Anda di halaman 1dari 15

45

Hemera Zou Vol 76 No.2

TELUSURAN PUSTAKA

KONSUMSI FESES LUNAK PADA TERNAK KELINCI


S. Prawirodigdo, E. Rianto

**

* dan 8. Rustomo **

Sub Balai Penelitian Ternak Klepu, Klepu, 50552


Peternakan, Universitas Diponegoro, Semarang
Fakultas Petemakan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto

* Fakultas

PENDAHULUAN
Konsumsi feses lunak yang dike
nal dengan sebutan "coprophagy"
atau "caecotrophy" biasa dilaku
kan oleh berbagai hewan termasuk
diantaranya
tikus
kangguru
("Kangaroo rat"), Dipodomys mi
crops, tikus dan men cit (Bjorn
hag dan Sjoblom, 1977). Bjorn
hag dan Sjoblom (1977) yang
menyitasi beberapa peneliti sebe
lumnya (Harder, 1950; Barnes et
al., 1957; Geyer et al., 1974,
juga mengidentifikasi Lemnus-lem
nus
("Scandinavian lemning"),
Chinchilla lanigera (Chincilla) dan
Cavia cobaya (marmut) sebagai he
wan yang melakukan "copropha
gy". Di samping itu, kelinci (Oric
tolagus caniculus) merupakan ter
nak yang secara meluas sudah di
kenaI melakukan
"coprophacy"
(Jilge, 1974; Bjornhag dan Sjob
lom, 1977; Jilge, 1978; Cheeke
et al., 1982; Gidene et al., 1988;
Fraga et al., 1991).

Berbagai penelitian yang melibat


kan evaluasi "coprophagy"
pada
ternak kelinci sudah banyak dila
kukan (Jilge, 1982; Gidene et al.,
1988; Ghoshal dan Bal, 1989;
Fraga et al.,
1991), waIaupun
dernikian informasi mengenai "cor
prophagy" ini di Indonesia sa
ngat terbatas karena pustaka yang
membahas masalah tersebut lang
ka, sehingga sering timbul salah
pengertian, Dilain pihak, penelitian
penelitian yang sering dilakukan
pada ilmu kedokteran manusia
(Schouten et al.. 1986; Ghoshal
dan Bal, 1989) atau sebagian ilmu
ternak, juga menggunakan hew an
(mencit) atau ternak (kelinci) yang
melakukan "coprophagy". Schou
ten et al., (1986) menyatakan
bahwa ternak kelinci sering di
gunakan sebagai model dalam apli
kasi
teknik bedah "partial ileal
by pass" pada orang laki-laki
penderita "hypercholesterolemia".

Hcmcra Zoa Vol 76 No.2

46
Ghoshal dan Bal (1989) men am
bahkan bahwa ternak tersebut juga
sering digunakan untuk penelitian
biornedis modern, termasuk dianta
ranya immunisasi, reproduksi, peng
obatan tumor dan kanker, peng
obatan dengan radiasi, studi ling
kungan serta sistem fisiologi dan
neurofisiologis pada manusia. Oleh
karena itu "coprophagy"
sebagai
salah satu sifat fisiologis pencema
an yang dimiliki oleh hewan atau
ternak percobaan merupakan bagi
an yang perlu diperhatikan.
Tuju
an studi ini untuk mempelajari
hal-ihwal "coprophagy"
pada ke
Iinci melalui
ulasan dari berbagai
pustaka.

Peran perilaku "coprophagy"


Kelinci adalah herbicora yang
berperut
tunggal ("monogastric")
dan karena ternak ini mampu me
lakukan sintesis protein atau vita
min B dan vitamin K dengan bantu
an mikroba-mikroba
pada caecum
seperti yang dilakukan oleh ternak
ruminansia pada rumen, maka juga
disebut sebagai ruminansia semu
(pseudo-ruminan i). Perbedaan n y
a, pada ruminansia sintesis
dilakukan oleh mikroba-rnikroba
dalam rumen dan selanju tnya
dicurahkan
pada usus hal us (ileum)
untuk diabsorb si, sebaliknya pada
kelinci sin tesis kedua nutrien ini
dilakukan pada caecum dan
dibungkus oleh mu kosa transparan
pada colon (kedua nya sering
disebut
"hind-gut") serta hasil
sintesis tersebut dikon sumsi
kembali dalam bentuk fescs lunak
dan diabsorbsi oleh usus halus.

