, dan subsektor air
bersih. Sedangkan sektor subsektor gas tidak diusahakan.
3.3.1. Listrik
Kegiatan ini mencakup pembangkitan dan penyaluran tenaga listrik. Baik yang
.id
diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun oleh perusahaan Non PLN
seperti pembangkitan listrik oleh Perusahaan Pemerintah Daerah dan listrik yang diusahakan
go
oleh swasta (perusahaan maupun perorangan) dengan tujuan untuk dijual, dipakai sendiri, hilang
s.
Metode penghitungan yang dilakukan untuk subsektor ini adalah pendekatan produksi,
bp
yaitu nilai tambah bruto diperoleh dari nilai output dikurangi dengan biaya antara. Pada kegiatan
b.
pembangkitan, nilai output listrik diperoleh dari perkalian antara kuantum listrik yang
ik
a
dibangkitkan dengan biaya pembangkitan per unit listrik tersebut. Sedangkan pada kegiatan
listrik distribusi, nilai output diperoleh dari perkalian kuantum listrik yang dijual dengan tarif per
ob
unit listrik. Data listrik yang dibangkitkan, listrik yang terjual, biaya pembangkitan, dan tarif listrik
diperoleh dari PLN. Data listrik non-PLN diperoleh dari survei khusus oleh BPS. Biaya antara
at
diperoleh dari perkalian rasio biaya antara dengan outputnya. Ratio biaya antara didapat dari
ak
hasil survei khusus yang diselenggarakan oleh BPS. Penghitungan atas dasar harga konstan
Air Bersih
://
3.4.1.
tp
Kegiatan ini mencakup proses pembersihan, pemurnian dan proses kimiawi lainnya untuk
ht
menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya melalui pipa dan alat lain ke
rumahtangga, instansi pemerintah maupun swasta baik yang dilakukan oleh Perusahaan Air
Minum (PAM) maupun bukan PAM. Kegiatan ini juga mencakup usaha air bersih melalui sumur
artesis yang dikomersialkan.
NTB atas dasar harga berlaku dengan Pendekatan Produksi yaitu nilai output dikurangi
biaya antara. Nilai produksi (output) kegiatan ini diperoleh dari hasil kali antara kuantum air
minum yang disalurkan dengan harga per unitnya, termasuk output yang diterima oleh
perusahaan yang berasal dari kegiatan lainnya. Nilai output dan biaya antara diperoleh dari
Survei Air Minum PDAM tahunan oleh BPS. Sedangkan untuk ouput usaha non-PAM diperoleh
3.6
dari survei khusuh yang juga dilakukan oleh BPS. NTB atas dasar harga konstan 2000 dihitung
dengan menggunakan metode Revaluasi.
3.5.
SEKTOR BANGUNAN
Kegiatan konstruksi meliputi pembuatan, pembangunan, pemasangan dan perbaikan
(berat maupun ringan) semua jenis konstruksi seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan
tempat tinggal, jalan, jembatan, pelabuhan (laut, udara), terminal, monumen, dam, instalasi
jaringan listrik, gas, air dan jaringan komunikasi serta bangunan lainnya.
.id
Untuk menghitung nilai tambah sektor bangunan, ada tiga pendekatan yaitu pendekatan
produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan arus barang (Commmodity flow). Dalam
go
metode produksi, nilai output diperoleh dengan mengalikan jumlah bangunan dengan rata-rata
s.
ouput per bangunan. Output konstruksi dari proyek pemerintah dapat diperoleh dari Survei
PMTB yang dilakukan BPS. Output konstruksi juga dapat diperoleh dari survei konstruksi tahunan
bp
oleh BPS.
b.
ik
a
jumlah tenaga kerja sektor bangunan dengan rata-rata ouput per tenaga kerja. Jumlah tenaga
kerja sektor bangunan diperoleh dari olahan Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS). Rata-
ob
rata ouput per tenaga kerja diperoleh dari hasil Sensus Ekonomi yang di-inflate atau digerakkan
dengan IHPB Bangunan.
at
Pendekatan arus barang adalah suatu metode untuk menghitung nilai output suatu sektor
ak
berdasarkan input yang digunakan dalam sektor tersebut yang diperoleh dari sektor lain. input
dapat dibedakan menjadi dua yaitu input primer dan input antara yang jumlah keduanya sama
://
dengan output. Namun metode ini jarang digunakan karena ketersediaan data.
SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
tp
3.6.
ht
Sektor ini terdiri dari tiga subsektor yaitu subsektor perdagangan, subsektor hotel dan
subsektor restoran. Pada dasarnya kegiatan yang dicakup meliputi kegiatan perdagangan,
penyediaan akomodasi/hotel, serta penjualan makanan dan minuman seperti restoran, warung,
kedai, pedagang keliling dan sejenisnya.
3.6.1.
baru maupun bekas, untuk tujuan penyaluran/pendistribusian tanpa merubah bentuk barang
tersebut. Subsektor perdagangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu: Perdagangan Besar dan
Perdagangan Eceran.
3.7
Perdagangan besar mencakup kegiatan pembelian dan penjualan kembali barang baru
atau bekas oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang
eceran, perusahaan, dan lembaga yang tidak mencari untung. Sedangkan perdagangan eceran
mencakup kegiatan pedagang yang umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah
tangga tanpa merubah bentuk, baik barang baru maupun barang bekas.
Output atau margin perdagangan merupakan selisih antara nilai jual dan nilai beli barang
yang diperdagangkan setelah dikurangi dengan biaya angkutan yang dikeluarkan oleh pedagang.
Sedangkan biaya antaranya adalah seluruh biaya yang digunakan untuk kepentingan usaha
perdagangan. Penghitungan output subsector perdagangan dilakukan dengan cara pendekatan
.id
arus barang yaitu dengan menghitung besarnya margin perdagangan barang-barang yang
diperdagangkan dari sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, industri serta barang-
go
barang dari impor. Sehingga dalam pendekatan ini dibutuhkan rasio margin perdagangan, dan
s.
rasio jumlah barang yang diperdagangkan (marketed surplus ratio). Sedangkan nilai tambah
brutonya diperoleh dengan mengalikan rasio nilai tambah bruto subsektor perdagangan dengan
bp
total outputnya.
b.
Untuk mendapatkan nilai atas dasar harga konstan digunakan cara revaluasi atau deflasi,
ik
a
dimana indeks harga perdagangan besar (IHPB) atau indeks harga konsumen (IHK) sebagai
3.6.2.
ob
deflatornya.
Hotel
at
ak
atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan. Yang dimaksud akomodasi di sini adalah
hotel berbintang maupun tidak berbintang, serta tempat tinggal lainnya yang digunakan untuk
menginap seperti losmen, motel, dan hostel. Termasuk pula kegiatan penyediaan makanan dan
://
minuman serta penyediaan fasilitas lainnya bagi para tamu yang menginap dimana kegiatan
tp
tersebut berada pada satu kesatuan manajemen dengan penginapan yang datanya sulit
ht
dipisahkan.
Nilai tambah bruto subsektor hotel dapat diperoleh dengan pendekatan produksi. Output
atas dasar harga berlaku subsektor hotel diperoleh dengan mengalikan indikator produksi yaitu
jumlah tamu yang menginap atau jumlah hotel/penginapan dengan indikator harganya yaitu
rata-rata output per tamu atau rata-rata output per hotel. Dataya diperoleh dari survei VHTL
tahunan dan VHTS bulanan oleh BPS. Nilai tambah bruto diperoleh dengan mengalikan output
dengan rasio nilai tambahnya. Sedangkan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga
konstan dapat diperoleh dengan menggunakan metode ekstrapolasi atau metode deflasi dengan
indeks tarif hotel tertimbang sebagai deflatornya.
3.8
3.6.3.
Restoran
Kegiatan subsektor restoran mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi
yang pada umumnya dikonsumsi di tempat penjualan baik dengan tempat tetap maupun tidak
tetap, termasuk pedagang makanan/minuman keliling. Kegiatan yang termasuk subsektor ini
misalnya rumah makan, warung nasi, warung sate, warung kopi, katering, kantin, tukang bakso,
tukang rujak dorongan, dan tukang es.
Nilai tambah bruto subsektor restoran dapat diperoleh dengan pendekatan produksi.
Output restoran atas dasar harga berlaku dapat diperoleh dengan cara mengalikan antara
indikator produksi yaitu jumlah pengunjung restoran atau jumlah restoran dengan indikator
.id
harga yaitu rata-rata output per restoran atau rata-rata output per pengunjung. Data jumlah
restoran atau pengunjung restoran dapat diperoleh dari Dinas pariwisata kabupaten. Sedangkan
go
data rata-rata output per restoran atau rata-rata output per pengunjung diperoleh melalui survei
s.
khusus oleh BPS. Nilai tambah brutonya dihitung berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto
dengan outputnya. Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dapat diperoleh
bp
dengan metode ekstrapolasi dengan indeks produksi sebagai ekstrapolatornya atau metode
3.7.
ik
a
b.
ob
Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang, jasa penunjang
angkutan dan komunikasi. Pengangkutan meliputi kegiatan pemindahan penumpang dan atau
at
barang dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan
ak
baik bermotor maupun tidak bermotor. Sektor pengangkutan meliputi angkutan kereta api, jalan,
://
tp
Jenis kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang barang dan
ht
penumpang dengan menggunakan kendaraan umum angkutan jalan raya baik bermotor maupun
tidak bermotor. Jenis kendaraan bermotor antara lain meliputi bus, truk, taksi, mikrolet, dan
sejenisnya, sedangkan jenis kendaraan tidak bermotor meliputi becak, delman/dokar,
gerobak/pedati, dan sebagainya.
Dengan metode produksi, output angkutan jalan raya atas dasar harga berlaku untuk
kendaraan bermotor dan tidak bermotor merupakan perkalian indikator produksi (jumlah
armada/kendaraan) dengan indikator harga (rata-rata output per armada) untuk masing-masing
jenis angkutan.
Output atas dasar harga konstan dapat diperoleh dengan menggunakan metode revaluasi,
ekstrapolasi, dan deflasi. Metode Revaluasi yaitu mengalikan jumlah armada/kendaraan yang
3.9
beroperasi dengan rata-rata output per armada tahun dasar. Selanjutnya nilai tambah bruto
diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah bruto dengan outputnya.
3.7.1.
Angkutan Laut
Angkutan laut mencakup kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan kapal laut yang beroperasi didalam dan keluar daerah. Kegiatan yang dikenal
dengan nama pelayaran ini hanya mencakup perusahaan pelayaran milik nasional. Menurut
daerah operasinya dibedakan atas pelayaran samudera (antar region), pelayaran nusantara
(antar pulau/daerah) dan pelayaran khusus, pelayaran perintis, pelayaran lokal dan pelayaran
.id
rakyat.
Dengan pendekatan produksi, output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan
go
mengalikan indikator produksi (jumlah barang dan penumpang yang diangkut atau jumlah kapal
s.
penumpang dan kapal barang) dengan indikator harganya (rata-rata output per indikator
produksi). Untuk menjaga konsistensi hasil penghitungan antar daerah, digunakan data jumlah
bp
penumpang dan barang yang berangkat dari setiap pelabuhan muat. Untuk penghitungan nilai
b.
tambah bruto diperoleh dengan perkalian antara rasio nilai tambah bruto dengan outputnya.
ik
a
Data jumlah kapal penumpang, kapal barang, penumpang, dan barang diperoleh dari Survei
Smoppel oleh BPS, sedangkan rata-rata output per penumpang/barang/kapal diperoleh dari
at
3.7.2.
ob
ak
Jenis kegiatan ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang dengan
menggunakan kendaraan/kapal sungai dan danau baik bermotor maupun tidak bermotor.
Termasuk juga disini kegiatan penyewaan/charter kapal baik dengan maupun tanpa pengemudi.
://
Dengan pendekatan produksi, output atas dasar harga berlaku diperoleh dengan cara
tp
ht
harga (rata-rata output per armada). Untuk menjaga konsistensi hasil penghitungan antar
daerah, digunakan data jumlah penumpang dan barang yang berangkat dari daerah/tempat
penyeberangan asal. Nilai tambah bruto diperoleh dengan perkalian antara rasio nilai tambah
bruto dengan outputnya. Data jumlah kapal penumpang, kapal barang, penumpang, dan barang
diperoleh dari Survei Smoppel oleh BPS, sedangkan rata-rata output per penumpang/ barang/
kapal diperoleh dari Survei khusus BPS.
3.7.3.
Angkutan Udara
Jenis kegiatan ini meliputi
menggunakan pesawat udara yang diusahakan oleh perusahaan penerbangan yang beroperasi di
3.10
.id
tempuhnya. Indikator harga yang digunakan adalah rata-rata output per unit indikator produksi
dari muatan penumpang dan barang. Pendapatan lain yang diperoleh dari sewa/carter dan dari
go
usaha lain yang bukan dari kegiatan angkutan diestimasi dengan menggunakan rasio terhadap
s.
pendapatan utamanya. Sedangkan nilai tambah bruto diperoleh dengan mengalikan rasio nilai
tambah bruto dengan outputnya. Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dapat
ik
a
3.7.4.
b.
bp
Jenis kegiatan yang dicakup adalah kegaitan yang bersifat menunjang dan memperlacar
ob
usaha pengangkutan meliputi pelayanan jasa terminal dan parkir, keagenan, ekspedisi, bongkar
ak
at
muat, pergudangan, jalan bebas hambatan (tol), dan kegiatan lain yang belum tercakup diatas.
Kegiatan ini meliputi jasa pelayanan untuk muatan barang dan penumpang termasuk
pelayanan kendaraannya. Jasa terminal dan parkir merupakan fasilitas berlabuh untuk
://
tp
sungai/laut disebut pelabuhan sungai/laut, dan untuk angkutan udara disebut pelabuhan udara.
ht
Pada umumnya output atas dasar harga berlaku dari kegiatan ini diperkirakan berdasarkan
pendekatan produksi yaitu perkalian antara indikator produksi dengan indikator harga yang
sesuai. Output Terminal dan parkir (darat lainnya) diperoleh dengan mengalikan jumlah
armada/kendaraan yang dilayani dengan tarif karcis restribusi yang dikenakan. Output pelabuhan
sungai diperoleh dengan mengalikan jumlah kapal yang dilayani dengan rata-rata uang labuh,
tambat dan penyediaan fasilitas lainnya. Output pelabuhan laut diperoleh dari jasa pelayanan
terhadap kapal laut beserta muatannya termasuk penyediaan fasilitas pelabuhan lainnya. Output
pelabuhan udara diperoleh dari jasa pelayanan terhadap pesawat udara yang berlabuh baik
datang maupun berangkat.
3.11
Keagenan
Keagenan merupakan kegiatan jasa penghubung antara produsen dan konsumen/pemakai
angkutan. Menurut jenisnya kegiatan ini dibedakan menjadi 3 (tiga) yaitu keagenan
kendaraan/armada, keagenan penumpang, dan keagenan barang. Output merupakan hasil
perkalian jumlah indikator produksi yang berupa jumlah armada, jumlah penumpang, jumlah
barang yang dilayani dengan rata-rata pendapatan yang diterima (seperti misalnya komisi)
Ekspedisi
Ekspedisi merupakan kegiatan pelayanan muatan barang yang berhubungan dengan
.id
pengurusan surat atau dokumen termasuk jasa pengirimannya. Kegiatan ini dikenal dengan nama
EMKA untuk muatan kereta Api. EMKL untuk muatan kapal laut, dan EMKU untuk muatan kapal
go
udara. Output bisa diperoleh dengan mengalikan indikator produksi yang berupa banyaknya
s.
muatan barang yang dilayani dengan rata-rata output perunit indikator produksinya.
bp
Bongkar Muat
b.
Jasa penunjang ini meliputi kegiatan membongkar dan memuat muatan barang dari/ke
ik
a
kendaraan angkutannya. Jasa bongkar muat ini adakalanya dilakukan oleh tenaga manusia
ataupun dengan menggunakan peralatan khusus dan beroperasi dibatas wilayah pelabuhan.
ob
Output bisa diestimasi dari hasil perkalian jumlah muatan barang yang dilayani (dibongkar
at
ak
Pergudangan
Jenis kegiatan ini meliputi kegiatan penyediaan fasilitas penyimpanan dan penggudangan
yang disewakan kepada umum, baik untuk gudang terbuka maupun gudang tertutup yang berada
://
diwilayah pelabuhan laut dan pelabuhan udara. Usaha pergudangan tersebut untuk melayani
tp
muatan barang pelayaran dan penerbangan domestik maupun asing. Output atas dasar harga
ht
berlaku kegiatan ini merupakan perkalian antara indikator produksi (jumlah barang yang
digudangkan) dengan indikator harga (rata-rata output per indikator produksi).
3.7.5.
pengiriman surat, wesel, paket pos dan sebagainya. Termasuk disini pemberian jasa kepada pihak
ketiga seperti jasa giro, jasa tabungan, pemungutan televisi (bila masih dilaksanakan) dan lainnya
yang diusahakan oleh Perum Pos dan Giro.
Dengan menggunakan metode produksi melalui pendekatan perusahaan, output atas
dasar harga berlaku kegiatan ini merupakan penjumlahan dari penerimaan atas kegiatan pos dan
3.12
giro. Nilai tambah bruto diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah bruto dengan
outputnya. Sedangkan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dihitung dengan
metode ekstrapolasi.
3.7.6.
belum tercakup diatas, antara lain penjualan benda pos dan usaha telekomunikasi yang dilakukan
oleh perorangan/badan usaha tertentu lainnya (wartel), warung internet (warnet), radio panggil
(pager) dan telepon seluler (ponsel). Kegiatan tersebut berupa usaha perantara/penghubung
.id
go
perusahaan dengan memperoleh laporan keuangannya. Output tersebut berupa pendapatan dari
s.
hasil komisi atas pelayanan yang diberikan. Nilai tambah bruto diperoleh dari pengurangan
output dengan biaya antaranya. Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan
b.
bp
ik
a
3.8.
Sektor Keuangan, Persewaan Bangunan dan Jasa Perusahaan terdiri atas subsektor Bank,
ob
subsektor Lembaga Keuangan Bukan Bank dan Jasa Penunjang Keuangan, subsektor Sewa
Bangunan dan subsektor Jasa Perusahaan.
at
Subsektor Lembaga Keuangan Tanpa Bank mencakup kegiatan Asuransi, Dana Pensiun,
ak
Pegadaian, Koperasi Simpan Pinjam, dan Lembaga Pembiayaan (sewa Gudang Usaha, Modal
Vetura, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen dan Kartu Kredit).
Subsektor Usaha Real Estate meliputi usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang
://
menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal seperti perkantoran,
ht
tp
Bank
Kegiatan yang dicakup dalam subsektor bank adalah kegiatan yang memberikan jasa
keuangan pada pihak lain seperti: menerima simpanan terutama dalam bentuk giro dan deposito,
memberikan kredit/pinjaman baik kredit jangka pendek/menengah dan panjang, mengirim uang,
membeli dan menjual surat-surat berharga, mendiskonto surat wesel/kertas dagang/surat
hutang dan sejenisnya, menyewakan tempat menyimpan barang berharga dan sebagainya.
Output subsektor bank adalah jumlah penerimaan atas jasa pelayanan bank yang
diberikan kepada pemakainya, seperti biaya administrasi atas transaksi dengan bank, dan biaya
3.13
pengiriman wesel. Dalam output bank dimasukkan pula imputasi jasa bank yang besarnya sama
dengan selisih antara bunga yang diterima dengan bunga yang dibayarkan.
Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dapat diperkirakan dengan metode deflasi.
Komponen biaya tenaga kerja dengan deflator adalah indeks harga konsumen umum dan
komponen lainnya (surplus, pajak, penyusutan) dengan deflator indeks harga implisit PDRB
Kabupaten tanpa bank dan lembaga keuangan lainnya.
3.8.2.
Asuransi
Jasa asuransi ini dapat dibedakan menjadi asuransi jiwa, asuransi sosial, serta asuransi
.id
go
Output dari asuransi adalah rekapitulasi dari output asuransi jiwa dan asuransi
s.
bukan jiwa (asuransi sosial, asuransi dan reasuransi kerugian, serta broker asuransi). Data
Pegadaian
ik
a
3.8.3.
b.
bp
output kegiatan usaha jasa asuransi diperoleh dari Departermen Keuangan berupa Laporan
Mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah, yang bersifat monopoli dan dibentuk
ob
at
aman dan hemat kepada para petani, nelayan, pedagang kecil, industri kecil yang bersifat
ak
diperoleh dari hasil pengolahan laporan keuangan (Neraca Rugi/Laba) Perum Pegadaian. Output
://
dari pegadaian adalah berupa sewa modal, bunga deposito, lain-lain (sewa rumah). Nilai tambah
tp
bruto diperoleh dengan cara mengurangkan output dengan biaya antara. Sedangkan output dan
ht
nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan metode
ekstrapolasi dengan jumlah nasabah sebagai ekstrapolatornya.
3.8.4.
Lembaga Pembiayaan
Lembaga pembiayaan adalah badan usaha yang bergerak di sektor keuangan dengan
melakukan kegiatan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik
dana secara langsung dari masyarakat. Pengelolaan sumber pembiayaan pembangunan
diarahkan untuk dapat lebih menunjang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi. Lembaga
pembiayaan ini mencakup kegaitan sewa guna usaha, modal ventura (penyertaan modal/join
3.14
venture), anjak piutang (perusahaan pengalihan piutang), kartu kredit dan pembiayaan
konsumen.
Output dan struktur input atas dasar harga berlaku lembaga pembiayaan ini diperoleh dari
Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan (Dirjen Lembaga Keuangan, Dep. Keuangan).
Sedangkan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan diperoleh dnegan
menggunakan metode ekstrapolasi, dan sebagai ekstrapolatornya adalah jumlah perusahaan.
