Jurnal Reading
Jurnal Reading
DRUG ALLERGY
Tutor :
dr. Lisa Kurniasari Sp. PD
Oleh :
Lisa Devianti / 42150026
PENDAHULUAN
ADRs (Adverse Drug Reactions) adalah reaksi
berbahaya (tidak disengaja) akibat obat yang terjadi
dalam usaha pencegahan penyakit, diagnosis, dan
terapi.
Terjadi 15-25% pasien
7-13% kasus serius
PENDAHULUAN
ADRs dibagi 2 :
Tipe A : dapat diprediksi
Tipe B : tidak dapat diprediksi
PENDAHULUAN
Tipe A
Tipe B
Overdosis obat
Pseudoalergic (non-allergy) :
reaksi dan manifestasi yang sama
dengan alergi obat tetapi kurang
berkaitan dengan imun spesifik
Efek samping
Interaksi obat
Terima kasih
MEKANISME
Rx Imun
Mekanisme
Manifestasi
Klinis
Onset
Tipe I (mediator
IgE)
Ikatan kompleks
obat-IgE
dengan sel
mast dengan
mengeluarkan
histamin,
mediator
inflamasi
Anafilaksis*
Urtikari*
Angioderma*
Bronkospasme*
Menit-jam
setelah
konsumsi obat
Tipe II
Antibodi
Anemia
Bervariasi
(sitotoksik)
spesifik IgE/IgM Sitopenia
padadiantigen
Thrombositopen
* Reaksi ini mungkin terjadi
non imunologically
mediated
obat yang
ia
melapisi sel
MEKANISME
Rx Imun
Mekanisme
Tipe III
Pelepasan
(deposisi)
kompleks
antibodi pada
jaringan
dengan
aktivasi
komplemen
dan inflamasi
Tipe IV
(delayed,
mediated cell)
Presentasi MHC
dari molekul
obat pada sel T
dengan
pengeluaran
sitokin dan
mediator
inflamasi, dapat
berkaitan
dengan aktivasi
Manifestasi
Klinis
Serum
sickness
Vaskulitis
Demam
Kemerahan
Athralgia
Onset
1-3 minggu
setelah
konsumsi obat
FAKTOR RESIKO
Faktor yang berkaitan dengan pasien :
Usia : muda/ dewasa muda > infant/elderly
Gender : wanita > pria
Genetik polimorfik pada HLA- Human Leukocyte Antigen
(produksi gen dari MHC) ct: HIV, EBV
Herpes
Riwayat alergi obat sebelumnya
Faktor yang berkaitan dengan obat :
Berat molekul tinggi, obat dengan besar molekul tinggi ct:
insulin, penisilin
Rute : topikal > i.v/i.m > oral
Dosis : sering/jangka lama > dosis tunggal yang tinggi
DIAGNOSIS
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan diagnosis
ANAMNESIS
Riwayat
o RPO yang diresepkan dokter atau yang tidak di
resepkan
o Riwayat minum obat yang sama dan reaksinya
o Waktu minum obat
o Formulasi obat/kandungan obat
o Dosis dan rute obat
o Gejala
ANAMNESIS
Manifestasi klinis
Pemeriksaan Penunjang
SPT (Skin Prick Test) dan intradermal tests (alergen
diinjeksi pada dermis)
Tes serum IgE spesifik
Patch testing
Pemeriksaan histamin dan tryptase
Coombs test
Induksi toleransi obat
Penicillin
Paling sering menyebabkan alergi obat (10%)
Tx : non penicillin
Carbapenems (ct: imipenem)
Monobactams (ct: aztreonam)
Cephalosporin generasi II dan III
Skin test dilakukan sebelum memberikan terapi
penicillin
Sulfonamides
Berkaitan dengan maculopapular eruption, SJS dan
TEN
Modifikasi pelepasan rantai samping sulfonamid (nonantibiotic sulfomamid) menghasilkan obat sulfonamil
dan diuretik dan tidak menyebabkan alergi terhadap
pasien yang dulunya terkena alergi obat sulfonamid
antibiotika.
Cephalosporins
Manifestasi yang sering timbul adalah maculopapular
rashes dan demam, urticaria tidak sering ditemukan
dan jarang menyebabkan anafilaksis
Hasil skin test pada penicillin berkaitan dengan
reaksi alergi terhadap semua generasi pertama
cephalosporin
Jika skin test + dan tidak ada obat lain makan dapat
diberikan induksi tolerasi obat.
Radiocontrast Media
Dapat menimbulkan alergi obat maupun
pseudoallergic
Pseudoallergic/allergic terhadap RCM dapat dicegah
dengan pemberian oral kortikosteroid dan H1
antihistamin
Anesthetics
Lokal anestesi jarang ditemukan reaksi alergi pada
jenis ini
Obat anestesi umum dapat menyebabkan reaksi alergi
dengan reaksi blok neuromuskular