Pada ternak kelinci "copropha gy"


merupakan
proses fisiologis
penccrnaan
yang sangat penting
peranannya
terutama dalam men
cukupi kebutuhan bcrbagai vitamin
B dan vitamin K. Ghoshal dan
Bal (1989) yang secara intensif
meneliti perbedaan morpologis lam
bung dari berbagai hew an ternak
laborat menyimpulkan
bahwa "co
prophagy" merupakan proses esen
sial bagi hewan pengerat (roden
sial dan ternak kelinci (Iagomor
pal untuk bertahan hidup ("sur
vival"). Selanjutnya
dinyatakan
(Ghoshal dan Bal, 1989) bahwa
"coprophagy"
bisa berpengaruh pa
da sel-sel lam bung dan distribusi
kelenjar-kelenjar
pencernaan,
sehingga dengan ransum
tertentu
pencegahan
pelaksanaan
coprophagy" dalam jangka waktu yang
lama pada ternak kelinci dapat
mengakibatkan
gangguan pertum
buhan dan bahkan bisa berakibat
fatal. Sebelumnya
Barnes et al.
(1963) yang disitasi oleh Fekete
(1985)
juga melapork.m
bahwa
pencegahan
"coprophagy"
meng
akibatkan
berkurangnya
tingkat
pertumbuhan ternak kelinci an tara
12'/r, sampai 257r. dan menunjuk
kan gejala defisiensi
vitamin B
(Kulwich et al., 1953 yang disitasi
oleh Fekete, 1985). Meskipun mi
kroba-mikroba
pada "hind-gut"
kelinci
juga mc lak ukan sintesis
asam-asarn amino. n.unun eksistensi
dari asam amino icrscbut tidak
dapat mernenuhi kcbutuhan asarn
asam amino esensial, maka asam
amino lisin dan
pcrlu ditambahkan

methionin
dalarn

masih

ransum

47

lIemera Zoa Vol 76 No.2

kelinci. Hal ini kadang-kadang me


nimbulkan kesimpang-siuran pe
ngertian dengan sistem penyusun
an ran sum ruminansia yang sebe
narnya ("true ruminant"), karena
pada ran sum ruminansia tidak di
perlukan lagi suplernentasi asam
amino (sintetis) tertentu, meski
pun kondisi tersebut bukan ber
arti bahwa untuk berproduksi yang
memuaskan kualitas ransum rumi
nansia bisa seadanya. Rombinson
et al., (1985) yang meneliti pe
ngaruh pencegahan "coprophagy"
terhadap daya cerna protein pada
kelinci melaporkan bahwa "copro
phagy" tidak nyata berpengaruh
terhadap pertumbuhan. Hasil pe
nelitian Robinson et al. (1985)
im tidak konsisten dengan lapor
an Barnes et al. (1963, disitasi

oleh Fekete, 1985). Mungkin per


bedaan hasil penelitian ini disebab
kan oleh perbedaan lama pence
gahan "corprophagy "; sayang se
kali Fekete (1985) tidak mengulas
lama penelitian yang dilakukan
oleh Barnes et al. (1963), sehingga
tidak dapat ditelusuri argumentasi
nya. Lebih lanjut dilaporkan oleh
Robinson et al. (1985), meskipun
daya cerna bahan kering dan ni
trogen pad a ternak yang dibiarkan
melakukan "coprophagy", nyata
(P < 0.05) lebih besar daripada
yang dicegah melakukannya, na
mun retensi nitrogen pada ternak
dari kedua perlakuan tersebut tidak
berbeda nyata, kecuali pada ter
nak yang diberi pakan rumput
(Tabell ).

Tabel 1. Daya cerna pakan berserat rendah dan tinggi pad a ternak kelinci
yang bebas dan dicegah melakukan "coprophagy"=
Jenis pakan

Konsumsi
Dayacerna
Bahan kering
(g/ekorlh) Bahan kering Nitrogen

ADF

Retensi
nitrogen

Alfalfa DC
TC

]77.loa
I 92.9oa

48.33
45.53f

64.93b
50.75d

13.09h

I.] 0"

14.21b

0.93a

Kedelai DC
TC

] 14.70b
99.70b

77. ]5"
71.62b

76.86"
64.04b

18.08"
10.61c

0.78b
0.65b

Rumput DC
TC

] 11.90b
94.90b

59.81c
52.64d

77.64"
67.63d

20.41"
8.70c

0.78b
O.44e

Sumber:

Robinson et al. (1985).