3.8.5.
.id
bergerak (bangunan dan tanah), termasuk agen real estate, broker dan makelar yang mengurus
persewaan, pembelian, penjualan dan penaksiran nilai tanah/bangunan atas dasar balas jasa atau
s.
go
kontrak. Output dari jasa ini adalah penerimaan atas pemberiaan jasa sewa bangunan bukan
Perkiraan output atas dasar harga berlaku dari usaha persewaan bangunan bukan tempat
bp
tinggal dapat berdasarkan pada pendekatan produksi, yaitu banyaknya perusahaan atau tenaga
b.
kerja dikalikan dengan rata-rata output per perusahaan atau tenaga kerja. Sedangkan output atas
ik
a
dasar harga konstan diperoleh dengan cara ekstrapolasi dimana jumlah perusahaan atau tenaga
kerja sebagai ekstrapolator, atau dengan cara deflasi diamana IHK sebagai deflatornya. Nilai
at
3.8.6.
ob
tambah bruto diperoleh berdasarkan perkalian antara output denga rasio nilai tambah bruto.
ak
Sektor ini mencakup semua kegiatan jasa atas penggunaan rumah/bangunan sebagai
tempat tinggal oleh rumah tangga tanpa memperhatikan apakah rumah itu milik sendiri atau
rumah yang disewa, dikontrak, sewa beli atau rumah dinas. Oleh sebab itu output sewa rumah
://
adalah besarnya nilai sewa suatu rumah (termasuk biaya pemeliharaan dan perbaikan kecil).
tp
Sedangkan biaya perbaikan besar bangunan tempat tinggal yang dilakukan oleh rumah tangga
ht
pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk sewa, kontrak rumah serta ongkos pemeliharaan dan
perbaikan rumah. Output tersebut dihitung dengan cara mengalikan pengeluaran konsumsi
rumah tangga per kapita untuk sewa, kontrak, dan perbaikan dengan jumlah penduduk daerah
tersebut. Output atas dasar harga berlaku dapat pula diperkirakan dengan perkalian jumlah
rumah tangga dan rata-rata pengeluaran untuk sewa rumah per kepala keluarga.
Nilai tambah bruto atas dasar hatga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian antara rasio
nilai tambah bruto dengan outputnya. Sedangkan output dan nilai tambah bruto atas dasar harga
3.15
konstan dapat diperkirakan dengan metode revaluasi atau metode deflasi dengan IHK komponen
biaya tempat tinggal sebagai deflator.
3.8.7.
Jasa Perusahaan
Cakupan dari subsektor jasa perusahaan meliputi kegiatan pemberian jasa yang pada
umumnya melayani perusahaan, seperti jasa hukum dan notaris, jasa akuntan dan pembukuan,
jasa pengolahan dan penyajian data, jasa tehnik dan arsitektur, jasa periklanan, jasa riset, jasa
persewaan alat-alat dan jasa perusahaan lainnya. Semua jasa ini biasanya diberikan berdasarkan
sejumlah bayaran atau kontrak.
.id
Output atas dasar harga berlaku dapat diperoleh dengan pendekatan produksi, yaitu
perkalian antara indikator produksi (jumlah tenaga kerja atau jumlah perusahaan) dengan
go
indikator harga (rata-rata output per tenaga kerja atau rata-rata output per perusahaan). Nilai
s.
tambah bruto atas dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto
dengan output.
bp
Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan dapat dihitung dengan cara
b.
ekstrapolasi atau deflasi dengan menggunakan jumlah tenaga kerja atau jumlah perusahaan
ob
3.9.
ik
a
Sektor jasajasa terdiri atas dua subsektor, yaitu Subsektor Pemerintahan Umum dan
at
Pertahanan, serta subsektor Swasta. Subsektor swasta mencakup tiga jenis kegiatan yaitu Jasa
ak
Sosial dan Kemasyarakatan, Jasa Hiburan dan Kebudayaan, serta Jasa Perorangan dan rumah
://
3.9.1.
tangga.
tp
ht
3.16
.id
Nilai tambah bruto jasa pemerintah lainnya atas dasar harga konstan dihitung dengan cara
ekstrapolasi menggunakan indeks tertimbang jumlah pegawai negeri (guru) menurut golangan
go
kepangkatan. Sedangkan nilai tambah bruto administrasi pemerintahan & pertahanan atas dasar
s.
harga konstan merupakan selisih antara nilai tambah bruto sektor pemerintahan umum nilai
b.
3.9.2.
bp
dengan tambah bruto jasa pemerintahan lainnya atas dasar harga konstan.
ik
a
Jasa Sosial dan Kemasyarakatan ini mencakup kegiatan jasa kesehatan, dan jasa sosial
kemasyarakatan ini mencakup kegiatan jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan jasa sosial
ob
kemasyarakatan lainnya seperti panti asuhan dan panti wreda. Kegiatan-kegiatan sejenis yang
dikelola oleh pemerintah tidak termasuk disini (tetapi termasuk dalam subsektor pemerintahan).
at
Output jasa pendidikan atas dasar harga berlaku dapat dihitung dengan pendekatan
ak
produksi yaitu perkalian antara indikator produksi (jumlah murid swasta menurut jenjang
pendidikan) dengan indikator harganya (rata-rata output per murid). Nilai tambah bruto atas
dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian rasio nilai tamba bruto dengan output.
://
Sedangkan output dan nilai tambah atas dasar harga konstan dihitung berdasarkan metode
tp
ekstrapolasi dengan jumlah murid sebagai ekstrapolator atau dengan metode deflasi dengan IHK
ht
indikator produksi dengan indikator harga (pendekatan produksi). Nilai tambah bruto dengan
dasar harga berlaku diperoleh berdasarkan perkalian rasio nilai tambah bruto dengan output.
Sedangkan output dan nilai tambah atas dasar harga konstan dihitung berdasarkan metode
ekstrapolasi dengan jumlah indikator produksi sebagai ekstrapolator atau dengan metode deflasi
dengan IHK aneka (komponen kesehatan) sebagai deflator.
Indikator produksi yang dapat digunakan dalam kegiatan jasa kemasyarakatan lainnya
adalah jumlah anak yang diasuh oleh panti asuhan, jumlah anak yang diasuh oleh panti asuhan,
3.17
jumlah orang tua yang dilayani oleh panti wreda, dan seterusnya. Sedangkan indikator harga
yang digunakan adalah rata-rata output per indikator produksi.
3.9.3.
perusahaan/lembaga swasta yang bergerak dalam jasa hiburan, rekreasi dan kebudayaan, seperti
pembuatan dan distribusi film, usaha pemutaran film, penyiaran radio dan televisi, produksi dan
pertunjukan sandiwara, tari, musik, serta jasa rekreasi lainnya seperti gelanggang pancuan,
sirkus, taman hiburan dan klub malam. Juga termasuk disini penggubah lagu, penulis buku,
.id
pembuatan lukisan.
Output dan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dapat dihitung berdasarkan
go
laporan keuangan dari perusahaan yang melakukan kegiatan jasa hiburan dan rekreasi. Dalam
s.
laporan, sedangkan nilai tambah brutonya merupakan jumlah dari komponen upah dan gaji ,
surplus usaha/keuntungan, penyusutan dan pajak tak langsung (pendekatan pendapatan). Nilai
bp
tambah bruto tersebut dapat pula dihitung berdasarkan perkalian antara output dengan rasio
ik
a
b.
nilai tambah.
3.9.4.
ob
Subsektor ini meliputi segala jenis kegiatan jasa yang pada umumnya melayani perorangan dan
rumah tangga, yang terdiri atas :
at
ak
dari kendaraan roda empat, tiga dan dua, seperti mobil pribadi, mobil umum, bemo,
(2). Jasa Reparasi lainnya seperti perbaikan/reparasi jam, TV, lemari es, mesin jahit,
://
tp
(3). Jasa pembantu Rumah Tangga termasuk koki, tukang kebun, penjaga malam,
ht
(4). Jasa Perorangan lainnya seperti tukang binatu, pemangkas rambut, tukang jahit,
tukang semir sepatu.
Penghitungan output dan nilai tambah bruto dapat dilakukan dengan cara pendekatan
produksi atau pendekatan pendapatan, tergantung pada tersedianya data. Sedangkan dalam
pendekatan produksi, indikator produksi yang digunakan dapat berupa jumlah kendaraan/barang
yang diperbaiki atau dengan menggunakan jumlah tenaga kerja. Output dan tambah bruto atas
dasar harga konstan dapat dihitung dengan cara metode ekstrapolasi dengan jumlah indikator
produksi sebagai ekstrapolatornya atau metode deflasi dengan IHK aneka komponen sebagai
deflator.
3.18
BAB IV
PERKEMBANGAN PDRB
ht
tp
://
ak
at
ob
ik
a
b.
bp
s.
go
.id
Perkembangan PDRB
4.1
Perkembangan PDRB
BAB IV
PERKEMBANGAN PDRB
.id
dimiliki dalam menghasilkan barang dan jasa. Perkembangan nilai PDRB atas dasar harga berlaku
go
dan PDRB atas dasar harga konstan 2000 dalam beberapa tahun terakhir disajikan pada gambar
s.
4.1 berikut.
bp
Gambar 4.1. Perkembangan PDRB Wakatobi atas dasar harga berlaku dan
konstan tahun 2004-2013 (Miliar Rupiah)
1200.0
PDRB ADHB
1000.0
ob
PDRB ADHK
ik
a
b.
1400.0
at
800.0
ak
600.0
400.0
://
200.0
-
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012*
2013**
ht
tp
2004
4.2
Perkembangan PDRB
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa komponen penyusun PDRB
menurut produksi terdiri dari 9 lapangan usaha/ sektor, mulai dari sektor pertanian hingga sektor
jasa-jasa. Selain itu, menurut lingkupnya PDRB juga dapat diklasifikasikan menjadi tiga sektor
besar, yaitu sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Sektor primer mencakup sektor
pertanian, dan sektor pertambangan dan penggalian. Sektor sekunder meliputi sektor industri
pengolahan, sektor listrik dan air bersih serta sektor bangunan. Sedangkan sektor tersier
mencakup sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
sektor primer, sekunder, dan tersier merujuk pada pengklasifikasian ini.
.id
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Dengan demikian, pembahasan
go
Selanjutnya ditampilkan perkembangan nilai tambah sektoral PDRB atas dasar harga
s.
b.
bp
Tabel 4.1. PDRB dan Nilai Tambah Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha di
Wakatobi (Miliar Rupiah), 2011-2013
2011
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
428,96
468,39
512,85
396,81
431,46
471,04
32,15
36,93
41,81
85,52
101,67
119,57
27,77
32,97
37,77
7,53
9,00
11,12
50,23
59,71
70,68
ik
a
Lapangan Usaha
Primer
ob
Pertanian
Sekunder
ak
Industri Pengolahan
at
Penggalian
Bangunan
Tersier
485,69
553,39
197,65
232,64
270,65
20,33
23,17
26,05
ht
tp
://
418,10
Perdagangan, Akomodasi
Keuangan, persewaan
55,12
69,30
78,07
Jasa-Jasa
145,00
160,58
178,62
PDRB
932,58
1.055,76
1.185,82
Sumber : Lampiran 1
Dari tabel 4.1 terlihat bahwa nilai PDRB atas dasar berlaku menunjukan kenaikan yang
bervariasi antar tahunnya. Nilai PDRB tahun 2012 mencapai Rp.1.055,76 miliar atau naik
Rp.123,18 miliar dibandingkan tahun 2011. Sedangkan nilai PDRB tahun 2013 mencapai
Rp.1.185,82 miliar atau naik Rp.130,06 miliar. Dengan demikian, jika menggunakan kenaikan nilai
tambah sebagai indikator maka dapat diasumsikan bahwa kinerja ekonomi tahun 2013 lebih baik
4.3
Perkembangan PDRB
dibandingkan tahun 2012. Kendati demikian peningkatan tersebut belum menunjukan kinerja
aktualnya karena pada PDRB atas dasar harga berlaku masih terkandung perubahan harga.
Selanjutnya dari tabel 4.1 juga terlihat bahwa sektor dengan nilai tambah terbesar dalam
PDRB berdasarkan harga berlaku di Wakatobi tahun 2013 adalah sektor pertanian mencapai
Rp.471,04 miliar. Peluang pengembangan sektor pertanian sangat menjanjikan mengingat
tersedianya pasar produk pertanian yang selama ini banyak dipasok dari kabupaten lain.
Bertambahnya jumlah penduduk menuntut kebutuhan pangan semakin besar. Di sisi lain, sektor
pertanian menghadapi tantangan terutama persaingan dengan produk pertanian impor.
.id
Sektor dengan nilai tambah terkecil adalah sektor energi (listrik dan air bersih) mencapai
go
Rp.11,12 miliar. Sektor energi merupakan penunjang pertumbuhan sektor lain. Dalam proses
produksi keberadaan listrik dan air bersih digunakan sebagai pemintaan antara. Dalam proses
s.
konsumsi, keberadaan listik dan air bersih digunakan permintaan akhir. Apalagi berbagai peralatan
bp
rumah tangga saat ini membutuhkan listrik untuk membangkitkannya. Dengan demikian,
produksi dan konsumsi yang semakin besar.
b.
diperkirakan permintaan listrik dan air bersih akan terus meningkat karena tuntutan kebutuhan
ik
a
Dari tabel 4.1 juga dapat dihitung perubahan nilai tambah sektoral PDRB dengan
mengurangkan nilai tambah sektor tahun acuan dengan nilai tambah sektor tahun sebelumnya.
ob
Berdasarkan kenaikan nilai tambahnya, sektor perdagangan, hotel, dan restoran paling tinggi
at
kenaikannya dibanding sektor lainnya untuk periode 2012/2013, mencapai Rp.34,99 miliar.
Sedangkan sektor listrik, dan air bersih mengalami peningkatan paling sedikit mencapai Rp.1,47
ak
miliar. Namun untuk periode 2012/2013 sektor dengan kenaikan nilai tambah terbesar adalah
sektor pertanian sebesar RP.39,58 miliar. Sektor listrik dan air bersih masih menjadi sektor
://
tp
perdagangan, hotel, dan restoran mencapai Rp.77,58 miliar atau sekitar 59,65 persen dari total
ht
kenaikan nilai PDRB pada periode 2012/2013. Kenaikan kedua sektor ini lebih tinggi dibandingkan
kenaikan periode sebelumnya yang mencapai Rp.69,65 miliar atau sekitar 56,54 persen.
Selanjutnya disajikan PDRB atas dasar harga berlaku pada tabel 4.2. Berdasarkan tabel
tersebut, nilai PDRB atas harga konstan 2000 juga terus mengalami peningkatan berturut-turut
adalah Rp.288,98 miliar (tahun 2011), menjadi Rp.316,61 miliar (tahun 2012), hingga di tahun
2013 mencapai Rp.342,06 miliar. Kenaikan ini menunjukan peningkatan produksi barang dan jasa
pada sektor-sektor ekonomi di Wakatobi. Kenaikan PDRB atas dasar harga konstan merupakan
kinerja aktual perekonomian Wakatobi karena tidak mengikutsertakan perubahan harga.
4.4
Perkembangan PDRB
Tabel 4.2. Nilai Tambah Sektoral PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di
Wakatobi (Miliar Rupiah), 2011-2013
2012
2013
(2)
(3)
(4)
104,12
107,98
113,43
Pertanian
89,64
91,88
95,76
Penggalian
14,49
16,10
17,67
Sekunder
38,44
44,02
49,35
Industri Pengolahan
14,95
17,15
18,89
2,31
2,74
(1)
Primer
21,18
Tersier
Transpor dan Komunikasi
9,27
23,17
Jasa-Jasa
59,10
ik
a
b.
Keuangan, persewaan
PDRB
288,98
164,62
179,28
61,72
68,48
10,56
11,50
28,37
30,91
63,97
68,39
316,61
342,06
ob
Sumber : Lampiran 2
27,32
bp
54,87
3,14
24,13
s.
146,41
Perdagangan, Akomodasi
.id
2011
go
Lapangan Usaha
at
Sama halnya seperti PDRB atas dasar harga berlaku, sektor pertanian juga merupakan sektor
ak
dengan nilai tambah terbesar terhadap PDRB atas dasar harga konstan di Wakatobi tahun 2013
mencapai Rp.95,76 miliar. Sedangkan sektor energi (listrik dan air bersih) merupakan sektor dengan
nilai tambah terkecil mencapai Rp.3,14 miliar. Kondisi ini tampaknya tidak akan berubah dalam
://
waktu yang lama, mengingat cakupan sektor dan serapan tenaga kerjanya. Cakupan subsektor
tp
pertanian yang meliputi pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan
ht
perikanan. Disamping itu tenaga kerja yang berusaha di sektor pertanian paling besar dibandingkan
sektor lainnya. Sedangkan untuk sektor listrik dan air bersih cakupannya sedikit disamping pekerja
yang terserap dalam usaha tersebut juga rendah.
Dari tabel 4.2 juga dapat dihitung perubahan nilai tambah sektoral PDRB dengan
mengurangkan nilai tambah sektor tahun acuan dengan nilai tambah sektor tahun sebelumnya.
Pada periode 2012/2013, PDRB atas harga konstan meningkat sebesar Rp.25,45 miliar. Angka ini
lebih rendah dibanding kenaikan PDRB periode 2011/2012 yang mencapai Rp.27,64 miliar. Hal ini
berbeda dengan asumsi sebelumnya bahwa kinerja ekonomi tahun 2013 yang diukur
peningkatan PDRB atas dasar harga berlaku dari lebih baik dibanding kinerja ekonomi tahun
2012. Peningkatan nilai tambah tahun 2013 memang lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya
4.5
Perkembangan PDRB
jika acuannya adalah perubahan indikaktor produksi dan harga. Namun jika yang jadi acuan
hanya perubahan indikator produksi maka kinerja ekonomi tahun 2012 lebih baik.
4.2. STRUKTUR EKONOMI
Karakteristik suatu wilayah baik dari sisi demografis, maupun urban rural, akan
menentukan beragamnya kegiatan perekonomian wilayah tersebut, sehingga itu dapat
memberikan warna pada struktur perekonomian suatu wilayah. Hal ini juga dipengaruhi oleh
.id
potensi sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang tersedia. Sistem ekonomi
go
yang terbentuk pada suatu wilayah dapat memberikan gambaran bagaimana struktur
perekonomian di wilayah tersebut. Salah satu indikator yang sering digunakan untuk
s.
menggambarkan struktur ekonomi suatu wilayah adalah distribusi persentase PDRB sektoral.
bp
b.
semakin besar pula pengaruh sektor tersebut di dalam perkembangan ekonomi suatu daerah.
ik
a
Distribusi persentase juga dapat memperlihatkan kontribusi nilai tambah setiap sektor dalam
pembentukan PDRB, sehingga akan tampak sektor-sektor yang menjadi motor penggerak
ob
at
Kontribusi sektoral terhadap PDRB sangat tergantung dari sektor-sektor andalan yang
menyumbang cukup besar terhadap PDRB. Apabila sektor tersebut mengalami kemunduran,
ak
maka secara otomatis PDRB juga akan mengalami kontraksi karena sumbangannya yang cukup
besar. Fenomena ekonomi yang terjadi di Wakatobi yaitu turunnya pangsa sektor primer yang
://
tradisional merupakan tanda transformasi struktural dari sisi penawaran, Pada saat yang
bersamaan sektor sekunder meningkat dan selanjutnya diikuti oleh peningkatan sektor tersier.
tp
Dalam proses ini, pergeseran pangsa tetap harus diikuti oleh pertumbuhan dari masing-masing
ht
sektor meskipun dengan laju yang berbeda. Lebih lanjut, laju percepatan dari suatu proses
transformasi akan berbeda untuk masing-masing daerah, tergantung dari karakteristik daerah
yang bersangkutan
Pada daerah-daerah yang mengandalkan sumber daya alam seperti Wakatobi cenderung
masih membutuhkan pertumbuhan yang relatif tinggi pada sektor primer untuk mendukung
percepatan pertumbuhan pada sektor lainnya. Dari gambar 4.2 dan tabel 4.3 terlihat perubahan
pangsa sektor sekunder dan tersier terhadap PDRB Wakatobi. Pada tahun 2011, pangsa sektor
tersier masih mencapai 44,83 persen dan secara konsisten naik hingga mencapai 46,67 persen
pada tahun 2013. Demikian pula, pangsa sektor sekunder yang diharapkan menjadi motor
penggerak perekonomian bersama sektor tersier, konsisten mengalami peningkatan yaitu dari
4.6
Perkembangan PDRB
9,17 persen pada tahun 2011 menjadi 10,08 persen pada tahun 2013. Sementara itu, sektor
primer terus mengalami penurunan peranan yaitu dari 46,00 persen di tahun 2011 menjadi 43,25
persen pada tahun 2013. Peranan sektor tersier yang lebih besar dibanding sektor primer
menunjukan ekonomi Wakatobi telah bergeser menjadi struktur ekonomi modern. Sejalan
dengan penurunan peranan sektor pertanian, peranan sektor primer juga menurun dalam 3
tahun terakhir. Sementara itu, sektor sekunder sedikit-demi sedikit meningkat, walaupun tidak
secepat perkembangan sektor tersier.
Distribusi nilai tambah bruto PDRB menurut sektor di Wakatobi tahun 2013 disajikan pada
s.
bp
go
.id
b.