DC = dengan "coprophagy"; TC = tanpa "coprophagy"
Of<
Supreskrip berbeda pada kolom yang sarna rnenunjukkun bcrbcda nyata
(P < 0.05)

48

Oleh karena itu dapat dinyata


kan bahwa pada ternak kelinci
kontribusi protein dari konsumsi
feses lunak sangat sedikit, sehing
ga pengaruh negatif dari pencegah
an "coprophagy" pada ternak ke
linci seperti yang dikhawatirkan
oleh Ghoshal dan Bal (1989)
mungkin lebih terlihat pengaruh
nya
pada pengadaan vitamin B
dan K atau proses fisiologis distri
busi kelenjar pencernaan maupun
efeknya terhadap sel-sel lambung.
Prawirodigdo et a1. (1990) me
nyatakan bahwa vitamin merupa
kan suatu nutrien yang penting
bagi ternak kelinci namun hanya
diperlukan dalam jumlah sangat se
dikit, dan pemberian vitamin ter
tentu dalam jumlah berlebihan
("vitamin abuse") justru dapat
membahayakan kesehatan ternak
kelinci. Sebagai contoh, dilapor
kan bahwa suplementasi vitamin
A dosis tinggi pada induk kelinci
sedang bunting yang menerima
ransum dasar hijauan alfalfa, ter
nyata justru mengakibatkan abortus
dan hydrocepalus (Prawirodigdo
et a1., 1990). Cheeke et al. (1982)
menyatakan bahwa kelinci tidak
memerlukan suplementasi vitamin
B dan K. Berarti kontribusi vita
min B dan K dari feses lunak se
harusnya sudah cukup untuk me
menuhi kebutuhan ternak kelinci.
Dilain pihak , "corprophagy" di
duga berperan dalam menjaga rege
nerasi mikroflora pada sa1uran
pencernaan kelinci (Fekete, 1985).
Meskipun pada lam bung terdapat
asam larnbung, tetapi feses lunak
sudah terlindungi oleh mukosa

Hcmera Zoa Vol 76 No.2

transparan sebagai
pembungkus
yang mencegah kerusakan dari pe
ngaruh asam lambung tersebut
(Griffith dan Davies, 1963). Vial
lard dan Raynaud (1968, disitasi
Fekete, 1985) menambahkan bah
wa lam bung yang terdekat dengan
ileum kelinci rnenghasilkan su bs
tansi yang menyebabkan 40% mi
kroflora terlarut dan tercampur
dalam matrial feses lunak. Fekete
(1985) dalam ulasannya tidak men
jelaskan proses kelanjutan campur
an tersebut, tetapi karen a proses
nya terjadi di dekat ileum, maka
diduga campuran ini langsung ma
suk ke dalam ileum.
Fekete (1985) menyatakan bah
wa ternak kelinci melakukan "co
prophagy" pertarna kali pada umur
3 minggu. Hal ini selaras dengan
saat transisi pakan cair berupa
susu induknya
ke pakan padat.
Tingkah laku ternak kelinci dalam
melakukan "coprophagy" juga se
ring menimbulkan salah pengertian,
karena laporan beberapa peneliti
ten tang pelaksanaan "coprophagy"
tidak konsisten. Jilge (1974) yang
mengulas hasil-hasil penelitian se
belumnya menyatakan, bahwa be
berapa peneliti sebelumnya (My
ers, 1955; Watson dan Taylor.
1955; Henning d"n Hira, 1972)
menyimpulkan "coprophagy" pada
kelinci terjadi pada siang hari,
sedang kelompok peneliti lainnya
(Thache dan Brandt, 1955, Kadat
su et al., 1959, Piekarz, 1963;
Laffolay, 1972 yang disitasi Jilge ,
1974) menemukan kelinci melaku
kan "coprophagy"
pada malam
hari sehingga feses lunak sering

r
I

41)

Hemera Zoa Vol 76 No.2


I

disebut feses malam ("night fae


ces"). Walaupun dernikian, pada
penelitian yang lebih awal Zim
merman (1952) yang disitasi Jilge
(1974), melaporkan bahwa "copro
phagy" pada kelinci dilakukan be
berapa kali sehari, baik pada siang
maupun malam hari. Informasi
yang
tidak konsisten ini telah
memacu pelaksanaan penelitian se
cara mendalam dan berurutan mulai
dari evaluasi waktu ("passage ti
me") dan ekskresi feses lunak
pada kelinci (Jilge, 1974), pengem
bangan alat pengukur "caeco tro
phy" (Jilge, 1978), respons ritmis
"caecotrophy"
terhadap
tanda
tunggal berbentuk sinar (J ilge ,
1980) dan pola monofase dan
difase ("monophasic and diphasic"
patterns) pada ritmis "caecotro
phy" (Jilge, 1982). Hasil-hasil pe-

nelitian Jilge (1974, 1978, 1980,


1982) tersebut menunjukkan bah
wa waktu ekskresi feses lunak
ternyata dipengaruhi oleh banyak
faktor. Hornicke et al. (1984)
memberikan contoh bahwa pernbe
rian pakan ad libitum. pernberian
dalam waktu terbatas dan mem
puasakan kelinci juga berpengaruh
terhadap saat "coprophagy'Inya.
Kalugin (1980, disitasi Fekete,
1985) telah membuktikan bahwa
kuantitas sekresi feses lunak lebih
ban yak terjadi pada kelinci yang
diberi pakan secara ad libitum.
Tabel 2 memperlihatkan frekuensi
dan kuantitas feses lunak dan fe
ses keras pada kelinci yang dicegah
melakukan "coprophagy" maupun
yang dibiarkan melakukannya (J il
ge, 1974).

Tabel 2. Periode dan jumlah ekskresi feses


Perlakuan

Ekskresi feses
Lunak

Kasar

"coprophagy"
Periode (jam)
Jumlah (g)

6.85
46.80

17.22
69.88

Dengan "Coprophagy"
Periode (jam)
Jumlah (g)

9.00

15.14
100.06

Tanpa

Sumber: Jilge (1974)

50

Fekete dan Bokori (1984), disi


tasi oleh Fekete, 1985) menam
bahkan bahwa pada pernberian pa
kan ad libitum kuantitas "copro
phagy" tergantung pada tingkat
serat protein dalam ransum. Kelin
ci yang diberi pakan berpro tein
rendah
dan serat lebih tinggi
akan lebih sering melakukan "co
prophagy". Lebih lanjut Homicke
et 01. (1984) menyimpulkan bahwa
saat ekskresi feses lunak tidak
secara langsung tergantung pada
variasi diurnal pada frekuensi kon
traksi caecum, tetapi tergantung
pada gerakan dan sekresi serta
proses absorbsi pada colon.
Berdasarkan temuan-temuan ter
sebut maka dapat dinyatakan bah
wa laporan Zimmerman (1952)
yang disitasi oleh Jilge (1974)
cenderung lebih benar meskipun
tidak didukung oleh data-data yang
akurat. Selanjutnya, dalam hal
yang sarna juga muncul asumsi
yang tidak benar mengenai me
kanisme konsumsi feses lunak oleh
temak kelinci. Bjomhag dan So
blom (1977) dan Harris (1983)
menyatakan bahwa konsumsi feses
lunak dilakukan oleh temak ke
lind langsung dari anus (dubur)
nya, sehingga lantai kandang ka
wat "wire bottom cages") tidak
akan menghalangi pelaksanaan "co
prophagy" (Harris, 1983). Sifat ini
telah menuntun para peneliti (Jil
ge, 1974; Robinson et 01., 1985,
Fraga et a/; Ogundu et 01. 1991)
pada suatu gagasan untuk meng
gunakan plastik pencegah "copro
phagy" ("plastic collar") yang di-

Hemera Zoa Vol 76 No.2

kalungkan pad a leher kelinci yang


sedang diteliti feses lunaknya. Te
muan-temuan terse but merupakan
bukti meyakinkan yang mengorek
si suatu pendapat salah yang me
nyatakan
bahwa ternak kelinci
mengkonsumsi feses lunak setelah
fesesnya dijatuhkan
pada lantai
kandangnya 'cage floor"). Disam
ping itu data (Prawirodigdo et 01.
1992) yang diperoleh pada pene
litian pemanfaat sampah pasar se
bagai pakan ternak kelinci di
Sub
Balai Penelitian Ternak
Klepu menunjukkan bahwa bebe
rapa ekor ternak kelinci yang di
temukan sedang melakukan "co
prophagy" juga menkonsumsi fe
ses lunaknya langsung dari anus
nya, baik pada pagi hari, siang
maupun malam. Pada penelitian
tersebut juga terlihat bahwa kelin
ci tidak pemah mengkonsumsi fe
ses lunak yang sudah terjatuh pa
da lantai kandang kawatnya "wire
cage floor"). Diduga feses lunak
yang terjatuh baik pada lantai
kandang kawat maupun lantai ba
ngunan induk C'animal
house
floor") disebabkan oleh kegagalan
temak kelinci dalam melakukan
"coprophagy" sebagai akibat ter
kejut dari gerakan asing (tikus,
kucing atau
petugas kandang)
yang mendadak dan menakutkan
temak. Hal ini bisa dimengerti
karena kelinci ternak yang mu
dah mengalami stres dan panik.
Oleh karen a itu dalam pemeliha
raan kelinci diperlukan pengerti
an dan kesabaran petugas dalam
mengurus ternak.