Bangunn
6,0%
ik
a
Listrik
01%
Perdaga
ngan
23%
Primer
43,2%
Jasa-Jasa
15%
Industri
03%
ak
at
ob
Tersier
46,7%
Pengang
kutan
02%
Keuangn
6,6%
Penggali
an
04%
Prtanian
39,7%
tp
://
Skunder
10,1%
ht
Jika ditinjau dari kualitas tenaga kerjanya, sebagian besar pekerja di sektor primer
berpendidikan rendah. Sedangkan sektor sekunder dan tersier membutuhkan tenaga kerja
berpendidikan tinggi. Perkembangan sektor sekunder dan tersier menuntut penyediaan tenaga
kerja terdidik yang semakin besar. Hal ini menarik jika dikaitkan dengan ketersediaan angkatan
kerja dengan kualifikasi pendidikan yang memadai. Kondisi penduduk usia kerja di Wakatobi saat
ini sebagian besar berpendidikan rendah. Untuk mengimbangi permintaan tenaga kerja sektor
sekunder dan tersier perlu meningkatkan pendidikan penduduk usia kerja.
Dari paparan diatas diketahui bahwa sektor sekunder telah menjadi leading sector di
Wakatobi. Namun demikian, jika diturunkan dalam sektor-sektornya ternyata sektor dengan nilai
kontribusi tertinggi disumbangkan oleh sektor pertanian yang merupakan salah satu komponen
dari sektor primer. Lebih lanjut lihat gambar 4.2 dan tabel 4.3.
4.7
Perkembangan PDRB
.id
produksinya tetapi kenaikan produksinya tidak bisa mengimbangi pertumbuhan sektor lainnya
go
yang relatif lebih cepat. Penurunan pangsa sektor primer memang tidak terlalu dratis karena
masih tertolong oleh peningkatan pangsa sektor penggalian. Pertumbuhan sektor penggalian
s.
disebabkan kenaikan permintaan dari sektor bangunan. Dalam beberapa tahun terakhir
bp
dilakukan beberapa kegiatan pembangunan antara lain pelabuhan, jalan, bangunan bukan
tempat tinggal, bangunan tempat tinggal.
b.
Peranan sektor pertanian tampaknya dalam jangka pendek belum akan dapat digeser oleh
ik
a
sektor lain dalam sumbangsihnya terhadap PDRB Wakatobi mengingat peranan sektor lain masih
jauh dibawah sektor pertanian. Walaupun sektor pertanian memiliki peranan yang besar
ob
terhadap perekonomian, namun sektor ini memiliki produktifitas tenaga kerja yang rendah dan
at
didominasi oleh tenaga kerja tidak dibayar (pekerja keluarga) sehingga pertumbuhan yang terjadi
pada sektor ini belum mampu memberikan manfaat terhadap masyarakat (petani). Petani tetap
ak
dalam kemiskinan dan cenderung kian kehilangan tanah sebagai asetnya yang menyebabkan
://
tp
persen tenaga kerja terserap di sektor pertanian. Kedua, sektor pertanian dapat digunakan untuk
ht
4.8
Perkembangan PDRB
di luar pertanian, makin sulit pekerja keluar dari sektor pertanian berhubung lemahnya daya
saing di bursa tenaga kerja ; (4) semakin intensif petani gurem mengekspansi lahan, semakin
besar ancaman pelestarian lingkungan.
Sehubungan dengan pergeseran pangsa yang terjadi dari sektor primer ke sektor tersier
merupakan penyesuaian terhadap landasan perekonomian Kabupaten Wakatobi. Sektor
sekunder dan tersier diharapkan akan tetap menjadi motor pertumbuhan dengan pangsa yang
terus meningkat, sedangkan sektor primer diharapkan tetap menjadi leading sector. Pelajaran
yang dapat ditarik yang terkait dengan perubahan struktur tersebut adalah perlunya strategi
.id
pembangunan, khususnya sektor industri, yang lebih berbasis pada sumber daya alam.
go
Pergeseran peranan sektor primer ke tersier yang terjadi di Kab Wakatobi nampaknya juga
berdampak terhadap alam dan lingkungan. Keadaan ini dengan mudah dapat dilihat dari
s.
berubahnya beberapa wilayah menjadi lahan bangunan baik permukiman, perkantoran, obyek
bp
wisata maupun lainnya. Demikian pula pasir laut dan ikan laut yang dimanfaatkan tanpa
memperhatikan keberlangsungannya. Apabila keadaan ini terus dibiarkan berlangsung tanpa
b.
pengendalian yang jelas, maka bukan tidak mungkin pada suatu saat nanti, akan menyebabkan
ik
a
ob
Jika di bidang primer yang paling tinggi kontribusinya adalah sektor pertanian yang
at
mencapai 39,72 persen maka di bidang sekunder yang paling tinggi kontribusinya adalah sektor
bangunan/konstruksi. Sektor konstruksi memiliki peranan sebesar 5,96 persen yang secara
ak
utilitas. Hal ini mengandung pengertian bahwa keberadaan sektor konstruksi adalah untuk
://
konstruksi hadir
mengikuti perkembangan
tp
ekonomi sektor riil. Sektor konstruksi masih tetap atraktif dan prospektif karena faktor
ht
jumlah penduduk yang terus meningkat, tanah yang tersedia masih luas, perekonomian
yang terus tumbuh, serta permintaan masyarakat yang tinggi.
Selain konstruksi, di sektor sekunder yang juga diharapkan memberikan kontribusi tinggi
adalah sektor industri. Dalam siklus ekonomi, sektor industri menggunakan input dari sektor
lainnya, selanjutnya output dari sektor industri kemudian digunakan oleh sektor lainnya.
Sehingga perkembangan sektor industri dapat memberikan efek pengganda terhadap sektor
ekonomi lainnya. Peranan sektor industri pengolahan dalam perekonomian Wakatobi di tahun
2013 masih rendah yaitu sebesar 3,19 persen. Sehingga harapan bahwa sektor ini dapat
memberikan daya ungkit terhadap perkembangan sektor lain masih sulit diwujudkan. Rendahnya
4.9
Perkembangan PDRB
kontribusi sektor ini juga dapat dilihat sebagai peluang mengingat potensi sektor pertanian yang
belum dimanfaatkan secara optimal.
Tabe 4.3 Distribusi Nilai Tambah Sektor PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Usaha di Wakatobi (Persen), 2011-2013
2011
2012
2013
(2)
(3)
(4)
Primer
46,00
44,37
Pertanian
42,55
40,87
Penggalian
3,45
3,50
Sekunder
9,17
Industri Pengolahan
2,98
0,81
Bangunan
5,39
3,19
0,85
0,94
5,66
46,00
5,96
46,67
22,04
22,82
2,18
2,19
2,20
5,91
6,56
6,58
15,21
15,06
21,19
ik
a
b.
44,83
ob
Jasa-Jasa
ak
at
15,55
Sumber : Lampiran 3
.id
3,12
go
9,63
Perdagangan, Akomodasi
Keuangan, persewaan
39,72
3,53
10,08
Tersier
Transpor dan Komunikasi
43,25
s.
(1)
bp
Lapangan Usaha
kontribusi sektoral paling besar dalam PDRB maka diperoleh hasil berikut. Kontribusi sektor
://
pertanian, sektor perdagangan dan akomodasi serta sektor jasa-jasa dalam PDRB tahun 2013
tp
mencapai 77,61 persen atau lebih 3/4 dari total PDRB. Ketiga sektor inilah yang harusnya
ht
mendapat perhatian lebih di Wakatobi. Mengingat peranannya yang besar, maka peningkatan
indikator produksi ketiga sektor ini harus terus dipertahankan bahkan ditingkatkan guna menjaga
kestabilan pertumbuhan PDRB. Disisi lain, kontribusi sektor penggalian, sektor industri
pengolahan, sektor listrik dan air bersih, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi,
serta sektor keuangan dan persewaan, dan jasa perusahaan hanya 22,39 persen atau hamir 1/4
dari total PDRB. Peranan yang lebih rendah ini seharusnya dapat dilihat sebagai peluang untuk
prioritas pengembangan ekonomi di masa mendatang. Disamping itu, perlu usaha-usaha untuk
melakukan percepatan pembangunan pada keenam sektor ini guna memberikan andil lebih besar
lagi terhadap perkembangan ekonomi di Wakatobi.
4.10
Perkembangan PDRB
4.3.
LAJU PERTUMBUHAN
Pertumbuhan ekonomi dijadikan sebagai salah satu tolok ukur untuk mengetahui sejauh
mana kegiatan ekonomi di suatu wilayah berjalan selama kurun waktu tertentu. Dengan
demikian salah satu ukuran keberhasilan pembangunan suatu daerah adalah tingkat
pertumbuhan ekonominya. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah menandakan
semakin bergairahnya kegiatan ekonomi di wilayah tersebut. Dengan asumsi bahwa dengan
pertumbuhan yang tinggi akan menyerap tenaga kerja yang tinggi pula, yang pada hakekatnya
.id
meningkatkan pendapatan dan daya beli masyarakat. Sehingga pertumbuhan yang tinggi
go
Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, digunakan PDRB atas dasar harga
s.
konstan 2000. Dengan menggunakan data atas dasar harga konstan, maka pertumbuhan PDRB
bp
yang diperoleh hanya mencerminkan pertumbuhan output yang dihasilkan perekonomian pada
b.
ik
a
Gambar 4.3. Pertumbuhan sektoral NTB, Kelompok Sektor, dan PDRB di Wakatobi tahun 2013
16.000
14.000
12.13000
12.000
10.95380
8.9000
8.895608.95589
8.04000
6.90345
5.05000
4.23042
ht
tp
://
4.000
-
10.16824
ak
8.000
2.000
13.21387
at
9.74002
10.000
6.000
ob
14.84814
Ekonomi Wakatobi tumbuh optimis dalam beberapa tahun terakhir. Optimisme ini terlihat
dari besaran pertumbuhan ekonomi Wakatobi yang mencapai 8,04 persen pada tahun 2013.
Pertumbuhan ekonomi Wakatobi bahkan pernah mencatatkan nilai tertingginya sebesar 13,67
persen pada tahun 2009. Dibandingkan tahun 2011 dan 2012, memang pertumbuhan ekonomi
Wakatobi terus mengalami kontraksi. Namun jika dilihat dari rata-rata selama 5 tahun terakhir,
maka pertumbuhan ekonomi Wakatobi masih terkategori tinggi. Walaupun gejolak dan
gonjangan ekonomi seperti kenaikan harga BBM masih berdampak besar pada perekonomian
4.11
Perkembangan PDRB
Wakatobi, semua sektor mampu tumbuh positif. Sektor yang laju pertumbuhannya paling tinggi
di tahun 2013 adalah sektor listrik dan air bersih mencapai 14,85 persen, sedangkan sektor
dengan pertumbuhan terendah adalah sektor pertanian mencapai 4,23 persen.
Laju pertumbuhan PDRB dan sektoral disajikan lebih lanjut pada gambar 4.3, tabel 4.4,
dan lampiran 6.
2012
(1)
(2)
(3)
Primer
7,54
Pertanian
5,92
Penggalian
18,79
Sekunder
14,81
Industri Pengolahan
18,08
Jasa-Jasa
PDRB
2,49
4,23
11,16
9,74
14,50
12,13
14,71
10,17
13,68
18,53
14,85
12,73
13,92
13,21
11,35
12,44
8,90
12,61
12,47
10,95
10,78
13,92
8,90
12,40
22,44
8,96
9,89
8,25
6,90
10,38
9,56
8,04
bp
s.
ak
Keuangan, persewaan
at
Perdagangan, Akomodasi
(4)
5,05
ob
Tersier
2013
3,70
ik
a
Bangunan
go
2011
b.
Lapangan Usaha
.id
Tabel 4.4. Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha di Wakatobi
(Persen), tahun 2011-2013
tp
://
Sumber : Lampiran 4
ht
Dari gambar 4.3 terlihat bahwa sektor sekunder mengalami pertumbuhan lebih tinggi
dibanding sektor primer dan tersier. Sektor sekunder mengalami pertumbuhan sebesar 12,13
persen di tahun 2013, sedangkan sektor tersier dan sektor primer mengalami pertumbuhan
masing-masing 8,90 persen dan 5,05 persen. Selain pertumbuhan sektor sekunder dan tersier
selalu berada di atas pertumbuhan PDRB, sebaliknya pertumbuhan sektor primer selalu berada di
bawah pertumbuhan PDRB.
Hal yang perlu dicermati adalah kecenderungan berfluktuasinya pertumbuhan yang
mengarah kepada kontraksi pertumbuhan sektor primer. Sektor ini mengalami pertumbuhan
sebesar 7,54 persen di tahun 2011, namun mengalami perlambatan di tahun-tahun selanjutnya.
Dalam 1 dasawarsa terakhir pertumbuhan sektor primer tertinggi terjadi di tahun 2009 yang
mencapai 8,99 persen. Berflutuasianya pertumbuhan sektor ini sangat dipengaruhi oleh fluktuasi
4.12
Perkembangan PDRB
pertumbuhan sektor pertanian. Sektor pertanian tumbuh sebesar 4,23 persen di tahun 2013 atau
mengalami percepatan dibanding tahun 2012, namun mengalami kontrakasi/ perlambatan
dibanding tahun 2011. Sedangkan pada sektor penggalian, walaupun mengalami kontraksi
pertumbuhan, namun selalu berada diatas pertumbuhan PDRB. Namun, karena peran sektor
penggalian tidak terlalu besar, maka laju tersebut tidak bisa mendorong laju sektor primer secara
keseluruhan.
Pada kategori sekunder, sektor yang paling tinggi pertumbuhannya adalah sektor listrik
dan air bersih. Sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 10,95 persen di tahun 2013, atau
.id
mengalami perlambatan dibanding pertumbuhan tahun 2012. Dari tabel 4.4. terlihat bahwa
go
pertumbuhan sektor sekunder ditarik keatas atau dipengaruhi oleh pertumbuhan sektor
bangunan 13,21 persen. Sedangkan sektor industri juga memberikan kinerja yang tinggi dengan
s.
bp
Sektor Bangunan merupakan salah satu sektor yang menikmati kenaikan pertumbuhan
dan perbaikan pendapatan masyarakat. Sektor ini dalam beberapa tahun terakhir meningkat
b.
signifikan dengan pertumbuhan rata-rata diatas 10 persen. Pertumbuhan yang relatif tinggi ini
ik
a
ob
Beberapa kegiatan pembangunan yang biayanya cukup besar adalah pembangunan tempat
at
wisata, hotel dan kantor pemerintah kabupaten Wakatobi. Salah satu indikator yang
menggambarkan pertumbuhan Sektor bangunan adalah konsumsi semen yang menunjukkan
ak
://
Pada kategori tersier, sektor yang paling tinggi pertumbuhannya adalah perdagangan,
hotel dan restoran. Sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 14,85 persen di tahun 2013, atau
tp
mengalami perlambatan dibanding pertumbuhan tahun 2012. Sektor ini merupakan sektor
ht
tersier, yang bermakna bahwa sektor yang melanjutkan kegiatan dari sektor-sektor primer
dan sekunder seperti sektor pertanian, sektor industri dan sektor penggalian. Bila ketiga sektor
ini banyak memproduksi produknya maka sektor perdagangan juga akan semakin meningkat
produk-produk yang akan dijualnya.
Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan diharapkan mampu
menjadi perantara dan mendorong perkembangan sektor-sektor ekonomi yang ada. Hal ini
dikarenakan sektor ini terutama sub sektor keuangan merupakan sektor perantara
(intermediary sector) antara pelaku ekonomi yang mengalami surplus pendanaan (rumah tangga)
dan pelaku ekonomi yang memerlukan pendanaan (perusahaan). Oleh sebab itu kemajuan
sektor ini dapat menjadi indikator bagi kemajuan dari sektor-sektor lainnya. Pertumbuhan
4.13
Perkembangan PDRB
subsektor ini tahun 2013 mencapai 8,96 persen, jauh mengalami kontaksi dibanding tahun 2012
yang mencapai 22,44 persen.
Sementara itu pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2013
mencapai 8,90 persen, subsektor pengangkutan 5,95 persen dan subsektor komunikasi
13,91 persen. Subsektor pengangkutan sebagai pendorong pembangunan sosial ekonomi
masyarakat di suatu wilayah, berperanan penting dalam meningkatkan mobilitas penduduk
maupun barang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pada tahap awal pembangunan
suatu wilayah, ketersediaan sarana dan prasarana serta berbagai fasilitas lainnya termasuk
dan prasarana
pengangkutan
selalu
menjadi
perhatian
utama
pemerintah.
.id
sarana
go
s.
Apabila laju pertumbuhan ekonomi Wakatobi dipakai sebagai dasar (Base Line) dalam
bp
evaluasi kinerja sektor-sektor ekonomi, maka kinerja sektoral dapat dikelompokkan menjadi tiga
kelompok. Kelompok Pertama: adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan di atas rata-
b.
rata (8,04 persen); Kelompok Kedua: adalah sektor yang berhasil mencapai pertumbuhan positif
ik
a
walaupun masih di bawah LPE rata-rata; Kelompok Ketiga: adalah sektor yang mengalami
pertumbuhan negatif.
ob
Dari Tabel 4.4. tampak bahwa yang termasuk pada kelompok pertama adalah sektor
at
penggalian; sektor industri pengolahan, sektor listrik dan air bersih; sektor bangunan; sektor
pengangkutan dan komunikasi; sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor lembaga
ak
keuangan. Karena semua sektor di tahun 2013 ini menunjukkan tanda positif, maka tidak ada
sektor yang termasuk dalam kelompok ketiga. Sehingga selain sektor-sektor di kelompok satu,
://
maka akan termasuk dalam kelompok dua. Kelompok dua meliputi: sektor pertanian, dan sektor
jasa-jasa.
tp
Sektor listrik dan air bersih mampu tumbuh 14,85 persen di saat sektor-sektor lain rata-
ht
rata tumbuh di bawah 10 persen. Tingginya pertumbuhan sektor ini disumbang oleh subsektor
listrik yang tumbuh 14,91 persen. Sebaliknya sektor dengan pertumbuhan paling rendah adalah
sektor pertanian sebesar 4,23 persen. Sektor ini merupakan agregasi dari subsektor tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Pertumbuhan sektor tanaman
pangan mengalami stagnasi karena tidak diikuti dengan pembukaan lahan baru sementara
produktifitasnya sulit didongkrak. Komoditas sektor perkebunan yang potensial dikembangkan
adalah kelapa, cengkeh dan jambu mete. Potensi di sektor peternakan terutama daging dan telur
ayam. Sedangkan potensi sektor perikanan melimpah karena luas wilayah Wakatobi 97 persen
merupakan lautan. Potensi sektor perikanan adalah budidaya ikan laut dan rumput laut.
4.14
Perkembangan PDRB
Sektor industri pengolahan yang diharapkan memberi efek pengganda (multiplier effec),
menunjukan pertumbuhan yang selalu optimis. Sektor ini tumbuh 10,17 persen di tahun 2013 serta
diikuti nilai pertumbuhan yang selalu berada diatas 10 persen dalam 3 tahun terakhir. Secara tidak
langsung perkembangan industri memberi pengaruh positif terhadap peningkatan sektor pertanian,
energi, perdagangan, akomodasi, komunikasi, serta jasa-jasa. Keadaan ini menunjukan peluang
dalam peningkatan sektor ini dalam jangka panjang.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan di Wakatobi terkategori tinggi walaupun
pengembangannya belum optimal. Hal ini sebenarnya memberi momentum yang baik bagi proses
.id
peningkatan pertumbuhan ekonomi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan laju
go
pertumbuhan yang terus menerus ini. Pertama, sebagai daerah otonom baru, Wakatobi banyak
melakukan pembangunan. Kedua, terkait status Wakatobi sebagai cagar biosfer dunia cukup
s.
menarik wisatawan terutama wisatawan domestik dan mancanegara untuk mengunjungi obyek-
bp
Bertambahnya objek wisata baru baik yang dikelola oleh swasta maupun masyarakat dalam
b.
beberapa tahun ini membuat wisatawan yang datang ke Waktobi semakin meningkat. Momentum
ik
a
pertumbuhan ini juga didukung oleh multiplier effect yang ditimbulkan sektor pariwisata dalam
menggerakan roda perekonomian. Di tahun-tahun mendatang pemerintah Wakatobi masih akan
ob
membangun dan mengembangkan lokasi-lokasi wisata baik bahari, budaya, maupun wisata alam
at
sehingga jumlah kunjungan wisatawan akan meningkat dan diharapkan akan berpengaruh pada
perekonomian masayarakat Wakatobi.
ak
optimal. Dari sisi struktur produksi, belum optimalnya pertumbuhan sektor industri menyebabkan
://
kenaikan permintaan konsumsi tidak sepenuhnya dapat dipenuhi oleh produksi lokal. Kesenjangan
antara produksi dengan permintaan ini diisi oleh barang-barang yang berasal dari daerah lain atau
tp
impor terutama barang yang berasal dari daerah di sekitar Wakatobi, sebagaimana terindikasikan
ht
pertumbuhan yang dihasilkan pada 2013 mengalami kontraksi atau perlambatan dibanding tahun
sebelumnya. Struktur perekonomian sudah mulai menunjukkan perbaikan pondasi yang bagi
pertumbuhan yang berkesinambungan. Kegiatan pengembangan pariwisata sudah mulai
menunjukkan efek yang positif terhadap kegiatan perekonomian di Waktobi. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan untuk memajukan pariwisata mulai menunjukkan hasil. Kabupaten Wakatobi
diharapkan mampu bersaing dengan daerah-daerah wisata khususnya di Sulawesi tenggara.
Dengan demikian sektor-sektor yang terkait dengan usaha pariwisata akan terkena dampaknya.
4.15
Perkembangan PDRB
.id
go
Namun gambaran tersebut tidak dapat langsung dijadikan sebagai ukuran peningkatan
ekonomi maupun penyebaran di setiap strata ekonomi karena pengaruh inflasi sangat dominan
s.
bp
Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar
(transfer out) sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk (transfer in)
b.
maka pendapatan regional sama besar dengan PDRB perkapita. Asumsi ini digunakan karena
ik
a
sulitnya untuk mendapatkan data pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk dan
keluar.
ob
PDRB perkapita dihitung dari besarnya PDRB suatu wilayah dibagi dengan jumlah
at
penduduk pertengahan tahun, sehingga tidak bisa menggambarkan secara riil pendapatan yang
diterima oleh masing-masing penduduk, karena juga dipengaruhi oleh produksi barang dan jasa.
ak
Namun demikian PDRB perkapita masih cukup relevan untuk mengetahui apakah secara rata-rata
://
Nilai PDRB per kapita dan pertumbuhannya disajikan pada tabel 4.5 berikut.
tp
ht
Uraian
(1)
2011
2012
2013
(2)
(3)
(4)
9,83
11,12
12,46
13,63
13,08
12,08
3,05
3,33
3,59
Pertumbuhan (persen)
8,49
9,44
7,81
Lampiran 15,16,17,18
4.16
Perkembangan PDRB
Nila PDRB perkapita menunjukan trend peningkatan dari tahun ke tahun baik secara
nominal maupun secara riil. Hingga tahun 2013, PDRB per kapita telah mencapai Rp.12,46 juta
per tahun. Angka ini naik 12,08 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai Rp.11,12
juta per tahun. Keberhasilan Wakatobi meningkatkan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku
lebih dipengaruhi kemampuannya dalam menekan laju pertumbuhan penduduk. Berdasarkan
hasil proyeksi SP2010 pertumbuhan penduduk tahun 2013 hanya sebesar 0,21 persen.
Peningkatan PDRB akan diikuti peningkatan PDRB per kapita jika pertumbuhan PDRB lebih besar
dibanding pertumbuhan penduduk.
.id
Kendati demikian peningkatan PDRB per kapita di atas masih belum menggambarkan
go
secara riil kenaikan daya beli masyarakat Wakatobi secara umum. Hal ini disebabkan pada PDRB
perkapita yang dihitung berdasarkan harga berlaku masih terkandung faktor inflasi yang sangat
s.
bp
Untuk memantau perkembangan daya beli masyarakat secara riil bisa digunakan PDRB
perkapita yang dihitung dari PDRB atas dasar harga konstan. Dari tabel tampak bahwa PDRB
b.
perkapita atas dasar harga konstan naik dari Rp.3,33 juta per tahun 2012 menjadi 3,59 juta per
ik
a
tahun 2013. Dengan demikian secara riil daya beli masyarakat naik sebesar 7,81 persen pada
ob
tahun 2013.
at
ak
Besaran PDRB perkapita dan pendapatan perkapita dapat dijadikan salah satu alat ukur
untuk mengetahui sejauh mana nilai tambah yang dihasilkan dari berbagai kegiatan ekonomi
://
dapat dinikmati oleh tiap penduduk. Selain itu indikator ekonomi penting untuk mengetahui
pertumbuhan pendapatan daerah dalam hubungannya dengan kemajuan sektor ekonomi. PDRB
tp
ht
Dari hasil bagi PDRB berdasarkan harga berlaku dan berdasarkan harga konstan, maka
diperoleh indeks harga implisit. Perubahan indeks harga implisit antar tahun merupakan
gambaran angka inflasi dari sisi produsen (biasa disebut laju implisit). Perkembangan harga dari
PDRB dapat tercermin dari perubahan indeks harga implisit. Peningkatan indeks implisit
menunjukkan kenaikan harga barang dan jasa dan demikian pula sebaliknya. Perubahan indeks
implisit dari PDRB Wakatobi merupakan gambaran dari peningkatan harga seluruh barang dan
jasa dalam periode satu tahun. Yang dimaksud perubahan harga adalah perubahan harga di
tingkat produsen sehingga faktor margin perdagangan dan transportasi telah dihilangkan.
Laju implisit sedikit berbeda dengan inflasi yang diperoleh dari perubahan indeks harga
konsumen (IHK) atau yang biasa dikenal sebagai inflasi. Kedua tingkat perubahan harga tersebut
4.17
Perkembangan PDRB
mempunyai perbedaan sisi pandang, laju implisit adalah perubahan harga yang dilihat dari sisi
produsen sedangkan inflasi dari sisi konsumen.
Tabel 4.6. Tingkat Inflasi PDRB menurut lapangan usaha di Wakatobi (Persen), tahun 2011-2013
2012
2013
(1)
(2)
(3)
(4)
Primer
5,60
5,30
4,23
Pertanian
6,51
6,09
4,74
Penggalian
4,04
3,33
Sekunder
5,18
Industri Pengolahan
5,02
3,48
Bangunan
6,00
Tersier
4,87
Perdagangan, Akomodasi
Transpor dan Komunikasi
go
4,00
0,88
7,63
bp
s.
3,51
4,62
5,76
4,65
4,85
3,15
0,02
3,27
4,38
2,69
3,40
3,63
2,31
4,05
4,74
3,33
3,96
ak
Sumber : Lampiran 10
4,88
3,32
at
PDRB
3,83
4,56
ob
Jasa-Jasa
3,18
4,35
b.
Keuangan, persewaan
.id
2011
ik
a
Lapangan Usaha
Laju inflasi Wakatobi selama tahun 2013 yang diukur dengan indeks implisit PDRB
://
mencapai 3,96 persen atau lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 3,33 persen.
tp
Sektor dengan laju inflasi tinggi dalam tahun 2013 adalah listrik dan air bersih sebesar 7,63
persen. Kenaikan laju inflasi ini dipengaruhi kenaikan tarif dasar listrik pada periode berjalan.
ht
Laju inflasi sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 4,85. Peningkatan laju inflasi
sektor ini lebih banyak dipengaruhi kenaikan harga BBM yang turut mengatrol kenaikan harga
bahan baku/khusus pada usaha-usaha jasa hotel dan restoran.
Kenaikan inflasi sektor pertanian terutama terjadi pada subsektor perikanan. Hal ini
disebabkan kenaikan biaya produksi akibat kenaikan BBM serta diperparah oleh keadaan cuaca
yang tidak memungkinkan nelayan melakukan kegiatan peroduksi. Pada subsektor pertanian
bahan makanan dan peternakan, inflasi produsen tidak terjadi secara signifikan karena sebagian
besar produknya dipasok dari luar daerah Wakatobi.
4.18
Perkembangan PDRB
4.6. KETENAGAKERJAAN
Analisis data mengenai kegiatan ekonomi penduduk umumnya menitikberatkan pada
alokasi angkatan kerja menurut sektor, tren perpindahan (terutama dari sektor pertanian ke
sektor lain) dan penyebab perpindahan tersebut serta implikasinya. Pembagian penduduk yang
bekerja dan perkembangannya menurut sektor dianalisis dengan membedakan tiga sektor yaitu
sektor Agriculture(A) , sektor Manufacture(M) dan sektor Service (S). Dimana sektor A mencakup
lapangan usaha pertanian dan penggalian. Sektor M meliputi lapangan usaha industri
.id
pengolahan, konstruksi serta listrik, gas dan air. Sedangkan sektor S mencakup lapangan usaha
go
perdagangan dan perhotelan, keuangan, angkutan dan komunikasi, jasa kemasyarakatan dan
s.
lainnya.
Sektor
2011
(2)
ik
a
(1)
b.
bp
(3)
(4)
49,26
46,25
7,79
10,33
8,25
40,44
40,41
45,50
at
2013
51,78
ob
2012
ak
Sejalan dengan pergeseran peranan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan
://
tersier pada periode berjalan, pembagian pekerjapun mengalami fenomena yang sama. Seperti
tp
yang bisa diamati pada Tabel 4.7 di atas terlihat bahwa pada tahun 2011 kontribusi pekerja
ht
sektor pertanian (agriculture) sebagai penyumbang utama tenaga kerja di Wakatobi, tetapi
jumlahnya semakin menurun dibandingkan tenaga kerja di sektor jasa-jasa (service). Penurunan
pangsa pekerja sektor pertanian diduga dipengaruhi oleh berkurangnya lapangan pekerjaan di
sekor pertanian dan bertambahnya lapangan usaha di sekor jasa. Hal ini ditandai dengan
meningkatnya kegiatan ekonomi pada bidang pariwisata di Wakatobi sehingga mempengaruhi
peningkatan pangsa pekerja di sektor industri (manufacture) dan sektor jasa-jasa (service).
Sebagaimana yang telah disinggung di atas, bahwa sumbangan sektor jasa-jasa (service)
dalam pembentukan PDRB Wakatobi pada tahun 2013 sebesar 46,67 persen. Sejalan dengan hal
ini, pekerja yang bekerja di sektor ini cukup besar yaitu mencapai 45,50 persen. Pada sisi lain,
4.19
Perkembangan PDRB
sektor pertanian (agriculture) yang memiliki kontribusi terhadap PDRB sebesar 42,25 persen
namun jumlah pekerjanya mencapai 46,25 persen.
Semakin besarnya potensi tenaga kerja di sektor jasa-jasa (service) dibanding sektor
lainnya adalah logis. Apalagi mengingat besarnya potensi pariwisata dan perdagangan. Namun
yang perlu menjadi perhatian adalah terus menurunnya pekerja di sektor pertanian dimana
sektor perikanan termasuk didalamnya. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat visi
Pemerintah Kabupaten Wakatobi yang ingin menjadikan Wakatobi sebagai pusat biodiversitas
bumi di segitiga karang dunia sehingga pembangunan lebih terfokuskan ke dalam sektor
mengalami fluktuasi padahal sektor ini harus tetap menjadi perhatian sebagai
go
industri
.id
perikanan dan sektor wisata (jasa-jasa). Di sisi lain, perkembangan jumlah tenaga kerja sektor
pendukung sektor perikanan dan pariwisata di Wakatobi.
s.
Sementara itu, masih relatif tingginya pekerja di Wakatobi yang bekerja di sektor
bp
pertanian (agriculture) diduga karena sektor tersebut relatif mudah untuk dimasuki oleh para
pekerja. Pada sektor ini biasanya tidak memerlukan persyaratan keahlian khusus untuk
b.
berpartisipasi di dalamnya. Besarnya angkatan kerja yang bekerja disektor A ini erat kaitannya
ik
a
dengan tingkat pendidikan yang dimiliki. Gambaran ini, nampaknya bukan merupakan anggapan
yang berlebihan mengingat dari hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 yang dilakukan di
ob
kabupaten Wakatobi didapat data jumlah penduduk Kabupaten Wakatobi yang hanya
at
berpendidikan SMP ke bawah masih mencapai lebih dari 75 persen. Hal lain yang menyebabkan
masih tingginya persentase pekerja di sektor pertanian adalah diduga tekanan ekonomi untuk
ak
memperoleh sumber makanan sebab kondisi alam Kabuten Wakatobi secara umum tidak sesuai
ht
tp
://
4.20
BAB V
b.
bp
s.
go
.id
ht
tp
://
ak
at
ob
ik
a
5.1
BAB V
PERKEMBANGAN SEKTOR-SEKTOR PDRB
5.1. PERTANIAN
Sektor pertanian mencakup sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman
perkebunan, sub sektor peternakan dan hasilnya, sub sektor kehutanan dan sub sektor
perikanan.
.id
NTB sektor pertanian mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan harga
go
berlaku, nilai tambah sektor pertanian naik dari Rp.431,46 miliar di tahun 2012 menjadi
Rp.471,04 miliar pada tahun 2013. Menurut pertumbuhannya, NTB sektor pertanian mengalami
s.
fluktuasi. Pertumbuhan NTB sektor pertanian mencapai 4,23 persen pada tahun 2013 atau
bp
mengalami percepatan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 2,49 persen. Rendahnya
pertumbuhan sektor pertanian mengikuti rendahnya pertumbuhan subsektor pertanian tabama,
b.
subsektor perikanan dan subsektor kehutanan. Pertumbuhan subsektor perikanan dan subsektor
ik
a
perikanan yang relatif lebih tinggi tidak mampu mendorong pertumbuhan sektor pertanian.
Menurut peranannya, NTB sektor pertanian dalam PDRB cenderung menurun. Berdasarkan harga
ob
berlaku, peranan sektor pertanian sebesar 39,72 persen pada tahun 2013 atau mengalami
at
NTBADHB
(Rp. Miliar)
tp
://
Sektoral
ak
Tabel 5.1. Nilai Tambah Sektor Pertanian dan Turunannya, di Wakatobi Tahun 2013
ht
Pertanian
1. Tabama
2. Tanaman Perkebunan
3. Peternakan & Hasilnya
4. Kehutanan
5. Perikanan
471,04
178,90
3,52
64,49
10,22
213,90
Share
PDRB
(%)
39,72
15,09
0,30
5,44
0,86
18,04
NTBADHK
(Rp. Miliar)
95,76
37,56
0,91
21,00
3,58
32,71
Pertum
buhan
(%)
Sumber
pertum
buhan (%)
4,23
2,47
3,11
5,13
2,79
5,93
15,27
3,56
0,11
4,03
0,38
7,20
5.2
percepatan dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan yang dicapai oleh subsektor ini
dipengaruhi oleh kenaikan produksi komoditas palawija seperti jagung, dan ubi kayu. Demikian
pula pada produksi holtikultura yang cenderung meningkat terutama bawang merah. Peranan
sektor bahan makanan terhadap PDRB cenderung menurun. Berdasarkan harga berlaku, peranan
sektor bahan makanan turun dari 15,93 persen di tahun 2012 menjadi 15,09 persen pada tahun
2013. Penurunan ini adalah indikasi perkembangan sektor bahan makanan yang lebih rendah
dibanding sektor lainnya.
NTB subsektor tanaman perkebunan pada tahun 2013, berdasarkan harga berlaku
.id
mencapai Rp.3,52 miliar, sedangkan menurut harga konstan mencapai Rp.0,91 miliar.
go
Pertumbuhan NTB sektor perkebunan tahun 2013 sebesar 3,11 persen atau mengalami kontraksi
dibanding pertumbuhan tahun 2012 yang mencapai 9,61 persen. Melambatnya pertumbuhan
s.
subsektor ini dipengaruhi oleh penurunan produksi kelapa dalam, dan cokelat. Sementara itu,
bp
peningkatan produksi jambu mete, dan cengkeh hanya mendorong sedikit pertumbuhan
subsektor. Pengembangan produk seperti pala dan cengkeh yang memiliki nilai jual tinggi dan
b.
potensial dikembangkan belum optimal sehingga produksinya masih rendah. Peranan subsektor
ik
a
tanaman perkebunan terhadap PDRB relatif rendah dan cenderung menurun. Peranan sektor
tanaman perkebunan sebesar 0,30 persen pada tahun 2013. Rendahnya kontribusi sektor ini
ob
at
NTB subsektor peternakan dan hasil-hasilnya pada tahun 2013, berdasarkan harga
berlaku mencapai Rp.64,49 miliar, sedangkan menurut harga konstan mencapai RP.21,00 miliar.
ak
Pertumbuhan NTB sektor peternakan tahun 2013 mencapai 5,13 persen atau mengalami
percepatan dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang mencapai 3,12 persen. Sektor ini
://
mengalami pertumbuhan yang positif dipengaruhi oleh kenaikan produksi terutama ayam
potong. Selain itu, permintaan daging untuk konsumsi rumah tangga dan restoran meningkat.
tp
Walaupun demikian, peranan sektor tanaman perkebunan terhadap PDRB relatif rendah dan
ht
cenderung menurun. Peranan sektor tanaman perkebunan terhadap PDRB cenderung mengalami
penurunan yaitu dari 5,59 persen di tahun 2012 menjadi 5,44 persen pada tahun 2013.
Penurunan ini juga merupakan indikasi perkembangan sektor peternakan yang lebih rendah
dibanding sektor lainnya.
NTB subsektor kehutanan pada tahun 2013, berdasarkan harga berlaku mencapai
Rp.10,22 miliar, sedangkan menurut harga konstan mencapai Rp.3,58 miliar. Pertumbuhan NTB
sektor kehutanan tahun 2013 mencapai 2,79 atau mengalami kontaraksi/ perlambatan dibanding
tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,65 persen. Pertumbuhan sektor ini didukung
pengusahaan tanaman kehutanan seperti jati, mahoni, serta penanaman bakau. Demikian pula
kenaikan produksi bambu dan permintaan kayu bakar rumah tangga turut mempengaruhi
5.3
pertumbuhan subsektor kehutanan. Data hasil Susenas menunjukan bahwa pengguna kayu bakar
sebagai bahan bakar utama memasak mencapai 79 persen. Peranan sektor kehutanan terhadap
PDRB tampaknya relatif rendah dan cenderung menurun yaitu dari 0,91 persen di tahun 2012
menjadi 0,86 persen pada tahun 2013. Penurunan ini juga merupakan indikasi perkembangan
sektor kehutanan yang lebih rendah dibanding sektor lainnya.
NTB subsektor perikanan pada tahun 2013, berdasarkan harga berlaku mencapai
Rp.212,90 miliar, sedangkan menurut harga konstan mencapai Rp.32,71 miliar. Pertumbuhan
NTB sektor perikanan tahun 2011 mencapai 5,93 persen atau mengalami percepatan dibanding
.id
tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,15 persen. Produksi perikanan budidaya dan mutiara
go
yang mampu tumbuh signifikan pada tahun 2013, dikoreksi cukup dalam karena penurunan
produksi perikanan tangkap. Perikanan budidaya yang diharapkan dapat mendorong
s.
bp
sektor perikanan terhadap PDRB mengalami penurunan yaitu dari 18,12 persen di tahun 2012
menjadi 18,02 persen pada tahun 2013. Penurunan ini juga merupakan indikasi perkembangan
ik
a
b.
ob
5.2. PENGGALIAN
at
Sektor pertambangan dan penggalian mencakup sub sektor minyak dan gas,
pertambangan selain migas, dan penggalian golongan C. Subsektor yang diusahakan di Wakatobi
ak
tp
://
Tabel 5.2. Nilai Tambah Sektor Penggalian dan Turunannya di Wakatobi Tahun 2013
ht
Sektoral
NTBADHB
(Rp. Miliar)
Penggalian
1. Minyak dan Gas Bumi
2. Tambang Selain Migas
3. Penggalian
41,81
41,81
Share
PDRB
(%)
3,53
3,53
NTBADHK
(Rp. Miliar)
17,67
17,67
Pertum
buhan
(%)
Sumber
pertum
buhan (%)
6,16
6,16
9,74
9,74
5.4
mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 20,94 persen di tahun 2008. Komoditi yang
banyak diusahakan di wakatobi adalah penggalian pasir, batu bangunan, batu kerikil, tanah, dan
tanah liat.
Peranan sektor penggalian terhadap PDRB terus meningkat walaupun nilainya kecil yaitu
dari 3,50 persen di tahun 2012 menjadi 3,53 persen pada tahun 2013. Peningkatan kontribusi
.id
sektor ini adalah indikasi perkembangan sektor penggalian yang lebih tinggi dibanding sektor
go
lainnya.
bp
s.
Sektor industri pengolahan mencakup subsektor industri migas dan industri non-migas.
b.
ik
a
NTB sektor indutri pengolahan terus mengalami peningkatan. Berdasarkan harga berlaku,
NTB sektor industi naik dari Rp.32,97 miliar di tahun 2012 menjadi Rp.37,77 miliar pada tahun
ob
2013. Berdasarkan harga konstan, NTB sektor industi pengolahan sebesar Rp.18,89 miliar pada
at
tahun 2013. Pertumbuhan NTB sektor industri pengolahan mengalami fluktuasi. Hal ini
dipengaruhi ketersediaan bahan baku dan permintaan atau konsumsi terhadap produk-produk
ak
industri. Pertumbuhan NTB di tahun 2013 terkategori tinggi mencapai 10,17 persen walaupun
://
ini terutama didorong oleh kenaikan produksi industri makanan dan minuman, industri tekstil,
serta industri pengolahan barang galian bukan logam. Industri makanan yang berkembang adalah
tp
produk olahan rumput laut, dan produk makanan jadi. Sedangkan produk olahan semen seperti
ht
batu batako meningkat karena tingginya permintaan sektor bangunan. Menurut peranannya,
NTB sektor industri relatif kecil namun terus meningkat. Kontribusi sektor industri terhadap
PDRB mencapai 3,19 persen di tahun 2013.
Perlu dicatat bahwa sumber pertumbuhan sektor industri di Wakatobi sangat dipengaruhi
oleh pertumbuhan subsektor industri makanan dan minuman, sedangkan konstribusi subsektor
lainnya sangat kecil. Hal ini menguntungkan secara ekonomi, sebab kinerja sektor industri dapat
dipercepat dengan memberikan intervensi pada subsektor industri makanan. Jika subsektor ini
meningkat, maka diperkirakan sektor industri juga akan tumbuh. Tetapi sebaliknya, bila kinerja
subsektor industri bahan makanan turun, maka sulit untuk mendongkrak pertumbuhan sektor
5.5
industri sebab subsektor lainnya relatif rendah kontribusinya terhadap pertumbuhan sektor
industri.
Tabel 5.3. Nilai Tambah Sektor Industri Pengolahan dan Turunannya, di Wakatobi Tahun 2013
ik
a
18,89
18,89
15,06
0,28
0,75
0,15
0,20
0,41
0,18
1,87
10,17
10,17
10,67
17,33
6,52
8,53
12,14
6,47
3,07
8,21
6,85
6,85
5,71
0,16
0,18
0,05
0,08
0,10
0,02
0,56
at
9. Barang lainnya
ob
3,19
3,19
2,59
0,04
0,10
0,03
0,03
0,07
0,02
0,29
go
37,77
37,77
30,73
0,48
1,23
0,41
0,36
0,87
0,29
3,41
Sumber
pertum
buhan (%)
Pertum
buhan
(%)
s.
a. Industri Migas
bp
Industri Pengolahan
b.