Hemern Zoa Vol 76 No.2

Mekanisme ekskresi dan


komposisi feses lunak

51

Label diinjeksikan melalui fistula


yang dipasang pada pangkal ileum
pada sernua ternak penelitian.
Mekanisme pembentukan
dan
Hasil penelitian tersebut dilapor
ekskresi feses lunak pernah di kan (Pickard dan Steven, 1972)
ulas secara ringkas oleh Prawirobahwa pakan tercerna ("digesta")
melewati
saluran pencernaan ke
digdo (1990), namun karen a pus
lind dengan cepat dan yang tidak
taka pendukungnya terbatas maka
terabsorbsi masuk ke dalam cae
data-data contoh hasil penelitian
cum dalam jangka waktu 3 jam
sebagai penunjang ulasan belum da
serta dieksresikan dalam bentuk
pat dicantumkan. Prinsipnya, pakan
feses setelah antara 6-10 jam.
yang tidak tercerna atau tidak
Menurut Pickard dan Steven (1972)
terabsorbsi oleh usus halus ("small
kecepatan partikel-partikel
halus
intestine") akan didorong ke cae
pakan
pada
waktu
meninggalkan
cum melalui pangkal ileum C'ter
lambung, cenderung berkurang se
minal ileum"). Proses terse but se
laras dengan ukuran partikel pakan.
cara intensif (masing-masing pada
Partikel-partikel halus akan mening
ilustrasi 1 dan 2) dibahas oleh
galkan ileum dengan gerak peristal
Pickard dan Steven (1972) dan
tik,
dan akan tinggal di caecum
Bjornhag (1981) . IIustrasi 1 me
serta mengalami fermentasi atau di
nunjukkan bahwa untuk "fluoros
gesti oleh mikroba-mikroba pada
copy" 3 buah "radiopaque ring"
"hindgut".
Pickard dan Steven
dipasang pada daerah ileum, cae
(1972)
juga
melaporkan adanya
cum dan colon. Pickard dan Ste
gerak
antiperistaltik
dari colon
ven (1972) pada penelitian ini
yang mendorong partikel-partikel
menggunakan radio isotop berupa
halus ke dalam caecum. Hal ini
label yang mudah larut, yaitu
14C-labeled polyethylene
81Y8Ol diduga merupakan usaha mendo
rong partikel-partikel halus yang
(PEG, dengan berat molekul 4000)
terbawa ke dalam colon kembali
dan 51 Cr-labeled ethylene diamine
ke dalam caecum untuk difermen
tetranaceticacid (EDT A 5 1 Cr). La
tasikan, sehingga menghasilkan fe
bel padat yang digunakan berupa
ses lunak. Selanjutnya dilaporkan
partikel-partikel plastik dengan war
pula (Pickard dan Steven, 1972)
na berbeda, berdiameter 2 mm
dan panjangnya 2 mm atau 5 mm bahwa sifat kompak pada feses
keras bukan karena air dalam fe
serta berbobot
1.3 ("specific gra
ses keras diabsorbsi oleh dinding
vity").
usus, tetapi merupakan akibat pe
Lebih lanjut dijelaskan bahwa
merasan oleh gerak peristaltik dan
untuk pengamatan radiologis di
antiperistaltik. Mekanisme ini juga
gunakan mesin Sinar-X Picker Pic
menim bulkan spekulasi pendapat
tronic 500, dan untuk "fluoros
mengenai penyebab
perbedaan
copy" digunakan Picker PX-188.
komposisi kimiawi antara feses ke-