Sektoral
NTBADHK
(Rp.
Miliar)
Share
PDRB
(%)
.id
NTBADHB
(Rp.
Miliar)
ak
://
terhadap sektor industri mencapai 81,35 persen. Menurut harga berlaku, industri makanan dan
tp
minuman menghasilkan nilai tambah sebesar Rp. 30,73 miliar pada tahun 2013, sedangkan
ht
menurut harga konstan sebesar Rp.15,06 miliar. Pertumbuhan NTB subsektor industi makanan
terkategori tinggi mencapai 10,67 persen walapun mengalami perlambatan dibanding tahun
sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,61 persen. Tingginya pertumbuhan subsektor ini dipacu
oleh meningkatnya permintaan masyarakat konsumen. Industri makanan dan minuman yang
banyak diusahakan diantaranya pengolahan hasil laut, dan pengolahan hasil tanaman bahan
makanan. Menurut peranannya terhadap PDRB, NTB subsektor industri makanan dan minuman
relatif kecil dan sedikit meningkat yaitu dari 2,53 persen di tahun 2012 menjadi 2,59 persen di
tahun 2013.
Subsektor industri pengolahan tekstil hanya menyumbangkan nilai tambah sebesar 1,26
persen terhadap sektor industri. Menurut harga berlaku, subsektor ini menghasilkan nilai tambah
5.6
sebesar Rp.476,77 juta pada tahun 2013, sedangkan menurut harga konstan sebesar Rp.275,10
juta. Pertumbuhan NTB subsektor ini mencapai 17,33 persen, atau mengalami percepatan
dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,80 persen. Pertumbuhan subsektor ini
terutama didorong oleh permintaan produk kain tenun khas Wakatobi. Nilai tambah yang
dihasilkan relatif rendah dibandingkan subsektor industri lainnya dianggap sebagai peluang untuk
pengembangan produk di masa mendatang mengingat potensi pasar yang terbuka dan luas.
Menurut peranannya terhadap PDRB, NTB subsektor industri ini sangat kecil dan stagnan pada
rumah tangga.
kayu dan
hasil
hutan
lainnya
hanya
go
.id
0,04 persen pada tahun 2013. Hampir semua industri tekstil di Wakatobi adalah industri kecil dan
menyumbangkan nilai tambah sebesar 3,26 persen terhadap sektor industri. Menurut harga
s.
berlaku, subsektor ini menghasilkan nilai tambah sebesar Rp.1,23 miliar pada tahun 2013,
bp
sedangkan menurut harga konstan sebesar Rp.745,26 juta. Pertumbuhan NTB subsektor ini
mencapai 6,52 persen, atau mengalami kontraksi dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh
b.
sebesar 7,41 persen. Pertumbuhan subsektor ini terutama didorong oleh permintaan produk
ik
a
olahan kayu untuk keperluan bangunan maupun rumah tangga, sepertu kusen, meja kursi,
lemari, dalan olahan kayu lainnya. Produksi industri kayu sangat tergantung ketersediaan bahan
ob
baku yang semuanya merupakan barang impor dari kabupaten lain. Pertumbuhan sektor
at
bangunan juga menjadi peluang untuk pengembangan produk di masa mendatang. Menurut
peranannya terhadap PDRB, NTB subsektor industri ini sangat kecil dan stagnan pada 0,10
ak
persen pada tahun 2013. Hampir semua industri pengolahan kayu di Wakatobi adalah industri
://
Subsektor industri kertas dan barang cetakan lainnya menyumbangkan nilai tambah
sebesar 1,09 persen terhadap sektor industri. Menurut harga berlaku, industri ini menghasilkan
tp
nilai tambah sebesar Rp.411,71 juta pada tahun 2013, sedangkan menurut harga konstan sebesar
ht
Rp.147,80 juta. Pertumbuhan NTB subsektor ini mencapai 8,53 persen, atau mengalami
kontraksi/ perlambatan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 12,60 persen. Pertumbuhan
subsektor ini terutama ditandai bertambahnya usaha percetakan Wakatobi seperti baliho, dll.
Menurut peranannya terhadap PDRB, NTB subsektor industri ini sangat rendah yaitu hanya 0,03
persen pada tahun 2013. industri percetakan di Wakatobi merupakan industri kecil dan rumah
tangga.
Subsektor industri semen dan bahan galian bukan logam hanya menyumbangkan nilai
tambah sebesar 0,95 persen terhadap sektor industri. Menurut harga berlaku, subsektor ini
menghasilkan nilai tambah sebesar Rp.360,54 juta pada tahun 2013, sedangkan menurut harga
konstan sebesar Rp.196,40 juta. Subsektor industri ini mengalami pertumbuhan tinggi sebesar
5.7
12,14 persen atau mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 14,88
persen. Pertumbuhan yang tinggi ini didorong oleh peningkatakan produksi batu bata yang
menjadi permintaan dari sektor bangunan. Selain itu, produksi tanah timbunan untuk bahan
pengerasan jalan juga meningkat selama tahun 2013. Walaupun demikian, nilai tambah dan
kontribusi subsektor ini dalam ekonomi Wakatobi masih sangat rendah yaitu 0,03 persen di
tahun 2013.
Subsektor industri logam dasar besi dan baja hanya menyumbangkan nilai tambah sebesar
2,30 persen terhadap sektor industri. Menurut harga berlaku, subsektor ini menghasilkan nilai
.id
tambah sebesar Rp.867,90 juta pada tahun 2013, sedangkan menurut harga konstan sebesar
go
Rp.414,07 juta. Subsektor industri ini mengalami pertumbuhan sebesar 6,47 persen atau
mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 7,53 persen. Pertumbuhan
s.
subsektor ini didorong oleh peningkatakan produksi indutri alat potong atau perkakas rumah
bp
tangga, dan indutri teralis. Menurut peranannya terhadap PDRB, NTB subsektor industri ini
sangat rendah yaitu hanya 0,07 persen pada tahun 2013.
b.
Subsektor industri alat angkutan dan peralatannya hanya menyumbangkan nilai tambah
ik
a
sebesar 0,76 persen terhadap sektor industri. Menurut harga berlaku, subsektor ini menghasilkan
nilai tambah sebesar Rp.287,47 juta pada tahun 2013, sedangkan menurut harga konstan sebesar
ob
Rp.182,18 juta. Subsektor industri ini mengalami pertumbuhan sebesar 3,07 persen atau
at
mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 6,27 persen. Pertumbuhan
subsektor ini didorong oleh peningkatakan produksi kapal penangkap ikan. Menurut peranannya
ak
terhadap PDRB, NTB subsektor industri ini sangat rendah yaitu hanya 0,02 persen pada tahun
2013.
://
Subsektor industri lainnya menyumbangkan nilai tambah sebesar 9,02 persen terhadap
sektor industri. Menurut harga berlaku, subsektor ini menghasilkan nilai tambah sebesar Rp.3,41
tp
miliar pada tahun 2013, sedangkan menurut harga konstan sebesar Rp.1,87 miiar. Subsektor
ht
industri ini mengalami pertumbuhan sebesar 8,21 persen atau mengalami perlambatan
dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 14,27 persen. Pertumbuhan subsektor ini didorong
oleh peningkatakan produksi anyaman. Anyaman yang banyak diusahakan di Wakatobi adalah
pembuatan meja kursi, alat penangkap ikan, dan produk-produk rumah tangga. Menurut
peranannya terhadap PDRB, NTB subsektor industri ini sangat rendah yaitu hanya 0,29 persen
pada tahun 2013.
5.8
5.4.
infrastruktur yang mendorong aktivitas proses produksi sektoral maupun pemenuhan kebutuhan
masyarakat. Produksi listrik sebagian besar dihasilkan oleh perusahaan Listrik Negara (PLN) dan
sebagian oleh non-PLN. Produksi air bersih dihasilkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) dan non-PDAM.
s.
go
Pertum
buhan
(%)
3,14
2,97
0,18
Sumber
pertum
buhan (%)
14,85
14,91
13,82
1,60
1,51
0,08
ob
0,94
0,89
0,05
ik
a
11,12
10,50
0,62
NTBADHK
(Rp. Miliar)
bp
Share
PDRB
(%)
b.
NTBADHB
(Rp. Miliar)
Sektoral
.id
Tabel 5.4. Nilai Tambah Sektor Listrik dan Air Bersih serta Turunannya di Wakatobi Tahun 2013
at
NTB sektor listrik dan air bersih terus mengalami peningkatan. NTB sektor listrik dan air
ak
bersih mencapai Rp.11,12 miliar berdasarkan harga berlaku serta mencapai Rp.3,14 miliar
menurut harga konstan pada tahun 2013. Menurut pertumbuhannya,
mengalami fluktuasi. Pertumbuhan NTB sebesar 14,85 persen di tahun 2013 atau mengalami
://
perlabatan dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,13 persen. Tingginya
tp
pertumbuhan sektor ini didorong oleh kenaikan produksi dan bertambahnya jumlah pelanggan
listrik dan air bersih. Menurut peranannya, NTB sektor listrik dan air bersih relatif kecil dan
ht
mengalami peningkatan. Kontribusi sektor listrik dan air bersih terhadap PDRB sebesar 0,94
persen pada tahun 2013.
Menurut harga berlaku, besaran NTB subsektor listrik mencapai Rp.10,50 miliar sedangkan
menurut harga konstan mencapai Rp.2,97 miliar pada tahun 2013. Menurut pertumbuhannya,
NTB sektor listrik mengalami fluktuasi. NTB subsektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 14,91
persen di tahun 2013 atau mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh
sebesar 19,13 persen. Tingginya pertumbuhan subsektor ini didorong oleh kenaikan produksi dan
bertambahnya jumlah pelanggan listrik. Data Susenas menunjukan bahwa rumah tangga
pengguna listrik sebagai sumber penerangan di Wakatobi telah mencapai 88 persen. Selain listrik
PLN, pengusahaan listrik juga dilakukan secara mandiri oleh pengurus desa yang wilayahnya
5.9
belum terjangkau listrik PLN. Menurut peranannya, NTB subsektor listrik relatif rendah dan
mengalami peningkatan. Kontribusi sektor listrik terhadap PDRB sebesar 0,89 persen pada tahun
2013.
NTB subsektor air bersih terus meningkat baik secara nominal maupun nilai riilnya.
Menurut harga berlaku, NTB sektor air bersih mencapai Rp.623,83 juta sedangkan menurut harga
konstan mencapai Rp.177,62 juta pada tahun 2013. Rendahnya nilai tambah sektor air bersih di
Wakatobi karena sebagian besar sumber air penduduk adalah sumur sendiri atau mengambil dari
mata air. Pengguna leding di Wakatobi hanya sebanyak 11,06 persen. Pengusahaan air bersih di
.id
Wakatobi selain diusahakan oleh PDAM juga dilaksanakan oleh swasta. NTB subsektor ini
go
mengalami pertumbuhan sebesar 13,82 persen di tahun 2013, atau mengalami percepatan
dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh 9,46 persen. Pertumbuhan sektor ini didorong oleh
s.
kenaikan jumlah pelanggan air leding. Menurut peranannya, NTB subsektor air bersih relatif
bp
rendah dan tidak mengalami perubahan signifikan. Kontribusi subsektor air bersih terhadap PDRB
BANGUNAN/ KONSTRUKSI
ik
a
5.5.
b.
ob
at
tp
://
Sektoral
ak
Tabel 5.5. Nilai Tambah Sektor Bangunan serta Turunannya di Wakatobi Tahun 2013
70,68
Share
PDRB
(%)
5,96
NTBADHK
(Rp. Miliar)
27,32
Pertum
buhan
(%)
13,21
Sumber
pertum
buhan (%)
12,53
ht
Bangunan
NTBADHB
(Rp. Miliar)
5.10
maupun APBN seperti jalan, jembatan, pelabuhan, pasar dan gedung pemerintah. Selain itu
pembangunan rumah baru juga meningkat yang ditandai persentase rumah permanen mencapai
87 persen pada tahun 2013. Menurut peranannya, NTB sektor bangunan cenderung meningkat.
Kontribusi sektor bangunan terhadap PDRB telah mencapai dari 5,96 persen di tahun 2013.
5.6. PERDAGANGAN, HOTEL, DAN RESTORAN
Kegiatan Sektor ini meliputi perdagangan besar dan eceran, perhotelan, dan restoran.
.id
Nilai NTB sektor perdagangan, hotel, dan restoran terus meningkat baik secara nominal
go
maupun secara riil. Berdasarkan harga berlaku, NTB sektor ini mencapai Rp.270,65 miliar,
sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.68,48 miliar di tahun 2013. Pertumbuhan
s.
NTB sektor ini mengalami fluktuasi. NTB subsektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 10,95
bp
atau mengalami perlambatan dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar
12,47 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2009 sebesar 29,73 persen.
b.
ik
a
jumlah hotel maupun restoran, serta meningkatnya kunjungan wisatawan, yang didukung pula
oleh berbagai event yang diselenggarakan di Wakatobi yang berskala nasional dan internasional.
ob
Menurut peranannya, NTB sektor ini terus meningkat. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB
at
meningkat dari 22,04 persen di tahun 2012 menjadi 22,82 persen pada tahun 2013.
://
ak
Tabel 5.6. Nilai Tambah Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran serta Turunannya di Wakatobi
Tahun 2013
NTBADHB
(Rp. Miliar)
ht
tp
Sektoral
270,65
262,07
1,87
6,70
Share
PDRB
(%)
22,82
22,10
0,16
0,56
NTBADHK
(Rp. Miliar)
68,48
65,20
0,79
2,49
Pertum
buhan
(%)
Sumber
pertumbuhan (%)
10,95
10,93
16,87
9,82
26,56
25,24
0,45
0,88
5.11
ini mengalami pertumbuhan yang relatif sama dengan pertumbuhan sektornya. Hal ini
disebabkan kontribusi subsektor perdagangan yang mencapai 97 persen terhadap nilai sektor
perdagangan dan akomodasi. Pertumbuhan NTB sektor ini di tahun 2013 mencapai 10,93 persen
atau mengalami perlambatan dibanding tahun tahun 2013 yang tumbuh sebesar 12,27 persen.
Pertumbuhan subsektor perdagangan besar dan eceran dipengaruhi oleh meningkatnya sarana
dan prasarana perdagangan, meningkatnya ekspor hasil-hasil perkebunan dan perikanan, serta
bertambahnya varian jenis barang yang diperdagangkan seiring peningkatan kebutuhan/ selera
hidup masyarakat. Menurut peranannya, NTB subsektor ini terus meningkat dan memberikan
.id
kontribusi tinggi terhadap perekonomian Wakatobi. Kontribusi subsektor ini terhadap PDRB
go
sebesar meningkat dari 21,33 persen di tahun 2012 menjadi 22,10 persen pada tahun 2013.
Nilai NTB subsektor hotel juga mengalami peningkatan baik secara nominal maupun
s.
secara riil. Berdasarkan harga berlaku, NTB subsektor hotel di tahun 2013 mencapai Rp.1,87
bp
miliar, sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.785,18 juta. NTB subsektor ini
mengalami pertumbuhan yang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor
b.
perdagangan dan akomodasi. NTB subsektor ini mengalami pertumbuhan 16,87 persen di tahun
ik
a
2013 atau mengalami kontraksi dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 25,36 persen.
Pertumbuhan subsektor hotel dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah dan fasilitas hotel,
ob
meningkatnya jumlah tamu hotel, yang didukung berbagai event pariwisata, kebudayaan, dan
at
politik yang diselenggarakan di Wakatobi selama tahun 2013. Menurut peranannya, NTB
subsektor hotel terkategori masih rendah namun diperkirakan akan terus meningkat. Kontribusi
ak
subsektor ini terhadap PDRB hanya mencapai 0,16 persen pada tahun 2013.
Nilai NTB subsektor restoran juga mengalami peningkatab baik secara nominal maupun
://
secara riil. Berdasarkan harga berlaku, NTB subsektor restoran di tahun 2013 mencapai Rp.6,70
miliar, sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.2,49 miliar. NTB subsektor restoran
tp
mengalami pertumbuhan yang cenderung tinggi, namun fluktuatif. Pertumbuhan NTB sektor ini
ht
di tahun 2012 mencapai 14,32 persen kemudian mengalami kontraksi di tahun 2013 mencapai
9,82 persen. Pertumbuhan subsektor restoran ditandai dengan meningkatnya jumlah restoran,
dan meningkatnya pajak restoran, serta didukung berbagai event pariwisata, kebudayaan, dan
politik yang diselenggarakan di Wakatobi selama tahun 2013. Menurut peranannya, NTB
subsektor ini masih rendah namun diperkirakan akan meningkat. Kontribusi sektor ini terhadap
PDRB hanya sebesar 0,56 persen pada tahun 2013.
5.12
Pertum
buhan
(%)
go
b.
ob
ak
NTBADHK
(Rp. Miliar)
11,50
7,04
4,09
0,05
0,03
1,69
1,18
4,45
3,72
0,73
bp
2,20
1,63
1,05
0,02
0,01
0,22
0,33
0,57
0,45
0,12
ik
a
26,05
19,27
12,45
0,20
0,10
2,62
3,90
6,78
5,36
1,42
at
Share
PDRB
(%)
s.
NTBADHB
(Rp. Miliar)
Sektoral
.id
Tabel 5.7. Nilai Tambah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi serta Turunannya di Wakatobi
Tahun 2013
Sumber
pertumbuhan (%)
8,90
5,95
5,06
10,21
8,59
5,38
9,76
13,91
14,92
9,02
3,69
1,55
0,77
0,02
0,01
0,34
0,41
2,14
1,90
0,24
://
tp
Nilai NTB sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami meningkatan baik secara
ht
nominal maupun secara riil. Berdasarkan harga berlaku, NTB sektor ini di tahun 2013 mencapai
Rp.26,05 miliar, sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.11,50 miliar. Dalam 1
dasawarsa terakhir, rata-rata pertumbuhan NTB sektor pengangkutan dan komunikasi dari tinggi
dibanding pertumbuhan PDRB Wakatobi. NTB subsektor mengalami pertumbuhan sebesar 8,908
persen di tahun 2013 atau mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya yang tumbuh
sebesar 13,92 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2009 sebesar 21,47 persen.
Tingginya pertumbuhan sektor ini dipengaruhi oleh pertumbuhan subsektor komunikasi,
sedangkan pertumbuhan sektor pengangkutan menarik turun pertumbuhan sektor ini. Menurut
peranannya, NTB sektor ini berkontribusi rendah dan relatif stagnan terhadap PDRB. Kontribusi
sektor ini terhadap PDRB sebesar sebesar 2,20 persen pada tahun 2013.
5.13
.id
go
s.
berkontribusi rendah dan relatif stagnan terhadap PDRB. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB
bp
Nilai NTB subsektor angkutan jalan raya terus meningkat baik secara nominal maupun
NTB subsektor angkutan jalan raya di tahun 2013
b.
ik
a
mencapai Rp.12,45 miliar, sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.4,09 miliar.
Pertumbuhan NTB subsektor angkutan darat cenderung lebih rendah dibanding pertumbuhan
ob
sektor angkutan dan komunikasi. Pertumbuhan NTB sektor ini mencapai 7,81 persen di tahun
at
2012 kemudian mengalami kontraksi menjadi 5,06 persen di tahun 2013. Pertumbuhan NTB
angkutan jalan raya ditandai meningkatnya jumlah kendaraan dan penumpang pada mobil
ak
penumpang, mobil bis, ojek. Selain itu volume terjadi peningkatan pula pada jumlah dan volume
barang yang diangkut oleh mobil beban seperti truck dan pick-up.
://
Nilai NTB subsektor angkutan laut dan penyeberangan terus meningkat baik secara
nominal maupun secara riil. Berdasarkan harga berlaku, NTB subsektor laut dan penyeberangan
tp
di tahun 2013 mencapai Rp.297,17 juta sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai
ht
Rp.83,30 juta. Pertumbuhan NTB subsektor angkutan laut dan penyeberangan cenderung lebih
tinggi dibanding pertumbuhan sektor pengangkutan dan penggalian. Pertumbuhan NTB
subsektor laut mencapai 10,21 persen, sedangkan pertumbuhan NTB subsektor angkutan
penyebrangan mencapai 8,59 persen di tahun 2013. Pertumbuhan NTB angkutan laut dan
penyeberangan ditandai dengan peningkatan jumlah penumpang naik dan muat barang pada
moda transportasi laut maupun penyeberangan.
Nilai NTB subsektor angkutan udara terus meningkat baik secara nominal maupun secara
riil. Berdasarkan harga berlaku, NTB subsektor udara di tahun 2013 mencapai Rp.2,62 miliar,
sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.1,69 miliar. Pertumbuhan NTB subsektor ini
mencapai 5,38 persen di tahun 2013 atau mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya
5.14
yang tumbuh sebesar 28,50 persen. Pertumbuhan NTB angkutan udara ditandai dengan
peningkatan jumlah penumpang naik yang didukung oleh maskapai penerbangan Lion Air.
Penerbangan di Wakatobi melayani penerbangan dari dan menuju Kendari.
Subsektor penunjang angkutan dan subsektor angkutan saling memberikan dukungan
dalam menciptakan nilai tambah. Subsektor penunjang angkutan mengalami pertumbuhan yang
relatif tinggi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2013, subsektor ini mengalami
pertumbuhan sebesar 9,76 persen. Pertumbuhan subsektor ini terutama didorong oleh kenaikan
pendapatan terminal dan parkir baik untuk angkutan darat, laut, maupun penyeberangan. Jika
.id
dibandingkan pertumbuhan subsektor ini di tahun 2013 lebih rendah dibanding pertumbuhan
go
tahun sebelumnya yang mencapai 13,77 persen. Berdasarkan harga berlaku, NTB yang dihasilkan
subsektor penunjang angkutan mencapai Rp.3,90 miliar sedangkan berdasarkan harga konstan
s.
bp
b.
nominal maupun secara riil. Berdasarkan harga berlaku, NTB subsektor ini mencapai Rp.6,78
ik
a
miliar di tahun 2013, sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.4,45 miliar. Subsektor
ini termasuk subsektor dengan laju pertumbuhan yang tinggi. Pertumbuhan NTB sektor
ob
komunikasi mencapai 14,92 persen di tahun 2013 atau mengalami perlambatan dibanding tahun
at
sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,12 persen. Tingginya pertumbuhan subsektor komunikasi
dipengaruhi oleh meningkatnya infrastruktur komunikasi seperti jaringan 3G dan pembangunan
ak
BTS-BTS baru di wilayah Wakatobi. Hal ini mendorong bertambahnya frekuensi penggunaan dan
jumlah pengguna telepon seluler. Operator telekomunikasi yang saat ini beroperasi di Wakatobi
://
adalah Telkomsel dan Indosat. Jasa pengiriman di Wakatobi dilaksanakan oleh PT Pos, Tiki JNE,
TIKI, jasa pengiriman perorangan. Data menunjukan adanya peningkatan aktivitas pengiriman
tp
barang ke luar daerah. Selain melayani mengiriman barang, Pos Indonesia juga melayana jasa
ht
keuangan seperti pelayanan kas Bank BTN, Bank Muammalat, dan jasa keuangan lainnya.
Menurut peranannya, NTB subsektor komunikasi terkategori masih sangat rendah serta tidak
mengalami perubahan signifikan. Kontribusi subsektor ini terhadap PDRB hanya sebesar 0,57
persen pada tahun 2013.
5.8. KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Kegiatan sektor ini meliputi kegiatan lembaga keuangan perbankan, non-bank,
persewaan, dan jasa keuangan. Sektor ini disebut sebagai sektor finansial karena secara umum
kegiatan utamanya berhubungan dengan kegiatan pengelolaan keuangan yang bersumber dari
5.15
penarikan dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali. Nilai NTB sektor keuangan,
persewaan, dan jasa perusahaan terus meningkat baik secara nominal maupun secara riil.
Berdasarkan harga berlaku, NTB sektor ini di tahun 2013 mencapai Rp.78,07 miliar, sedangkan
berdasarkan harga konstan mencapai Rp.30,91 miliar. Dalam 3 tahun terakhir, NTB sektor ini
rata-rata tumbuh lebih tinggi dibanding pertumbuhan PDRB. Pertumbuhan NTB sektor ini
mencapai 22,44 persen di tahun 2012 namun mengalami percepatan di tahun 2013 menjadi 8,96
persen. Dalam 2 tahun terakhir, pertumbuhan NTB sektor ini dipengaruhi oleh pertumbuhan
subsektor bank. Menurut peranannya terhadap PDRB, NTB sektornya menempati urutan
.id
keempat setelah kontribusi sektor jasa-jasa. Kontribusi sektor ini terhadap PDRB naik dari 6,56
go
Nilai NTB subsektor bank terus meningkat baik secara nominal maupun secara riil.
s.
Berdasarkan harga berlaku, NTB subsektor ini di tahun 2013 mencapai Rp.32,12 miliar,
bp
sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.14,16 miliar. Dalam 2 tahun terakhir, NTB
subsektor ini mengalami pertumbuhan yang terkategori tinggi namun fluktuatif antar waktu.
b.
Pertumbuhan NTB subsektor ini mencapai 43,16 persen di tahun 2012 kemudian melambat
ik
a
menjadi 9,19 persen di tahun 2013. Pertumbuhan subsektor bank ditunjukan dengan
bertambahnya jumlah bank dan bertambahnya jumlah nasabah bank. Selain itu, nilai kredit
ob
perbankan pada bank-bank di Wakatobi mengalami kenaikan. Kontribusi subsektor ini terhadap
at
PDRB naik dari 2,64 persen di tahun 2012 menjadi 2,71 persen pada tahun 2013.
://
ak
Tabel 5.8. Nilai Tambah Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan serta Turunannya di
Wakatobi Tahun 2013
ht
tp
Sektoral
NTBADHB
(Rp. Miliar)
Share
PDRB
(%)
NTBADHK
(Rp. Miliar)
Pertum
buhan
(%)
Sumber
Pertum
buhan (%)
78,07
6,58
30,91
8,96
9,98
32,12
2,01
42,83
1,12
2,71
0,17
3,61
0,09
14,16
0,86
15,40
0,49
9,19
17,15
8,21
12,43
4,68
0,50
4,59
0,21
5.16
Nilai NTB subsektor lembaga keuangan non-bank mengalami peningkatan baik secara
nominal maupun secara riil. Berdasarkan harga berlaku, NTB subsektor ini di tahun 2013
mencapai Rp.2,01 miliar, sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.862,07 juta. Dalam
3 tahun terakhir, NTB subsektor ini mengalami pertumbuhan yang terkategori tinggi namun
fluktuatif antar waktu. Pertumbuhan NTB subsektor ini mencapai 9,17 persen di tahun 2012
kemudian mengalami percepatan menjadi 17,15 persen di tahun 2013. Pertumbuhan subsektor
lembaga keuangan bukan bank merupakan kontribusi dari perkembangan jasa asuransi, koperasi
berubah pada kisaran 0,15 s/d 0,17 persen pada periode 2010-2013.
.id
simpan pinjam, dan pegadaian. Kontribusi subsektor ini terhadap PDRB sangat kecil serta hanya
go
Nilai NTB subsektor sewa bangunan juga meningkat baik secara nominal maupun secara
riil. Berdasarkan harga berlaku, NTB subsektor ini di tahun 2013 mencapai Rp. 42,83 miliar,
s.
sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.15,40 miliar. Dalam 3 tahun terakhir, NTB
bp
subsektor ini mengalami pertumbuhan yang terkategori tinggi namun fluktuatif antar waktu.
Pertumbuhan NTB subsektor ini mencapai 9,11 persen di tahun 2012 namun mengalami
b.
perlambatan menjadi 8,21 persen di tahun 2013. Pertumbuhan subsektor sewa bangunan
ik
a
dipengaruhi oleh jasa persewaan bangunan tempat tinggal, persewaan rukan, ruko, dan
persewaan tanah. Kontribusi subsektor ini terhadap PDRB mengalami penurunan dari 3,67
ob
at
Nilai NTB subsektor jasa perusahaan terus meningkat baik secara nominal maupun secara
riil. Berdasarkan harga berlaku, NTB subsektor ini di tahun 2013 mencapai Rp.1,12 miliar,
ak
sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.494,35 juta. Dalam 5 tahun terakhir, NTB
subsektor ini mengalami pertumbuhan yang terkategori tinggi namun fluktuatif antar waktu.
://
Pertumbuhan NTB subsektor ini mencapai 10,01 persen di tahun 2012 kemudian mengalami
percepatan menjadi 12,43 persen di tahun 2013. Pertumbuhan susektor jasa perusahaan
tp
dipengaruhi oleh perkembangan jasa konsultan teknik, notaris, advokat, dan persewaan alat
ht
berat. Kontribusi subsektor ini terhadap PDRB sangat kecil yaitu sebesar 0,09 persen pada tahun
2013.
5.9. JASA-JASA
Kegiatan sektor ini meliputi kegiatan jasa pemerintahan umum dan swasta. Nilai NTB
sektor jasa-jasa terus meningkat baik secara nominal maupun secara riil. Berdasarkan harga
berlaku, NTB sektor ini di tahun 2013 mencapai Rp.178,62 miliar, sedangkan berdasarkan harga
konstan mencapai Rp.68,39 miliar. Dalam 5 tahun terakhir, NTB sektor ini mengalami
pertumbuhan yang fluktuatif serta cenderung lebih rendah dibanding pertumbuhan PDRB di
5.17
Wakatobi. NTB sektor ini mengalami pertumbuhan 8,25 persen di tahun 2012 namun mengalami
kontraksi di tahun 2013 menjadi 6,90 persen. Pertumbuhan sektor ini terutama didukung oleh
semakin tingginya porsi belanja pegawai dalam APBD Wakatobi. Menurut peranannya terhadap
PDRB, NTB sektor ini berada diurutan ketiga setelah sektor perdagangan, hotel, dan restoran.
Kontribusi sektor ini terhadap PDRB mengalami penurunan dari 15,21 persen di tahun 2012,
menjadi 15,06 persen pada tahun 2013.
NTBADHK
(Rp. Miliar)
178,62
15,06
a. Pemerintahan Umum
153,63
1. Adm. Pemerintah
137,78
bp
17,35
57,35
5,97
12,70
11,62
51,43
5,97
11,39
5,92
5,97
1,31
ik
a
1,34
24,99
2,11
11,05
12,02
4,66
2,17
0,18
0,95
13,54
0,45
0,48
0,04
0,20
18,69
0,13
22,34
1,88
9,89
11,75
4,09
at
6,90
12,96
ob
1. Sosial Kemasyarakatan
68,39
Sumber
Pertum
buhan (%)
b.
15,85
b. Swasta
s.
Jasa-Jasa
Pertum
buhan
(%)
go
Share
PDRB
(%)
NTBADHB
(Rp. Miliar)
Sektoral
.id
Tabel 5.9. Nilai Tambah Sektor Jasa-Jasa serta Turunannya di Wakatobi Tahun 2013
ak
://
Subsektor jasa pemerintahan umum terdiri dari subsektor jasa administrasi pemerintah
serta subsektor jasa pemerintah lainnya. Nilai NTB subsektor ini terus meningkat baik secara
tp
nominal maupun secara riil. Berdasarkan harga berlaku, NTB subsektor ini mencapai Rp.153,63
ht
miliar di tahun 2013, sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.57,35 miliar. Dalam 5
tahun terakhir, NTB subsektor ini mengalami pertumbuhan yang fluktuatif serta cenderung lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan sektor jasa. NTB subsektor ini mengalami pertumbuhan
sebesar 6,80 persen di tahun 2012 kemudian mengalami kontraksi menjadi 5,97 persen di tahun
2013. Pertumbuhan subsektor ini dipengaruhi oleh kenaikan gaji pegawai di Wakatobi. Gaji
sertifikasi untuk guru serta tambahan penghasilan untuk tenaga kesehatan turut meningkatkan
nilai tambah subsektor ini. Kontribusi subsektor ini terhadap PDRB cenderung menurun yaitu dari
13,14 persen di tahun 2012 menjadi 12,96 persen pada tahun 2013.
Subsektor jasa swasta terdiri dari subsketor jasa sosial kemasyarakatan, subsketor jasa
hiburan dan rekresasi, serta subsektor jasa perorangan dan rumah tangga. Nilai NTB susbektor ini
5.18
terus mengalami peningkatan baik secara nominal maupun secara riil. Berdasarkan harga
berlaku, NTB subsektor ini mencapai Rp.24,99 miliar di tahun 2013, sedangkan berdasarkan harga
konstan mencapai Rp.11,05 miliar. Dalam 6 tahun terakhir, NTB subsektor ini tumbuh fluktuatif
dan cenderung lebih tinggi dibanding pertumbuhan sektor jasa-jasa. Pertumbuhan NTB subsektor
ini mencapai 16,99 persen di tahun 2012 namun mengalami kontraksi menjadi 12,02 persen di
tahun 2013. Pertumbuhan subsektor jasa swasta dipengaruhi terutama pertumbuhan subsektor
jasa perorangan dan rumah tangga. Kontribusi subsektor ini terhadap PDRB relatif rendah namun
cenderung yaitu dari 2,07 persen pada tahun 2012 menjadi 2,11 persen pada tahun 2013.
.id
Nilai NTB susbektor jasa sosial kemasyarakatan terus mengalami peningkatan baik secara
go
nominal maupun secara riil. Berdasarkan harga berlaku, NTB subsektor ini mencapai Rp.2,17
miliar di tahun 2013, sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.953,85 juta. Dalam 3
s.
tahun terakhir, NTB subsektor ini tumbuh fluktuatif dan cenderung lebih tinggi dibanding
bp
pertumbuhan sektor jasa-jasa. Pertumbuhan NTB subsektor ini mencapai 8,08 persen di tahun
2012 kemudian mengalami percepatan menjadi 13,54 persen di tahun 2013. Pertumbuhan
b.
subsektor jasa sosial dan kemasyarakatan dipengaruhi terutama pertumbuhan jasa pendidikan
ik
a
swasta, jasa kesehatan swasta, dan jasa organisasi kemasyarakatan. Kontribusi subsektor ini
terhadap PDRB relatif rendah yaitu hanya kurang dari 1 persen pada tahun 2013.
ob
Nilai NTB susbektor jasa hiburan dan rekreasi terus mengalami peningkatan baik secara
at
nominal maupun secara riil. Dalam 7 tahun terakhir, NTB subsektor ini tumbuh fluktuatif dan
terkategori lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan subsektor jasa-jasa lainnya. Pertumbuhan
ak
NTB subsektor ini mencapai 19,60 persen di tahun 2012 namun mengalami perlambatan menjadi
18,69 persen di tahun 2013. Pertumbuhan subsektor jasa hiburan dan rekreasi dipengaruhi
://
terutama pertumbuhan jasa pariwisata dan huburan keluarga. Selanjutnya event pariwisata dan
budaya telah mendorong kenaikan jasa hiburan dan rekreasi. Tumbuhnya sektor hiburan dan
tp
rekreasi juga merupakan dampak dari gencarnya promosi wisata yang dilakukan oleh Pemda
ht
Wakatobi. Saat ini semakin banyak produk- produk wisata yang ditawarkan oleh Wakatobi
diantaranya wisata selam serta beragam wisata laut lainnya.
Nilai NTB susbektor jasa perorangan dan rumah tangga terus mengalami peningkatan.
Berdasarkan harga berlaku, NTB subsektor ini mencapai Rp.22,34 miliar di tahun 2013,
sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai Rp.11,75 miliar. Dalam 3 tahun terakhir, NTB
subsektor ini tumbuh fluktuatif dan cenderung lebih tinggi dibanding pertumbuhan sektor jasajasa. Pertumbuhan NTB subsektor ini mencapai 17,86 persen di tahun 2012 namun mengalami
perlambatan menjadi 11,75 persen di tahun 2013. Pertumbuhan subsektor jasa perorangan dan
rumah tangga dipengaruhi terutama pertumbuhan jasa reparasi dan salon.
5.19
ht
tp
://
ak
at
ob
ik
a
b.
bp
s.
go
.id
5.20
BAB VI
TABEL-TABEL
ht
tp
://
ak
at
ob
ik
a
b.
bp
s.
go
.id
Tabel-Tabel
6.1
Tabel 1.
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
( JUTA RUPIAH )
2009
2013**
321,005.67
351,716.47
396,805.33
431,461.71
471,040.76
140,138.00
146,261.51
153,581.48
168,161.43
178,904.66
2,640.89
2,727.65
2,863.95
3,319.80
3,522.67
43,942.27
48,122.68
55,069.44
59,005.84
64,494.15
7,812.58
8,072.71
8,703.76
9,648.85
10,218.93
126,471.93
146,531.92
176,586.70
191,325.79
213,900.35
21,675.03
26,014.82
32,151.42
36,929.09
41,814.00
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
d. Kehutanan
e. Perikanan
2012*
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
26,014.82
32,151.42
36,929.09
41,814.00
20,068.54
22,391.99
27,768.56
32,968.74
37,774.44
ik
a
ob
20,068.54
22,391.99
27,768.56
32,968.74
37,774.44
17,697.90
22,294.97
26,668.90
30,729.28
247.34
272.95
350.68
398.48
476.77
780.85
895.49
1,018.28
1,122.25
1,232.75
256.29
292.62
318.87
367.27
411.71
ak
at
21,675.03
a. Industri Migas
b.
c. Penggalian
bp
go
2011
s.
1. PERTANIAN
2010
.id
LAPANGAN USAHA
://
203.70
223.05
263.97
311.31
360.54
498.25
589.13
706.74
785.47
867.90
193.16
210.88
247.63
269.48
287.47
2,051.67
2,209.97
2,567.42
3,045.58
3,408.02
5,435.17
6,397.46
7,525.45
8,998.22
11,122.66
5,087.85
6,003.25
7,047.51
8,470.03
10,498.83
ht
tp
347.32
394.21
477.94
528.19
623.83
32,780.44
42,032.11
50,225.26
59,706.52
70,677.15
6. 2
Lanjutan Tabel 1.
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
( JUTA RUPIAH )
LAPANGAN USAHA
2009
2010
2011
2012*
2013**
132,546.05
165,961.38
197,653.33
232,644.94
270,645.28
129,567.65
161,648.87
191,629.15
225,241.80
262,073.52
578.85
833.28
1,182.97
1,554.79
1,874.96
2,399.55
3,479.23
4,841.21
5,848.35
6,696.80
15,150.42
17,792.76
20,331.62
23,165.02
26,050.24
11,174.53
13,186.44
15,186.31
17,247.44
19,271.41
c. Restoran
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI
a. Pengangkutan
9,098.95
3. Angkutan Laut
74.16
119.81
55.07
63.01
599.62
5. Angkutan Udara
1,761.47
b. Komunikasi
11,215.22
12,453.56
147.97
165.87
196.02
76.85
88.57
101.15
1,606.48
1,795.03
2,410.11
2,623.94
2,298.19
2,863.22
3,367.67
3,896.74
ik
a
10,303.24
bp
8,684.21
b.
s.
1. Angkutan Rel
go
b. Hotel
.id
3,975.89
4,606.32
5,145.31
5,917.58
6,778.83
2,836.21
3,444.35
3,967.45
4,637.65
5,360.92
1,139.68
1,161.97
1,177.86
1,279.93
1,417.91
41,355.60
8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN
46,981.30
55,118.74
69,302.91
78,073.71
15,016.46
17,672.44
18,552.17
27,895.44
32,116.02
862.94
1,186.94
1,480.87
1,651.34
2,005.28
ob
at
ak
a. Bank
24,873.56
27,433.98
34,227.15
38,784.14
42,829.69
602.64
687.94
858.55
971.99
1,122.72
116,014.06
127,326.37
144,999.48
160,580.89
178,624.14
105,456.89
115,564.73
126,751.69
138,776.36
153,633.06
94,578.78
103,643.39
113,676.33
124,459.89
137,783.97
10,878.11
11,921.34
13,075.36
14,316.47
15,849.09
10,557.17
11,761.64
18,247.79
21,804.53
24,991.08
1,175.23
1,279.76
1,679.59
1,869.82
2,170.03
140.88
211.55
328.73
398.94
483.42
9,241.06
10,270.33
16,239.47
19,535.77
22,337.63
706,030.98
806,614.66
932,579.19 1,055,758.04
1,185,822.38
://
d. Sewa Bangunan
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
1. Sosial Kemasyarakatan
2. Hiburan & Rekreasi
3. Perorangan & Rumahtangga
PDRB
6. 3
2009
2011
2012*
80,019.54
84,627.36
89,639.40
91,875.70
95,762.43
34,674.56
35,338.72
35,996.88
36,654.61
37,559.98
789.32
795.93
803.01
880.21
907.58
16,737.92
17,734.30
19,372.33
19,976.89
21,001.70
d. Kehutanan
3,095.51
3,072.40
3,234.62
3,482.08
3,579.23
e. Perikanan
24,722.23
27,686.01
30,232.56
30,881.91
32,713.94
10,536.90
12,194.05
14,485.31
16,102.23
17,670.59
1. PERTANIAN
a. Tanaman Bahan Makanan
b. Tanaman Perkebunan
c. Peternakan dan Hasil-hasilnya
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
12,194.05
14,485.31
16,102.23
17,670.59
11,778.79
12,661.25
14,950.94
17,149.48
18,893.28
ik
a
ob
11,778.79
12,661.25
14,950.94
17,149.48
18,893.28
9,799.29
11,771.81
13,609.68
15,061.83
162.86
175.75
213.54
234.47
275.10
533.35
597.42
651.36
699.64
745.26
105.23
116.51
120.94
136.18
147.80
ak
at
10,536.90
a. Industri Migas
b.
c. Penggalian
2013**
bp
s.
LAPANGAN USAHA
go
2010
.id
Tabel 2.
0.00
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
( JUTA RUPIAH )
0.00
0.00
://
126.39
133.90
152.45
175.14
196.40
278.25
316.07
361.68
388.91
414.07
146.48
157.40
166.32
176.75
182.18
1,294.54
1,364.91
1,512.84
1,728.71
1,870.64
1,770.60
2,032.01
2,310.01
2,738.12
3,144.68
1,661.17
1,909.09
2,167.44
2,582.07
2,967.06
ht
tp
109.43
122.92
142.57
156.05
177.62
15,121.26
18,788.86
21,179.98
24,128.51
27,316.82
6. 4
Lanjutan Tabel 2.