52
ras dan feses lunak, yaitu bahwa
kandungan zat nutrisi pada feses
keras yang lebih rendah dari fe
ses lunak disebabkan oleh terperas
nya zat-zat tersebut ke dalam feses
lunak.
Penelitian tentang transportasi
digesta cair ke dalam colon pada
ternak kelinci juga pernah dilaku
kan oleh Bjornhag (1981), namun
pada penelitiannya pengamatan ha
nya dilakukan khusus pad a trans
portasi digesta dari caecum ke da
lam colon. Satu kanula terbuat
dari plypropylene dengan diameter
dalam 3 mm dipasang pada masing
masing kelinci yang digunakan da
lam penelitian Bjornhag (1981),
dan 3 macam posisi pemasangan
dipakai sebagai perlakuan teknik
pengamatan. Kedua perlakuannya
masing-masing adalah salah satu
dian tara pemasangan kanula pada
bagian oral atau aboral pada colon
proximal (Ilustrasi 2). Bahan yang
digunakan dalam evaluasi memakai
sinar X adalah berupa cairan ba
rium sulfat atau adipiodon yang
diinjeksikan melalui kanula serta
diikuti dengan radioscopy yang
direkam
dengan perekam video.
Selanjutnya, Bjornhag (1981) me
laporkan bahwa cairan yang dima
sukkan melalui kanula ditranspor
tasikan ke dalam caecum lewat
dinding sepanjang haustra mening
galkan colon.
Pada penelitian
ini Bjornhag (1 981) juga melihat

Hemera Zon Vol 76 No.2

air yang tereksresi ke dalam colon


proximal yang tampaknya berfungsi
untuk membersihkan dan memba
wa partikel-partikel
halus ayng
terbawa ke dalam colon kembali
ke caecum. Hal ini disimpulkan
sebagai sebab yang menjelaskan
rendahnya kandungan substansi cair
pad a feses keras. Disamping itu
Bjornhag (1981) juga menambah
bukti bahwa "coprophagy" dilaku
kan kelinci baik pada pagi mau
pun sore hari.
Fisiologi pencernaan pad a ternak
kelinci khususnya sifat "copro
phagy" yang baik, juga telah me
macu beberapa peneliti (Harris,
1983; Fraga et al., 1991; Ogundu
et al., 1991) mempelajari kornpo
sisi feses lunak. Berdasarkan sifat
fisiknya, feses lunak teraba lebih
lunak dari pada feses keras dan
pada umumnya feses lunak dalam
bentuk koloni yang terbungkus
oleh mukosa transparan. Rucke
bush dan Hornick (1977) yang
disitasi Harris (1983) melaporkan
adanya perbedaan komposisi ki
miawi antara kedua jenis feses
tersebut, yaitu feses lunak kan
dungan air, nitrogen dan elektro
litnya lebih banyak dari pada fe
ses keras. Harris (1983) dan Fekete
(1985) memberikan contoh perbe
daan kornposisi kimiawi antara fe
ses lunak dan feses keras seperti
tercantum pada Tabel 3 berikut
ini

Hemera Zoo Vol 76 No.2

5J

Tabel 3. Perbedaan komposisi kimiawi antara feses lunak dan


feses keras
Parameter

Feses lunak

Feses keras

Komposisi a*
Bahan kering (%)
Protein kasar (%)
Lemak (%)
Serat kasar (%)
Abu (%)
Ekstrak tanpa N (%)
Gros energi (Mcallkg)

38.60
25.70
5.30
17.80
15.20
36.00
4.53

52.70
15.40
3.00
30.00
13.70
37.90
4.34

139.10
30.20
2.922.00

39.70
9.40
892.00

Komposisi b*
Niacin (ug)
Riboflavin (ug)
Asam Panthothenat (ug)

Sumber: Fekete dan Bokori (1984) yang disitasi Fekete (1985)

Pada Tabel terlihat bahwa kan


dungan protein, lemak dan abu
pada feses lunak lebih banyak
dari pada feses keras, sedang
kandungan serat kasarnya jauh lebih
rendah. Disamping itu, juga terlihat
bahwa feses lunak mengandung
kelornpok
vitamin B jauh lebih
ban yak dari pada feses keras.
Fraga e t al. (1991) yang menguji
pengaruh jenis sumber serat ter-

hadap kontribusi feses lunak dalam


konsumsi nutrisi pada kelinci, mela
porkan bahwa sumber serat berpe
ngaruh sangat nyata (p < 0.00l)
terhadap bobot isi caecum tetapi
tidak mempengaruhi bobot feses
lunak yang disekresikan. Walaupun
demikian jenis sumber serat nyata
(P < 0.05) berpcngaruh terhadap
kornposisi kimiawi feses lunak
(TabeI4).

54

Tabel 4.

ItcHlera Zoo Vol 76 No.2

Kualitas dan kuantitas feses lunak darl berbagai sumber serat


dan kontrlbusinya terbadap konsumsi bahan kerlng maupun
protein kasar

Parameter

Konsumsi pakan (gIBKlhr)


Ekskresi feses lunak
(gIBKlhari)

Sumber serat
Hijauan
alfalfa

Ampas
jeruk

Ampas
lobak

Ampas
anggur

Ampas
padi

110.80""

SO.80"

96.60-'

138.90"

105.00"b

11.50

10.30

7.50

10.30

10.20

Komposisi kimiawi feses


lunak:
Bahan kering (%)
Protein kasar (%)

33.51<
31.19

33.34<
33.67

30.93<
33.63

38.00b
32.33

45.57'
29.71

Kontribusi terhadap konsumsi


Bahan kering
Protein kasar

9.40b
13.60

11.60"
18.70

7.200
10.70

6.90':
11.20

8.80""
12.60

Sumber: Fraga et al. (1991)


Superskrip berbeda pada baris yang sarna menunjukkan berbeda nyata (P < 0.05),
BK = bahan kering

Berbeda dengan penelitian Fraga


etal.
(1991), pada kesernpatan
yang sama Ogundu et al. (1991 )
rnelaporkan hasil penelitiannya me
ngenai pengaruh surnber karbo
hid rat rnudah dicerna yang ber
beda (tepung singkong dan tepung
jagung) terhadap kualitas feses
lunak pada temak kelinei. Hasil
nya (Tabel 5) menunjukkan bah-

wa kuantitas ekstresi feses lunak


tidak dipengaruhi oleh perbedaan
surnber karbohidrat. Disarnping itu
komposisi protein kasarnya juga ti
dak berbeda, rneskipun dernikian
kornpo sisi lernak dari feses lunak
rnaupun feses keras dari temak
kelinci yang diberi kedua rnaearn
surnber karbohidrat ini tarnpak ber
beda seeara konsisten.

55

Hemera Zoa Vol 76 No.2

Tabel S.

Perbandingan komposisi kimiawi feses lunak kelinci yang


diberi pakan tepung jagung dan tepung singkong

Feses keras
Parameter

Feses lunak
Singkong

Jagung

Jumlah ekskresi harlan :


Siang (g/ekor)
Malam (g/ekor)

38.60
34.22

38.62
35.09

9.69
26.34

11.30
23.93

Komposisi kimiawi :
Protein kasar (%)
Lemak (%)
Bahan kering (%)

13.83
1.20
53.78

12.32
0.79
53.87

24.65
1.23
35.26

27.29
0.71
35.07

Singkong

Jagung

Sumber: Ogundu et al. (1991)

Berdasarkan temuan-temuan dari


berbagai penelitian yang telah di
ulas terse but dapat disimpulkan
bahwa "corprophagy to merupakan
proses fisiologi pencernaan yang
sangat penting bagi ternak kelinci,
terutama dalam mencukupi ke
butuhan kelompok vitamin B dan
K, membantu dalam produksi ke
lenjar pencernaan dan menjaga
regenerasi mikroflora saluran pen
cernaan. Peranan 'coprophagy" da
lam membantu menyumbangkan
protein tidak begitu berarti, se
hingga asam-asam amino esensial
seharusnya tersedia dalam ransum.
Penelitian-penelitian yang mam
pu mengungkap fungsi vital "co
prophagy" pada kelinci masih di
butuhkan dan akan merupakan to
pik yang menarik, karena belum
ada informasi
yang memberikan
kepastian bahwa
"copraphagy "
mempunyai urgensi baik untuk

suplementasi vitamin B dan K,


pengadaan cairan kelenjar pen cern a
an, atau regenerasi mikroflora.
Pendekatan ilmiah yang dapat di
lakukan mungkin dengan meng
uji pengaruh suplementasi vitamin
B dan K dalam ransum kelinci
yang dicegah melakukan "copro
phagy". Apabila ternyata suple
mentasi terse but tetap menghasil
kan pertumbuhan yang lebih jelek
dari pada ternak kelinci tanpa
suplementasi vitamin B dan K
dalam ransumnya tetapi bebas
melakukan
'coprophagy': ber
arti terdapat faktor lain dalam
feses lunak yang perlu diteliti
lebih mendalam peranannya. Ha
sil penelitian yang dapat menja
wab permasalahan ini, nantinya
akan merupakan sumbangan in
formasi yang sangat berguna da
lam perkembangan ilmu nutrisi
ternak.