0.00
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
( JUTA RUPIAH )
0.00
LAPANGAN USAHA
2009
2010
2011
2012*
2013**
40,421.85
48,726.52
54,872.60
61,716.21
68,476.48
39,079.78
46,824.31
52,352.08
58,775.55
65,199.72
278.89
396.11
535.93
671.84
785.18
1,063.18
1,506.10
1,984.59
2,268.82
2,491.58
6,947.89
8,365.27
9,267.41
10,557.13
11,496.25
a. Pengangkutan
4,368.19
5,354.72
5,869.96
6,646.13
7,041.37
1. Angkutan Rel
3,342.28
3. Angkutan Laut
22.44
35.60
19.56
21.78
5. Angkutan Udara
442.91
634.62
b. Komunikasi
3,610.87
3,892.78
4,089.75
42.21
46.91
51.70
25.46
29.10
31.60
1,162.64
1,249.95
1,606.20
1,692.61
792.42
941.47
1,071.14
1,175.71
b.
bp
3,248.66
ik
a
go
c. Restoran
s.
b. Hotel
.id
2,579.70
3,010.55
3,397.45
3,911.00
4,454.88
1,974.01
2,400.97
2,774.82
3,239.22
3,722.51
605.69
609.58
622.63
671.78
732.37
20,616.03
23,171.84
28,370.82
30,911.68
7,364.49
8,729.50
9,057.57
12,966.78
14,158.63
431.21
566.31
674.04
735.87
862.07
ob
at
ak
a. Bank
10,984.64
13,040.55
14,228.47
15,396.63
307.52
335.58
399.68
439.70
494.35
49,701.73
53,780.50
59,098.75
63,974.67
68,391.13
a. Pemerintahan Umum
44,552.83
48,110.76
50,670.25
54,114.57
57,345.58
43,147.81
45,443.27
48,532.28
51,430.22
4,595.72
4,962.95
5,226.98
5,582.29
5,915.36
5,148.90
5,669.74
8,428.50
9,860.10
11,045.55
572.75
615.84
777.29
840.10
953.85
65.32
97.30
142.71
170.68
202.58
4,510.83
4,956.60
7,508.50
8,849.32
9,889.12
234,698.97
261,791.85
288,976.24
316,612.87
342,063.34
://
10,297.19
tp
d. Sewa Bangunan
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
PDRB
6. 5
Tabel. 3
DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2009
2011
2012*
2013**
43.60
42.55
40.87
39.72
19.85
18.13
16.47
15.93
15.09
b. Tanaman Perkebunan
0.37
0.34
0.31
0.31
0.30
6.22
5.97
5.91
5.59
5.44
d. Kehutanan
1.11
1.00
0.93
0.91
0.86
e. Perikanan
17.91
18.17
18.94
18.12
18.04
3.07
3.23
3.45
3.50
3.53
3.23
3.45
3.50
3.53
2.84
2.78
2.98
3.12
3.19
2.84
2.78
2.98
3.12
3.19
2.24
2.19
2.39
2.53
2.59
0.04
0.03
0.04
0.04
0.04
0.11
0.11
0.11
0.11
0.10
0.04
0.04
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.03
0.07
0.07
0.08
0.07
0.07
0.03
0.03
0.03
0.03
0.02
9. Barang lainnya
0.29
0.27
0.28
0.29
0.29
0.77
0.79
0.81
0.85
0.94
0.72
0.74
0.76
0.80
0.89
c. Air Bersih
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
5. BANGUNAN
4.64
5.21
5.39
5.66
5.96
c. Penggalian
3.07
b.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
ik
a
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
ob
ak
at
ht
tp
://
go
.id
45.47
s.
1. PERTANIAN
2010
bp
LAPANGAN USAHA
6. 6
Lanjutan Tabel. 3
DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
LAPANGAN USAHA
2009
2010
2011
2012*
2013**
18.77
20.58
21.19
22.04
22.82
18.35
20.04
20.55
21.33
22.10
b. Hotel
0.08
0.10
0.13
0.15
0.16
c. Restoran
0.34
0.43
0.52
0.55
0.56
2.15
2.21
2.18
2.19
2.20
1.58
1.63
1.63
1.63
1.63
1.23
1.13
1.10
1.06
1.05
3. Angkutan Laut
0.01
0.01
0.02
0.02
0.02
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
5. Angkutan Udara
0.08
0.20
0.19
0.23
0.22
0.25
0.28
0.31
0.32
0.33
0.56
0.57
0.55
0.56
0.57
0.40
0.43
0.43
0.44
0.45
0.16
0.14
0.13
0.12
0.12
5.86
5.82
5.91
6.56
6.58
2.13
2.19
1.99
2.64
2.71
0.12
0.15
0.16
0.16
0.17
3.52
3.40
3.67
3.67
3.61
0.09
0.09
0.09
0.09
0.09
16.43
15.79
15.55
15.21
15.06
14.94
14.33
13.59
13.14
12.96
13.40
12.85
12.19
11.79
11.62
1.54
1.48
1.40
1.36
1.34
1.50
1.46
1.96
2.07
2.11
1. Sosial Kemasyarakatan
0.17
0.16
0.18
0.18
0.18
0.02
0.03
0.04
0.04
0.04
1.31
1.27
1.74
1.85
1.88
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
ik
a
b.
b. Komunikasi
ob
at
ak
a. Bank
://
d. Sewa Bangunan
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan
2. Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta
go
1. Angkutan Rel
s.
a. Pengangkutan
bp
.id
6. 7
Tabel. 4
DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2011
2012*
2013**
32.33
31.02
29.02
28.00
14.77
13.50
12.46
11.58
10.98
b. Tanaman Perkebunan
0.34
0.30
0.28
0.28
0.27
7.13
6.77
6.70
6.31
6.14
d. Kehutanan
1.32
1.17
1.12
1.10
1.05
e. Perikanan
10.53
10.58
10.46
9.75
9.56
4.49
4.66
5.01
5.09
5.17
4.66
5.01
5.09
5.17
5.02
4.84
5.17
5.42
5.52
5.02
4.84
5.17
5.42
5.52
3.89
3.74
4.07
4.30
4.40
0.07
0.07
0.07
0.07
0.08
0.23
0.23
0.23
0.22
0.22
0.04
0.04
0.04
0.04
0.04
0.05
0.05
0.05
0.06
0.06
0.12
0.12
0.13
0.12
0.12
0.06
0.06
0.06
0.06
0.05
9. Barang lainnya
0.55
0.52
0.52
0.55
0.55
0.75
0.78
0.80
0.86
0.92
0.71
0.73
0.75
0.82
0.87
c. Air Bersih
0.05
0.05
0.05
0.05
0.05
5. BANGUNAN
6.44
7.18
7.33
7.62
7.99
c. Penggalian
4.49
b.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
ik
a
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
ob
ak
at
ht
tp
://
go
34.09
s.
1. PERTANIAN
2010
.id
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 8
Lanjutan Tabel. 4
DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
LAPANGAN USAHA
2009
2010
2011
2012*
2013**
17.22
18.61
18.99
19.49
20.02
16.65
17.89
18.12
18.56
19.06
b. Hotel
0.12
0.15
0.19
0.21
0.23
c. Restoran
0.45
0.58
0.69
0.72
0.73
2.96
3.20
3.21
3.33
3.36
1.86
2.05
2.03
2.10
2.06
1.38
1.28
1.25
1.23
1.20
3. Angkutan Laut
0.01
0.01
0.01
0.01
0.02
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
5. Angkutan Udara
0.19
0.44
0.43
0.51
0.49
0.27
0.30
0.33
0.34
0.34
1.10
1.15
1.18
1.24
1.30
0.84
0.92
0.96
1.02
1.09
0.26
0.23
0.22
0.21
0.21
7.84
7.87
8.02
8.96
9.04
3.14
3.33
3.13
4.10
4.14
0.18
0.22
0.23
0.23
0.25
4.39
4.20
4.51
4.49
4.50
0.13
0.13
0.14
0.14
0.14
21.18
20.54
20.45
20.21
19.99
18.98
18.38
17.53
17.09
16.76
17.02
16.48
15.73
15.33
15.04
1.96
1.90
1.81
1.76
1.73
2.19
2.17
2.92
3.11
3.23
1. Sosial Kemasyarakatan
0.24
0.24
0.27
0.27
0.28
0.03
0.04
0.05
0.05
0.06
1.92
1.89
2.60
2.79
2.89
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
ik
a
b.
b. Komunikasi
ob
at
ak
a. Bank
://
d. Sewa Bangunan
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan
2. Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta
go
1. Angkutan Rel
s.
a. Pengangkutan
bp
.id
6. 9
Tabel. 5
PERKEMBANGAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2009
2011
2012*
2013**
9.57
12.82
8.73
9.17
(2.79)
4.37
5.00
9.49
6.39
b. Tanaman Perkebunan
(2.25)
3.29
5.00
15.92
6.11
8.72
9.51
14.44
7.15
9.30
d. Kehutanan
10.73
3.33
7.82
10.86
5.91
e. Perikanan
75.68
15.86
20.51
8.35
11.80
16.04
20.02
23.59
14.86
13.23
20.02
23.59
14.86
13.23
20.87
11.58
24.01
18.73
14.58
20.87
11.58
24.01
18.73
14.58
19.47
11.75
25.98
19.62
15.23
17.05
10.35
28.48
13.63
19.65
16.90
14.68
13.71
10.21
9.85
14.18
8.97
15.18
12.10
11.53
9.50
18.35
17.93
15.81
6.82
18.24
19.96
11.14
10.49
17.23
9.17
17.43
8.82
6.68
9. Barang lainnya
23.99
7.72
16.17
18.62
11.90
23.79
17.70
17.63
19.57
23.61
22.60
17.99
17.39
20.18
23.95
c. Air Bersih
44.33
13.50
21.24
10.51
18.11
5. BANGUNAN
33.82
28.22
19.49
18.88
18.37
c. Penggalian
16.04
b.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
ik
a
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
ob
ak
at
://
tp
ht
go
.id
20.53
s.
1. PERTANIAN
2010
bp
LAPANGAN USAHA
6. 10
Lanjutan Tabel. 5
PERKEMBANGAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2009
2010
2011
2012*
2013**
41.12
25.21
19.10
17.70
16.33
40.83
24.76
18.55
17.54
16.35
b. Hotel
60.96
43.95
41.97
31.43
20.59
c. Restoran
53.99
45.00
39.15
20.80
14.51
21.60
17.44
14.27
13.94
12.46
20.24
18.00
15.17
13.57
11.73
10.80
4.78
13.24
8.85
11.04
3. Angkutan Laut
28.13
61.56
23.50
12.10
18.18
23.67
14.42
21.96
15.25
14.20
167.92
11.74
34.27
8.87
30.47
24.59
17.62
15.71
25.60
15.86
11.70
15.01
14.55
32.41
21.44
15.19
16.89
15.60
11.34
1.96
1.37
8.67
10.78
11.64
13.60
17.32
25.73
12.66
4.76
17.69
4.98
50.36
15.13
17.17
37.55
24.76
11.51
21.43
16.03
10.29
24.76
13.31
10.43
12.28
14.15
24.80
13.21
15.51
23.25
9.75
13.88
10.75
11.24
22.52
9.58
9.68
9.49
10.71
22.52
9.58
9.68
9.49
10.71
22.52
9.59
9.68
9.49
10.71
31.08
11.41
55.15
19.49
14.61
1. Sosial Kemasyarakatan
16.69
8.89
31.24
11.33
16.06
66.17
50.16
55.39
21.36
21.18
32.74
11.14
58.12
20.30
14.34
24.29
14.25
15.62
13.21
12.32
1. Angkutan Rel
0.00
b.
5. Angkutan Udara
30.14
ik
a
ob
at
ak
a. Bank
://
d. Sewa Bangunan
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
go
a. Pengangkutan
s.
.id
bp
LAPANGAN USAHA
6. 11
Tabel. 6
PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2009
2011
2012*
2013**
5.76
5.92
2.49
4.23
(9.35)
1.92
1.86
1.83
2.47
b. Tanaman Perkebunan
(8.05)
0.84
0.89
9.61
3.11
3.01
5.95
9.24
3.12
5.13
d. Kehutanan
2.80
(0.75)
5.28
7.65
2.79
e. Perikanan
63.20
11.99
9.20
2.15
5.93
10.12
15.73
18.79
11.16
9.74
15.73
18.79
11.16
9.74
13.42
7.49
18.08
14.71
10.17
13.42
7.49
18.08
14.71
10.17
12.88
7.31
20.13
15.61
10.67
10.91
7.91
21.50
9.80
17.33
9.77
12.01
9.03
7.41
6.52
0.00
10.72
3.80
12.60
8.53
4.52
5.94
13.85
14.88
12.14
2.93
13.59
14.43
7.53
6.47
9.44
7.45
5.67
6.27
3.07
13.77
5.44
10.84
14.27
8.21
15.07
14.76
13.68
18.53
14.85
14.44
14.92
13.53
19.13
14.91
c. Air Bersih
25.67
12.33
15.99
9.46
13.82
5. BANGUNAN
25.34
24.25
12.73
13.92
13.21
c. Penggalian
10.12
b.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
ik
a
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
ob
ht
tp
://
ak
at
go
.id
8.84
s.
1. PERTANIAN
2010
bp
LAPANGAN USAHA
6. 12
Lanjutan Tabel. 6
PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2009
2010
2011
2012*
2013**
29.73
20.55
12.61
12.47
10.95
29.21
19.82
11.81
12.27
10.93
b. Hotel
50.56
42.03
35.30
25.36
16.87
c. Restoran
45.91
41.66
31.77
14.32
9.82
21.47
20.40
10.78
13.92
8.90
17.47
22.58
9.62
13.22
5.95
2.32
2.88
8.04
7.81
5.06
3. Angkutan Laut
19.43
58.65
18.57
11.13
10.21
14.99
11.35
16.90
14.30
8.59
162.50
7.51
28.50
5.38
24.87
18.81
13.77
9.76
28.90
16.70
12.85
15.12
13.91
35.29
21.63
15.57
16.74
14.92
11.71
0.64
2.14
7.89
9.02
4.84
12.04
12.40
22.44
8.96
2.13
18.54
3.76
43.16
9.19
12.08
31.33
19.02
9.17
17.15
6.42
6.68
18.72
9.11
8.21
10.17
9.12
19.10
10.01
12.43
10.53
8.21
9.89
8.25
6.90
9.39
7.99
5.32
6.80
5.97
9.39
7.99
5.32
6.80
5.97
9.39
7.99
5.32
6.80
5.97
21.48
10.12
48.66
16.99
12.02
1. Sosial Kemasyarakatan
10.41
7.52
26.22
8.08
13.54
59.85
48.96
46.67
19.60
18.69
22.61
9.88
51.48
17.86
11.75
13.67
11.54
10.38
9.56
8.04
1. Angkutan Rel
2. Angkutan Jalan Raya
0.00
b.
5. Angkutan Udara
24.95
ik
a
ob
at
ak
a. Bank
://
d. Sewa Bangunan
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
go
a. Pengangkutan
s.
.id
bp
LAPANGAN USAHA
6. 13
Tabel. 7
INDEKS BERANTAI PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2011
2012*
2013**
109.57
112.82
108.73
109.17
97.21
104.37
105.00
109.49
106.39
b. Tanaman Perkebunan
97.75
103.29
105.00
115.92
106.11
108.72
109.51
114.44
107.15
109.30
d. Kehutanan
110.73
103.33
107.82
110.86
105.91
e. Perikanan
175.68
115.86
120.51
108.35
111.80
116.04
120.02
123.59
114.86
113.23
120.02
123.59
114.86
113.23
120.87
111.58
124.01
118.73
114.58
120.87
111.58
124.01
118.73
114.58
119.47
111.75
125.98
119.62
115.23
117.05
110.35
128.48
113.63
119.65
116.90
114.68
113.71
110.21
109.85
114.18
108.97
115.18
112.10
111.53
109.50
118.35
117.93
115.81
106.82
118.24
119.96
111.14
110.49
117.23
109.17
117.43
108.82
106.68
9. Barang lainnya
123.99
107.72
116.17
118.62
111.90
123.79
117.70
117.63
119.57
123.61
122.60
117.99
117.39
120.18
123.95
c. Air Bersih
144.33
113.50
121.24
110.51
118.11
5. BANGUNAN
133.82
128.22
119.49
118.88
118.37
c. Penggalian
116.04
b.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
ik
a
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
ob
ak
at
ht
tp
://
.id
120.53
s.
1. PERTANIAN
2010
go
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 14
Lanjutan Tabel. 7
INDEKS BERANTAI PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2010
2011
2012*
2013**
141.12
125.21
119.10
117.70
116.33
140.83
124.76
118.55
117.54
116.35
b. Hotel
160.96
143.95
141.97
131.43
120.59
c. Restoran
153.99
145.00
139.15
120.80
114.51
121.60
117.44
114.27
113.94
112.46
120.24
118.00
115.17
113.57
111.73
110.80
104.78
113.24
108.85
111.04
3. Angkutan Laut
128.13
161.56
123.50
112.10
118.18
123.67
114.42
121.96
115.25
114.20
267.92
111.74
134.27
108.87
130.47
124.59
117.62
115.71
125.60
115.86
111.70
115.01
114.55
132.41
121.44
115.19
116.89
115.60
111.34
101.96
101.37
108.67
110.78
111.64
113.60
117.32
125.73
112.66
104.76
117.69
104.98
150.36
115.13
117.17
137.55
124.76
111.51
121.43
116.03
110.29
124.76
113.31
110.43
112.28
114.15
124.80
113.21
115.51
123.25
109.75
113.88
110.75
111.24
122.52
109.58
109.68
109.49
110.71
122.52
109.58
109.68
109.49
110.71
122.52
109.59
109.68
109.49
110.71
131.08
111.41
155.15
119.49
114.61
1. Sosial Kemasyarakatan
116.69
108.89
131.24
111.33
116.06
166.17
150.16
155.39
121.36
121.18
132.74
111.14
158.12
120.30
114.34
124.29
114.25
115.62
113.21
112.32
a. Pengangkutan
1. Angkutan Rel
0.00
b.
5. Angkutan Udara
130.14
ik
a
ob
at
ak
a. Bank
://
s.
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
.id
go
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 15
Tabel. 8
INDEKS BERANTAI PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2011
2012*
2013**
105.76
105.92
102.49
104.23
90.65
101.92
101.86
101.83
102.47
b. Tanaman Perkebunan
91.95
100.84
100.89
109.61
103.11
103.01
105.95
109.24
103.12
105.13
d. Kehutanan
102.80
99.25
105.28
107.65
102.79
e. Perikanan
163.20
111.99
109.20
102.15
105.93
110.12
115.73
118.79
111.16
109.74
115.73
118.79
111.16
109.74
113.42
107.49
118.08
114.71
110.17
113.42
107.49
118.08
114.71
110.17
112.88
107.31
120.13
115.61
110.67
110.91
107.91
121.50
109.80
117.33
109.77
112.01
109.03
107.41
106.52
0.00
110.72
103.80
112.60
108.53
104.52
105.94
113.85
114.88
112.14
102.93
113.59
114.43
107.53
106.47
109.44
107.45
105.67
106.27
103.07
9. Barang lainnya
113.77
105.44
110.84
114.27
108.21
115.07
114.76
113.68
118.53
114.85
114.44
114.92
113.53
119.13
114.91
c. Air Bersih
125.67
112.33
115.99
109.46
113.82
5. BANGUNAN
125.34
124.25
112.73
113.92
113.21
c. Penggalian
110.12
b.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
ik
a
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
ob
ak
at
ht
tp
://
.id
108.84
s.
1. PERTANIAN
2010
go
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 16
Lanjutan Tabel. 8
INDEKS BERANTAI PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2010
2011
2012*
2013**
129.73
120.55
112.61
112.47
110.95
129.21
119.82
111.81
112.27
110.93
b. Hotel
150.56
142.03
135.30
125.36
116.87
c. Restoran
145.91
141.66
131.77
114.32
109.82
121.47
120.40
110.78
113.92
108.90
117.47
122.58
109.62
113.22
105.95
102.32
102.88
108.04
107.81
105.06
3. Angkutan Laut
119.43
158.65
118.57
111.13
110.21
114.99
111.35
116.90
114.30
108.59
262.50
107.51
128.50
105.38
124.87
118.81
113.77
109.76
128.90
116.70
112.85
115.12
113.91
135.29
121.63
115.57
116.74
114.92
111.71
100.64
102.14
107.89
109.02
104.84
112.04
112.40
122.44
108.96
102.13
118.54
103.76
143.16
109.19
112.08
131.33
119.02
109.17
117.15
106.42
106.68
118.72
109.11
108.21
110.17
109.12
119.10
110.01
112.43
110.53
108.21
109.89
108.25
106.90
109.39
107.99
105.32
106.80
105.97
109.39
107.99
105.32
106.80
105.97
109.39
107.99
105.32
106.80
105.97
121.48
110.12
148.66
116.99
112.02
1. Sosial Kemasyarakatan
110.41
107.52
126.22
108.08
113.54
159.85
148.96
146.67
119.60
118.69
122.61
109.88
151.48
117.86
111.75
113.67
111.54
110.38
109.56
108.04
a. Pengangkutan
1. Angkutan Rel
0.00
b.
5. Angkutan Udara
124.95
ik
a
ob
at
ak
a. Bank
://
s.
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
.id
go
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 17
Tabel. 9
INDEKS IMPLISIT PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2011
2012*
2013**
415.61
442.67
469.61
491.88
404.15
413.88
426.65
458.77
476.32
b. Tanaman Perkebunan
334.58
342.70
356.65
377.16
388.14
262.53
271.35
284.27
295.37
307.09
d. Kehutanan
252.38
262.75
269.08
277.10
285.51
e. Perikanan
511.57
529.26
584.09
619.54
653.85
205.71
213.34
221.96
229.34
236.63
213.34
221.96
229.34
236.63
170.38
176.85
185.73
192.24
199.94
170.38
176.85
185.73
192.24
199.94
173.43
180.60
189.39
195.96
204.02
151.87
155.31
164.22
169.95
173.31
146.40
149.89
156.33
160.40
165.41
243.55
251.15
263.66
269.69
278.56
161.17
166.58
173.15
177.75
183.57
179.07
186.39
195.40
201.97
209.60
131.87
133.98
148.89
152.46
157.79
9. Barang lainnya
158.49
161.91
169.71
176.18
182.18
306.97
314.83
325.78
328.63
353.70
306.28
314.46
325.15
328.03
353.85
c. Air Bersih
317.39
320.70
335.23
338.47
351.22
5. BANGUNAN
216.78
223.71
237.14
247.45
258.73
c. Penggalian
205.71
b.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
ik
a
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
ob
ak
at
ht
tp
://
.id
401.16
s.