56

Hemera Zoa Vol 76 No.2

Daftar Pustaka
Bojrnhag, G. 1981. The retrogra
de transport
of fluid in the
proximal colon of rabbits. Swe
dish J . Agric. Res., 11 : 6369.
Bjornhag, G. and L. Sjoblom.
I 977. Demonstration of copro
phagy in some rodents. Swe
dish J . Agric. Res., 7 : 105113.
Cheeke, P.R. N.M. Patton and
G .S. Templeton. 1982. Rabbit
production. The Printers and
Publishers, Inc. Danville, Illionis.
Fekete, S. 1985. Rabbit feeds
and feeding, with special re
gard to tropical condition. J.
Appl. Rabbit Res. 8 : 167173.
Fraga, M.J., P.P. De Ayala, R.
Carabano and r.c De BIas.
1991. Effect of type of fiber
on the rate of passage and on the
contribution
of soft feces to
nutrient intake of finishing rab
bits. J. Anim. Sci. 69 : 15661574.
Ghoshal, N.G. and H.S. Bal. 1989.
Comparative morphology of the
stomach of some laboratory
mammals. Lab. Anim. 23 : 2129.
Gidene,
T., T. Bouyssou and
Y. Ruckebusch. 1988. Sampling
of digestive contents
by ileal
cannulation in the rabbit. Anim.
Prod. 46 : 147 -IS 1.

Griffiths. M. and D. Davies. IWl.l


The role of the soft pellets in
the production of lactic arid
in the rabbits stomach . J. .'Vif r
80 : 171 -1 80.
Harris, DJ. 1983. The distributi
on of hard versus soft feses in
rabbits. J. Appl. Rabbit Res. 6 :
4-5.
Hornicke, H., G. Ruoff, B. J ogt,
W. Caluss and H.J. Ehrlein.
1984. Phase relationship of the
circadian rhythms of feed in
take, cecal motility
and pro
duction of soft and hard fae
ces in domestic rabbits. Lab.
Anim. 18: 169-172.
lilge. B. 1974. Soft faeces ex
cretion and passage time in
the laboratory rabbit. Lab. A
nim. 337-346.
Jilge, B. 1978. Automotic recor
ding of caecotrophy in the rab
bit. Lab. Anim. 12: 19-20.
Jilge, B. 1980. The respons of
the caecotrophy rhythm of the
rabbit to single light signals.
Lab. Anim. 14: 3-4.
Jilge, B. 1982. Monophasic and
diphasic patterns of the
cir
cadian caecotrophy
rhythm of
rabbits. Lab. Anim. 16 : 1-6.
Ogundu, E., A.O. Aduku and
P.N. Okoh. 1991. Effect of
cassava-based diet and day period
of the quantity and quality of
cecotropes produced by rabbits.
J. Appl. Rabbit Res. 14: 105-108.

HClncra Zon Vol 76 No.2

57

Pickard, D.W. and C.E. Stevens.


1972. Digesta flow
through
the rabbit large intestine. Amer.
J. Physiol. 222: 1161-1166.
Prawirodigdeo, S. 1990. Serat dan
kegunaannya pada kelinci. Bul
1S.P.I. 4: 256-166.
Prawirodigdo, S. P.R.
N.M. Patton. 1990.
berian vitamin A
pada induk kelinci
ting. Bull. I.S.P.I
284.

Cheeke dan
Resiko pem
dosis tinggi
sedang bun
4 : 279-

Robinson, K.L., P.R. Cheeke and


N.M. Patton. 1985. Effect of
coprophagy on the digestibility
of high-forage and high-concen
trate diets by rabbits. J. Appl.
Rabbit Res. 8 : 57 -59.
Schouten, l.A., A.C. Beynen , H.F.
W. Hoitsma and A. Bosma.
1986. Long-term of partial ileal
by pass on the health status of
rabbits. Lab. Anim. 20 : 148154.

58

IIclllcrn Zoa Vol 76 No.2

Ilustarsi 1. Posisi "radiopaque ring" pada ileum (A), caecum (B) dan
colon (C) Sumber : Pickard dan Steven (1972).

Hemera Zoa Vol 76 No.2

CC 1 =caput coli
FC :: fusus coli
DC' = distal colon
Ilustrasi 2.

Alernatif letak kanula (A atau B)


Sumber : Bjornhag (1981).

59

Anda mungkin juga menyukai