1. PERTANIAN
2010
go
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 18
Lanjutan Tabel. 9
INDEKS IMPLISIT PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2010
2011
2012*
2013**
327.91
340.60
360.20
376.96
395.24
331.55
345.22
366.04
383.22
401.95
b. Hotel
207.55
210.37
220.73
231.42
238.79
c. Restoran
225.70
231.01
243.94
257.77
268.78
218.06
212.70
219.39
219.43
226.60
255.82
246.26
258.71
259.51
273.69
267.32
272.24
285.34
288.10
304.51
3. Angkutan Laut
330.48
336.54
350.56
353.59
379.15
281.54
289.30
301.85
304.36
320.09
5. Angkutan Udara
135.38
138.18
143.61
150.05
155.02
277.56
290.02
304.12
314.40
331.44
154.12
153.01
151.45
151.31
152.17
143.68
143.46
142.98
143.17
144.01
188.16
190.62
189.17
190.53
193.61
224.75
227.89
237.87
244.28
252.57
203.90
202.45
204.83
215.13
226.83
200.12
209.59
219.70
224.41
232.61
241.56
249.75
262.47
272.58
278.18
195.97
205.00
214.81
221.06
227.11
233.42
236.75
245.35
251.01
261.18
236.70
240.21
250.15
256.45
267.91
236.70
240.21
250.15
256.45
267.90
236.70
240.21
250.15
256.46
267.93
205.04
207.45
216.50
221.14
226.25
1. Sosial Kemasyarakatan
205.19
207.81
216.08
222.57
227.50
215.68
217.42
230.35
233.74
238.63
204.86
207.21
216.28
220.76
225.88
300.82
308.11
322.72
333.45
346.67
a. Pengangkutan
ik
a
b.
1. Angkutan Rel
b. Komunikasi
ob
at
ak
a. Bank
://
s.
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
.id
go
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 19
Tabel. 10
PERTUMBUHAN INDEKS IMPLISIT PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2011
2012*
2013**
3.60
6.51
6.09
4.74
7.24
2.41
3.08
7.53
3.82
b. Tanaman Perkebunan
6.30
2.43
4.07
5.75
2.91
5.54
3.36
4.76
3.91
3.97
d. Kehutanan
7.71
4.11
2.41
2.98
3.03
e. Perikanan
7.65
3.46
10.36
6.07
5.54
5.38
3.71
4.04
3.33
3.18
3.71
4.04
3.33
3.18
6.57
3.80
5.02
3.51
4.00
6.57
3.80
5.02
3.51
4.00
5.84
4.14
4.87
3.47
4.12
5.53
2.26
5.74
3.49
1.98
6.50
2.38
4.30
2.61
3.12
0.00
3.12
4.98
2.29
3.29
6.71
3.36
3.95
2.66
3.28
3.78
4.09
4.84
3.36
3.78
7.12
1.60
11.13
2.40
3.50
9. Barang lainnya
8.99
2.16
4.81
3.81
3.41
7.57
2.56
3.48
0.88
7.63
7.13
2.67
3.40
0.89
7.87
c. Air Bersih
14.85
1.04
4.53
0.97
3.76
5. BANGUNAN
6.77
3.19
6.00
4.35
4.56
c. Penggalian
5.38
b.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
ik
a
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
ob
ht
tp
://
ak
at
go
10.74
s.
1. PERTANIAN
2010
.id
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 20
Lanjutan Tabel. 10
PERTUMBUHAN INDEKS IMPLISIT PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
LAPANGAN USAHA
2009
2010
2011
2012*
2013**
8.78
3.87
5.76
4.65
4.85
8.99
4.13
6.03
4.69
4.89
b. Hotel
6.91
1.35
4.93
4.84
3.19
c. Restoran
5.54
2.35
5.60
5.67
4.27
0.11
(2.46)
3.15
0.02
3.27
2.36
(3.74)
5.06
0.31
5.46
8.29
1.84
4.81
0.97
5.69
3. Angkutan Laut
7.29
1.83
4.16
0.87
7.23
7.55
2.76
4.34
0.83
5.17
5. Angkutan Udara
0.00
2.06
3.93
4.49
3.31
4.49
4.86
3.38
5.42
(2.57)
(0.72)
(1.02)
(0.09)
0.57
(2.13)
(0.15)
(0.33)
0.13
0.59
(0.33)
1.31
(0.76)
0.72
1.62
6.48
1.39
4.38
2.69
3.40
2.57
(0.72)
1.18
5.03
5.44
4.54
4.73
4.82
2.14
3.66
9.03
3.39
5.09
3.85
2.05
1.91
4.61
4.78
2.91
2.74
11.51
1.43
3.63
2.31
4.05
12.00
1.48
4.14
2.52
4.47
12.00
1.48
4.14
2.52
4.47
12.00
1.48
4.14
2.52
4.47
7.91
1.17
4.37
2.14
2.31
1. Sosial Kemasyarakatan
5.69
1.28
3.98
3.00
2.22
3.95
0.81
5.95
1.47
2.09
8.26
1.14
4.38
2.07
2.32
9.34
2.42
4.74
3.33
3.96
b.
4.16
ik
a
ob
at
ak
a. Bank
://
d. Sewa Bangunan
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
go
1. Angkutan Rel
s.
a. Pengangkutan
bp
.id
6. 21
Tabel. 11
INDEKS PERKEMBANGAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(TAHUN 2003 = 100), (PERSEN)
2011
2012*
2013**
416.71
470.13
511.19
558.08
343.90
358.93
376.89
412.67
439.03
b. Tanaman Perkebunan
388.84
401.62
421.68
488.80
518.67
280.14
306.79
351.08
376.18
411.17
d. Kehutanan
229.49
237.13
255.67
283.43
300.18
e. Perikanan
529.52
613.50
739.34
801.05
895.56
315.93
379.18
468.62
538.26
609.46
379.18
468.62
538.26
609.46
257.95
287.82
356.93
423.77
485.54
257.95
287.82
356.93
423.77
485.54
256.12
286.21
360.56
431.29
496.96
306.72
338.48
434.87
494.15
591.23
189.46
217.27
247.07
272.29
299.10
100.00
114.18
124.42
143.30
160.64
239.62
262.38
310.52
366.20
424.11
337.52
399.09
478.76
532.09
587.93
195.78
213.74
250.99
273.14
291.37
9. Barang lainnya
265.62
286.12
332.40
394.30
441.22
328.84
387.06
455.31
544.42
672.95
320.90
378.64
444.50
534.23
662.19
c. Air Bersih
515.77
585.40
709.74
784.36
926.39
5. BANGUNAN
409.16
524.64
626.91
745.25
882.19
c. Penggalian
315.93
b.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
ik
a
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
ob
ak
at
ht
tp
://
.id
380.32
s.
1. PERTANIAN
2010
go
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 22
Lanjutan Tabel. 11
INDEKS PERKEMBANGAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA BERLAKU, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(TAHUN 2003 = 100), (PERSEN)
2010
2011
2012*
2013**
358.21
448.52
534.17
628.74
731.43
358.34
447.07
529.98
622.95
724.81
b. Hotel
393.78
566.86
804.74
1,057.68
1,275.48
c. Restoran
344.04
498.84
694.11
838.51
960.16
363.68
427.11
488.05
556.07
625.33
376.02
443.72
511.02
580.37
648.48
335.98
352.02
398.61
433.90
481.81
3. Angkutan Laut
391.14
631.91
780.43
874.84
1,033.86
808.66
925.26
1,128.49
1,300.59
1,485.32
5. Angkutan Udara
100.00
267.92
299.36
401.94
437.60
487.60
636.18
792.59
932.23
1,078.68
332.97
385.76
430.90
495.58
567.70
364.50
442.65
509.88
596.01
688.96
273.99
279.34
283.16
307.70
340.87
428.94
487.29
571.70
718.82
809.79
1,490.62
1,754.26
1,841.59
2,769.05
3,188.01
273.86
376.69
469.97
524.07
636.39
306.49
338.04
421.74
477.90
527.74
296.66
338.65
422.63
478.47
552.67
290.02
318.30
362.49
401.44
446.54
286.72
314.21
344.62
377.32
417.71
286.73
314.21
344.62
377.31
417.71
286.71
314.21
344.63
377.34
417.74
327.70
365.09
566.43
676.83
775.74
1. Sosial Kemasyarakatan
258.21
281.18
369.03
410.82
476.78
486.42
730.42
1,135.01
1,377.43
1,669.11
337.58
375.18
593.23
713.65
816.00
353.87
404.28
467.41
529.15
594.34
a. Pengangkutan
ik
a
b.
1. Angkutan Rel
b. Komunikasi
ob
at
ak
a. Bank
://
s.
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
.id
go
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 23
Tabel. 12
INDEKS PERKEMBANGAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(TAHUN 2003 = 100), (PERSEN)
2011
2012*
2013**
136.58
144.67
148.28
154.56
94.76
96.57
98.37
100.17
102.64
b. Tanaman Perkebunan
139.09
140.25
141.50
155.10
159.93
129.57
137.29
149.97
154.65
162.58
d. Kehutanan
111.47
110.64
116.48
125.40
128.89
e. Perikanan
271.50
304.05
332.02
339.15
359.27
177.35
205.25
243.81
271.03
297.42
205.25
243.81
271.03
297.42
158.20
170.05
200.80
230.33
253.75
158.20
170.05
200.80
230.33
253.75
155.68
167.07
200.69
232.03
256.79
204.04
220.19
267.54
293.76
344.67
100.00
146.45
159.68
171.51
182.70
100.00
110.72
114.93
129.41
140.45
150.22
159.15
181.20
208.17
233.43
190.45
216.33
247.55
266.19
283.41
150.01
161.19
170.32
181.01
186.57
9. Barang lainnya
169.33
178.54
197.89
226.13
244.69
223.59
256.60
291.70
345.76
397.10
221.81
254.91
289.41
344.77
396.18
c. Air Bersih
254.56
285.94
331.65
363.01
413.18
5. BANGUNAN
225.50
280.20
315.85
359.82
407.37
c. Penggalian
177.35
b.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
ik
a
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
ob
ak
at
ht
tp
://
.id
129.15
s.
1. PERTANIAN
2010
go
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 24
Lanjutan Tabel. 12
INDEKS PERKEMBANGAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(TAHUN 2003 = 100), (PERSEN)
2010
2011
2012*
2013**
177.85
214.39
241.43
271.54
301.29
177.38
212.53
237.62
266.77
295.93
b. Hotel
239.40
340.02
460.04
576.71
674.00
c. Restoran
183.51
259.96
342.54
391.60
430.05
190.05
228.82
253.50
288.78
314.47
170.26
208.71
228.79
259.05
274.45
144.83
149.01
160.98
173.55
182.33
3. Angkutan Laut
156.39
248.10
294.17
326.92
360.30
398.64
443.88
518.88
593.06
644.01
5. Angkutan Udara
100.00
262.50
282.21
362.65
382.16
209.22
261.24
310.38
353.13
387.61
236.63
276.15
311.64
358.75
408.64
274.40
333.75
385.71
450.27
517.45
163.36
164.41
167.93
181.18
197.52
237.83
266.47
299.50
366.70
399.54
929.94
1,102.31
1,143.73
1,637.37
1,787.87
153.11
201.08
239.33
261.28
306.09
159.35
169.98
201.80
220.18
238.26
152.94
166.90
198.78
218.68
245.86
152.37
164.88
181.18
196.13
209.67
149.00
160.90
169.46
180.98
191.78
149.00
160.90
169.46
180.98
191.78
148.99
160.90
169.46
180.98
191.78
189.50
208.67
310.20
362.89
406.52
1. Sosial Kemasyarakatan
151.54
162.94
205.65
222.27
252.37
275.23
409.98
601.32
719.18
853.59
194.82
214.07
324.28
382.19
427.10
156.90
175.01
193.19
211.66
228.68
a. Pengangkutan
ik
a
b.
1. Angkutan Rel
b. Komunikasi
ob
at
ak
a. Bank
://
s.
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
.id
go
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 25
Tabel. 13
SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2011
2012*
2013**
1.96
1.91
0.77
1.23
(1.73)
0.28
0.25
0.23
0.29
b. Tanaman Perkebunan
(0.03)
0.00
0.00
0.03
0.01
0.24
0.42
0.63
0.21
0.32
d. Kehutanan
0.04
(0.01)
0.06
0.09
0.03
e. Perikanan
4.64
1.26
0.97
0.22
0.58
0.47
0.71
0.88
0.56
0.50
0.71
0.88
0.56
0.50
0.67
0.38
0.87
0.76
0.55
0.67
0.38
0.87
0.76
0.55
0.50
0.28
0.75
0.64
0.46
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
0.02
0.03
0.02
0.02
0.01
0.05
0.00
0.00
0.01
0.00
0.00
0.00
0.01
0.01
0.01
0.00
0.02
0.02
0.01
0.01
0.01
0.00
0.00
0.00
0.00
9. Barang lainnya
0.08
0.03
0.06
0.07
0.04
0.11
0.11
0.11
0.15
0.13
0.10
0.11
0.10
0.14
0.12
c. Air Bersih
0.01
0.01
0.01
0.00
0.01
5. BANGUNAN
1.48
1.56
0.91
1.02
1.01
c. Penggalian
0.47
b.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
ik
a
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
ob
ak
at
ht
tp
://
go
3.15
s.
1. PERTANIAN
2010
.id
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 26
Lanjutan Tabel. 13
SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
LAPANGAN USAHA
2009
2010
2011
2012*
2013**
4.49
3.54
2.35
2.37
2.14
4.28
3.30
2.11
2.22
2.03
b. Hotel
0.05
0.05
0.05
0.05
0.04
c. Restoran
0.16
0.19
0.18
0.10
0.07
0.59
0.60
0.34
0.45
0.30
0.31
0.42
0.20
0.27
0.12
0.04
0.04
0.10
0.10
0.06
3. Angkutan Laut
0.00
0.01
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
5. Angkutan Udara
0.21
0.31
0.03
0.12
0.03
0.06
0.07
0.06
0.04
0.03
0.28
0.18
0.15
0.18
0.17
0.25
0.18
0.14
0.16
0.15
0.03
0.00
0.00
0.02
0.02
0.41
0.94
0.98
1.80
0.80
0.07
0.58
0.13
1.35
0.38
0.02
0.06
0.04
0.02
0.04
0.30
0.29
0.79
0.41
0.37
0.01
0.01
0.02
0.01
0.02
2.29
1.74
2.03
1.69
1.39
1.85
1.52
0.98
1.19
1.02
1.66
1.36
0.88
1.07
0.92
0.19
0.16
0.10
0.12
0.11
0.44
0.22
1.05
0.50
0.37
1. Sosial Kemasyarakatan
0.03
0.02
0.06
0.02
0.04
0.01
0.01
0.02
0.01
0.01
0.40
0.19
0.97
0.46
0.33
13.67
11.54
10.38
9.56
8.04
ik
a
b.
b. Komunikasi
ob
at
ak
a. Bank
://
d. Sewa Bangunan
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
b. Swasta
go
1. Angkutan Rel
s.
a. Pengangkutan
bp
.id
6. 27
Tabel. 14
DISTRIBUSI SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
2011
2012*
2013**
17.01
18.44
8.09
15.27
(12.67)
2.45
2.42
2.38
3.56
b. Tanaman Perkebunan
(0.24)
0.02
0.03
0.28
0.11
1.73
3.68
6.03
2.19
4.03
d. Kehutanan
0.30
(0.09)
0.60
0.90
0.38
e. Perikanan
33.91
10.94
9.37
2.35
7.20
3.43
6.12
8.43
5.85
6.16
6.12
8.43
5.85
6.16
4.94
3.26
8.42
7.96
6.85
4.94
3.26
8.42
7.96
6.85
3.69
2.46
7.26
6.65
5.71
0.06
0.05
0.14
0.08
0.16
0.17
0.24
0.20
0.17
0.18
0.37
0.04
0.02
0.06
0.05
0.02
0.03
0.07
0.08
0.08
0.03
0.14
0.17
0.10
0.10
0.04
0.04
0.03
0.04
0.02
9. Barang lainnya
0.55
0.26
0.54
0.78
0.56
0.82
0.96
1.02
1.55
1.60
0.74
0.92
0.95
1.50
1.51
c. Air Bersih
0.08
0.05
0.07
0.05
0.08
5. BANGUNAN
10.83
13.54
8.80
10.67
12.53
c. Penggalian
3.43
b.
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
ik
a
a. Industri Migas
1. Pengilangan Minyak Bumi
ob
ak
at
ht
tp
://
go
23.03
s.
1. PERTANIAN
2010
.id
2009
bp
LAPANGAN USAHA
6. 28
Lanjutan Tabel. 14
DISTRIBUSI SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA
ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000, DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
(PERSEN)
LAPANGAN USAHA
2009
2010
2011
2012*
2013**
32.81
30.65
22.61
24.76
26.56
31.30
28.59
20.33
23.24
25.24
b. Hotel
0.33
0.43
0.51
0.49
0.45
c. Restoran
1.18
1.63
1.76
1.03
0.88
4.35
5.23
3.32
4.67
3.69
2.30
3.64
1.90
2.81
1.55
0.26
0.35
0.99
1.02
0.77
3. Angkutan Laut
0.01
0.05
0.02
0.02
0.02
0.01
0.01
0.01
0.01
0.01
5. Angkutan Udara
1.57
2.66
0.32
1.29
0.34
0.45
0.58
0.55
0.47
0.41
2.05
1.59
1.42
1.86
2.14
1.82
1.58
1.38
1.68
1.90
0.22
0.01
0.05
0.18
0.24
3.01
8.18
9.40
18.81
9.98
0.55
5.04
1.21
14.15
4.68
0.16
0.50
0.40
0.22
0.50
2.20
2.54
7.56
4.30
4.59
0.10
0.10
0.24
0.14
0.21
16.78
15.05
19.56
17.64
17.35
13.55
13.13
9.42
12.46
12.70
12.16
11.78
8.44
11.18
11.39
1.40
1.36
0.97
1.29
1.31
3.22
1.92
10.15
5.18
4.66
1. Sosial Kemasyarakatan
0.19
0.16
0.59
0.23
0.45
0.09
0.12
0.17
0.10
0.13
2.95
1.65
9.39
4.85
4.09
100.00
100.00
100.00
100.00
100.00
ik
a
b.
b. Komunikasi
ob
at
ak
a. Bank
://
d. Sewa Bangunan
tp
e. Jasa Perusahaan
ht
9. JASA-JASA
a. Pemerintahan Umum
1. Adm. Pemerintah & Pertahanan
2. Jasa Pemerintah lainnya
b. Swasta
go
1. Angkutan Rel
s.
a. Pengangkutan
bp
.id
6. 29
Tabel. 15
PENDAPATAN DOMESTIK PER KAPITA ATAS DASAR HARGA BERLAKU
DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
URAIAN
2009
2010
2011
2012*
2013**
706,030.98
806,614.66
932,579.19
1,055,758.04
51,150.34
58,437.40
67,563.25
654,880.64
748,177.26
1,185,822.38
76,487.27
85,910.14
979,270.76
1,099,912.24
865,015.94
bp
s.
go
.id
ik
a
b.
10,440.70
13,790.87
15,612.42
17,535.80
644,439.94
736,249.14
851,225.07
963,658.34
1,082,376.44
92,723
93,219
94,846
94,953
95,157
7,614,410
8,652,900
9,832,562
11,118,743
12,461,746
tp
://
(Jutaan Rupiah)
ak
at
ob
(Jutaan Rupiah)
11,928.12
ht
6. 30
Lanjutan Tabel. 16
PENDAPATAN DOMESTIK PER KAPITA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000
DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
URAIAN
2009
2010
2011
2012*
2013**
234,698.97
261,791.85
288,976.24
316,612.87
342,063.34
18,078.93
20,165.91
22,259.93
24,388.79
26,349.24
216,620.04
241,625.94
266,716.31
292,224.08
315,714.10
4,277.90
4,687.02
5,063.78
go
s.
.id
3,474.40
3,875.47
ik
a
b.
bp
237,750.47
262,438.41
287,537.06
310,650.31
92,723
93,219
94,846
94,953
95,157
2,531,184
2,808,353
3,046,794
3,334,417
3,594,726
at
213,145.64
ak
ob
(Jutaan Rupiah)
://
ht
(J i w a)
tp
6. 31
Tabel. 17
PERKEMBANGAN PDRB PER KAPITA ATAS DASAR HARGA BERLAKU
DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
URAIAN
2009
2010
2011
2012*
24.29
14.25
15.62
24.29
14.25
15.62
24.29
14.25
2013**
13.21
12.32
.id
12.32
15.62
13.21
12.32
14.25
15.62
13.21
12.32
24.29
14.25
15.62
13.21
12.32
0.24
0.53
1.75
0.11
0.21
23.99
13.64
13.63
13.08
12.08
bp
s.
go
13.21
ik
a
b.
24.29
tp
://
(Jutaan Rupiah)
ak
at
ob
(Jutaan Rupiah)
ht
6. 32
Tabel. 18
PERKEMBANGAN PDRB PER KAPITA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000
DI KABUPATEN WAKATOBI, TAHUN 2009 - 2013
2009
2010
2011
2012*
2013**
13.67
11.54
10.38
9.56
8.04
13.67
11.54
10.38
9.56
8.04
13.67
11.54
go
URAIAN
10.38
9.56
8.04
10.38
9.56
8.04
s.
.id
13.67
11.54
ik
a
b.
bp
11.54
10.38
9.56
8.04
0.24
0.53
1.75
0.11
0.21
13.40
10.95
8.49
9.44
7.81
at
13.67
ak
ob
(Jutaan Rupiah)
://
ht
(J i w a)
tp
6. 33
at
ak
://
tp
ht
s.
bp
b.
ik
a
ob
.id
go